Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 77502 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Karim Rasyid Karjadi
"Heat pipe sebagai alat penukar panas berukuran kecil memiliki banyak kegunaan di era modern ini. Mulai digunakan oleh NASA untuk sistem pendingin aplikasi luar angkasa karena kemampuan fluks panasnya yang tinggi, dan sekarang heat pipe dapat ditemukan sebagai sistem pendingin pada laptop pada umumnya. Karena dikenal luas sebagai sistem yang efisien, telah banyak penelitian tentang ketahanan termal pipa panas apakah kinerjanya tergantung pada beberapa variabel, dalam hal ini kinerjanya sangat tergantung pada fluida kerja, sudut kemiringan dan masukan panas ke pipa panas. Studi ini berfokus pada merancang pengukur untuk pipa panas bentuk-L untuk tujuan eksperimental untuk memahami bagaimana kinerja termal pipa panas dibandingkan dengan pipa panas lainnya tidak ada fluida kerja di dalamnya yang menjadikannya hanya pipa tembaga biasa, tambahkan juga sudut kemiringan yang dapat disesuaikan untuk menemukan posisi kerja yang paling efisien untuk pipa panas.

Heat pipe as a small heat exchanger has many uses in this modern era. Started to be used by NASA for spaceflight application cooling systems due to its high heat flux capability, and now the heat pipe can be found as a cooling system on laptops in general. As widely recognized as an efficient system, there have been many studies on the thermal resistance of heat pipes whether its performance depends on several variables, in this case its performance is highly dependent in the working fluid, the angle of inclination and the heat input to the heat pipe. This study focuses on designing gauges for L-shape heat pipes for experimental purposes to understand how the thermal performance of the heat pipe compares to other heat pipes no working fluid in it which makes that one just a regular copper pipe, add it too adjustable tilt angle to find the most efficient working position for the heat pipe.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mikael Robertus Kristian
"Pemanfaatan energi matahari sebagai salah satu sumber energi alternatif saat ini tengah digencarkan untuk secara bertahap mulai menggantikan bahan bakar fosil sebagai sumber energi utama dunia. Salah satu bentuk energi matahari yang banyak dimanfaatkan saat ini adalah energi panasnya yang dipakai untuk sistem pemanas air. Pengaplikasian pipa kalor sebagai komponen penyerap panas adalah salah satu terobosan yang baik untuk meningkatkan performa pemanas air.
Penelitian ini dilakukan dengan merancang suatu prototype evacuated tube heat pipe solar collector yang menggunakan enam buah pipa kalor sebagai komponen penyerap dan penghantar panas serta diposisikan pada sudut kemiringan 45 derajat dengan variasi berupa perbedaan konsentarasi fluida kerja Al2O3-air 0.1%, 0.5%, dan 1% serta perbedaan ketinggian lampu, yaitu 20 cm, 40 cm, dan 60 cm.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa semakin tinggi konsentrasi nanofluida Al2O3-air maka performa alat secara keseluruhan semakin meningkat sementara semakin jauh jarak lampu maka performa alat akan semakin menurun. Nilai hambatan termal terendah dicapai pada kombinasi penggunaan fluida kerja Al2O3-air 1% dengan jarak lampu 60 cm, yakni sebesar 4,67 0C/Watt, dan nilai efisiensi tertinggi dicapai pada kombinasi penggunaan fluida kerja Al2O3-air 1% dengan jarak lampu 20 cm, yakni sebesar 0,21.

Utilization of solar energy as an alternative energy source is necessary to gradually replace fossil fuels as the world’s main energy source. One of solar energy application which is widely used today is for water heating system. Application of heat pipe as the component of solar water heating system is a good breakthrough for improving its performance.
This research was carried out by designing a prototype of evacuated tube heat pipe solar collector that uses six heat pipes as the heat absorbent component and positioned at an inclination angle of 45 degrees with variations in the Al2O3-water working fluid concentrations 0.1%, 0.5%, and 1% and lamp distance with the evaporator section of the heat pipes, they are 20 cm, 40 cm, and 60 cm.
