Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 189864 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Putra Fajar Angkasa
"Tes HIV merupakan pintu gerbang awal yang menghubungkan dengan pelayanan pencegahan HIV lainnya. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku tes HIV pada LSL merupakan hal yang penting untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam merancang program intervensi yang bertujuan untuk meningkatkan angka tes HIV. Sebuah studi potong lintang dilakukan dengan menggunakan data STBP 2015 pada 921 LSL. Hubungan perilaku tes HIV diestimasi melalui nilai prevalens odds ratio (POR) dan 95% confidence interval (CI). Dari 921 LSL, 781 (84,8%) LSL memiliki perilaku tes HIV yang baik. Faktor yang berpengaruh secara independen dengan perilaku tes HIV pada LSL adalah umur (aPOR: 3,472; 95% CI: 2,164 – 5,572), tempat tinggal (aPOR: 1,678; 95% CI: 1,136 – 2,478) dan keterpaparan informasi (aPOR: 6,506; 95% CI: 3,821 – 11,077) dengan keterpaparan informasi menjadi variabel yang dominan dalam hubungannya dengan perilaku tes HIV

HIV testing is the initial gateway and links HIV cases to HIV care, support and treatment. Understanding the factors associated with HIV testing among men who have sex with men (MSM) is important to be taken for consideration in the planning of intervention programs that aimed to increase HIV testing rates. A cross-sectional study was conducted using IBBS 2015 data on 921 MSM. Association between HIV testing behavior was estimated through the prevalence odds ratio (POR) and 95% confidence interval (CI). Of 921 MSM, 781 (84.8%) MSM had good HIV testing behavior. Factors independently associated with HIV testing behavior are age (aPOR: 3,472; 95% CI: 2,164 - 5,572), recent living situation (aPOR: 1,678; 95% CI: 1,136-2,478) and recent exposed HIV information (aPOR: 6,506; 95% CI: 3,821 - 11,077) with recent exposed HIV information as a dominant variable in association with HIV testing."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggi Purwaningsih
"Tren infeksi HIV di Indonesia memperlihatkan adanya peningkatan jumlah infeksi baru terutama di kalangan LSL. Tingginya laju epidemi HIV dapat ditekan dengan menerapkan perilaku seks aman yaitu dengan menggunakan kondom. Efektivitas kondommencapai 95% jika digunakan secara konsisten. UNAIDS (2016) menyebutkan bahwa penggunaan kondom secara konsisten terbukti sulit dicapai di semua populasi. Penggunaan kondom pada kalangan LSL secara global tidak mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku penggunaan kondom pada LSL dilihat berdasarkan teori perilaku Green (faktor predisposisi, pemungkin, dan penguat). Desain studi yang digunakan adalah cross sectional dengan sumber data sekunder dari hasil STBP tahun 2018. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat menggunakan uji chi square.Total jumlah sampel penelitian adalah 3.399 LSL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku penggunaan kondom adalah umur, pendidikan, pekerjaan, persepsi risiko tertular HIV/AIDS, pengetahuan tentang HIV/AIDS, ketersediaan kondom, akses sumber informasi, program pencegahan HIV/AIDS, dan program tes HIV. Oleh karena itu perlu dilakukan pengembanganintervensi HIV/AIDS berbasis internet, memperkuat kerjasama dengan OMS dan tokoh yang dekat dengan LSL (mami/mucikari, komunitas LSL), dan mengembangkan model layanan kesehatan ramah LSL.

HIV infection trends in Indonesia show an increasing number of new infections, especially among MSM. The high rate of the HIV epidemic can be suppressed by implementing safe sex behaviors, especially by using condoms. The effectiveness of condoms reaches 95% if used consistently. UNAIDS (2016) stated that the use of condoms consistently was difficult to achieve in all populations. Condom use among MSM globally has not increased in recent years. This study aims to determine the factors associated with condom use behavior among MSM based on Green's behavioral theory (predisposing, enabling, and reinforcing factors). This cross-sectional study was conducted among 3.399 MSM selected from IBBS 2018. Univariate and bivariate (chi square) analyses were performed to identify factors associated with condom use behavior. The results showed that the factors associated with condom use behavior were age, education, occupation, perceived risk of contracting HIV/AIDS, knowledge about HIV/AIDS, condom availability, access to information sources, HIV/AIDS prevention programs, and HIV testing programs. Therefore, it is necessary to develop internet-based HIV/AIDS interventions, strengthen collaboration with CSOs and figures close to MSM (mothers/pimps, MSM communities), and develop MSM-friendly health service models."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Nugraheni
"Latar Belakang: Laki-laki yang berhubungan seksual dengan laki-laki LSL merupakan populasi yang sedang berkembang dan memiliki masalah-masalah spesifik, salah satunya gangguan jiwa yang merupakan manifestasi dari psikopatologi. Faktor-faktor yang memengaruhi psikopatologi pada LSL penting untuk diketahui.
