Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 88202 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alri Bakti Wiratama
"Pendahuluan: Periodontitis merupakan inflamasi kronis yang terjadi pada jaringan periodonsium, ditandai dengan hilangnya perlekatan ligamen periodontal dan kerusakan tulang alveolar. Periodontitis yang terus berlanjut tanpa ditangani dapat menyebabkan kehilangan gigi. Bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans merupakan salah satu bakteri yang memiliki berbagai faktor virulensi penyebab terjadinya periodontitis. Hal ini menyebabkan diperlukannya agen antibakteri, untuk melakukan kontrol terhadap aktivitas bakteri periodontopatogen. Gel ekstrak etanol kelopak bunga rosela (Hibiscus sabdariffa Linn.) diharapkan mampu menjadi agen antibakteri karena sifat antibakteri yang dimilikinya.
Tujuan: Mengetahui efektivitas antibakteri gel ekstrak etanol kelopak bunga rosela (Hibiscus sabdariffa Linn.) terhadap pertumbuhan bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans secara in vitro.
Metode: Uji zona hambat dan total plate count dilakukan dengan bahan uji gel ekstrak etanol kelopak bunga rosela (Hibiscus sabdariffa Linn.) konsentrasi 10%, 15%, dan 25%, gel klorheksidin 0,2% sebagai kontrol positif, serta gel tanpa bahan aktif sebagai kontrol negatif. Uji zona hambat dilakukan pada tiga koloni bakteri berbeda, dengan cara meletakkan cakram kertas yang telah dipaparkan bahan uji pada 5 plat agar Mueller-Hinton untuk tiap satu koloni bakteri. Pada uji total plate count, dilakukan penghitungan koloni bakteri yang tumbuh setelah dipaparkan bahan uji.
Hasil: Gel ekstrak etanol kelopak bunga rosela (Hibiscus sabdariffa Linn.) konsentrasi 15% dan 25% menunjukkan perbedaan bermakna secara statistik bila dibandingkan dengan kontrol negatif (p-value <0,05).
Kesimpulan: Gel ekstrak etanol kelopak bunga rosela (Hibiscus sabdariffa Linn.) efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans pada konsentrasi 15% dan 25%.

Introduction: Periodontitis is a chronic inflammatory disease of periodontium, characterized by loss of periodontal ligament attachment and alveolar bone destruction. The advanced form of periodontitis could lead to tooth loss. Aggregatibacter actinomycetemcomitans is a bacterial that has a significant role in periodontitis by its various virulence factors. Therefore, antibacterial agents are needed to control the periodontal pathogen bacteria activity. Roselle calyx ethanol extract gel (Hibiscus sabdariffa Linn.) could be an antibacterial agent because of its antibacterial effect.
Objectives: To evaluate antibacterial efficacy of roselle calyx ethanol extract gel (Hibiscus sabdariffa Linn.) against Aggregatibacter actinomycetemcomitans on in vitro study.
Methods: Disk diffusion test (zone of inhibition) and total plate count test were performed using roselle calyx ethanol extract gel (Hibiscus sabdariffa Linn.) at concentrations of 10%, 15%, and 25%, 0.2% chlorhexidine gel as positive control and blank gel as negative control. Zone of inhibition test was carried out on three different bacterial colonies, by placing paper disk that had been exposed to gel on 5 Mueller-Hinton agar plates for each bacterial colony. Total plate count test was performed by counting bacterial colonies after exposed from the test material.
Results: Roselle calyx ethanol extract gel (Hibiscus sabdariffa Linn.) concentrations of 15% and 25% showed statistically significant differences when compared to negative controls (p-value <0.05).