The experimental results shows that the enhancement of Al2O3-water nanofluid concentration can increase the performance of the whole system. The lowest thermal resistance was happened on usage of Al2O3-water 1% as the working fluid with lamp distance of 60 cm, which is 0,78 0C/Watt, and the highest efficiency was happened on usage of Al2O3-water 1% as the working fluid with lamp distance of 20 cm, which is 0,21.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S45537
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadli Bakhtiar Aji
"ABSTRAK
Sebagai salah satu teknologi perpindahan panas dua fasa terbaru, pulsating heat pipe (PHP) mempunyai daya tarik tersendiri dalam perkembangan teknologi heat pipe. Pemanfaatan PHP sangat beragam mulai dari aplikasi pendingin elektronika, sampai dengan heat recovery heat exchanger. Pada penelitian ini sebuah PHP didesain pada penggunaan ductwork dengan ukuran 300 x 470 mm. PHP dibuat dengan menggunakan pipa kapiler tembaga dengan diameter dalam 1,7 mm dan diameter luar 3 mm dan panjang total 13,5 m. Panjang bagian evaporator, adiabatik dan kondenser berturut-turut , 260 mm, 240 mm, dan 260 mm. Ethanol dipergunakan sebagai fluida kerja dengan filling ratio sebesar 60%. Hasil penelitian didapatkan bahwa nilai resistansi termal terendah adalah 0.36 K/W pada input kalor 76,1 W. Resistansi PHP cenderung stabil saat sudut inklinasi dari PHP divariasikan. Dengan hasil pengujian kinerja didapatkkan, bahwa PHP sangat mungkin dimanfaatkan heat recovery pada pemanfaatan dengan temperatur 50oC-70oC.

ABSTRACT
As one of the latest technologies of heat transfer in two phases, pulsating heat pipe (PHP) has a special attraction in the development of heat pipe technology. Utilization of PHP is very diverse ranging from electronics cooling applications, up to the heat recovery heat exchanger. In this study, the use of a PHP was designed in ductwork with a size of 300 x 470 mm. PHP created using copper capillary tube with an inner diameter of 1.7 mm and an outer diameter of 3 mm and a total length of 13.5 m. The length of the evaporator, adiabatic and condenser, respectively, 260 mm, 240 mm and 260 mm. Ethanol is used as a working fluid with filling ratio of 60%. The results showed that the lowest thermal resistance value is 0.36 K / W at a heat input 76.1 W. PHP tend to be stable when the angle of inclination of PHP varied. With performance test results obtained, that PHP is very possibly being heat recovery in the utilization temperature of 50 oC-70 oC."
2016
S62934
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herka Manda Putra
"ABSTRAK
Manajemen termal sangatlah penting untuk memastikan kestabilan termal dan daya tahan jangka panjang pada baterai litium-ion. Pipa kalor pipih bersirip digunakan pada penelitian ini untuk membantu pelepasan kalor yang dibangkitkan oleh pemanas melalui baterai. Baterai litium-ion dimodelkan dengan menggunakan aluminium yang menyerupai modul baterai. Sistem saluran pendingin baterai yang dilengkapi dengan kipas diterapkan untuk meningkatkan laju perpindahan kalor yang di lepas oleh pipa kalor. Plat konduksi juga dipasang agar kalor yang diterima oleh pipa kalor dapat diperhitungkan. Pembangkitan kalor divariasikan agar pengaruh hambatan termal dapat terlihat. Dengan adanya pipa kalor, temperatur baterai berkurang secara signifikan. Permodelan baterai 3 dimensi disimulasikan dan dibandingkan dengan hasil data eksperimental. Dengan menggunakan pipa kalor, penurunan temperatur baterai dapat mencapai 55,58 °C pada pembangkitan daya 150 W. Hasil simulasi memperlihatkan persebaran temperatur pada dinding baterai dengan error rata-rata temperatur permukaan baterai terkecil yang menggunakan pipa kalor dan tanpa pipa kalor sebesar 10,70 % dan 5,33 %.