Objektif: Tujuan penelitian ini adalah mencari jenis psikopatologi yang ada pada populasi LSL dan faktor-faktor yang berhubungan di dua lembaga swadaya masyarakat LSM khusus LSL di Jakarata.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode studi potong lintang. Sampel diambil dengan metode cluster random sampling. Pengukuran data dilakukan menggunakan kuesioner Brief COPE untuk mengukur mekanisme koping, WHOQOL-Bref untuk mengukur kualitas hidup, dan SCL-90 untuk mengukur psikopatologi. Data lain yang diukur adalah data demografik, status seksual, keterbukaan orientasi seksual, HIV/AIDS dan penggunaan NAPZA, dan perilaku seksual berisiko. Analisis data menggunakan uji bivariat menggunakan Pearson chi-square atau Fisher rsquo;s exact test dan dilanjutkan dengan uji multivariat menggunakan regresi logistik.
Hasil: Terdapat 100 sampel yang dimasukkan ke dalam analisis data. Sebagian besar responden mengalami psikopatologi 77. Psikopatologi yang paling banyak ditemukan adalah depresi 29. Analisis multivariat menunjukkan bahwa pernah tidak menggunakan kondom 3 bulan terakhir, membuka orientasi seksual kepada keluarga, dan menggunakan mekanisme koping negatif meningkatkan risiko psikopatologi sebesar 2.9 kali, 2 kali dan 1.4 kali IK 95 =1.0-8.9; IK 95 =0.5-8.2; IK 95 =0.3-5.7.

Background: Men who have sex with men MSM is a growing population with specific problems such as mental disorder, a manifestation of psychopathology. The factors associated with psychology is an important matter to discuss.
Objective: The purpose of this study is to portrait the pychopathology in MSM population and the related factors in two organizations which care about MSM's well being in Jakarta.
Methods: This is a cross sectional study using cluster random sampling. Coping mechanism, psychopathology and quality of life were measured using Brief COPE, SCL 90 and WHOQOL Bref. Demography of the respondents, sexual status, disclosure of sexual orientation, HIV AIDS status, drug use, and risky sexual behavior were also measured. Bivariate analysis using Pearson chi square or Fisher's exact test was continued with multivariate analysis using logistic regression model.
Results: Data from one hundred respondents were analyzed. Most of them have psychopathology 77, especially depression 29. Never use condoms in the last 3 months, disclosing sexual orientation to family member, and negative coping mechanisms increase the risk of psychopathology 2.9 times, 2 times, and 1.4 times 95 CI 1.0 8.9 95 CI 0.5 8.2 95 CI 0.3 5.7 .
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58974
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Yari Arfila
"[Prevalensi Infeksi sifilis sampai saat ini merupakan masalah kesehatan masyarakat. Perilaku homoseksualitas, berganti-ganti pasangan serta penggunaan kondom memperbesar terjadinya risiko penularan sifilis.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Faktor-faktor yang berhubungan dengan statusinfeksi sifilis pada laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki (LSL) di Klinik IMS/ VCT Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur Tahun 2015. Desain penelitian ini menggunakan cross sectional, dengan penelitian kuantitatif dan data sekunder dengan jumlah sampel sebanyak 227 LSL.
Tekhnik pengambilan sampel menggunakan penentuan besar sampel minimal dengan rumus estimasi proporsi berdasarkan penelitian terdahulu (infeksi sifilis positif 38%). Pengolahan data dilakukan dengan analisis univariat dan bivariat.