Conclusions: Roselle calyx ethanol extract gel (Hibiscus sabdariffa Linn.) is effective in inhibiting the growth of Aggregatibacter actinomycetemcomitans at 15% and 25% concentrations."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Xaviera
"

Latar Belakang: Periodontitis disebabkan oleh infeksi mikroba sepertiStreptococcus sanguinisyang mengganggu respon imun dan integritas jaringan pendukung gigi.Ekstrak etanol kelopak bunga rosela (Hibiscus sabdariffa Linn.) memiliki kandungan antimikrobial terhadap bakteri Gram-positif seperti S. sanguinis. Untuk mengembangkan bentuk sediaan, dibuat gel ekstrak etanol kelopak bunga rosela.Tujuan: Mengetahui efektivitas antibakteri gel ekstrak etanol kelopak bunga rosela terhadap S. sanguinisMetode: Studi in vitro metode difusi agar yang mengukur zona hambat (mm) gel rosela 10%, 15%, dan 25% yang dipaparkan pada agar Mueller Hinton terinokulasi bakteri S. sanguinis, diinkubasi 6 jam, serta metode total plate count (CFU/mL) untuk menghitung jumlah koloni hidup bakteri S. sanguinis setelah terpapar gel rosela 10%, 15%, dan 25%. Kontrol positif yaitu gel klorheksidin 0,2% dan kontrol negatif yaitu gel basis tanpa zat aktif. Hasil: Zona hambat gel ekstrak etanol kelopak bunga rosela konsentrasi 15% dan 25% berbeda bermakna dibandingkan kontrol (p<0,05), gel konsentrasi 10% tidak menghasilkan zona hambat. Ketiga konsentrasi gel secara signifikanmenurunkan jumlah koloni bakteri dibandingkan kontrol (p<0,05). Efek penghambatan terbesar terdapat pada gel konsentrasi 25%. Kesimpulan: Gel ekstrak etanol kelopak bunga rosela memiliki efek hambat terhadap bakteri S. sanguinis.


Background: Periodontitis is caused by microbial infection, such as Streptococcus sanguinisthat disturbs immune response and the integrity of tooth-supporting tissue. Roselle (Hibiscus sabdariffa Linn.) calyx ethanol extract has antibacterial properties against Gram-positive bacteria, including S. sanguinis. In order to develop the dosage form, roselle calyx ethanol extract gel was made. Objective:To observe the antibacterial effectiveness of roselle calyx ethanol extract gel against S. sanguinisMethodin vitrostudy using disk diffusion method which measures clear zone of inhibition (mm)of 10%, 15%, and 25% roselle gel applied on Mueller Hinton agar inoculated with S. sanguinis, incubated for 6 hours, and total plate count method which counts the number of living S. sanguiniscolonies (CFU/mL)after being exposed to 10%, 15%, and 25% roselle gel. Positive control is 0.2% chlorhexidine gel and negative control is gel without active substances.Result: Inhibitory zones of 15% and 25% roselle gel have significant differences compared controls (p<0.05), 10% roselle gel did not show inhibitory zones.All three concentrations of gel significantly reduced the number of colonies compared to controls (p<0.05). Highest inhibitory effect was observed in 25% roselle gel.Conclusion: roselle calyx ethanol extract gel showed inhibitory effect against S. sanguinis.

"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia , 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilah
"Latar Belakang: Penyakit periodontal terjadi karena adanya keterlibatan mikroorganisme oral salah satunya adalah Fusobacterium nucleatum. Perawatan suportif penyakit periodontal dapat berupa penggunaan antiseptik sintetik atau alami seperti tanaman obat. Salah satunya adalah rosela yang dilaporkan memiliki khasiat antibakteri secara in vitro. Dalam upaya pengembangan bentuk sediaan, ekstrak etanol kelopak bunga rosela dibuat dalam bentuk sediaan gel.
Tujuan: Mengetahui potensi antibakteri gel ekstrak etanol kelopak bunga rosela terhadap Fusobacterium nucleatum.
Metode:Uji zona hambat dilakukan dengan menghitung diameter zona hambat yang terbentuk pada kertas saring yang telah dipaparkan gel ekstrak etanol kelopak bunga rosela pada media MHA yang sudah diinokulasi Fusobacterium nucleatum. Uji Total Plate Countdilakukan dengan menghitung jumlah koloni Fusobacterium nucleatumyang bertahan hidup setelah dipaparkan gel ekstrak etanol kelopak bunga rosela.