ABSTRACT
Thermal management is critical to ensure thermal stability and long term durability of the lithium-ion battery. Finned heat pipes are used in this study to help dissipating heat generated by heater through the batteries. Lithium-ion batteries modeled by using aluminum that resembles a battery module. The system contain of air duct which is streamed air by fan to increase heat transfer rate. Conduction plate is also fitted so that the heat received by the heat pipe can be calculated. The heat generation is variated so that the effect thermal resistance can be seen. With the heat pipe, the battery temperature is significantly reduced. Model is developed to describe the thermal distribution of the lithium-ion batteries, and compared through both simulation and experiment. By using two heat pipes, battery temperature can be reduce up to 55.58 °C at 150 W heat generation. The simulation shows the temperature distribution on battery surface using heat pipe and without heat pipe with the lowest average error temperature surfaces are 10.70 % and 5.33 %
"
2016
S64919
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S37752
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Raditya Ibnu D.
"Wick atau sumbu kapiler pada heat pipe berfungsi untuk menghantarkan kalor melalui fluida cair dari kondensor menuju evaporator akibat adanya tekanan kapilaritas yang menyebabkan fluida kerja dapat mengalir melalui pori – pori pada wick. Tekanan kapilaritas dipengaruhi oleh sudut kontak yang terbentuk antara fluida cair dengan wick. Semakin tinggi wetability, maka semakin kecil sudut kontak yang terbentuk sehingga tekanan kapilaritas pun akan semakin besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari ukuran butir tembaga, gaya kompaksi dan temperatur sintering pada proses pembuatan wick serta pengaruh paparan udara pada temperatur ruang terhadap sudut kontak yang terbentuk pada permukaan wick dengan air (H2O) sebagai fluidanya. Dengan begitu dapat diketahui parameter pabrikasi yang paling baik untuk menghasilkan wick dengan wetability yang tinggi dengan kata lain sudut kontak terkecil.
Dari percobaan diperoleh dengan meningkatnya ukuran butir tembaga maka sudut kontak yang terbentuk akan semakin kecil. Sedangkan peningkatan gaya kompaksi dan temperatur sintering menyebabkan kenaikan pada sudut kontak. Sudut kontak terkecil didapatkan dengan menggunakan serbuk tembaga 200 μm dikompaksi pada tekanan 40 kN dan disintering pada temperatur 800°C, yaitu sebesar 32,131°. Semakin lama wick terpapar pada udara bebas, maka sudut kontak yang terbentuk akan semakin besar, dan setelah hari ke-7 permukaan wick berubah menjadi hidropobik (sudut kontak > 90°).

The wicks in heat pipe are used to transfer the heat with liquid from the condenser to the evaporator due to capillary pressure. Capillary presssure is affected by contact angle between liquid and the wick. The capillary pressure become higher as the increasing contact angle. The aim this study is to investigate the effect of copper powder diameter, forming force and sintering temperature, and the effect of room ambient air on contact angle so that fabrication parameters can be controlled to get the minimum contact angle that used a water as the working fluid.