Berdasarkan hasil analisis univariat terdapat 49% LSL yang positif sifilis, 59% LSL berumur muda (15-30 tahun), LSL yang tingkat pendidikan rendah (SMA) yaitu 61%. LSL yang tidak pernah menggunakan kondom dalam satu minggu terakhir sebanyak 68% , dan LSL yang mempunyak jumlah pasangan lebih dari 2 sebanyak 73%.
Berdasarkan hasil analisis bivariat variabel yang berhubungan terhadap status infeksi sifilis yaitu usia LSL (OR= 2,1 (95% CI; 1,272-3,723), penggunaan kondom (OR 4,8 (95% CI; 1,292-17,948), dan jumlah pasangan seksual (OR= 13,7 (95% CI; 5,831 -31,809).
Dari hasil penelitian ini diharapkan Puskesmas Pasar Rebo dapat meningkatkan kegiatan penyuluhan terkait dengan pencegahan infeksi sifilis yaitu penggunaan kondom dan aktivitas seksual yang berganti-ganti pasangan di kalangan LSL dengan untuk menekan angka infeksi sifilis pada LSL di Puskesmas Pasar Rebo Jakarta Timur.

The prevalence of syphilis infection until now a public health problem. Behavior homosexuality, promiscuity and condom use increase the risk of transmission of syphilis. The purpose of this study was to determine factors - factors related to the infection status of syphilis in men who have sex with men (MSM) in Clinical STI/VCT Puskesmas Pasar Rebo, East Jakarta in 2015.
The study design was cross sectional, with quantitative research and secondary data with a total sample of 227 LSL. The sampling technique using a minimum sample size determination by the formula estimates the proportion based on previous research (38% of positive syphilis infection). Data processing was performed with univariate and bivariate analyzes.
Based on the results of the univariate analysis there are 49% positive MSM with syphilis, 59% of MSM young age (15-30 years), low education level of MSM (SMA) is 61%. MSM who have never used a condom in the past week as much as 68%, and MSM who experiences a number of pairs of more than 2 as much as 73%.
Based on the results of the bivariate analysis of variables related to the status of that age MSM syphilis infection (OR = 2.1 (95% CI; 1.272 to 3.723), condom use (OR 4.8 (95% CI; 1.292 to 17.948), and the number of partners sex (OR = 13.7 (95% CI; 5.831 -31.809).
From the results ofthis study are expected Puskesmas Pasar Rebo could increase counseling activities related to the prevention of syphilis infectionis the use of condoms and sexual activity multiple partners among MSM with to reduce the number of syphilis infections in MSM in Puskesmas Pasar Rebo, East Jakarta., The prevalence of syphilis infection until now a public health problem. Behavior homosexuality, promiscuity and condom use increase the risk of transmission of syphilis. The purpose of this study was to determine factors - factors related to the infection status of syphilis in men who have sex with men (MSM) in Clinical STI / VCT Puskesmas Pasar Rebo, East Jakarta in 2015.The study design was cross sectional, with quantitative research and secondary data with a total sample of 227 LSL. The sampling technique using a minimum sample size determination by the formula estimates the proportion based on previous research (38% of positive syphilis infection). Data processing was performed with univariate and bivariate analyzes.Based on the results of the univariate analysis there are 49% positive MSM with syphilis, 59% of MSM young age (15-30 years), low education level of MSM (SMA) is 61%. MSM who have never used a condom in the past week as much as 68%, and MSM who experiences a number of pairs of more than 2 as much as 73%. Based on the results of the bivariate analysis of variables related to the status of that age MSM syphilis infection (OR = 2.1 (95% CI; 1.272 to 3.723), condom use (OR 4.8 (95% CI; 1.292 to 17.948), and the number of partners sex (OR = 13.7 (95% CI; 5.831 -31.809). From the results ofthis study are expectedPuskesmasPasarRebocould increasecounseling activitiesrelatedto the prevention ofsyphilisinfectionis the useof condoms andsexual activitymultiple partnersamong MSMwithtoreduce the number ofsyphilis infections inMSMinPuskesmasPasar Rebo, East Jakarta.]