Hasil: Uji zona hambat, gel ekstrak etanol kelopak bunga rosela konsentrasi 15% memiliki zona hambat yang setara dengan gel klorheksidin. Pada uji Total Plate Count, adanya penurunan jumlah koloniFusobacterium nucleatumpada gel ekstrak etanol kelopak bunga rosela konsentrasi 10%, 15%, dan 25% yang setara dengan gel klorheksidin 0,2%.
Kesimpulan: Gel ekstrak etanol kelopak bunga konsentrasi 10%, 15%,25% memiliki efek antibakteri terhadap Fusobacterium nucleatum.

Background:Periodontal disease occurs due to the involvement the presence of oral microorganisms, one of them is Fusobacterium nucleatum. Supportive treatment of periodontal disease can use synthetic or natural antiseptics such as medicinal plants. One of them is roselle which is reported to has antibacterial effect (in vitro). In developing the dosage form, roselle calyx ethanol extract is developed into gel form.
Objective: To determine the antibacterial effect of roselle calyx ethanol extract gel at 10%, 15%, and 25% concentration on Fusobacterium nucleatum.
Method: The inhibition zone test was carried out by counting the inhibition zone formed on paper disc that had been exposed to the roselle calyx ethanol extract gel on MHA media that had been inoculated by Fusobacterium nucleatum. Total Plate Count test was performed by counting the colonies of Fusobacterium nucleatumthat survived after being exposed to roselle calyx ethanol extract gel.
Result: In inhibition zone test, 15% concentration roselle calyx ethanol extract gel showed inhibition zone equivalent to chlorhexidine gel. Total plate count test showed that at 10%, 15%, and 25% concentration gel,Fusobacterium nucleatumcolonies have survived equivalent to chlorhexidine gel.
Conclusion: Roselle calyx ethanol extract gel at 10%, 15%, and 25% concentration have antibacterial effect to Fusobacterium nucleatum.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia , 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Ayu Anisa Nurhaliza
"Pendahuluan: Periodontitis disebabkan oleh ketidakseimbangan mikroorganisme pada sulkus gingiva yang menyebabkan inflamasi dan resorpsi tulang. Bakteri Porphyromonas gingivalis dianggap menjadi spesies kunci dalam patogenesis penyakit periodontitis dengan mengganggu respon imun penjamu. Ekstrak etanol kelopak bunga rosela telah terbukti memiliki khasiat antibakteri terhadap bakteri dalam rongga mulut. Oleh karena itu, dilakukan pengembangan sediaan gel ekstrak etanol kelopak bunga rosela untuk pemakaian dalam rongga mulut. Tujuan: Mengetahui efektivitas gel ekstrak etanol kelopak bunga rosela (Hibiscus sabdariffa Linn.) terhadap bakteri Porphyromonas gingivalis. Metode: Pada uji zona hambat, cakram kertas dipaparkan dengan gel ekstrak etanol kelopak bunga rosela 10%,15%, 25%, kontrol positif serta kontrol negatif dan diletakkan di atas medium Mueller-Hinton Agar yang telah diinokulasi P. gingivalis ATCC 33277. Inkubasi dilakukan selama 6 jam pada kondisi anaerob dengan suhu 37oC. Uji Total Plate Count dilakukan dengan menghitung jumlah koloni P. gingivalis yang masih hidup setelah dipaparkan dengan gel ekstrak etanol kelopak bunga rosela 10%,15%, 25%, kontrol positif dan kontrol negatif. Hasil: Gel ekstrak etanol kelopak bunga rosela konsentrasi 15% dan 25% menunjukkan adanya zona hambat terhadap bakteri Porphyromonas gingivalis dan penurunan koloni P. gingivalis yang signifikan. Kesimpulan : Gel ekstrak etanol kelopak bunga rosela memiliki efek antibakteri terhadap P. gingivalis secara in vitro.

