Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 160318 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dio Alief Supriyanto
"Kebiasaan merokok masih menjadi masalah global dan juga di Indonesia. Rokok mengandung senyawa dan unsur yang berbahaya bagi kesehatan, salah satunya adalah nikotin. Nikotin memiliki efek ketergantungan pada penggunanya karena paparan jangka panjang dapat menyebabkan desensitisasi reseptor asetilkoin nikotinat. Tingkat dan lama paparan nikotin dari rokok akan mempengaruhi tingkat ketergantungan nikotin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat kebiasaan merokok dengan tingkat ketergantungan nikotin pada perokok aktif di Depok. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan instrumen penelitian angket. Kuesioner yang digunakan terdiri dari kuesioner tentang faktor-faktor yang mempengaruhi (usia, IMT, latar belakang pendidikan, uang saku, kebiasaan merokok keluarga, dan lingkungan sosial), kuesioner tentang tingkat kebiasaan merokok (diukur dengan indeks Brinkman), dan Fagerstorm/ Kuesioner FTND (melihat tingkat ketergantungan). nikotin). Penelitian ini diikuti oleh 124 mahasiswa perokok aktif di Depok. Penelitian ini menemukan bahwa semakin tinggi indeks Brinkman subjek, semakin tinggi skor Fagerstorm (p < 0,001, r = 0,420). Selain itu, penelitian ini menemukan hubungan antara umur (p = 0,009, r = 0,223), uang saku (p = 0,003, r = 0,261), dan latar belakang pendidikan (p = 0,042) dengan derajat kebiasaan merokok, serta uang jajan ( p = 0,005, r = 0,249) dengan tingkat ketergantungan nikotin. Hasil ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan kekuatan korelasi sedang antara derajat kebiasaan merokok dengan tingkat ketergantungan nikotin.
Smoking habits are still a global problem and also in Indonesia. Cigarettes contain compounds and elements that are harmful to health, one of which is nicotine. Nicotine has a dependent effect on its users because long-term exposure can cause desensitization of nicotinic acetylcoin receptors. The level and duration of nicotine exposure from cigarettes will affect the level of nicotine dependence. This study aims to determine the relationship between the level of smoking habits with the level of nicotine dependence on active smokers in Depok. This research is a cross sectional study with a questionnaire research instrument. The questionnaire used consisted of a questionnaire about the influencing factors (age, BMI, educational background, pocket money, family smoking habits, and social environment), a questionnaire about the level of smoking habits (measured by the Brinkman index), and the Fagerstorm/FTND Questionnaire. (see dependency level). nicotine). This study was followed by 124 students who are active smokers in Depok. This study found that the higher the subject's Brinkman index, the higher the Fagerstorm score (p < 0.001, r = 0.420). In addition, this study found a relationship between age (p = 0.009, r = 0.223), pocket money (p = 0.003, r = 0.261), and educational background (p = 0.042) with the degree of smoking habit, and pocket money (p = 0.005, r = 0.249) with the level of nicotine dependence. These results indicate a significant relationship with moderate strength of correlation between the degree of smoking habit and the level of nicotine dependence."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhio Pratama Putra
"

Latar Belakang: Penggunaan Rokok Elektrik masih kontroversial, mengingat produk ini masih tergolong baru untuk masyarakat Indonesia. Di Indonesia sendiri merokok seakan menjadi suatu “budaya” yang diturunkan lintas generasi. Belum diketahui apakah memang benar adanya hubungan antara anggota keluarga yang merokok dengan tingkat adiksi seorang pengguna rokok elektrik. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan tingkat adiksi pengguna rokok elektrik dengan riwayat merokok dalam keluarga. Metode: Dengan desain penelitian cross-sectional, peneliti mengumpulkan sampel sebanyak 206 subjek yang dipilih dengan random sampling. Data yang terkumpul selanjutnya akan dianalisis menggunakan uji Chi-Square. Hasil: Dari analisis hasil hitung uji Chi Square menunjukkan adanya asosiasi yang signifikan secara statistik antara tingkat adiksi rokok elektrik dengan riwayat merokok dalam keluarga, dengan nilai p = 0,013 dan Cramer’s V= 0,226 yang menunjukan adanya asosiasi moderat. Diskusi: Tingkat adiksi pengguna rokok elektrik dengan riwayat merokok dalam keluarga memiliki hubungan yang signifikan secara statistik dan memiliki tingkat asosiasi yang moderat. Pengguna rokok elektrik dengan riwayat merokok dalam keluarga akan cenderung memiliki tingkat adiksi yang lebih tinggi. Sebaliknya, pengguna rokok elektrik tanpa riwayat merokok dalam keluarga akan cenderung memiliki tingkat adiksi yang lebih rendah.


