Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 103464 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Azizan Billardi M
"Setiap tahun, Indonesia mengalami peningkatan jumlah pelanggan listrik, tetapi fluktuasi keadaan keandalan jaringan masih terjadi, sehingga dibutuhkan cadangan tenaga listrik berupa genset agar aktivitas dapat berjalan secara optimal. Dengan jumlah penjualan dan penyalur terbanyak, bensin masih menjadi pilihan bahan bakar genset. Pemilihan bahan bakar bensin berdasarkan angka oktan riset pun tidak bisa sembarang mengingat Indonesia telah menerapkan Bahan Bakar Standar Euro 4 dengan angka oktan riset (RON) minimal 90, sehingga untuk menggantikan Premium (RON 88), Pertalite (RON 90) dan Pertamax (RON 92) dapat menjadi pilihan. Dengan latar belakang dan potensi tersebut, pengujian bertujuan untuk mengetahui kestabilan tegangan dan frekuensi serta kinerja mesin genset dengan bahan bakar Pertalite dan Pertamax yang dilakukan dengan skenario pembebanan 25%, 50% 75%, dan 90% dari kapasitas maksimum genset. Pada parameter kestabilan tegangan dan frekuensi, tegangan untuk kedua bahan bakar memiliki jangkauan 211,8-239,8 Volt sehingga masih sesuai standar sedangkan frekuensi untuk bahan bakar Pertalite sesuai standar pada beban 1,5 kW (75%) dan 1,8 kW (90%), sedangkan Pertamax hanya pada beban 1,5 kW (75%). Pada parameter kinerja mesin, konsumsi bahan bakar spesifik Pertalite lebih hemat dengan nilai 0,67-1,34 l/kWh, sedangkan Pertamax 0,87-1,37 l/kWh. Temperatur gas buang Pertamax lebih tinggi dengan nilai mencapai 277,9 oc, sedangkan Pertalite hanya mencapai 266,1 oc. Nilai tingkat kebisingan kedua bahan bakar masih di bawah nilai ambang batas paparan kebisingan, yaitu hanya mencapai 68,6-70 dB.

Every year, Indonesia experiences an increase in the number of electricity customers, but fluctuations in the state of network reliability are still occurring, so electricity reserves are needed in the form of generators so that activities can run optimally. With the highest number of sales and distributors, gasoline is still the choice of generator fuel. The selection of gasoline based on research octane numbers cannot be arbitrary, considering that Indonesia has implemented Euro 4 Standard Fuel with a minimum research octane number (RON) of 90, so as to replace Premium (RON 88), Pertalite (RON 90) and Pertamax (RON 92) can be an option. With this background and potential, the test aimed to determine the quality of the electric power and the performance of the engine generator set with Pertalite and Pertamax fuel which was carried out with a scenario of 25%, 50% 75%, and 90% load of the maximum capacity of the generator set. In the parameters of voltage and frequency stability, the voltage for the two fuels had a range of 211.8-239.8 Volts so that both fuels met the standard while in frequency parameter, Pertalite fuel met the standard at 1.5 kW (75%) and 1.8 kW (90%) loads, while Pertamax fuel only at 1.5 kW (75%) load. In the engine performance parameters, the specific fuel consumption of Pertalite was more efficient with a value of 0.67-1.34 l/kWh, while Pertamax was 0.87-1.37 l/kWh. The exhaust gas temperature of Pertamax was higher with values ​​reaching 277.9 oc, while Pertalite only reached 266.1 oc. The value of the noise level of the both fuels was still below the threshold value of noise exposure, which only reached 68.6-70,1 dB.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Monasari
"ABSTRAK
Bioethanol saat ini banyak dikembangkan untuk penggunaan bahan bakar kendaraan bermotor. Pemanfaatan low grade bioethanol merupakan awal mula penelitian ini dilakukan. Berawal dari pembuatan compact distillator pada mesin SI karburator untuk memperoleh high grade bioethanol dengan memanfaatkan gas buang sampai pada penelitian terbaru mengenai penggunaan zat aditif yang dicampurkan pada bahan bakar ethanol dengan bensin untuk mendapatkan performa dan emisi yang lebih baik. Pengujian dilakukan pada mesin SI 125cc pada engine dyno dengan menggunakan 7 variasi bahan bakar diantaranya, E0, E5, E10, E15, E5 aditif, E10 aditif, dan E15 aditif. Hasil pengujian diperoleh bahwa penambahan ethanol umumnya dapat meningkatkan performa motor uji yang dihasilkan, dan dengan penambahan zat aditif oxygenated cyclohexanol pada beberapa variasi bahan bakar dihasilkan kenaikan torsi dan daya yang dihasilkan. Sama halnya dengan performa, emisi gas buang CO dan HC pun mennurun akibat pengunaan ethanol sebagai campuran bahan bakar, dan sebaliknya nilai CO2 meningkat oleh karena molekul ndash;OH yang terkandung dalam campuran bahan bakar dengan aditif akan bereaksi dengan CO. CO2 juga dinilai sebagai salah satu indikator pembakaran yang sempurna. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh zat aditif terhadap performa dan emisi gas buang yang dihasilkan oleh motor uji.