ntroduction: Periodontitis is caused by microorganism dysbiosis in gingival sulcus that lead to tissue inflammation and bone loss. Porphyromonas gingivalis is considered as a keystone species in the progression of periodontitis which altered host immune response and induced proinflammatory cytokine. Ethanolic roselle calyx extract has been proven as an antibacterial agent against oral pathogens. Thus, we develop ethanolic roselle calyx extract gel formulation for intraoral application to prevent periodontitis. Objective: To investigate the antibacterial activity of ethanolic roselle calyx extract gel against P. gingivalis. Methods : In the disc-diffusion test, P. gingivalis ATCC 33277 was cultivated on Mueller-Hinton Agar. Sterile paper disks were enriched with 10%, 15%, and 25% ethanolic roselle calyx extract gel, then were placed on the surface of agar and were incubated for 6 hours in anaerobic condition. In total plate count method, the viable bacteria colony were counted after exposure with 10%, 15%, and 25% ethanolic roselle calyx extract gel. Results: Ethanolic roselle calyx extract gel 15% and 25% showed an inhibition zone against P. gingivalis and significantly reduced the number of P. gingivalis colony in the total plate count test. Conclusion: Ethanolic roselle calyx extract gel have antibacterial properties against P. gingivalis."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggita Dwi Suryani
"Resistensi antibiotik menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang telah mengancam kesehatan dunia. Perkembangan resistensi antibiotik juga mengakibatkan meningkatnya permintaan agen antimikroba baru. Beberapa tahun terakhir, tanaman obat telah banyak dieksplorasi oleh para peneliti sebagai langkah awal dalam penemuan obat antimikroba baru. Bahkan, sebanyak 50% agen antibakteri yang disetujui oleh FDA berasal dari produk alami. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk menguji potensi daya antibakteri dari ekstrak kulit kayu masoyi yang diperoleh dengan metode Ultrasound-Assisted Extraction menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat, dan etanol 96% terhadap bakteri patogen yaitu Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, serta Pseudomonas aeruginosa. Berdasarkan penelitian sebelumnya, ekstrak etanol, etil asetat, dan n-heksana kulit kayu masoyi menunjukkan adanya aktivitas antibakteri terhadap bakteri patogen seperti E. coli, S. typhimurium, B. cereus, dan S. aureus. Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu metode difusi cakram kertas dan metode makrodilusi. Hasil dari uji difusi cakram kertas menunjukkan bahwa ekstrak n-heksana memiliki aktivitas antibakteri lebih baik dengan potensi lemah hingga kuat (1,05-10,33 mm) dibandingkan dengan ekstrak etil asetat (0,82-4,63 mm) dan etanol 96% (0,5-3,81 mm) yang hanya berpotensi lemah terhadap bakteri S. aureus, S. epidermidis, dan P. aeruginosa. Konsentrasi hambat minimal ditentukan dengan metode makrodilusi. Hasil uji makrodilusi menunjukkan bahwa ekstrak n-heksana, etil asetat, dan etanol 96% semuanya menunjukkan aktivitas antibakteri yang lemah dengan nilai KHM > 1.000 µg/mL terhadap bakteri S. aureus, S. epidermidis, dan P. aeruginosa.