Background: The use of electric cigarettes is still controversial, considering this product is still relatively new to Indonesian people. In Indonesia, smoking seems to be a "culture" passed down across generations. Relationship between family members who smoke with the addiction level of an electric cigarette user is still not yet known. Objective: This study aims to determine the relationship between addiction level of electronic cigarettes user with a family history of smoking. Methods: With cross-sectional study design, researchers collected samples of 206 subjects that are selected by random sampling. The collected data will then be analyzed using the Chi-Square test. Results:  Results from the analysis of Chi Square test show an association that statistically significant between addiction level of electronic cigarettes user with a family history of smoking, with p = 0.013 and Cramer's V = 0.226 which indicates a moderate association. Discussion: Addiction level of electronic cigarettes user with a family history of smoking has a statistically significant relationship and has a moderate level of association. Electronic cigarettes users with a family history of smoking will tend to have higher levels of addiction. Conversely, electronic cigarettes users without a family history of smoking will tend to have lower levels of addiction.

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desy Rizki Ariani
"ABSTRAK
Perilaku merokok masyarakat Indonesia meningkat dan dapat mengakibatkan masalah kesehatan bagi pengguna rokok bahkan menyerang kematian. Perilaku merokok saat ini mengalami pergeseran usia lebih muda bahkan cenderung anak-anak. Hal ini menjadi prihatin pada kondisi kesehatan anak usia sekolah yang sudah berperilaku merokok. tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan faktor risiko dengan perilaku dan persepsi merokok pada anak usia sekolah dasar di Kabupaten Karawang. Metode penelitian deskriptif korelatif dengan desain cross-sectional. Sampel sebanyak 356 responden rentang usia 9-12 tahun menggunakan teknik random sampling. Data dianalisis menggunakan korelasi, ada hubungan faktor risiko usia pertama kali merokok, ajakan teman sebaya, keluarga perokok, dan ekonomi dengan perilaku merokok anak usia sekolah dasar, dan terdapat hubungan faktor risiko mengikuti tren dan ingin keren, keluarga perokok dengan persepsi merokok anak usia sekolah dasar. Analisis multivariat regresi linier ganda menunjukan faktor paling dominan berhubungan dengan perilaku merokok yaitu usia pertama kali merokok. sedangkan faktor paling dominan berhubungan dengan persepsi merokok yaitu keluarga perokok. Temuan dalam penelitian ini menyarankan pemberian pendidikan kesehatan pada anak usia sekolah tentang bahaya merokok.

ABSTRACT
Smoking behavior of Indonesians is increasing and can lead to health problems for cigarette users and even death. Smoking behavior is currently experiencing a shift in younger age even tends to children. This becomes concerned with the health condition of school aged children who have already behaved in smoking. the purpose of this study is to know the relationship of risk factors with smoking behavior and perception in elementary school age children in Kabupaten Karawang. The research method is descriptive correlative with cross sectional design. The sample of 356 respondents ranged from 9 12 years old using random sampling technique. The data were analyzed using correlation, there were correlation of age first risk factor of smoking, invitation of peers, family of smoker, and economy with smoking behavior of elementary school age children, and there was correlation of risk factor following trend and wanted cool, smoker family with smoker perception basic. Multiple linear regression multivariate analysis showed the most dominant factor related to smoking behavior that is first age of smoking. while the most dominant factor is related to smoking perception that is family of smoker. The findings in this study suggest providing health education to school aged children about the dangers of smoking."