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S61885
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meiliyana
"Perilaku lelaki berhubungan seks tidak aman dengan lelaki merupakan perilaku yang cenderung tertutup dan sulit ditemui di populasi umum, dengan jumlah kaum LSL yang semakin meningkat dan prevalensi HIV dan IMS masih tinggi di kalangan LSL, penelitian terkait HIV pada LSL masih belum banyak ditemui di Indonesia, serta kejadian HIV yang merupakan salah satu masalah kesehatan yang timbul dengan berbagai faktor.
Desain penelitian ini adalah potong lintang, dengan menggunakan data sekunder Surveilans Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) pada kelompok Lelaki suka Seks dengan Lelaki (LSL) di Indonesia Tahun 2011, Variabel dependen adalah kejadian HIV (+) dan variabel independennya meliputi karakteristik demografi (umur, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan), pengetahuan mengenai HIV-AIDS, perilaku (perilaku seksual dengan pasangan seks tetap, konsumsi napza, merasa berisiko tertular, riwayat mengalami gejala IMS), dan layanan klinik VCT. Analisis data yang dilakukan adalah analisis univariat dan analisis bivariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi LSL yang mengalami status HIV(+) sebesar 8,5%, rata-rata umur LSL yaitu 29 tahun, sebagian besar LSL berpendidikan SMU/sederajat sebesar 52%, sebagian besar bekerja sebagai karyawan sebesar 32,4%, dengan status belum kawin sebesar 77,5%. Proporsi LSL yang memiliki pasangan tetap sebesar 56,3%. Sebagian besar LSL tidak mengkonsumsi napza sebesar 89,6%, merasa berisiko tertular 64,5% dan sebesar 30,7% LSL pernah mengalami gejala IMS, serta sebagian besar reponden tidak di rujuk ke layanan VCT sebesar 77,2%.
Faktor-faktor yang ada hubungan bermakna dengan kejadian HIV (+) pada LSL adalah tingkat pendidikan, status belum kawin dibandingkan dengan status kawin, bekerja disalon/panti pijat yang dibandingkan karyawan, merasa berisiko tertular, dan layanan klinik VCT.

The behavior of men having unsafe sex with men is tend to be closed and difficult to find in the general population. With the increasing number MSM (Men who have Sex with Men) and prevalence of HIV and STI stil remains high among MSM, HIV-related research on MSM also not widely found in Indonesia, as well as the case of HIV is a health issues that causes with various factors.
The study design was cross-sectional, using secondary data Integrated Biological and Behavioral Surveillance (IBBS) in the group of Men who have Sex with Men (MSM) in Indonesia in 2011. The dependent variable is HIV (+) incidence and the independent variables include demographic characteristics (age, education, occupation, marital status), knowledge about HIV-AIDS, behavior (sexual behavior, drug consumption, perceive by risk of contracting, history of IMS symptoms) and VCT clinics services. Data analysis was performed by univariate and bivariate analysis.
The results showed that the proportion of MSM with HIV (+) status approximately 8.5% , the MSM average age is 29 years old, most of the MSM education was high school/equivalent was 52%, mostly working as an employee approximately 32.4%, unmarried status approximately 77.5%. The proportion of MSM who had a regular partner approximately 56.3 %. Most of the MSM do not consume drugs approximately 89.6%, perceive by risk of contracting approximately 64.5% and approximately 30.7% of MSM had experienced symptoms of IMS, as well as most of the respondents did not refer to the VCT service approximately 77.2%.