Antibiotic resistance is one of the health problems that has threatened global health. The development of antibiotic resistance has also led to an increased demand for new antimicrobial agents. In recent years, medicinal plants have been extensively explored by researchers as a first step in the discovery of new antimicrobial drugs. As many as 50% of FDA-approved antibacterial agents are derived from natural products. This study aimed to test the antibacterial potential of masoyi bark extract obtained by ultrasound-assisted extraction using n-hexane, ethyl acetate, and ethanol 96% as solvents against pathogenic bacteria, i.e., Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, and Pseudomonas aeruginosa. Previously, extracts of ethanol, ethyl acetate, and n-hexane from masoyi bark were reported for antibacterial activity against pathogenic bacteria such as E. coli, S. typhimurium, B. cereus, and S. aureus. The antibacterial activity test was carried out using two methods, which were the disc diffusion method and the macro dilution method. The results of the paper disk diffusion test showed that the n-hexane extract had a better antibacterial activity with weak to strong potency (1.05-10.33 mm) than the ethyl acetate extract (0.82-4.63 mm) and ethanol 96% extract (0.5-3.81 mm) which had only a weak potential against S. aureus, S. epidermidis, and P. aeruginosa. Minimum inhibition concentration was determined by a macro dilution method. The results showed that the extracts of n-hexane, ethyl acetate, and ethanol 96% all exhibited weak antibacterial activity with MIC values > 1,000 µg/mL against S. aureus, S. epidermidis, and P. aeruginosa bacteria."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pasaribu, Denny Juli
"Nanas (Ananas Comosus) banyak mengandung nutrisi terutama senyawa bioaktif yang dikenal dengan bromelain. Bromelain merupakan enzim proteolitik yang kaya akan bioaktivitas dibidang kedokteran sebagai antiinflamasi, antibakteri, antitumor, pengobatan kardiovaskular dan masih banyak lagi. Pada penelitian ini manfaat bromelain sebagai antiinflamasi dan antibakteri diimplementasikan sebagai sedian nanoemulsi dengan tujuan pemakaian topikal. Dengan ukuran droplet yang kecil mampu menembus permukaan kulit, sehingga tujuan pemakaian pun dapat tercapai. Isolasi dan pemurnian bromelain dari bonggol nanas telah dilakukan dimana didapatkan aktivitas spesifik larutan bonggol dan enzim kasar masing-masing 51,36 U/mg dan 68,62 U/mg. Selanjutnya fraksinasi enzim menggunakan (NH4)2SO4 dan menghasilkan aktivitas spesifik 118,48 U/mg dan dilanjutkan dengan formulasi nanoemulsi bromelain. Ada tiga formula nanoemulsi, keseluruh formula ini memiliki karakteristik dan stabilitas yang memenuhi standar nanoemulsi yang telah dilakukan. Namun dari ketiganya formula, formula tiga lebih baik karena memiliki ukuran droplet yang lebih kecil yakni 22.04 nm dengan viskositas ketiganya berada pada range gel yakni 3200cps. Selanjutnya pengujian antibakteri dengan menggunakan nanoemulsi bromelain konsentrasi 3% dan 5% b/v dan memiliki daya hambat yang lemah. Konsetrasi 7% b/v memiliki daya hambat paling kuat terhadap bakteri p. Acnes. Invitro pada kulit tikus memiliki kecepatan penetrasi sebesar 587,56 μg/cm2 yakni pada menit ke 30.

Bromelain is a major proteolytic enzyme that existed in pineapple core and is widely known for its rich bioactivities, including anti-inflammatory and anti- bacterial. In this research, the isolation, extraction, and purification of bromelain from pineapple core was successfully performed, followed by the formulation of bromelain nanoemulsion, which ended with the in vitro testing on mouse skin to determine its skin permeability. The bromelain activity was also evaluated in this study, whereas the specific activity was determined at 51.36 U/mg and 68.62 U/mg at pineapple core and crude enzyme fractions, respectively. Moreover, the further fractionation using (NH4)2SO4 was performed and resulted in the specific activities of 118.48 U/mg for fraction 0-50% at 12 hr. In addition, three formulas of bromelain nanoemulsion were created in this study and characterized further using organoleptic and in vitro tests. According to the PSA data, the Formula 3 nanoemulsion, which majorly comprised of Tween 80 and small amounts of lecithin, shown a smaller droplet size at 22.04 nm, which corresponds to its higher penetration rate at 587.56 μg/cm2 in 30 minutes. Moreover, the decreased bromelain proteolytic activity in Formula 3 was not significant compared to the other two formulas. Anti-bacterial activity of bromelain in formula 3 with the concentration 7% b/v had the higher inhibision activity 20 mm."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ajrina Busri
"Latar belakang: Kadar Bunuh Minimal (KBM) ekstrak etanol temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.) terhadap Streptococcus mutans 25% dan 15% terhadap Streptococcus sanguinis single species (in vitro). Streptococcus mutans dan Streptococcus sanguinis saling berkompetisi untuk memperoleh nutrisi.