2018
T50467
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shera Cynthia Islami
"Latar Belakang: Berdasarkan laporan Riskesdas (2018), terdapat sekitar 77 juta perokok
berusia diatas 15 tahun di Indonesia. Banyaknya masyarakat yang mulai merokok pada
saat remaja dan peningkatan jumlah perokok remaja di Indonesia menjadikan remaja
sebagai target untuk pencegahan dan intervensi kebiasaan merokok. Pengetahuan dan
kesadaran mengenai bahaya merokok serta motivasi berhenti merokok diketahui mejadi
faktor dalam mencegah kebiasaan merokok dan memprediksi peluang seseorang berhenti
merokok. Tujuan: Untuk mengetahui kesadaran dan tingkat pengetahuan tentang bahaya
merokok pada rongga mulut serta motivasi berhenti merokok pada siswa SMA di Jakarta
beserta variabel yang berkontribusi terhadapnya. Metode penelitian: Studi analisis
cross-sectional pada 552 siswa SMA di Jakarta. Kesadaran dan tingkat pengetahuan
diukur menggunakan kuesioner penelitian AlAbdullah, dkk (2019). Kuesioner penelitian
Joly, dkk (2017) digunakan untuk mengukur tingkat motivasi berhenti merokok. Kedua
kuesioner selanjutnya melalui proses adaptasi lintas budaya, uji validitas, dan uji
reliabilitas terlebih dahulu sebelum digunakan. Pengambilan data dilakukan melalui dua
tahap yaitu total sampling di SMAN 77 Jakarta Pusat pada tahap pertama dan
convenience sampling pada tahap kedua. Hasil: Mayoritas siswa (n = 493, 89,3%) telah
sadar akan bahaya merokok pada rongga mulut. Terdapat 324 (65,72%) siswa dari siswa
yang sadar masih memiliki tingkat masih memiliki tingkat pengetahuan yang rendah,
yaitu hanya dapat mengetahui paling banyak empat dari sepuluh efek spesifik merokok
terhadap rongga mulut. Efek spesifik merokok terhadap rongga mulut yang paling banyak
diketahui oleh siswa adalah bau mulut dan yang paling sedikit siswa ketahui adalah nyeri saat mengunyah. Terdapat hubungan bermakna antara beberapa karakteristik sosiodemografi
terhadap kesadaran dan pengetahuan siswa. Siswa perempuan, memiliki niat
berhenti merokok dan belum lama merokok memiliki kesadaran lebih baik. Siswa yang
tidak pernah merokok memiliki kesadaran dan tingkat pengetahuan lebih baik. Selain itu,
motivasi berhenti merokok masih rendah pada 22 (43,1%) dari 51 siswa yang pernah
merokok. Terdapat korelasi linear antara skor motivasi berhenti merokok terhadap ratarata
nilai rapor, status berhenti merokok, lama merokok, dan niat berhenti merokok. Semakin tinggi nilai rapor, semakin lama siswa telah berhenti merokok, dan pada siswa yang memiliki niat berhenti merokok, semakin tinggi pula tingkat motivasi siswa untuk berhenti merokok, hal sebaliknya terjadi pada siswa yang semakin lama merokok. Lebih lanjut, tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat motivasi berhenti merokok terhadap kesadaran (p = 0,136) dan tingkat pengetahuan (p = 0,504) mengenai bahaya merokok pada rongga mulut. Kesimpulan: Mayoritas siswa SMA di Jakarta telah sadar bahwa merokok membahayakan rongga mulut, namun tingkat pengetahuan mengenai efek spesifik rokok terhadap rongga mulut dan tingkat motivasi berhenti merokok masih rendah. Dibutuhkan intervensi lebih lanjut untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan mengenai bahaya merokok pada remaja sebagai upaya mencegah perilaku
merokok pada remaja dan membantu remaja berhenti merokok.