ABSTRACT
Bioethanol is currently widely developed for the use of vehicle fuel. Utilization of low grade bioethanol is the beginning of this research conducted. Starting from the manufacture of compact distillator on carburetor SI engine to obtain high grade bioethanol by utilizing exhaust gas up to the latest research on the use of additives in fuel mixture ethanol and gasoline to get better performance and emission gas. The test was performed in a 125 cc SI engine on engine dynamometer using 7 variants of fuel, E0, E5, E10, E15, E5 adfitive, E10 additive, and E15 additive. The results obtained that the addition of ethanol can generally improve the performance, and with the addition of oxygenated cyclohexanol additive in some variations of fuel produces increased torque and power generated. Same with performance, CO, and HC exhaust emissions are reduced due to the use of ethanol as a fuel mixture, and the value of CO2 increases because the ndash OH molecules contained in the fuel mixture with the additive will react with CO. CO2 is also rated as one of the perfect burning indicators. This study aims to see the effect of additives on the performance and exhaust emission produced by the motor test."
2018
T51548
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zarkoni Azis
"Konsumsi minyak bensin atau gasoline untuk bahan bakar mesin transportasi dalam negeri selama ini telah melebihi kapasitas unit produksi. Sebagian besar produk gasoline dihasilkan dari unit perengkahan katalitik menggunakan umpan utama fraksi gasoil. Upaya untuk meningkatkan yield dan kualitas oktana gasoline umumnya dilakukan melalui seleksi katalis dan optimalisasi kondisi proses, meskipun demikian sifat umpan juga mempengaruhi produk akhir. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan dan mempelajari metode proses alternatif peningkatan yield dan angka oktana gasoline dengan cara modifikasi umpan menggunakan campuran vacuum gasoil dengan trigliserida dan asam lemak jenuh dan tak jenuh berbasis sawit.
Eksperimen reaksi perengkahan dilakukan pada fluid-bed reaktor dengan umpan campuran vacuum gasoil dengan minyak sawit murni, distilat asam lemak dan asam oleat dalam rentang konsentrasi 0 sampai 15% menggunakan katalis zeolite REY pada suhu 530oC dan rasio katalis-umpan 5,5 g/g. Perengkahan umpan menghasilkan produk gas dan cair serta coke yang terdeposit dalam katalis. Produk gas dianalisa menggunakan GC refinery gas analyzer untuk menentukan komposisi gas hidrokarbon C1, C2, C3 & C4 serta H2. Produk cair dianalisa menggunakan GC simulated distillation untuk menentukan yield gasoline, LCO dan bottom. Angka oktana gasoline dianalisa dengan GC DHA. Kadar air dalam produk cair dianalisa dengan metode Karl-Fischer. Analisa coke dengan metode Infrared dan keasaman katalis dengan metode NH3-TPD.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa perengkahan VGO dengan 5%RBDPO meningkatkan yield gasoline dari 42,9% menjadi 46,9% dan angka oktana dari 91,8 menjadi 96,2. Perengkahan VGO dengan 5%(RBDPO_PFAD) dapat meningkatkan yield gasoline menjadi 48,3% dengan angka oktana 97,5. Perengkahan VGO dengan 5%(RBDPO_Oleic acid) dapat meningkatkan yield gasoline menjadi 45,2% dengan angka oktana 98,2. Kandungan asam lemak jenuh dan tak jenuh dalam umpan berperan dalam reaksi-reaksi perengkahan, isomerisasi, transfer hidrogen dan aromatisasi yang mempengaruhi struktur yield produk dan komposisi hidrokarbon n-parafin, iso-parafin, olefin, naften dan aromatik. Penambahan RBDPO, PFAD dan Oleic acid pada umpan VGO menyebabkan kenaikan komposisi hidrokarbon iso-parafin dan olefin dalam gasoline.
