Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 153830 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Luthfi Verlianda Pratama
"Karena masalah pemanasan global, upaya sedang dilakukan untuk membuat dan mengembangkan pembangkit energi baru dan terbarukan. Namun, energi energi terbarukan memiliki permasalahan karena ketergantungan pada alam yang tidak teratur. Oleh karena itu, pembuatan genset lebih mahal, karena perlu manipulasi keluaran listrik agar stabil dan dapat disambungkan ke jaringan. Salah satu cara untuk menstabilkan keluaran listrik adalah dengan menggunakan baterai. Salah satu jenis baterai yang digunakan adalah timbal-asam baterai. Baterai ini merupakan jenis baterai yang sering digunakan karena harga pembuatannya yang murah. Jika dibandingkan dengan baterai lithium-ion, baterai timbal-asam ternyata lebih sensitif terhadap suhu dan faktor lainnya. Ditemukan bahwa baterai timbal-asam lebih mahal untuk dirawat dan memiliki umur yang lebih pendek. Penelitian ini diharapkan dapat membantu bisnis memecahkan masalah suhu dingin di negara-negara yang mengalami musim dingin. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa baterai 9 Ah memiliki kapasitas yang 27% lebih rendah pada suhu lingkungan -100 C dibandingkan dengan baterai pada suhu lingkungan 500 C. Ditemukan juga bahwa baterai 5 Ah memiliki kapasitas 271,2% lebih sedikit saat memiliki arus discharge 6 Ampere dibandingkan saat baterai memiliki arus discharge 1,2 Amper.

Due to the problem of global warming, efforts are being made to make and developing new and renewable energy plants. However, energy renewable energy has problems due to dependence on nature which does not regular. Therefore, the manufacture of the generator is more expensive, because the need for manipulation of the electrical output to be stable and can be connected to the grid. One way to stabilize the electrical output is to use battery. One type of battery used is lead-acid battery. This battery is the type of battery that is often used because it is cheap manufacturing price. When compared to lithium-ion batteries, batteries lead-acid was found to be more sensitive to temperature and other factors. It was found that lead-acid batteries are more expensive to maintain and have shorter lifespan. This research is expected to help businesses solve the problem of cold temperatures in countries that experience monsoons cold. In this study it was found that the 9 Ah battery has a capacity of which is 27% lower when at -100 C ambient temperature compared to with when the battery is in an ambient temperature of 500 C. It was also found that 5 Ah battery has 271.2% less capacity when it has current discharge 6 Ampere compared to when the battery has a discharge current 1.2 Ampere"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia Evita
"Pemanasan global yang disebabkan oleh kegiatan manusia yang menghasilkan gas rumah kaca pada dua abad terakhir mengakibatkan terjadinya perubahan iklim global. Peningkatan suhu bumi ini pada gilirannya akan membawa perubahan pada pola dan distribusi curah hujan yang membawa pengaruh pada sistem sumber daya air. Berkaitan dengan hal tersebut maka dalam tesis ini dilakukan penelitian terhadap perubahan intensitas curah hujan maksimum untuk melihat indikasi perubahan iklim seiring terjadinya perubahan iklim global.
Perubahan pada intensitas curah hujan maksimum pada penelitian ini, dilihat dari kecenderungan peningkatan maupun penurunannya. Analisis dilakukan dengan mengumpulkan data intensitas curah hujan maksimum dari tiga stasiun penakar hujan yaitu stasiun Pondok Betung, Darmaga dan Citeko. Metode yang digunakan adalah studi kasus pada wilayah Jakarta sebagai daerah pesisir dan Bogor sebagai daerah pegunungan. Pengolahan data dilakukan dengan metode statistik yaitu Spearman Rank Test dan Moving Average.