It is demonstrated that when copper powder diameter become higher, the contact angle become smaller. Moreover, when the forming force and sintering temperature increase, the contact angle become higher. The minimum contact angle value (32,131°) obtained when the diameter of the copper powder 200 μm that formed with 40 kN and sintered at 800°C. In addition, the contact angle get higher in time when exposed to room ambient air. After 7 days, the wick surface become hydrophobic (contact angle >90°).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57476
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tua, Roland David Hotma
"Energi adalah kebutuhan utama manusia dan kebutuhan ini terus meningkat sepanjang tahun. Selama ini, manusia sangat tergantung pada energi fosil dan gas dan hal ini membuat ketersediaan energi tersebut di alam semakin berkurang sehingga diperlukan peningkatan penggunaan energi alternatif terbarukan, salah satunya adalah energi matahari sebagai sumber energi utama di bumi. Salah satu aplikasi energi matahari yang paling terkenal adalah untuk memanaskan air guna kebutuhan rumah tangga dengan menggunakan berbagai macam sistem pemanas air, salah satunya adalah evacuated tube heat pipe solar collector.
Pada penelitian ini, perancangan dan pengujian evacuated tube heat pipe solar collector dilakukan pada beberapa posisi kemiringan dan fluida kerja, untuk melihat kinerja perpindahan kalornya sebagai suatu sistem pemanas air. Pengujian dilakukan dengan fluida kerja air dan Al2O3-air 0,1% pada sudut kemiringan 0°, 15°, 30°, dan 45°. Pipa kalor yang digunakan menggunakanscreen mesh sebagai sumbu kapiler. Dalam pengujian, temperatur masuk air yang dipanaskan dijaga tetap pada temperatur 30°C.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa peningkatan sudut kemiringan dapat meningkatkan kinerja perpindahan kalor alat. Sudut kemiringan yang optimal diperoleh pada sudut 30°. Penggunaan nano fluida Al2O3-air 0,1% sebagai fluida kerja juga mampu meningkatkan kinerja perpindahan kalor alat. Efisiensi paling besar alat diperoleh pada sudut kemiringan 30o dengan fluida kerja Al2O3-air 0,1%, yaitu sebesar 0,196.

Energy is a primary need of human being and the need keeps increasing every year. Until now, people are very dependent to fossil and gas energy and this causes the availability of these two kinds of energy keeps more and more decreasing. Therefore, it is a necessary to increase using of renewable alternative energy, one of them is solar energy as the source of primary energy on earth. One of the most well-known application of solar energy is for heating water as a household need by using kinds of water heater system, one is evacuated tube heat pipe solar collector.
On this research, a designing and experimental investigation of evacuated tube heat pipe solar collector has been done on variation of working fluid and angle of inclination to investigate its heat transfer performance as a water heater system. Experiments were done with water and Al2O3-water 0,1% as the working fluids on inclination of 0°, 15°, 30°, dan 45°. Heat pipes used in this experiment use screen mesh as wick. In this experimental investigation, inlet temperature of heated water was maintained at 30°C.
Results of experiments show that increasing inclination will enhance the heat transfer performance of the system. The optimal inclination is discovered at 30o. The using of nanofluid Al2O3-water 0,1% as the working fluid is also able to improve the heat transfer performance of the system. Highest eficiency of the system was found at 30° inclination with Al2O3-water 0,1% as the working fluid, that is 0,196.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S45177
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhalimah Aprianingsih
"ABSTRACT
Panas yang dihasilkan pada sebuah motor listrik dapat meningkatkan temperatur kerja. Temperatur kerja yang berlebihan akan menurunkan performa dan mempersingkat masa pakai. Oleh karena itu, sebuah sistem manajemen termal yang tepat diperlukan untuk menurunkan temperatur kerja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan nilai performa motor listrik menggunakan pulsating heat pipe sebagai sistem manajemen termal dengan menurunkan temperatur kerja motor listrik secara eksperimental. Sebuah prototipe sistem manajemen termal motor listrik dibuat menggunakan cartridge heater sebagai pengganti rotor dan stator dalam menstimulasikan panas. Masing-masing pulsating heat pipe dipasang pada sisi hexagonal mounting di dalam motor listrik. Pulsating heat pipe terbuat dari pipa kapiler dengan material tembaga yang menggunakan acetone dan methanol sebagai fluida kerja dengan rasio pengisian 0.5, dengan variasi dari input beban kalor. Penggunaan pulsating heat pipe dapat menurunkan temperatur motor listrik dengan fluida kerja acetone dan methanol berturut-turut sebesar 84.05oC dan 82.31oC, dengan resistansi termal minimum 0.21oC/W dan 0.26oC/W, pada beban kalor 120 W.