Tujuan: Menganalisis efek antibakteri ekstrak etanol temulawak terhadap dual species Streptococcus in vitro.
Metode: Uji antibakteri dengan metode perhitungan koloni dan kuantifikasi dengan Real-time PCR. Analisis data menggunakan Kruskal Wallis, Mann-Whitney dan Unpaired T-test.
Hasil: KHM ekstrak etanol temulawak terhadap dual species Streptococcus 0,2% dan KBM 10%. Di dalam biofilm dual species Streptococcus, proporsi S.mutans lebih tinggi daripada S. sanguinis (p<0.05).
Simpulan: Konsentrasi efektif ekstrak etanol temulawak sebagai antibakteri terhadap S.mutans dan S.sanguinis dalam dual species lebih rendah dari pada terhadap kedua bakteri tersebut sebagai single species. Di dalam biofilm dual species, S. sanguinis lebih sensitif terhadap ekstrak temulawak daripada S.mutans.

Background: Minimal Bactericidal Concentration (MBC) of Java turmeric (Curcuma xanthorriza Roxb.) ethanol extract against Streptococcus mutans is 25% and 15% against Streptococcus sanguinis. In dental biofilm S.mutans and S.sanguinis competes each other to obtain nutrients.
Objectives: Analize the antibacterial effect of Java tumeric ethanol extract (MIC and MBC) against dual species Streptococcus in vitro.
Methods: Antibacteria activity of the extract was analyzed by measuring the growth of the bacteria after being exposed to the extract by counting colony formation and by quantifying the existing bacterial cell number using real-time PCR. Statistic analysis using Kruskal Wallis, Mann Whitney test and Unpaired t-test.
Results: The MIC of the extract was 0,2% and the MBC was 10%. After exposure of the extract to the dual species biofilm, the growth of S.mutans was higher than S.sanguinis (p<0,05).
Conclutions: Java tumeric ethanol extract is more effective against S.mutans and S.sanguinis as dual species Streptococcus than as single species. S.sanguinis is more sensitive to Java tumeric ethanol extract than S. mutans.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Perdana Rezha Kusuma Putra Hermawan
"Latar belakang: Buah manggis merupakan buah yang memiliki banyak khasiat untuk kesehatan. Beberapa penelitian menunjukan buah ini memiliki efek antioksidan. Penelitian ini bertujuan mengetahui efek antibakteri kulit buah ini.
Metode: Penelitian merupakan studi experimental. Besarnya sampel penelitian adalah 4 dengan jumlah perlakuan sebanyak 7 yaitu kontrol positif (Erythromycin), kontrol negatif (akuades), ekstrak kulit buah manggis pengenceran (10x,15x,20x,30x,40x). Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan mengukur zona hambat (diameter) pada agar darah yang ditanami bakteri streptococcus pneumonia. Data dianalisa dengan uji Kruskal-Wallis untuk menentukan perbedaan bermakna antar data uji, kemudian akan dilanjutkan uji Mann-Whitney untuk melihat data yang memiliki perbedaan bermakna.
Hasil: Hasil pengujian hipotesis menunjukan perbedaan bermakna dan uji posthoc terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) pada perbandingan antibiotik Eritromisin dibandingkan dengan akuades dan ekstrak kulit buah manggis dalam berbagai pengenceran. Namun jika dilihat pada perbandingan antara akuades dengan ekstrak kulit buah manggis dalam pengenceran 10x dan 15x menunjukan adanya perbedaan bermakna (p=0,013 dan 0,014). Uji antara ekstrak dari kulit buah manggis pada pengenceran 20x,30x,40x dan akuades tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05).
Simpulan: Ekstraksi kulit buah manggis pengenceran 10x dan 15x memiliki efek antimikroba dengan zona hambat bakteri sebesar 26 mm dan 16,5 mm.