Hasil analisis memperlihatkan untuk ± 15 tahun pengamatan terjadi kecenderungan peningkatan intensitas hujan maksimum pada bulan-bulan musim hujan di ketiga stasiun penakar hujan tersebut walaupun tidak semua periode waktu signifikan. Namun untuk ± 10 tahun terakhir kecenderungan peningkatan intensitas hujan dilihat dari nilai koefisien korelasi (Rs) lebih kuat dibandingkan dengan 15 tahun pengamatan. Perubahan yang dilihat ini diduga adalah bagian dari perubahan iklim global.
Diharapkan dengan hasil analisis ini pengelolaan sumber daya air dapat lebih ditingkatkan untuk mengantisipasi meningkatnya ketersedian air pada musim ? musim penghujan yang diakibatkan perubahan iklim global.

Global warming due to increasing greenhouse gases in the last two centuries had changed global climate. Increasing global temperature will change precipitation patterns and distributions. This condition leads to the change on water resources system. This paper studies the change on intensity of maximum precipitation in order to indicate climate change along with global climate change.
In this research, intensity of maximum precipitation changing is observed from its trend both increase and decrease. Data from three stations Pondok Betung, Darmaga, and Citeko are collected and analyzed with Spearman Rank Test and Moving Average. In the research method Jakarta as a coastal area and Bogor as a mountain area are used as cases study.
The result shows that in ±15 years observed there have been trends of increasing intensity of maximum precipitation on months in rainy season in three stations considered even though it only significant in some periods. However, according to correlation index (Rs) the trend of increasing intensity of precipitation in the last 10 years is more considerable than 15 years periods observed. This condition is believed as a part of global climate change.
This research also suggests that water resources should be manage more appropriate in order to anticipate the increasing water supply on months in rainy season as a result of global climate change."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T23292
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
PANGAN 18:55 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ikhsan Budi Wahyono
"ABSTRAK
CO2 merupakan salah satu gas penyebab utama pemanasan global yang mengakibatkan perubahan iklim dunia sehingga terjadi kekeringan, kebakaran hutan, naiknya muka air laut, meningkatnya intensitas dan periode hujan. Darat, laut dan atmosfer penyerap CO2 alami. Perairan Indonesia berpotensi menyerap CO2 karena produktifitas primer tinggi.
Penelitian ini untuk mengetahui variabilitas CO2 dalam menentukan
apakah perairan Indonesia sebagai carbon source atau carbon sink dan mengisi kekosongan data CO2. Penelitian pada bulan Februari-Maret 2010 di Selat Sunda dan bulan April 2010 di Barat Sumatera menggunakan K/R Baruna Jaya III. Data pCO2 udara didapatkan dari hasil rata-rata pengamatan bulanan stasiun Global Atmospheric Watch di Kototabang Bukittinggi pada Februari, Maret dan April 2010.
CO2 di lihat dari parameter karbon anorganik, derajat keasaman, total
alkalinitas dan tekanan parsial CO2 di lokasi studi bervariasi dengan nilai berbedabeda. Selat Sunda berperan sebagai source karbon dan barat Sumatera berperan sebagai sink karbon. Tekanan parsial CO2 di selat Sunda dan barat Sumatera lebih dipengaruhi oleh parameter pH. Rata-rata flux bersih CO2 di selat Sunda 841.603 mol CO2cm-2hr-1 yang menunjukkan pelepasan CO2 dari laut ke atmosfer terjadi
di wilayah ini dan rata-rata flux bersih CO2 di barat Sumatera -945.292 mol CO2cm-2hr-1 yang menunjukkan penyerapan CO2 oleh laut terjadi di wilayah ini.

ABSTRACT
CO2 is one of the main causes of global warming gases which cause global climate change, droughts, forest fire, sea level rise and flooding. Natural CO2 sinks are the Mainland, oceans and atmosphere. Indonesian waters has the potential to absorb CO2 due to high primary productivity.
This research is to know the variability of CO2 in determining whether the Indonesian waters as carbon sources or carbon sinks and fill the CO2 data gaps. dan mengisi kekosongan data CO2. Research in February-March 2010 in the Sunda Strait and April 2010 in west Sumatra, using the RV Baruna Jaya III. Air pCO2 data obtained from the average of monthly observations of the Global Atmospheric Watch station in Kototabang Bukittinggi in February, March and April 2010.