Background: According to Riskesdas (2018), there are over 77 million 15-years-old and
above smokers in Indonesia. The fact that most of smokers in Indonesia start smoking
during adolescent makes it as the right target for prevention and intervention of smoking.
Awareness and knowledges about the jeopardy effect of smoking on health have known
to be protective factors for smoking. Meanwhile, motivation to stop smoking plays role
in predicting smoking cessation. Objective: To asess the awareness and knowledge about
the jeopardy effects of smoking on oral health and smoking cessation motivation among
high school students in Jakarta along with their contributing variables. Method: An
analytic questionnaire-based cross-sectional study was conducted among 552 high school
students in Jakarta. Questionnaire from AlAbdullah, et al (2019) was used to asses
awareness and knowledge. Smoking cessation motivation was assed using questionnaire
from Joly, et al (2017). Both questionnaires have undergone cross-cultural adaptation,
validity, and reliability test. There were two steps of data collection, the first step was
using total sampling on students from Public Senior Highschool number 77 in Central
Jakarta and the second step was using convenience sampling to senior high school
students in Jakarta. Results: The majority of students were aware (n = 493, 89.3%) about
the jeopardy effects of smoking on oral health. However, there were 324 (65,72%)
students that still had low knowledge level among students who aware, students
mentioned were only able to mention maximum four specific effects of smoking on oral
health. The most known effect was bad odor and the least was painful chewing. There
were significant associations between awareness with gender, intention to quit smoking,
smoking status, and duration of smoking. Female students, students who have intention to quit smoking, never smoke, and have shorter smoking duration were more likely to
aware than the contra group. With respect to knowledge, students who have never smoked
were more likely to have higher knowledge level. Aside of that, the level of smoking
cessation motivation was still low on 22 (43,1%) over 51 students who have smoked.
There are linier correlations between motivation score with academic score, abstinence
duration, smoking period, and the intention to quit smoking. The higher academic score,
the longer abstinence from smoking, the shorter smoking duration, and having intention
to quit smoking, the higher the motivation to quit smoking will be. However, there was
no any statistically significant difference between smoking cessation motivation with
awareness (p = 0.136) and knowledge (p = 0.504). Conclusion: Most of the students were
aware that smoking affects oral health. However, the level of knowledge about further
effects and smoking cessation motivation was still low. Thus, more interventions are
required to address these issues in order to prevent adolescencts from smoking and
promote smoking cessation on adolescents who smoke.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pandu Lesmana Putra
"Kecemasan adalah perasaan subjektif seperti rasa waswas, takut, atau antisipasi dan terdapat kewaspadaan dan sikap menghindar dari keadaan yang membuat cemas. Cemas merupakan respon psikologis primer terhadap stress. Kebiasaan merokok sendiri merupakan kegiatan yang menjadi salah satu faktor risiko penyakit mematikan tertinggi di dunia dan mempunyai efek terhadap berbagai sistem di tubuh. Kecemasan dan kebiasaan merokok memiliki hubungan timbal balik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan kecemasan dengan tingkat kebiasaan merokok. Penelitian dilakukan pada mahasiswa di Universitas Indonesia, Depok pada bulan Juni 2013 hingga bulan Juli 2013.
Penelitian dilakukan dengan disain crosss-sectional. Pengambilan data dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada mahasiswa yang telah setuju mengikuti penelitian. Jumlah subyek penelitian adalah 97 mahasiswa. Kuesioner berisi pertanyaan mengenai kebiasaan merokok mahasiswa, dan Zung?s Self Rating Anxiety Scale.