Background: Manggosteen is one of flora that have virtue for health. Few research indicate that this fruit have antioxidan effect and also antibacterial effect. This study head for antibacterial effect of extract mangosteen rind on a streptococcus pneumoniae.
Method : This experimental study have 4 sample with 7 treatment group among others are positive control (Erythromycin), negative control (aquades), extraction in various dilutions (10x, 15x, 20x, 30x, 40x). These treatment group zone of inhibition?s in blood agar which had been planted with sterptococcus pneumoniae bacteria will be measured. This data will be analyzed with Kruskal-Wallis & Mann-Whitney test to identify which data have significant differences.
Result: Kruskal-Wallis test show asignificance value (p = 0.000) and Mann-Whitney test has significant difference (p <0.05) in comparison between erythromycin compared with aquades and mangosteen peel extraction at various dilution. Comparison in mann-wthitney test between aquades and mangosteen peel extract at 10x and 15x dilution indicates there is a significant difference (p = 0.013 and 0,014). Between aquades and mangosteen peel extract 20x, 30x, 40x dilution indicates no significant difference (p> 0.05).
Conclution: Extract of mangosteen rind have a inhibition effect on the growth of Streptococcus Pneumoniae bacteria which create a inhibition zone on blood agar for 10x dilution are 26 mm and for 15x dilution are 16,5 mm.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rompas, Irrine Merrychs
"Masalah resistensi antimikroba yang berkembang menyebabkan munculnya kuman panresisten, yang resisten terhadap semua antimikroba yang tersedia. Munculnya bakteri panresisten ini menggambarkan suatu titik akhir yang mengkhawatirkan karena tidak tersedia pilihan terapi antibiotik yang rasional. Peningkatan kejadian resistensi antibiotik disertai penurunan produksi antibiotik baru sehingga diperlukan evaluasi dari kombinasi antibiotik yang sudah ada. Fosfomisin adalah antibiotik lama yang tidak memiliki resistensi silang dengan golongan antibiotik lain sehingga berpotensi menimbulkan interaksi yang sinergis terhadap bakteri resisten.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interaksi antibakteri in vitro kombinasi fosfomisin dan beberapa antibiotik lain, yaitu doripenem, moksifloksasin, kolistin dan amikasin terhadap kuman batang Gram negatif panresisten. Pada penelitian ini dilakukan uji kombinasi antibiotik menggunakan metode Etest terhadap 15 isolat kuman panresisten, yang terdiri dari Acinetobater baumanii (n=8), Pseudomonas aeruginosa (n=5) dan Klebsiella pneumoniae (n=2). Interaksi yang terjadi dinilai berdasarkan indeks Fractional Inhibitory Concentration (FIC), yaitu sinergi bila indeks FIC ≤ 0,5, indiferen bila indeks FIC 0,5 sampai 4, dan antagonis bila indeks FIC > 4. Isolat kuman berasal dari berbagai jenis spesimen yang diperiksakan di laboratorium otomasi RSUPNCM.
Interaksi antibakteri in vitro yang terjadi terhadap isolat kuman A. baumanii, P. aeruginosa, dan K. pneumoniae panresisten, baik dengan kombinasi fosfomisin dan amikasin, fosfomisin dan doripenem, fosfomisin dan moksifloksasin, serta fosfomisin dan kolistin pada semua isolat bersifat indiferen (100%). Tidak ditemukan interaksi yang bersifat sinergi atau antagonis.

The evolving problem of antimicrobial resistance in Pseudomonas aeruginosa, Acinetobacter baumannii and Klebsiella pneumoniae has led to the emergence of clinical isolates to pandrug-resistant (PDR) isolates, i.e. resistant to all available antibiotics.The emergence of pandrug-resistant (PDR) bacteria represents a worrying endpoint in the development of antimicrobial resistance. The increased incidence of antibiotic resistance accompanied by decreased production of new antibiotics required the evaluation of combinations of existing antibiotics.