CO2 gases in view of the inorganic carbon parameters, acidity, alkalinity and total CO2 partial pressure in the study area varies with different values. Sunda Strait have a role carbon source and west Sumatra as carbon sinks. Partial pressure of CO2 in the Sunda Strait and west Sumatra is more influenced by the pH. The average net flux of CO2 in the Sunda strait 841.603 mol CO2cm-2day-1 which shows the release of CO2 from the ocean into the atmosphere occur in this
region and average net flux of CO2 in the west of Sumatra -945.292 mol CO2cm-2day-1 which shows the absorption of CO2 by the ocean occurs in the region."
2011
T29918
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Hasroel Thayib
"ABSTRAK
Kontroversi mengenai pemanasan dan perubahan iklim global berkepanjangan dengan berbagai tulisan terutama mengenai tidak terbuktinya ramalan mengenai musibah lingkungan antropgenik yang akan terjadi, dibahas dengan memperbandingkan fakta dan pengetahuan ilmiah kegiatan manusia. Efek rumah kaca global yang diklaim antropogenik, semakin dipertanyakan kebenarannya karena bertentangan dengan pengetahuan yang selama ini dianggap mapan dan belum dibantah kebenarannya. Data suhu permukaan global dan data perubahan-perubahan suhu yang ada telah diubah dan direkayasa untuk mendukung klaim pemanasan dan perubahan iklim global. Solusi menghadapi pemanasan global dan perubahan iklim global perlu didasarkan atas persepsi yang benar dan tidak terperangkap pada solusi keliru. Hanya memusatkan solusi pada satu penyebab saja akan menjadikan manusia terperangkap pada solusi salah."
Jakarta: The Ary Suta Center, 2017
330 ASCSM 39 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Arrahim Karimullah Kanam
"Isu pemanasan global menyebabkan setiap perusahaan harus lebih kreatif dan inovatif dalam menciptakan nilai tambah baik bagi perusahaan sendiri maupun para stakeholdernya. Perubahan iklim global ini menyebabkan pengaruh terhadap kinerja perusahaan, khususnya perusahaan bidang pangan. Perusahaan harus dapat menghasilkan value di tengah ketidakpastian perubahan iklim.
Pemasar sebagai salah satu instrumen perusahaan, harus dapat menjaga hubungannya dengan para stakeholdernya, baik dari sisi pemasok barang maupun konsumennya atau perusahaan lain yang terkait. Komitmen dari seluruh pihak baik hulu sampai dengan hilir harus dijaga untuk menjamin performa kerjasama atau performa perusahaan. Loyalitas setiap unsur dalam hubungan pemasaran perusahaan harus dijaga dengan baik.
Studi ini dimaksudkan untuk mengkaji komitmen hubungan pemasaran terhadap kinerja perusahaan. Komitmen hubungan didasari beberapa anteseden berupa trust, commitment, dan attractiveness of alternatives. Peneliti menemukan bahwa terdapat jalur tertentu diantara trust, commitment, dan attractiveness of alternatives terhadap komitmen hubungan pada konteks industri logistik pangan. Selain itu data mendukung bahwa trust memiliki kontribusi positif dan paling tinggi serta signifikan dari variabel-variabel yang diteliti dalam komitmen hubungan. Data tidak mendukung communication memiliki kontribusi terhadap komitmen hubungan. Variabel tersebut harus dimediasi oleh trust untuk berkontribusi terhadap sebuah komitmen hubungan.

Global warming issue caused each company to be more creative and innovative in creating value added for both the company itself and its stakeholders. Global climate change is causing the effect on corporate performance, particularly the food sector companies. The company should be able to generate value in uncertain climate change.
Marketers as one of the instruments of the company, should be able to maintain its relationships with its stakeholders, both in terms of customers or suppliers of goods and other related companies. Commitment of all parties, both upstream to the downstream should be kept to ensure the performance of co-operation or performance of the company. Loyalty of every element in the relationship marketing company must be maintained properly.