Factors that not have significant correlation with the incidence of HIV (+) on MSM is: level of education, unmarried status compared with marital status, work at salon / massage parlor compared by office employees, perceive by risk of contracting , and the VCT clinic services.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S54551
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firda Azizah Ahmad
"Latar belakang: Pemerintah DKI Jakarta melakukan berbagai upaya untuk mengatasi HIV/AIDS melalui berbagai inisiatif: layanan tes HIV, pengobatan PrEP, dan kondom gratis. LSL di wilayah ini masih menghadapi tantangan dalam mengakses kondom gratis. Perilaku berganti-ganti pasangan melalui aplikasi meningkatkan risiko hubungan seksual tanpa kondom, yang berpotensi menyebabkan penularan HIV/AIDS yang lebih tinggi. Penelitian ini membahas faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pencegahan HIV/AIDS melalui perilaku seks aman menggunakan kondom pada LSL di DKI Jakarta. Metode: Studi cross-sectional melalui kuesioner pada bulan November 2023 melibatkan 208 responden, menganalisis perilaku seks aman menggunakan kondom, pengetahuan tentang HIV, dan persepsi pencegahan HIV/AIDS. Pengetahuan terkait HIV dinilai dengan menggunakan kuesioner HIV-K18 dan teori Health Belief Model. Menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan p-value <0,05 dianggap signifikan. Hasil: Di antara 189 responden yang memenuhi syarat, tingkat seks aman dengan menggunakan kondom termasuk moderat. Persepsi manfaat (p-value 0,006), persepsi hambatan (p-value 0,039), dan efikasi diri (p-value 0,015) memiliki korelasi positif dengan perilaku seks aman menggunakan kondom, sementara persepsi keparahan (p-value 0,035) berkorelasi negatif. Kesimpulan: Sebagian besar LSL di DKI Jakarta masih berisiko tinggi terinfeksi HIV/AIDS karena tidak menerapkan perilaku seks aman. Pemerintah perlu merancang program edukasi yang lebih spesifik dan relevan dengan konteks LSL, serta memastikan distribusi kondom gratis yang mudah diakses untuk mengatasi masalah ini.

Background: Despite the Jakarta government's efforts to address HIV/AIDS through various initiatives: HIV testing services, availability of PrEP treatment, and distribution of free condoms. MSM in the region still face challenges in accessing free condoms. The common practice of changing partners through applications increases the risk of unprotected sexual encounters, potentially leading to higher HIV/AIDS transmission. This study examined the factors that influence the behaviour of MSM in DKI Jakarta to prevent HIV/AIDS by practicing safe sex using condoms. Methods: A cross-sectional questionnaire was conducted in November 2023 with 208 respondents to assess safe sex behaviour using condoms, HIV knowledge, and perceptions of HIV/AIDS prevention. HIV-related knowledge was assessed using the HIV-K18 questionnaire and the Health Belief Model theory. Univariate and bivariate analyses were used and p-value < 0,05 was considered significant. Result: Among the 189 qualified respondents, the rate of safe sex practice with the use of condom was moderate. Perceived benefits (p-value 0.006), perceived barriers (p-value 0.039), and self-efficacy (p-value 0.015) were positively correlated to safe sex practice with the use of condom, while perceived severity (p-value 0.035) was negatively correlated. Conclusion: A significant number of MSM in DKI Jakarta remain at high risk of HIV/AIDS infection due to unsafe sex. The government should design more specific and contextualised education programmes for MSM and ensure that free condoms are easily accessible to address this public health concern."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elvan Abdi Fajriansyah
"Lelaki yang Seks dengan Lelaki (LSL) berada pada posisi yang rentan untuk tertular dan menularkan HIV melalui hubungan seksual berisiko.Di Indonesia, LSL menyumbang persentase sekitar 44,93% dari keseluruhan kasus baru di 2019. Meskipun akses terhadap Voluntary Counseling and Testing (VCT) sudah dibuka lebar namun pemaanfaatannya masih tergolong rendah. Terdapat banyak faktor yang dapat memengaruhi perilaku periksa VCT pada kalangan LSL. Melalui studi potong lintang ini diteliti hubungan antara faktor-faktor berpengaruh diantaranya usia, tingkat pendidikan, status pekerjaan, status hubungan, pengetahuan tentang HIV/AIDS, Stigma terkait HIV, dan dukungan sosial serta hubungannya dengan perilaku periksa VCT. Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 100 responden dengan metode pengumpulan snowball sampling. Penelitian ini menggunakan beberapa kuesioner diantaranya kuesioner perilaku periksa VCT yang dibuat dan dimodifikasi sendiri, HIV-KQ-18, HIV-Anticipated Stigma, serta Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan terhadap HIV/AIDS dengan perilaku periksa VCT (p = 0,032; α = 0,05). Selain itu, ditemukan terdapat hubungan bermakna antara stigma terkait HIV dengan perilaku periksa VCT (p = 0,014; α = 0,05). Tidak ditemukan hubungan bermakna antara usia, tingkat pendidikan, status pekerjaan, status hubungan, dan dukungan sosial terhadap perilaku periksa VCT (p > 0,05).