Hasil penelitian menunjukkan 53% mahasiswa memiliki kecemasan dan 53% mahasiswa merupakan perokok berat. Analisis bivariat terhadap kecemasan dan tingkat kebiasaan merokok subyek menunjukkan hasil p=0,983. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara antara tingkat kebiasaan merokok dan cemas. Meskipun demikian, masih perlu dilakukan penelitian lanjutan mengingat lebih dari setengah responden memiliki kecemasan.

Anxiety is a subjective feeling like anxious, afraid or anticipation for situation that make anxious. Smoking is one risk factor for deadly disease and has effect on many different systems in our body. Anxiety and smoking have a connection. This research is conducted to find out whether there is a connection between smoking and anxiety. This research was conducted on university of Indonesia?s students in June to July 2013.
This research design's is cross-sectional. The data is gathered by giving approved students a questionnaire which they would fill in. The number of subjects of this research is 97. The questionnaire is filled with question about students smoking behavior and Zung?s Self Rating Anxiety Scale.
The results shows that 53% students had anxiety and 53% students was a heavy smoker. The bivariat analyst between anxiety and students smoking behavior showed p=0,983. The score showed that there is no relationship between anxiety and the smoking heavyness. Nevertheless, further research need to be conducted because more than half respondent have anxiety.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Benazir
"Penyalahgunaan narkoba pada pelajar dan mahasiswa di Indonesia meningkat setiap tahun. Rokok dapat menjadi salah satu awal untuk menyalahgunakan narkoba. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara kebiasaan merokok dengan penyalahgunaan narkoba pada pelajar dan mahasiswa di 16 provinsi di Indonesia tahun 2011. Studi cross-sectional ini merupakan analisis data sekunder Survei Nasional Perkembangan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba Pada Kelompok Pelajar dan Mahasiswa di Indonesia Tahun 2011 oleh Puslitkes UI dan Badan Nasional Narkotika Nasional. Hasil penelitian menggambarkan prevalensi penyalahgunaan narkoba pada pelajar dan mahasiswa sebesar 2,3%. Terdapat interaksi antara . Responden  perempuan pernah merokok berpeluang menyalahgunakan narkoba 3,3 kali (95% CI 2,3-4,7), sedangkan  responden perempuan perokok aktif berpeluang menyalahgunakan narkoba 3,4 kali (95% CI 2,1-5,4) dibandingkan laki-laki tidak pernah merokok terhadap kejadian penyalahgunaan narkoba, setelah dikontrol oleh variabel kovariat tingkat pendidikan, pengaruh teman, konsumsi alkohol, dan keharmonisan keluarga. Responden laki-laki perokok aktif berpeluang menyalahgunakan narkoba 2,9 kali (95% CI 1,1-8,2) dibandingkan laki-laki tidak pernah merokok terhadap kejadian penyalahgunaan narkoba setelah dikontrol oleh variabel kovariat jenis kelamin, pengaruh teman, konsumsi alkohol, dan keharmonisan keluarga. Kebiasaan merokok memiliki hubungan signifikan dengan penyalahgunaan narkoba pada pelajar dan mahasiswa, sehingga upaya preventif dan promotif terkait bahaya rokok dan narkoba harus terus ditingkatkan.

Smoking Habit and Drug Abuse Among Student and College Students in 16 Provinces, in Indonesia 2011

 

Drug abuse among students and college students in Indonesia has been increasing each year. Smoking is one of gateway to drug abuse. This study aims to understand the assocation between smoking habit and drug abuse among students and college students in 16 provinces in Indonesia 2011. This is a cross-sectional study using secondary data  from National Survey Development of Drug Abuse and Trafficking on Students and College Students in Indonesia 2011. Perkembangan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba Pada Kelompok Pelajar dan Mahasiswa di Indonesia Tahun 2011”  by Pusltikes UI and National Anti Narcotic Agency . Result shows prevalence of drug abuse among students and college students are 2,3%. There is association between smoking and drug abuse with sex as modifier. In women, odds ever smoke are 3,3 times (95% CI 2,3-4,7) and odds current smoke are 3,4 times (95% CI 2,1-5,4) than men who never smoke to do drug abuse. In men, odds ever smoke are 0,6 times (95% CI 0,6-3,7) and odds current smoke are 2,9 times (95% CI 1,1-8,2) than men who never smoke to do drug abuse. Smoking habit has asociation with drug abuse among students and college students, therefore  we should do more promotif and preventif action related to danger of smoking and drug abuse."

Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irfan Hasyim Tadjoedin
"Latar Belakang: Merokok adalah masalah kesehatan yang persisten di Indonesia. Penelitian mengenai dampak merokok terhadap kadar FeNO pada mahasiswa sudah dilakukan sebelumnya, namun tidak pernah dilakukan di Indonesia. Jumlah perokok dan perokok remaja di Indonesia sangat ekstensif, sehingga pengetahuan mengenai akibat merokok pada subjek ini sangat dibutuhkan, salah satunya adalah mengenai kadar FeNO pada mahasiswa yang merokok di Indonesia. Selain itu, dibutuhkan juga penelitian mengenai alasan merokok , karena alasan merokok berhubungan dengan metode pemberhentian merokok yang lebih efektif. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kebiasaan merokok dengan kadar nitrit oksida yang dihembuskan dan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi kebiasaan merokok pada mahasiswa di Depok. Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang pada 124 subjek yang dilakukan wawancara dan dengan 30 subjek di antaranya dipilih untuk tes kadar FeNO. Hasil: Dari hasil penelitian yang dilakukan, korelasi kebiasaan merokok dengan kadar FeNO sebesar -,12 dan dengan kemaknaan statistika sebesar ,524. Sementara itu, alasan paling umum dari merokok yang ditemukan adalah penghilang stress dan untuk menimbulkan kesenangan. Kesimpulan: Tidak ditemukan korelasi antara kebiasaan merokok dengan FeNO. Penghilang stress dan kesenangan pada merokok tmenjadi faktor yang paling memengaruhi kebiasaan merokok pada subjek.

Background: Smoking is a nationwide, persistent, health problem in Indonesia. Researches about the impact of smoking to the FeNO rate of college students have been conducted, but not one of them have been done in Indonesia. The amount of smokers and teenage smokers in Indonesia are extensive, thus created this need of understanding of the implications of smoking, which one of them is to understand the FeNO level on college smokers. This also created the need for the understanding of reasons of smoking, as the understanding of reasons of smoking correlates to a more effective smoking cessation attempt. Objective: The study aimed to determine the relationship between smoking habit and exhaled nitric oxide level and to understand more about the reasons for smoking in college students in Depok. Methods: The study is conducted by using both analytical and descriptive cross-sectional study. We interviewed 124 subjects, which on 30 of them are chosen for the FeNO level test. Result: Based on the conducted studies, the correlation coefficient between smoking habit and FeNo level are,-12 with data significance of ,524. The most prominent reason for smoking is to relieve stress and to incite pleasure of smoking. Conclussion: There is no correlation found between smoking habit and exhaled nitric oxide among subjects. Stress relieving and pleasure from smoking are factors that have the most influence in the smoking habit of subjects. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhia Fairuz Auza
"Latar belakang: Terdapat peningkatan jumlah perokok remaja di Indonesia berdasarkan perbandingan data Riskesdas 2016 dan Riskesdas 2018. Jika dibandingkan dengan data pada tahun 2016, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan terdapat peningkatan jumlah perokok remaja di Indonesia sebesar 0,3% dengan perokok usia 10- 18 tahun mencapai 9,1%. Beberapa faktor yang melatarbelakangi terbentuknya perilaku merokokpadasiswaadalahhargadiri,tekanandalampertemanan,danpolaasuhnegatif. Metode: Studi cross-sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara harga diri, tekanan dalam pertemanan, dan pola asuh negatif dengan perilaku merokok m elalui Angket Perilaku Remaja Siswa Sekolah Menengah di DKI Jakarta pada bulan November 2023.Penelitianmelibatkan160respondendarikelas10dan11diSMAN38danSMAN 90 Jakarta yang diambil secara stratified proportional random sampling. Hasil: Tidak ada hubungan yang siginifikan antara harga diri (p -value 0,725) dan pola asuh negatif (p-value 0,942) dengan perilaku merokok. Namun, ada hubungan yang signifikan antara tekanan dalam pertemanan (p-value 0,004) dengan perilaku merokok. Kesimpulan: Disarankan bagi SMAN 38 dan SMAN 90 mengadakan program peer educator terkait dampak negatif dari rokok untuk membantu mengurangi tekanan merokok dalam lingkaran pertemanan siswa.