The consumption of gasoline for transportation fuel in domestic has exceeded the production unit capacity. Most of gasoline is produced from fluid catalytic cracking unit that proceeds gasoil fraction as main feedstock. Some efforts to upgrade gasoline yield and its octane quality usually is perfomed by catalyst selection and process optimization, eventhough feed nature also influence to the end-product.
This research work was aimed to find out and learn the alternative method in fluid catalytic cracking process to upgrade gasoline yield and octane quality by means of feed modification using mixture of vacuum gasoil with palms triglycerides and fatty acids having single and double-bonds. The experimental catalytic reaction was performed at fluid-bed reactor of advance cracking evaluation unit utilizing mixture of vacuum gasoil with pure palm oil, fatty acid distillate and oleic acid over zeolite REY catalysts at reaction temperature of 530oC and catalyst oil ratio 5.5 g/g.
The cracking of feedstocks under process condition resulted in gaseous and liquid products, as well as coke deposited on catalyst. The gaseous product was analyzed by online gas chromatography to identify dry gas of C1, C2 & H2, and LPG of C3, C4 hydrocarbons. Liquid product was analyzed using gas chromatography of simulated distillation to obtain yields of gasoline, light cycle oil and bottoms. Gasoline octane number was analyzed using GC DHA method. Water contained in liquid product was analyzed by Karl Fischer method. Coke was analyzed by online Infrared analyzer and catalyst acidity was analyzed using NH3 TPD method.
From the reaseach work, it was found that the cracking of VGO with 5%RBDPO could increase gasoline yield from 42.9% to 46.9% and octane number from 91.8 to 96.2. The cracking of VGO with 5%RBDPO PFAD increased gasoline yield to 48.3% and octane number to 97.5 meanwhile cracking of VGO with 5%RBDPO Oleic acid increased gasoline yield to 45.2% and octane number to 98.2. The role of single and double-bonds fatty acids in feedstock appeared to play in reactions of cracking, isomerization, hydrogen transfer and aromatization that influenced the product yields structure and hydrocarbon composition of nparaffins, isoparaffins, olefins, naphthene and aromatics. The addition of RBDPO, PFAD dan Oleic acid in VGO had caused increase of hydrocarbon composition of iso-paraffins and olefin in gasoline"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cahyo Setyo Wibowo
"Bioetanol menjadi salah satu bahan bakar alternatif, terbarukan, ramah lingkungan, dan peningkat angka oktana bensin, yang diaplikasikan untuk mesin motor pembakaran dalam. Mesin kendaraan dengan kebutuhan angka oktana yang sesuai, menghasilkan kinerja mesin berupa daya, emisi gas buang, dan konsumsi bahan bakar yang optimal. Penelitian ini menyajikan pengaruh angka oktana bensin yang divariasikan dengan bioetanol terhadap karakteristik bahan bakar, performa mesin, kecepatan pembakaran laminar (Laminar Burning Velocity, LBV) dan optimasinya terhadap variasi kondisi motor Otto 150 cc. Penambahan etanol hingga 40% (E40) menghasilkan peningkatan angka oktana tertinggi pada Bensin 88, sebesar 17.3%. Kinerja mesin optimum didapatkan pada bahan bakar E40 dengan pengaturan Engine Control Unit (ECM) meliputi ignition timing sebesar +2o CA dan fuel injection duration sebesar -10%. Optimasi penambahan etanol terhadap Primary Reference Fuel (PRF), untuk mendapatkan angka oktana (RON) 84, 86, 88, 90, dan 92, menghasilkan persamaan polinomial yang menunjukkan kesesuaian dengan hasil eksperimen menggunakan mesin Cooperative Fuel Research (CFR). Rasio ekuivalen 1,1 menghasilkan LBV tertinggi dibandingkan rasio ekuivalen 1,0 dan 0,9 pada setiap titik angka oktana PRF yang dianalisis.