Men who have sex with men (MSM) are in a vulnerable position to contracting and transmitting HIV through risky sexual intercourse. In Indonesia, MSM accounted for around 44.93% of all new cases in 2019. Even though access to Voluntary Counseling and Testing (VCT) has been widely opened, its utilization is still relatively low. There are many factors that can influence VCT checking behavior among MSM. This cross-sectional study examined the relationship between influential factors including age, education level, employment status, relationship status, knowledge of HIV/AIDS, HIV-related stigma, and social support and its relationship with VCT checking behavior. The number of samples used in this study were 100 respondents with the snowball sampling method. This study used several questionnaires including self-modified VCT checking behavior questionnaires, HIV-KQ-18, HIV-Anticipated Stigma, and the Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS). The results of the bivariate analysis showed that there was a significant relationship between knowledge of HIV/AIDS and VCT checking behavior (p = 0.032; α = 0.05). In addition, it was found that there was a significant relationship between HIV-related stigma and VCT checking behavior (p = 0.014; α = 0.05). No significant relationship was found between age, education level, employment status, relationship status, and social support on VCT checking behavior (p > 0.05)."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arum Zulaikhah
"Kasus baru HIV di Indonesia cenderung terus mengalami peningkatan. Sedangkan, tren di dunia mengalami penurunan. LSL merupakan kelompok risiko tinggi. Pencegahan penularan HIV dilakukan dengan perubahan perilaku. Studi ini menggunakan studi crossectional pada 1.161 sampel hasil STBP 2015 pada kelompok LSL. Variabel independennya adalah pengetahuan tentang pencegahan dan penularan HIV-AIDS, dan pengetahuan status HIV diri sendiri. Variabel dependennya adalah perilaku seks berisiko HIV-AIDS yang terdiri dari perilaku jumlah pasangan seks>1 dan penggunaan kondom tidak konsisten. Variabel lain terdiri dari umur, status pekerjaan, pendidikan, akses ke pelayanan pencegahan penularan HIV-AIDS, dan akses internet tentang pencegahan dan penularan HIV-AIDS. Penelitian ini menggunakan analisis univariat, dan bivariat. Analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan antara variabel independen, dan variabel lain dengan perilaku seks berisiko HIV-AIDS. Terdapat hubungan pengetahuan status HIV diri sendiri dan pelayanan pencegahan penularan HIV-AIDS dengan jumlah pasangan seks>1 PR=0,85(0,74-0,99) dan PR=0,83(0,72-0,96). Hal ini kuat hubungannya dengan perceived behavioral control pada LSL. Hubungan antara pengetahuan status HIV, pelayanan pencegahan dan penularan HIV-AIDS, serta akses terhadap internet tentang pencegahan penularan HIV-AIDS dengan penggunaan kondom yang tidak konsisten PR=1,14(1,02-1,28), PR=1,18(1,06-1,33), PR=1,16(1,02-1,31). Maka, perlu program peningkatan pengetahuan status HIV diri sendiri, penguatan pelayanan pencegahan penularan HIV-AIDS.

HIV new cases in Indonesia increasing, while global is decreasing. MSM is high risk group. Prevention of HIV transmission can to be done with behavioral change. This study applied crossectional study on 1,161 samples of 2015 IBBS results in MSM. Independent variables in this study are knowledge about prevention and transmission of HIV-AIDS, and knowledge of their own HIV status. The dependent variable is HIV-AIDS sexual behavior risk, such as having partner>1 and inconsistency of condom use. Other variables are age, jobs status, education level, access to prevention and transmission of HIV-AIDS services, and internet access about prevention and transmission HIV-AIDS. This research implemented univariate and bivariate analysis. Result of bivariate analysis reflects that there is no association between independent and other variables with HIV-AIDS risk sexual behavior. There is a relationship between knowledge of their own HIV status and services for prevention, transmission of HIV-AIDS with the number of sex partners>1 PR=0.85(0.74-0.99) and PR=0.83(0.72-0.96). This has significant association with perceived behavioral control among MSM. Association between knowledge of their HIV status and knowledge about prevention and transmission of HIV-AIDS as well as access to internet with incosistency condom use are PR=1,14(1,02-1,28), PR=1,18(1,06-1,33), PR=1,16(1,02-1,31). Hence, program strengthening for increasing knowledge of HIV status as well as HIV-AIDS prevention and transmission are essential."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yatinawati
"ABSTRAK
HIV Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang data menginfeksi sel padasystem kekebalan tubuh yang dapat menghancurkan atau merusak fungsinya. Infeksidari virus ini berkaitan pada kerusakan progresif dari sistem kekebalan tubuh yang dapatmengarah pada defisiensi imun. Kasus HIV pada LSL mengalami peningkatan daritahun 2007 yaitu 5,35 tahun 2013 menjadi 17,29 . Tujuan dari penelitian ini adalahUntuk mengetahui determinan yang berhubungan dengan kejadian HIV pada LSL diIndonesia Tahun 2015. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengananalisis cox regression yang mana untuk melihat seberapa besar dampak yangditimbulkan pada faktor risiko HIV. Sampel minimal dalam penelitian ini adalah 690sampel. Hasil dari penelitian ini adalah status Sifilis, Gonore atau Klamidiaberhubungan dengan kejadian HIV p-value < 0,05. Hal ini dapat diharapkan pada LSLterkait risiko perilaku seks rutin melakukan pemeriksaan kesehatan terutama yangmemiliki gejala penyakit sifilis, gonorre dan klamidia.