Background: There is an increase in the number of teenage smokers in Indonesia based on a comparison of Basic Health Research of the year 2016 and 2018. When compared with 2016 data, the 2018 Basic Health Research (Riskesdas) shows that there is an increase in the number of teenage smokers in Indonesia by 0.3% with smokers aged 10 - 18 years reached 9.1%. Several factors behind the formation of smoking behavior in studentsareself-esteem,peerpressure,andnegativeparentingpatterns.Method:Across- sectional approach which aims to determine the relationship between self -esteem, peer pressure, and negative parenting patterns with smoking behavior through the Adolescent Behavior Questionnaire for Middle School Students in DKI Jakarta in November 2023. The research involved 160 respondents from grades 10 and 11 at SMAN 38 and SMAN 90 Jakarta using stratified proportional random sampling. Results: There is no significant relationshipbetweenself-esteem(p-value0,725)andnegativeparentingpatterns(p-value 0,942) and smoking behavior. However, there is a significant relationship between peer pressure (p-value 0,004) and smoking behavior. Conclusion: It is recommended for SMAN 38 and SMAN 90 to hold a peer educator program regarding the negative impacts of smoking to help reduce the pressure to smoke within students' circle of friends."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danang Wahansa Sugiarto
"ABSTRAK
Nama : Danang Wahansa SugiartoProgram Studi : Ilmu Kesehatan MasyarakatJudul : Hubungan Smoking Media Literacy dengan Status Merokok Siswa SMANegeri di Wilayah Kecamatan Purwakarta Kabupaten PurwakartaTahun 2018Pembimbing : Dr. Dian Ayubi, SKM, MQIHDi Indonesia, tren usia mulai merokok paling banyak ada pada remaja rentang usia 15-19 tahun, yang merupakan usia SMA. Di Kabupaten Purwakarta, jumlah proporsi perokok lebih tinggi dibanding angka provinsi. Diketahui bahwa paparan media sangat berpengaruh terhadap inisiasi remaja untuk merokok. Dikembangkanlah suatu konsep strategi pengendalian tembakau berbasis sekolah, yaitu literasi media smoking media literacy [SML] . Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan SML dengan status merokok siswa SMA negeri di wilayah Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta setelah jenis kelamin, pendidikan orang tua, parenting, orang terdekat yang merokok orang tua, saudara kandung, dan teman sebaya , capaian prestasi di sekolah, depresi, self-esteem, sifat memberontak, dan sifat mencari sensasi dikendalikan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional yang dilaksanakan pada April-Mei 2018 di Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta. Data dikumpulkan dengan kuesioner yang diisi sendiri oleh responden yang berjumlah 310 siswa-siswi SMA negeri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 14,2 responden yang berstatus merokok. Nilai rata-rata skor SML responden adalah 68,94. Hasil regresi logistik ganda menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara SML dengan status merokok setelah jenis kelamin, saudara yang merokok, teman sebaya yang merokok, capaian prestasi di sekolah, dan sifat memberontak dikendalikan nilai p = 0,048; CI = 1,008-7,085 . Perlunya pendidikan dan pemahaman literasi media, promosi kesehatan dengan pendekatan media sosial, dan lebih menggalakkan upaya kesehatan dengan pendekatan keluarga dapat mengurangi penggunaan rokok pada remaja.Kata kunci: literasi media, merokok, smoking media literacy, remaja, siswa SMA

ABSTRACT