Diversification of biofuel with bioethanol utilization is necessary to increase energy security and improve environmental air quality. As an octane booster for gasoline, bioethanol is applied to internal combustion engine with an appropriate octane number requirements, producing an optimum engine performance, i.e., power, emissions, fuel consumption. This study investigates the effect of gasoline octane number, which is varied with bioethanol, on fuel characteristics, engine performance, laminar burning velocity (LBV) and its optimization on the Otto engine. Based on the results, the addition of 40% ethanol (E40) resulting in the highest octane number increase in Gasoline 88, up to 17.3%. Optimum engine performance is obtained on E40 fuel blend with Engine Control Unit (ECM) settings, including ignition timing of +2 oCA and fuel injection duration of -10%. Optimizing the addition of ethanol to Primary Reference Fuel (PRF) to get octane numbers (RON) of 84, 86, 88, 90, and 92 produces polynomial equations that show conformity with experimental using the Cooperative Fuel Research (CFR) engine. The 1.1 equivalence ratio resulted in the highest LBV compared to the 1.0 and 0.9 equivalence ratios at each point of the analyzed PRF octane number."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Idwandi Fedori
"

Berdasarkan arahan dari pemerintah melalui Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, mengeluarkan Permen ESDM No.12/2015 mengenai pemanfaatan Bioetanol (E100) sebagai campuran BBM diproyeksikan akan mencapai 5% pada tahun 2020 dan 20% pada tahun 2025 khususnya pada bidang transportasi. Perlu dilakukan penelitian yang akan dicari nilai Research Octane Number (RON) paling optimal sebagai dasar untuk menentukan kombinasi persentase fuel grade bioetanol dengan bahan bakar yang telah tersedia di pasaran. Fokus utama penelitian ini yaitu optimasi unjuk kerja mesin empat langkah bervolume 150cc dengan bahan bakar bioetanol menggunakan engine control module (ECM). Dalam penelitian ini pengujian mesin dilakukan dengan bantuan engine dynamometer test dimana mesin terpasang pada perangkat dyno. Bahan bakar yang digunakan dalam penelitian ini merupakan bahan bakar campuran antara bensin oktan 88 dengan ethanol bervolume 40% sampai 60% (E40, E50 dan E60). Hasil uji dari campuran bahan bakar tersebut memilki tren naik dikarenakan nilai oktan yang juga naik. Namun kenaikkan pada hasil uji masih belum maksimal, upaya optimasi menggunakan Engine Control Module (ECM) keluar menjadi solusi tanpa harus mengubah spesifikasi atau komponen yang ada pada mesin. Percobaan yang dilakukan menggunakan ECM yaitu dengan mengubah derajat pengapian dan durasi injeksi pada mesin. Pengubahan pada perangkat Engine Control Module bertujuan untuk mendapatkan hasil performa yang lebih baik. Hal ini berdasarkan karakter mesin yang diubah titik pengapiannya akan mengakibatkan bahan bakar yang terbakar akan semakin banyak. Dari fenomena tersebut, daya dan torsi yang dihasilkan akan semakin tinggi. Pengujian emisi dilakukan menggunakan AVL Compact Diagnostic System. Hasil pengujian emisi menunjukkan pembakaran yang mendekati stoikiometri yaitu ketika kadar karbon dioksida dan nitrogen oksida maksimum, sedangkan kadar karbon monoksida dan hidrokarbon minimum. Berdasarkan hasil penelitian, bahan bakar campuran yang menghasilkan torsi dan daya maksimum yaitu Bensin RON 88 E40 dengan pengaturan pengaturan ignition timing +8°bTDC dan injection duration -10%. Specific fuel consumption mencapai minimum pada bahan bakar Bensin RON 88 E60 dengan pengaturan ignition timing +8°bTDC dan injection duration -10%. Kadar karbon dioksida dan nitrogen oksida mencapai maksimum pada bahan bakar Bensin RON 88 E40 dengan pengaturan ignition timing +8°bTDC dan injection duration -15% serta pengaturan ignition timing +8°bTDC dan injection duration -10%. Sedangkan kadar karbon monoksida mencapai nilai minimum pada Bensin RON 88 E50 pengaturan ignition timing +8°bTDC serta injection duration -15% dan hidrokarbon mencapai minimum pada Bensin RON 88 E60 pengaturan ignition timing +4°bTDC serta injection duration -10%.