This study aimed to assess the commitment of a marketing relationship to company performance. The commitment relationship is based on some form of trust antecedents, commitment, and the attractiveness of alternatives. Researchers found that there are certain lines between trust, commitment, and the attractiveness of alternatives to the commitment to the relationship in the context of the food logistics industry. In addition the data support that the trust has a positive contribution and the highest as well as significant of the variables examined in committed relationships. The data does not support the communication has contributed to relationship commitment. These variables must be mediated by the trust to contribute to a relationship commitment.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Istiqomah
"ABSTRAK
Pemanasan global merupakan salah satu indikator bahwa bumi ini sedang berada pada kondisi tertentu yang memerlukan perhatian lebih besar dari sebelumnya. Dalam isu pemanasan global, Arktik menjadi salah satu kawasan yang menarik perhatian dunia karena efek pemanasan global paling besar dapat dilihat di kawasan ini. Pada tahun 1996, sebuah forum kerjasama bernama Dewan Arktik dibentuk. Tujuan utama dari forum ini adalah untuk melindungi lingkungan, melestarikan sumber daya alam yang tersimpan, dan melaksanakan pembangunan berkelanjutan bagi masyarakat di kawasan Arktik. Setelah hampir 24 tahun pembentukan forum ini, kondisi Arktik justru semakin memprihatinkan. Lapisan es yang semula tebal menutupi permukaan, kini semakin menipis seiring dengan semakin bertambahnya suhu bumi. Sumber daya alam yang terkandung di dalam kawasan ini juga perlahan mulai berkurang kadarnya, dan hal ini bukan digunakan untuk kepentingan masyarakat Arktik itu sendiri. Dengan menggunakan teori regional security complex, penelitian ini akan menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan forum ini, serta alasan atas ketidakmampuan forum Dewan Arktik dalam mencapai tujuan pembentukannya. Pertanyaan yang hendak dijawab dalam peneltian ini adalah Mengapa pasca Dewan Arktik terbentuk masih terjadi eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan serta militerisasi di kawasan Arktik yang menyebabkan dampak pemanasan global tidak berkurang di kawasan ini? Pertanyaan selanjutnya adalah Mengapa negara-negara anggota Dewan Arktik tidak dapat memenuhi komitmen awal pembentukannya?

ABSTRACT
Global warming is one of the indicator that the earth, to some extent, requires greater attention than it does before. On the issue of global warming, the Arctic has become one of the regions that has attracted global attention because of the greatest global warming effect could be seen in this region. On 1996, a cooperation forum, named the Arctic Council, was created. The main purposes of this forum are to protect the environment, to conserve the stored natural resources, and to manage sustainable development for people in Arctic. After nearly 24 years of its establishment, the Arctic condition is even more alarming. The layer of ice that was originally thick has become thinner as the earth's temperature increases. The natural resources contained in this region are also starting to diminish, but not for the good of Arctic society. Using the regional security complex theory, this research will analyze the factors that influence the formation of this forum, as well as the reasons for the inability of the Arctic Council forum to achieve its goals. The question that needs to be answered in this research is: Why is it that after the Arctic Council was establish there was still natural resources excessive exploitation and the militarization in the Arctic region that caused the effects of global warming to not diminish in this region? The next question is, why can't the members of the Arctic Council meet their commitments to establish the forum?."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muwonge Martin