Name Danang Wahansa SugiartoStudy Program Public Health ScienceTitle Association of Smoking Media Literacy and Smoking Status of PublicHigh School Students in Purwakarta District Purwakarta Regency 2018Supervisor Dr. Dian Ayubi, SKM, MQIHIn Indonesia, the trend of age to start smoking is most prevalent in adolescents rsquo age range 15 19 years, which is the age of high school. In Purwakarta Regency, the number of proportion of smokers is higher than the provincial rate. It is known that media exposure is very influential factor on the initiation of adolescents to smoke. Therefore, a concept of school based tobacco control strategy was developed, namely media literacy smoking media literacy SML . The purpose of this research is to know the relation of SML with smoking status of public high school students in Purwakarta District Purwakarta Regency after controlled by sex, parent education, parenting, parents, siblings, and peers who smoke, school achievement, depression, self esteem, rebelliousness, and sensation seeking. This research used a quantitative research with cross sectional design conducted in April May 2018 in Purwakarta District Purwakarta Regency. Data were collected by self administered questionnaires with 310 students of public senior high school. The results showed that there were 14.2 of respondents who had smoking. Mean of SML score was 68.94 on a scale of 100 . The result of logistic regression showed that there is a significant correlation between SML and smoking status after controlled by sex, sibling who smoke, peers who smoke, school achievement, and rebelliousness p value 0,048 CI 1,008 7,085 . The need for education and understanding of media literacy, health promotion with media social approach, and further promoting health efforts with family approaches may reduce smoking use in adolescents.Keywords media literacy, smoking, smoking media literacy, adolescents, high schoolstudents"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T49936
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asma Muthmainah
"Jumlah perokok khususnya remaja semakin meningkat dari tahun ke tahun. Penelitia ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan tentang dampa buruk rokok dengan perilaku merokok pada remaja laki-laki di SMP Taruna Bhakti Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain deskripti korelatif. Pengambilan data dilakukan pada 79 remaja laki-laki yang merokok di SM Taruna Bhakti menggunakan teknik purposive sampling. Analisis data menggunaka Uji Chi-Square. Didapatkan hasil bahwa 57% responden memiliki tingkat pengetahua yang kurang dan 51,9% responden memiliki perilaku merokok tinggi.
Penelitian in menunjukan tidak adanya hubungan antara tingkat pengetahuan tentang dampak buru rokok dengan perilaku merokok pada remaja laki-laki di SMP Taruna Bhakti (P value 1,000; α = 0,05). Disarankan agar perawat dan institusi pendidikan bekerja sama untu meningkatkan pengetahuan tentang dampak buruk rokok kepada remaja maupun masyarakat pada umumnya.

The number of teenager smoker are increasing from year to year. This study aimed to determine the relationship between the level of knowledge about the negative effects smoking and smoking behavior in adolescent smoker boys in SMP Taruna Bhakti. This research was quantitative research using descriptive correlative design. Data sample was collected using purposive sampling technique from 79 adolescent smoker boys in SMP Taruna Bhakti. Data analyzed with Chi-Square Test. The results showed that 57% of the respondents have less knowledge level and 51,9% of the respondents has a high smoking behavior.
This study showed no relationship between the level of knowledge about the negative effects of smoking and smoking behavior in adolescent boys in SMP Taruna Bhakti (P value = 1.000; α = 0.05, P < α). It is recommended that nurses and educational institutions work together to increase knowledge about the negative effects of smoking on adolescents and the community at large.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S46578
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>