 


Based on appeals from the government through the Minister of Energy and Mineral Resources Regulation, ESDM Regulation No.12 / 2015 regarding the use of Bioethanol (E100) as a gasoline fuel mixture is projected to reach 5% in 2020 and 20% in 2025 especially in the transportation sector. Mixing fuel grade bioethanol with gasoline fuel will increase the Research Octane Number (RON) value. Research needs to be done to find the value of the most optimal Research Octane Number (RON) value will be sought as a basis for determining the percentage combination of fuel grade bioethanol with gasoline fuels that are already available on the market. The main focus of this thesis is to optimize the performance of a 150cc engine with bioethanol fuel using Engine Control Module (ECM). In this research, the performance test is done by using the engine dynamometer test where the engine is attached to the dynamometer components. The fuel that are used in this research is a mixture between RON 88 gasoline and bioethanol with 40% - 60% volume (E40, E50, and E60). The performance from this mixture has an increase because of the mixtures octane number is also increase. But that result still not reach the optimum value. A solution using Engine Control Module (ECM) is carried out because we can optimize the engine without changing any parts or specification. The performance test using the Engine Control Module (ECM) is done by changing the ignition angle and the injection duration. The final result in this research consist of power, torque, specific fuel consumption (SFC), and exhaust gas emissions. Emission testing is carried out using the AVL Compact Diagnostic System. The results of emission tests show that the combustion approaching stoichiometry is when the levels of carbon dioxide and nitrogen oxides are maximum, while the levels of carbon monoxide and hydrocarbons are minimum. Based on the results of the research, a gasoline-bioethanol fuel mixture that produces maximum torque and power is RON 88 E40 Gasoline with ignition timing +8°bTDC and injection duration of -10%. Specific fuel consumption reaches a minimum in RON 88 E60 Gasoline with ignition timing +8°bTDC and -10% injection duration. The levels of carbon dioxide and nitrogen oxides reach maximum in RON 88 E40 Gasoline with ignition timing +8°bTDC and injection duration -15% and ignition timing +8°bTDC and injection duration -10%. While the levels of carbon monoxide reach a minimum in RON 88 E50 Gasoline with ignition timing +8°bTDC and injection duration -15%, and hydrocarbons reach a minimum in RON 88 E60 with ignition timing +4°bTDC and injection duration -10%.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Addarda Irsyad Usman
"Kebutuhan energi setiap tahunnya terus meningkat terutama pada kebutuhan bahan bakar minyak. Konsumsi bahan bakar minyak yang terus meningkat menyebabkan permasalahan seperti semakin tingginya emisi dan ketersediaan bahan bakar minyak yang terus menurun yang akan habis pada waktunya. Indonesia tidak dapat menaruh sepenuhnya kebutuhan akan bahan bakar kepada bahan bakar minyak. Oleh karena itu dikeluarkan Permen ESDM No.12/2015 mengenai pemanfaatan bahan bakar nabati yang dapat diproduksi melalui fermentasi bahan pangan. Proyeksi pemerintah akan peraturan ini adalah pencapaian sebesar 20% pada tahun 2025 terkhusus pada penggunaan bahan bakar nabati. Pemanfaatan bahan bakar nabati seperti bioetanol dapat digunakan sebagai blending agent yang ditambahkan pada bahan bakar minyak agar penggunaannya dapat menurun. Dengan komposisi pencampuran ini, dapat berdampak kepada pengurangan emisi lingkungan. Maka dari itu, penelitian ini dilakukan untuk mencari dan mempelajari karakteristik dari pencampuran bahan bakar dengan bioetanol yang akan berdampak kepada pembakaran mesin. Bahan bakar minyak menggunakan bensin RON 88 karena ketersediaannya dan memiliki karakter terendah diantara variasi bensin di Indonesia. Bioetanol menggunakan fuel-grade bioetanol dengan konsentrasi sebesar 99,5%. Pencampuran dilakukan secara perbandingan volume menjadikan sifat konsentrasi yang dihasilkan adalah volumetrik. Subjek penelitian terbagi menjadi empat yaitu campuran bensin RON 88 dengan konsentrasi bioetanol 60% (E60), 70% (E70), 80% (E80), dan 90% (E90).