"Dengan perubahan iklim dan pemanasan global yang menyebabkan kerusakan parah pada lingkungan, transisi yang cepat dan terkelola dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan sedang meningkat. Panas Bumi Energi (GE) sebagai sumber energi terbarukan, telah membuktikan relevansinya di sektor energi dengan turbin uap dianggap sebagai penggerak utama di PLTP dan kinerjanya dianggap penting dalam fasilitas produksi tenaga panas bumi. Penelitian ini bertujuan untuk membuat suatu rancangan awal alat untuk estimasi kerja aktual, daya yang disalurkan, efisiensi total-to-total suatu tahapan turbin, dan efisiensi isentropik suatu turbin uap. Dalam studi ini, analisis garis rata-rata dari turbin uap multitahap digunakan dengan berfokus terutama pada parameter termodinamika dan kinematik dari masing-masing tahapan turbin. Turbin uap yang diteliti terdiri dari 6 tahap tipe reaksi penuh, dengan pemodelan dilakukan dengan bantuan Engineering Equation Solver (EES) sebagai perangkat lunak yang digunakan, di mana uap dianggap sebagai fluida kerja nyata untuk simulasi proses termodinamika. di turbin uap dengan asumsi yang dinyatakan. Dengan menggunakan parameter desain dan koefisien kerugian pada setiap tahap turbin, parameter aerodinamis utama yang diperkirakan adalah kerja, daya, efisiensi total-to-total, dan efisiensi isentropik turbin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi tahapan berada pada kisaran 0,89 – 0,92, dengan efisiensi tahapan maksimum dicapai pada nilai rasio kecepatan mendekati 0,5. Efisiensi tahap rata-rata turbin diperkirakan sebesar 0,829, dan kerja aktual turbin secara keseluruhan, kerja isentropik, dan daya yang disalurkan masing-masing adalah 176,296 kJ/kg, 212,633 kJ/kg dan 1,344 MW. Untuk memperhitungkan ketidakefisienan proses ekspansi melalui tahapan turbin, faktor reheat digunakan untuk memperkirakan efisiensi isentropik turbin, yang hasilnya menunjukkan bahwa efisiensi ini berada pada 0,853 nilai yang sedikit lebih tinggi sebesar 6,63% dari turbin efisiensi desain.

With climate changes and global warming causing severe damages to the environment, a rapid and managed transition from fossil fuels to renewable energy is on a rise. Geothermal Energy (GE) as a renewable energy resource, has proved its relevancy in the energy sector with steam turbines considered as the prime movers in GPP and their performance considered paramount in geothermal power production facilities. This study aims to make a preliminary design tool for the estimation of actual work, power delivered, total-to-total efficiency of a turbine stage, and isentropic efficiency of a steam turbine. In this study, a mean line analysis of the multistage steam turbine is utilized by focusing mainly on the thermodynamic and kinematic parameters of each of the turbine stages. The steam turbine under study is of 6 stages fully reaction type, with the modelling done with the help of Engineering Equation Solver (EES) as a software tool used, in which steam is considered as the real working fluid for the simulation of the thermodynamic processes in the steam turbine under stated assumptions. Using design parameters and loss coefficients at every turbine stage, the main aerodynamic parameters estimated were delivered work, power, total-to-total efficiency, and the turbine isentropic efficiency. The results of the study suggest that the stage efficiencies lie in the range 0.89 – 0.92, with the maximum stage efficiency achieved at value of speed ratio λ close to 0.5. The mean stage efficiency of the turbine is estimated at 0.829 and the overall turbine actual work, isentropic work, and power delivered being 176.296 kJ/kg, 212.633 kJ/kg and 1.344 MW respectively. To account for the inefficiency of the expansion process through the turbine stages, a reheat factor was used to estimate the isentropic efficiency of the turbine, for which the results showed that this efficiency is at 0.853 a value slightly higher by 6.63% than the turbine design efficiency."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rasyid Indy Nur Sasongko
"Dewasa ini, penggunaan bahan bakar fosil masih banyak digunakan. Penggunaan bahan bakar fosil yang berlebihan mampu menyebabkan emisi karbon dioksida akan menjadi meningkat dan mampu menyebabkan pemanasan global. Sehingga, Grup riset AIR mempunyai sebuah terobosan dengan menciptakan sebuah Fluid Catalytic Cracking dengan skala bench yang mampu bergerak. Namun, Fluid Catalytic Cracking memiliki kendala dimana penggunaan injektor untuk proses cracking tidak sempurna. Karena itu, Grup riset AIR mempunyai inovasi dengan menggunakan Falling Film Evaporator. Falling film evaporator digunakan untuk menguapkan umpan minyak dan memastikan umpan minyak telah terevaporasi dengan baik. Falling film evaporator mengaplikasikan Falling Liquid