ABSTRACT
Heat generated on an electric motor can increase the working temperature. Excessive working temperature will reduce its performance and shorten the life. Therefore, an appropriate thermal management system is required to reduce the working temperature. The purpose of this study is to determine the thermal performance of pulsating heat pipe which applied in electric motor as a thermal management system. A prototype of thermal management on an electric motor with a cartridge heater is constructed instead of a heat generating rotor and stator. Each pieces of pulsating heat pipe are mounted on the side of hexagonal mounting inside the electric motor. The pulsating heat pipes are made of a capillary tube with copper material using acetone and methanol as working fluid with a filling ratio of 0.5, with variation of heat load. Using pulsating heat pipe can reduce electric motors working temperature with variation of working fluid acetone and methanol by 84.05oC and 82.31oC, with minimum thermal resistance of 0.21 oC W and 0.26oC W at heat load of 120 W."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Revaldy Putra Agatha
"Besarnya kenaikan angka emisi gas karbon saat ini tengah menjadi tantangan cukup besar bagi global. Saat ini kendaraan listrik sedang banyak digunakan karena dinilai dapat menjadi terobosan untuk mengurangi emisi gas karbon. Tujuan dari penelitian ini akan dibahas mengenai performa penggunaan sistem manajemen termal pasif pada baterai kendaraan listrik dengan menggunakan kombinasi heat sink, heat pipe dan phase change material. Pengujian dilakukan dengan mengukur temperatur pada dinding simulator baterai dengan menggunakan termokopel tipe K dengan modul NI DAQ 9214, c-DAQ 9174, dan tegangan listrik menggunakan digital power meter. Variasi pengujian dilakukan dengan memvariasikan besar daya pembangkitan panas pada heater yang terhubung pada simulator baterai sebagai representasi dari heat losses yang timbul saat baterai bekerja yaitu sebesar 9 W, 27 W, dan 45 W dan juga variasi komponen sistem pendingin yaitu pengujian baterai tanpa sistem pendingin, baterai dengan sistem pendingin heat sink, heat pipe, dan PCM serta baterai dengan sistem pendingin heat sink dan PCM. Dalam penelitian ini PCM yang digunakan adalah Rubitherm tipe RT 38. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penurunan temperatur terbesar terjadi ketika dilakukan variasi daya pembangkitan panas 45 W dengan sistem pendingin menggunakan heat sink, heat pipe dan PCM dimana penurunan yang terjadi mencapai 22,95% dari 63,89 menjadi 49,23. Sedangkan pada daya 27 W temperatur baterai menurun sebesar 6,7% dari 49,4°C menjadi 46,09°C dan untuk daya pembangkitan panas 9 W temperatur baterai menurun sebesar 0,36% dari 41,20°C menjadi 41,05°C. Selain itu dilakukan juga variasi pengujian dengan menghilangkan heat pipe untuk melihat pengaruh penggunaannya. Didapatkan pada variasi 45 W temperatur baterai menurun sebesar 22,07% menjadi 49,79°C. Sementara pada daya 27 W temperatur baterai menurun sebesar 6,28% menjadi 46,3°C dan untuk daya 9 W terjadi penurunan temperatur sebesar 0,61% menjadi 40,95°C. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem pendinginan baterai menggunakan kombinasi heat sink, heat pipe dan PCM sebagai sistem pendingin pasif adalah metode pendinginan baterai yang efektif untuk mengurangi temperatur kerja pada baterai kendaraan listrik yang dapat dijadikan opsi penggunaannya untuk masa depan.