Penelitian karakteristik bahan bakar campuran menghasilkan peningkatan terhadap massa jenis, nilai research octane number (RON), dan kandungan oksigen. Namun, didapatkan penurunan terhadap temperatur distilasi dan tekanan pada reid-vapor pressure (RV). Standar yang digunakan pada penlitian ini adalah massa jenis (ASTM D 4052), distilasi (ASTM D 86), RVP (ASTM D 5191), RON (ASTM D 2699), dan kandungan oksigen (ASTM D 5845). Berdasarkan perubahan karakter bahan bakar sehingga diperlukannya modifikasi dari mesin agar dapat bekerja optimal dengan menggunakan bahan bakar campuran. Engine Control Modul (ECM) digunakan untuk memodifikasi pengaturan khususnya pada ignition timing dan injection duration. Dengan begitu, penelitian ini dapat melakukan pengaturan yang terbaik untuk menguji bahan bakar campuran agar mendapatkan hasil yang optimal yang akan dibandingkan dengan pengaturan awal dan bahan bakar bensin murni. Pengujian unjuk kerja mesin menggunakan AVL Engine Dynamometeruntuk mengetahui hasil torsi, daya dan specific fuel consumption (SFC) yang dihasilkan pada putaran mesin dengan kecepatan 3500, 5000, 6500, dan 8000 RPM. Keadaan throttle selama pengujian dalam kondisi wide open untuk menghasilkan performa maksimum. Pengujian emisi dilakukan menggnakan alat AVL Compact Diagnostic System. Alat tersebut akan mengetahui hasil emisi gas buang karbon dioksida, karbon monoksida, hidrokarbon dan nitrogen oksida yang dihasilkan selama pengujian.
Pengaruh pencampuran bensin dengan bioethanol menggunakan modifikasi pengaturan ECM menghasilkan kenaikkan daya dan torsi, serta SFC yang lebih baik. Berdasarkan penelitian, dihasilkan daya maksimum yang diperoleh bahan bakar E60 dengan pengaturan ignition timing 28obTDC dan injection duration -10% ms pengaturan awal. Torsi maksimum dihasilkan bahan bakar E60 dengan pengaturan ignition timing 30obTDC dan injection duration -10% ms. Specific fuel consumption minimum dihasilkan bahan bakar E90 dengan pengaturan ignition timing 30obTDC dan injection duration -10% ms. Kadar karbon dioksida maksimum dihasilkan bahan bakar E70 dengan pengaturan ignition timing 20obTDC dan injection duration baseline. Kadar karbon monoksida minimum dihasilkan bahan bakar E80 dengan pengaturan ignition timing 30obTDC dan injection duration -10% ms. Kadar hidrokarbon minimum dihasilkan bahan bakar E80 dengan pengaturan ignition timing 20obTDC dan injection duration baseline. Kadar nitrogen oksida maksimum dihasilkan bahan bakar E60 dengan pengaturan ignition timing 32obTDC dan injection duration -10% ms.

Energy needs is increasing every year especially the needs of gasoline fuel. This condition generates the emission increase problem and reducement of crude-oil reserve. Indonesia have to find the solution to handle the problem. Therefore, government issued Permen ESDM No.12/2015 regarding the use of biofuels. Utilization of biofuels such bioethanol used as blending agent that added to the gasoline. This solution potentially benefitted to reduce the use of gasoline fuel. This research conducted the performance and emission test to the fuel mixture of gasoline and bioethanol. Gasoline test subject used in this research was RON 88 gasoline because the availability in the market and the low characteristic behavior compared to other gasoline in Indonesia. Bioethanol test subject used fuel grade bioethanol with concentration of 99,5%. Mixing carried out volumetrically. The research subject divided into four that are RON 88 gasoline with bioethanol concentration of bioetanol 60% (E60), 70% (E70), 80% (E80), dan 90% (E90).
Chacteristic research to the fuel blends produced an increase to the density, value of research octane number (RON), and oxygenates content. However, there were decrease to the characteristic of distillation temperature, and reid-vapor pressure (RVP). Standardization used on this characteristic research were density (ASTM D 4052), distillation (ASTM D86), RVP (ASTM D 5191), RON (ASTM D 2699), and oxygenates content (ASTM D 5845). Based on characteristic transformation of the fuel blends required modification to the test engine to perform optimally. Engine Control Module (ECM) used to modificate the configuration especially ignition timing and injection duration. Therefore, this research conducted the best configuration so test the fuel blends can produce the optimal performance. The performance test used AVL Engine Dynamometer to find results of torque, power, and specific fuel consumption (SFC) produced at engine speed of 3500, 5000, 6500, and 8000 RPM. Throttle condition was wide open during the test to produce maximum performance. Emission test done using AVL Compact Diagnostic System to find the results of carbon dioxide, carbon monoxide, hydrocarbon, and nitrogen oxide.