The aim of this study to evaluate the in vitro antibacterial interaction of combination fosfomycin with doripenem, amikacin, colistin and moxifloxacin against PDR Gram negative bacteria. We evaluated antibiotic combinatinons against 15 panresistant clinical isolates, which consisted of Acinetobater baumanii (n=8), Pseudomonas aeruginosa (n=5) dan Klebsiella pneumoniae (n=2). The in vitro antibacterial interactions were evaluated by determination of fractional inhibitory concentration (FIC) index. Synergy was defined as FIC index ≤ 0,5, indiferen as FIC index 0,5 to 4, and antagonism as FIC index > 4. The isolates were collected at RSUPNCM hospital from various clinical specimens.
The in vitro antibacterial interaction against A. baumannii, P. aeruginosa, and K. pneumoniae panresistant isolates, either with the combination of fosfomycin and amikacin, fosfomycin and doripenem, fosfomycin and moxifloxacin, as well as fosfomycin and colistin showed indifferent to all isolates (100%). No interaction was found synergistic or antagonistic.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Firstya Novani
"Infeksi adalah proses invasi dan pembiakan mikroorganisme yang terjadi di jaringan tubuh manusia yang secara klinis mungkin tidak terlihat atau dapat menimbulkan cidera seluler lokal akibat kompetisi metabolisme, toksin, replikasi intrasel atau respon antigen-antibodi. Agen penyebab infeksi antara lain adalah bakteri. Timbulnya resistensi bahkan multiresistensi yang menimbulkan banyak masalah dalam pengobatan penyakit infeksi. Sehingga diperlukan usaha untuk mengembangkan obat tradisional berasal dari tanaman yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri yang resisten terhadap antibiotik. Salah satu tanaman yang secara empiris digunakan sebagai obat antibakteri adalah binahong. Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen) adalah tanaman dari suku Anredera. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antibakterinya dan zat-zat kimia yang terkandung di dalam tanaman tersebut sebagai zat antibakteri. Ekstraksi tanaman dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut polar yaitu etanol 70 %. Kemudian dibuat 3 konsentarsi ekstrak yaitu 20%, 40%, dan 80%. Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan dengan menggunakan metode difusi cakram kertas dengan mengamati diameter zona hambat. Hasil uji antibakteri ekstrak daun binahong memperlihatkan adanya aktivitas terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Klebsiella pneumonia, dan Pseudomonas aeruginosa yang resisten terhadap beberapa antibiotik. Dan ekstrak daun binahong dengan konsentrasi 80% yang paling besar zona hambatnya. Digunakan kontrol positif yaitu antibiotik amoksisilin + asam klavulanat dan antibiotik siprofloksasin. Sedangkan kontrol negatif yang digunakan adalah etanol 70%.

Infection is the invasion and breeding of microorganisms that occurs in human body tissue which may not be apparent clinically or may cause local cellular injury due to competitive metabolism, toxins, intracellular replication or antigen-antibody response. Infectious agents include bacteria. The emergence of resistance or even multi-resistance can cause a lot of problems in the treatment for infectious diseases. Therefore, multi-resistance towards antibiotics becomes a severe problem. Thus, it is necessary to develop traditional medicines derived from plants that can kill the bacteria which resistant towards antibiotics. One of the plants empirically used as antibacterial drugs is binahong. Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen) is a plant from Anredera species. The research has been conducted to determine the antibacterial activity and chemical substances contained within the plant as an antibacterial agent. The extraction plant has been done by maceration method using a polar solvent that is 70% ethanol. Then made 3 extract concentrations of 20%, 40%, and 80%. Antibacterial activity has tested by using paper disc diffusion method in order to observing the inhibition zone. Antibacterial test results of binahong leaf extraction showed the activity against Staphylococcus aureus, Klebsiella pneumoniae, and Pseudomonas aeruginosa which were resistant to multiple antibiotics. And the leaf extract with a concentration of 80% binahong greatest inhibition zone. The positive control that was used are amoxicillin antibiotic + clavulanic acid and ciprofloxacin antibiotic, while the negative control that was used is 70% of ethanol."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S45065
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>