Film yaitu fenomena aliran yang mengalir ke arah bawah karena adanya gaya gravitasi dan membentuk sebuah film. Pengaplikasian fenomena aliran tersebut mempunyai kelebihan yaitu mampu memberikan perpindahan panas yang tinggi, koefisien perpindahan yang tinggi, dan memiliki residence time yang singkat. Perpindahan panas pada aliran falling liquid film dipengaruhi oleh hidrodinamika yang salah satunya adalah film thickness. Film Thickness menjadi salah satu pengaruh karena ketika permukaan aliran falling liquid film terbasahi secara baik dan menyeluruh maka efektivitas perpindahan panas akan baik. Sehingga diperlukan analisa hidrodinamika aliran falling film liquid dengan menggunakan parameter film thickness. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa pengaruh debit aliran pada film thickness falling liquid film dengan menggunakan geometri permukaan berbentuk pipa vertikal. Penelitian ini dilakukan dengan cara membuat sebuah alat eksperimen yang menggambarkan aliran falling liquid film, pengukuran dan perhitungan film thickness dengan parameter debit aliran, dan visualisasi hidrodinamika. Diperoleh bahwa debit aliran mempunyai pengaruh terhadap film thickness falling liquid film dimana ketika debit aliran yang dialirkan semakin besar maka film thickness yang dihasilkan juga akan semakin tebal dan hidrodinamika yang dihasilkan ketika film thickness menebal adalah aliran akan semakin bergelombang. Lalu, ketika film thickness menebal maka permukaan yang dialiri oleh falling liquid film mampu terbasahi secara menyeluruh dan merata.

Currently, the use of fossil fuels is still widely used. Excessive use of fossil fuels can cause carbon dioxide emissions to increase and can cause global warming. Thus, AIR research group has a breakthrough by creating a bench-scale Fluid Catalytic Cracking that is capable of moving. However, Fluid Catalytic Cracking has an obstacle where the use of injectors for the cracking process is not perfect. Therefore, AIR research group has an innovation by using Falling Film Evaporator. Falling film evaporator is used to evaporate the oil feed and ensure the oil feed is well evaporated. Falling film evaporator applies Falling Liquid Film, a flow phenomenon that flows downward due to gravity and forms a film. The application of the flow phenomenon has the advantages of being able to provide high heat transfer, high transfer coefficient, and has a short residence time. Heat transfer in falling liquid film flow is influenced by hydrodynamics, one of which is film thickness. Film Thickness becomes one of the influences because when the surface of the falling liquid film flow is well and thoroughly wetted, the effectiveness of heat transfer will be good. So it is necessary to analyze the hydrodynamics of the falling liquid film flow using the film thickness parameter. The purpose of this research is to analyze the effect of flow discharge on the film thickness of falling liquid film using vertical pipe-shaped surface geometry. This research is conducted by making an experimental device that describes the flow of falling liquid film, measurement and calculation of film thickness with flow discharge parameters, and visualization of hydrodynamics. It was found that the flow discharge has an influence on the film thickness of the falling liquid film where when the flow discharge is greater, the resulting film thickness will also be thicker and the hydrodynamics produced when the film thickness thickens is that the flow will be more wavy. Then, when the film thickness thickens, the surface drained by the falling liquid film is able to be wetted thoroughly and evenly."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfian Aby Nurachman
"Latar Belakang : Global warming atau peristiwa meningkatnya suhu rerata bumi disebabkan oleh peningkatan konsentrasi karbondioksida (CO2) pada atmosfer bumi. Peningkatan kadar karbondioksida ini berpengaruh terhadap kesehatan melalui berbagai cara. Dalam tubuh kondisi kadar karbondioksida yang tinggi atau hiperkapnea dapat memberikan pengaruh pada tubuh salah satu nya adalah peningkatan produksi Reactive Oxygen Species (ROS) yang dapat menyebabkan stres oksidatif. Dengan menggunakan sel Peripheral Blood Mononuclear Cell (PBMC), kadar ROS terutama superoksida yang diproduksi akibat paparan CO2 tinggi dapat dideteksi dengan menggunakan dihydroethidium (DHE) assay.