The benefit of using bioethanol as blending agent to gasoline with the modification to the ECM produced an increase to torque, power and SFC. Based on this research, produced maximum power by E60 fuel blends with ignition timing configuration of 28obTDC and injection duration configuration of -10% ms from original. Maximum torque produced by E60 fuel blends with ignition timing configuration of 30obTDC and injection duration configuration of -10% ms. Minimum specific fuel consumption produced by E90 fuel blends with ignition timing configuration of 30obTDC dan injection duration configuration of -10% ms. Carbon dioxide percentage produced maximally by E70 fuel blends with ignition timing configuration of 20obTDC and injection duration baseline. Carbon monoxide percentage produced minimally by E80 fuel blends with ignition timing configuration of 30obTDC dan injection duration configuration of -10% ms. Hidrocarbon percentage produced minimally by E80 fuel blends with ignition timing configuration of 20obTDC and injection duration baseline. Nitrogen oxide percentage produced maximally by E60 fuel blends with ignition timing configuration of 32obTDC dan injection duration configuration of -10% ms.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chandra Hadiwijaya
"ABSTRAK
Bahan bakar berkualitas memberikan sifat anti ketukan. Salah satu metode pengukuran kualitas bahan bakar adalah dengan angka oktana. Penentuan angka oktana di Indonesia menggunakan mesin CFR. Mesin CFR di Indonesia memiliki kendala jumlah unit terbatas dan usia tua. Penelitian ini menggunakan model kinetika pembakaran untuk mencari data waktu tunda ignisi BBRU (bahan bakar rujukan utama) dan bahan bakar komersial. Angka oktana bahan bakar komersial diketahui apabila waktu tunda ignisi bahan bakar tersebut sama dengan waktu tunda ignisi BBRU yang memiliki persen volume iso-oktana tertentu. Model menghasilkan angka oktana TOTAL 92,5, Shell 94,5, Premium 89, Petronas 90,5, Pertamax 91,5.

ABSTRACT
Quality fuel will provided anti-knocking properties. One of fuel quality measuring method is use octane number. Indonesia using CFR machine to determine octane number. CFR machine in Indonesia is limit of unit number and over age. This research use combustion kinetic model to look for PRF (primary reference fuel) and commercial fuel ignition delay time. Octane number is known if ignition delay time of commercial fuel is same as PRF that has certain iso-octane volume percent. Model output is octane number of several fuel merk. TOTAL 92.5, Shell 94.5, Premium 89, Petronas 90.5, Pertamax 91.5.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42938
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hardi Krisnanto
"

Penelitian ini berfokus pada analisa dari optimasi unjuk kerja mesin satu silinder 150cc menggunakan bahan bakar bensin oktan 88 dengan variasi bioetanol. Optimasi dilakukan dengan mengubah ignition timing dan durasi injeksi pada injector mesin menggunakan programmable engine control module (ECM). Unjuk kerja mesin yang diukur dalam penelitian ini adalah Daya, Torsi dan Spesific fuel consumption menggunakan dynamometer. Penelitian ini menggunakan metode beban 100% atau WOT (Wide Open Throttle) dengan perbedaan putaran shaft dynamometer, yaitu pada putaran shaft dynamometer 1000 RPM, 1500 RPM, 2000 RPM, dan 2500 RPM. Untuk variasi bahan bakar, penulis menggunakan lima variasi, yaitu E0, E10, E20, E30, dan E40. Optimasi dilakukan dengan mengubah ignition timing bertambah dua derajat dari kondisi standar dan mengubah durasi injeksi. Nilai RON (Research Octane Number) akan meningkat sebanding dengan peningkatan persentase nilai bioetanol yang dicampurkan. Nilai Torsi dan Daya akan meningkat sebanding dengan peningkatan persentase nilai bioetanol. Dengan meningkatnya nilai RON maka perubahan ignition timing ke arah advance dan perubahan Injection Duration mendekati kondisi AFR lean akan meningkatan Torsi hingga 2.36 Nm dan Daya sebesar 0.61 kW.. Dengan meningkatnya Daya dan Torsi maka hasil emisi CO2 akan meningkat hingga 1.4% serta emisi CO menurun hingga 2.7%.