The current increase in carbon gas emissions poses a significant challenge globally. Electric vehicles are currently being widely used as they are considered a breakthrough in reducing carbon gas emissions. The objective of this research is to discuss the performance of using a passive thermal management system on electric vehicle batteries by utilizing a combination of heat sink, heat pipe, and phase change material (PCM). The testing was conducted by measuring the temperature on the battery simulator wall using a type K thermocouple with NI DAQ 9214 module, c-DAQ 9174, and electric voltage measured using a digital power meter. The testing variations were performed by varying the heat generation power on the heater connected to the battery simulator, representing the heat losses that occur during battery operation, namely 9 W, 27 W, and 45 W. Additionally, variations of cooling system components were tested, including battery testing without a cooling system, battery with a cooling system using heat sink, heat pipe, and PCM, as well as battery with a cooling system using heat sink and PCM. In this research, Rubitherm RT 38 type PCM was used. The results of this study indicate that the largest temperature reduction occurred when the heat generation power was varied at 45 W with a cooling system consisting of heat sink, heat pipe, and PCM, resulting in a reduction of 22.95% from 63.89°C to 49.23°C. For 27 W power, the battery temperature decreased by 6.7% from 49.4°C to 46.09°C, and for 9 W heat generation, the battery temperature decreased by 0.36% from 41.20°C to 41.05°C. Furthermore, testing variations were also performed by eliminating the use of heat pipe to observe its impact. It was found that at the 45 W variation, the battery temperature decreased by 22.07% to 49.79°C. Meanwhile, for 27 W power, the battery temperature decreased by 6.28% to 46.3°C, and for 9 W heat generation, there was a temperature reduction of 0.61% to 40.95°C. Based on the results of this research, it can be concluded that cooling the battery using a combination of heat sink, heat pipe, and PCM as a passive cooling system is an effective method to reduce operating temperature in electric vehicle batteries, which can be considered as an option for future use."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Angga Dexora
"Meningkatnya kebutuhan hidup menuntut kita untuk melakukan pekerjaan dengan lebih cepat, praktis dan dengan tenaga yang besar. Motor listrik adalah alat yang berperan penting dalam dunia industri. Penggunaan motor listrik dalam waktu yang lama akan mengakibatkan temperatur motor listrik melebihi temperatur kerja yang disarankan. Temperatur yang berlebih dapat mengakibatkan umur pakai dan efisiensi dari motor listrik menjadi berkurang. Salah satu solusi aplikatifnya adalah menggunakan heat pipe berbentuk - L sebagai pendingin pada motor listrik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui performa heat pipe berbentuk - L dalam mendinginkan motor listrik. Variasi yang dilakukan dalam pengujian ini adalah daya, waktu dan jumlah heat pipe.
Dari hasil penelitian ini penggunaan 8 buah heat pipe berbentuk - L dapat membuat temperatur dinding motor pada kisaran 68,21oC. Jumlah kalor paling tinggi yang dapat dilepas heat pipe ke lingkungan yaitu 25,515 J/s dan laju perpindahan kalor pada motor paling rendah ketika beban maksimal 150 W adalah 108,504 J dengan penggunaan 8 buah heat pipe.

The increasing of people?s needs require us to work faster, do more practical and need a high power. Electric motor is the important tool in industry. However, the use of an electric motor for a long time may cause the electric motor exceed the recommended working temperature. The exceed temperature may reduce teh lifespan and the efficiency of the electric motor. One of the applicative solution is using L - shaped heat pipe as a cooler on electric motor. This research aims to determine the performance of the L - shaped heat pipe effectiveness in cooling the electric motor. The variants of this research are power, time, and the number of the heat pipes.
The result of this research by using 8 L - shaped heat pipes is these pipes can raise the motor wall temperature until around 68.21oC. The highest heat that heat pipe can release to surroundings is 25.525 J/s and the lowest heat transfer in motor when using 150 W load is 108.504 J by using 8 heat pipes.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S62536
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>