ABSTRACT
HIV Human Immunodeficiency Virus is a virus that data infects cells in the immunesystem that can destroy or menggukan its function. Infection of this virus issued adisturbance of the immune system that can lead to immune deficiency. HIV cases inMSM compared to the year 2007 that is 5 , 35 in 2013 to 17.29 . The purpose of thisstudy was to determine what is related to the incidence of HIV in MSM in IndonesiaYear 2015. This study used a cross sectional design with regression analysis which is tosee the determinant factors. The minimum sample in this study was 690 samples. Theresults of this study were history sifilis, gonorrhea or chlamydia disease associated withp value HIV incidence "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T53661
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Dwifa Sari
"HIV/AIDS sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan di dunia termasuk di Indonesia. Laki-laki berhubungan seks dengan laki-laki merupakan salah satu kelompok yang berisiko tinggi mengalami HIV/AIDS. Kasus HIV pada LSL mengalami peningkatan dari tahun 2010 yaitu dari 506 kasus menjadi 9856 kasus pada tahun 2019 (Kemenkes, 2019). Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan faktor sosiodemografi dan perilaku seksual berisiko dengan kejadian HIV pada LSL di Indonesia tahun 2018-2019 berdasarkan data Survey Terpadu Biologis dan Perilaku 2018-2019. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan menggunakan data sekunder STBP tahun 2018-2019. Sampel dalam penelitian ini menggunakan metode total sampling dengan kriteria inklusi seseorang secara biologis laki-laki berumur 15 tahun atau lebih di kota survei setidaknya selama satu tahun terakhir dan mengakui dirinya sebagai biseksual/homoseksual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi LSL yang mengalami kejadian HIV positif yaitu 20.4%. Berdasarkan analisis regresi logistik, faktor yang memiliki hubungan signifikan adalah status perkawinan (OR=2.08 95%CI 1.210-3.566), penggunaan kondom dengan pasangan tetap pria (OR=1.9 95%CI 1.240 – 2.896), dan pesta seks (OR=2.032 95%CI 1.126 – 3.667).

HIV / AIDS is still a health problem in the world including in Indonesia. Men have sex with men is one of the high-risk groups experiencing HIV. HIV cases in MSM have increased from 2010, from 506 cases to 9856 cases in 2019 (Ministry of Health, 2019). The purpose of this study was to determine the relationship of sociodemographic factors and risky sexual behavior with HIV incidence in MSM in Indonesia in 2018-2019 based on Integrated Biological and Behavioral Survey data 2018-2019. The design of this study was cross sectional using secondary data of IBBS 2018-2019. The sample in this study used a total sampling method with inclusion criteria is men biologically aged 15 years or older in the survey city for at least the past one year and recognized themselves as bisexual / homosexual. The results showed that the proportion of MSM who experienced an HIV positive incidence was 20.4%. Based on logistic regression analysis, factors that have a significant relationship are marital status (OR = 2.08 95% CI 1,210-3,566), condom use with male permanent partners (OR = 1.9 95% CI 1,240 - 2,896), and sex parties (OR = 2,032 95% CI 1,126 - 3,667)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>