This research focus on analysis of performance optimation on 4-stroke 150cc one cylinder internal combustion engine using octane 88 gasoline fuel mixed with several number variations of bioethanol. Optimation done by changing ignition timing and injection duration from engines injector using programmable engine control module (ECM). Engine performance measured in this research are Torque, Power and Spesific Fuel Consumption using dynamometer. The methods of this research is using 100% load or can be mentioned as Wide Open Throttle (WOT) with different shaft speed variations in 1000, 1500, 2000 and 2500 RPM. Variations of mixed bioethanol varying in E0, E10, E20, E30 and E40 with the number as the percentage of bioethanol mixed. Optimation do with the change of ignition timing plus 2 degree CA and the change of injection duration from the normal condition. Research Octane Number (RON) increased with the higher bioethanol percentage. Torque and Power produced by engine will increased too. With a higher RON value, so the change of ignition timing with advance direction and the change of Injection Duration when approaching lean AFR conditions will increase Torque up to 2.36 Nm and Power up to 0.61 kW. With the increase of Torque and Power, the amount of CO2 will increase up to 1.4% and CO will decrease up to 2.7%.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cicilia
"ABSTRAK
Sistem distribusi BBM di Indonesia tidak berjalan dengan baik sehingga menyebabkan kelangkaan di beberapa wilayah Indonesia. Tujuan pekerjaan ini adalah mendapatkan suatu model sistem dinamik cadangan penyangga BBM agar dapat diketahui berapa volume cadangan penyangga BBM hingga tahun 2025. Penelitian ini dibatasi dengan BBM gasoline dan solar di Indonesia. Variabel-variabel yang berpengaruh adalah jumlah produksi dan konsumsi BBM serta PDB. Simulasi dijalankan dengan perangkat lunak Powersim Studio 7. Hasil yang diperoleh yaitu untuk skenario ketahanan selama 30 hari, cadangan penyangga yang dibutuhkan pada tahun 2025 untuk gasoline sebesar 4,49 Juta Kiloliter dan untuk solar sebesar 1,7 Juta Kiloliter. Untuk skenario ketahanan selama 60 hari, cadangan penyangga yang dibutuhkan pada tahun 2025 untuk gasoline sebesar 9,88 Juta Kiloliter dan untuk solar sebesar 3,4 Juta Kiloliter. Untuk skenario ketahanan selama 90 hari, cadangan penyangga yang dibutuhkan pada tahun 2025 untuk gasoline sebesar 14,8 Juta Kiloliter dan untuk solar sebesar 5,13 Juta Kiloliter. Untuk skenario penurunan PDB pada tahun 2009 dan 2019 akan menurunkan cadangan penyangga gasoline sekitar 22 % dari skenario dasar. Untuk skenario konversi terhadap energi alternatif, cadangan penyangga BBM jenis gasoline dan solar menurun 73 % dari skenario dasar.

ABSTRACT
The fuel distribution system in Indonesia is not going well causing fuel?s scarcity in some region of Indonesia. The purpose of this work is to get a system dynamic model of buffer stock of fuel in order to know how much volume of buffers stock of fuel until 2025. This research is limited by the gasoline and diesel fuel in Indonesia. The variables that influence are the amount of production and consumption of fuel, and Growth Domestic Product. Simulation run with Powersim Studio 7 software. The results obtained for scenarios that resistance for 30 days, the required buffer stock in 2025 amounted to 4,49 million kiloliters of gasoline and diesel by 1,7 Million for Kiloliter. For scenarios that resistance for 60 days, the required buffer stock in 2025 amounted to 9,88 million kiloliters of gasoline and for diesel by 3,4 million kiloliters. For scenarios that resistance for 90 days, the required buffer stock in 2025 amounted to 14,8 million kiloliters of gasoline and diesel by 5,13 Million for Kiloliter. For scenario GDP decline in 2009 and 2019 will reduce buffer stock of gasoline approximately 22 % of the basic scenario. For conversion to alternative energy scenarios, buffer stock of gasoline and diesel fuel types declined 73 % from the base scenario."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T36117
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"To make a sound policy of gasoline prices and its impact trnasportation sector that consume a lot of gasoline, one need to know price elasticity to gasoline demand...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>