Tujuan : Penelitian ini dilakukan untuk melihat efek pemaparan pada kadar CO2 tinggi terhadap perubahan produksi superoksida pada sel PBMC.
Metode : Sel PBMC diinkubasi pada kadar CO2 yang berbeda yaitu kadar tinggi sebesar 15% dan kontrol 5% CO2. Produksi superoksida pada sel tersebut dapat dilihat menggunakan DHE assay dengan melihat perubahan nilai absorbansi pada fluorometer. Hasil yang didapatkan adalah nilai absorbansi per sel yang menggambarkan kadar superoksida untuk tiap satu sel PBMC.
Hasil : Pemaparan sel PBMC pada kondisi tinggi CO2 (15% CO2) selama 24 jam dan 48 jam secara signifikan meningkatkan produksi superoksida bila dibandingkan dengan kontrol (5% CO2) pada sel PBMC. Namun terdapat penurunan yang signifikan antara paparan tinggi CO2 selama 48 jam bila dibandingkan dengan paparan tinggi CO2 selama 24 jam. Dari sini dapat disimpulkan bahwa paparan tinggi CO2 dapat meningkatkan laju produksi superoksida pada sel PBMC. Selain itu terdapat penurunan kadar superoksida pada sel PBMC apabila lama paparan CO2 tinggi lebih dari 24 jam.
Kesimpulan : pemaparan kadar CO2 tinggi pada sel PBMC selama 24 jam dan 48 jam akan meningkatkan laju produksi ROS terhadap kontrol. Penurunan kadar superoksida pada inkubasi CO2 tinggi selama 48 jam menunjukan ada nya pengurangan kadar superoksida apabila lama inkubasi lebih dari 24 jam.

Background: Global warming or the increase in the average temperature of the earth is caused by an increase in the concentration of carbon dioxide (CO2) in the earth's atmosphere. Increased levels of carbon dioxide affect health in various ways. In the body of conditions high carbon dioxide levels or hypercapnea can give effect to the body one of them is an increase in the production of Reactive Oxygen Species (ROS) which can cause oxidative stress. By using Peripheral Blood Mononuclear Cell (PBMC) cells, ROS levels, especially superoxide produced due to high CO2 exposure can be detected using dihydroethidium (DHE) assay.
Objective: This study was conducted to see the effect of exposure to high CO2 levels on changes in superoxide production in PBMC cells.
Methods: PBMC cells were incubated at different CO2 levels, namely a high level of 15% and a control of 5% CO2. Superoxide production in these cells can be seen using the DHE assay by looking at changes in absorbance values on the fluorometer. The results obtained are absorbance values per cell that describe the levels of superoxide for each one PBMC cell.
Results: Exposure of PBMC cells under high CO2 conditions (15% CO2) for 24 hours and 48 hours significantly increased superoxide production when compared to controls (5% CO ¬ 2) on PBMC cells. However, there was a significant decrease between 48 hours of high CO2 exposure compared to 24 hours of high CO2 exposure. From this it follows that high exposure to CO2 can increase the rate of superoxide production in PBMC cells. In addition there is a decrease in superoxide levels in PBMC cells if the duration of high CO2 exposure is more than 24 hours.
Conclusion: exposure to high CO2 levels in PBMC cells for 24 hours and 48 hours will increase the rate of superoxide production to control. Decrease in superoxide levels in incubation of high CO2 for 48 hours shows that there is a reduction in superoxide levels if the incubation time is more than 24 hours.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Univeritas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>