Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 89628 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Museum Nasional, 1984
745.1 MER
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dadang Udansyah
Jakarta: Direktorat Permuseuman, Direktorat Jendral Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1979
069.3 DAD p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Dadang Udansyah
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1987
069.5 DAD s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rusyanti
"Pemukiman merupakan sebuah ruang di mana berbagai aktivitas dan pengorganisasian terjadi di dalamnya. Pengorganisasian ruang dapat diteliti dengan cara melakukan pengamatan terhadap interaksi berbagai variabel yang ada di dalamnya sehingga dapat menjelaskan sejauh mana manusia memanfaatkan, mengolah, dan mengubah lingkungannya sesuai dengan pengetahuan yang mereka miliki. Penelitian Pecinan Kuno di Kota Cirebon sebagai living monument yang sudah ada sebelum kedatangan Kolonial Belanda menunjukkan bahwa pemukiman ini memiliki pengorganisasian ruang yang mencerminkan gagasan dan perilaku masyarakatnya. Bukti-bukti arkeologis menunjukkan bahwa beberapa nilai ideal dari feng-shui yang merupakan prinsip dasar dari keseimbangan Yin dan Yang, masih diterapkan sebagai acuan lokasional. Hal ini umumnya terlihat pada bangunan-bangunan keagamaan seperti klenteng dan bangunan makam. Aktivitas orang-orang Cina yang besar dalam hal perdagangan, terlihat dari cara mereka memanfaatkan dan mengorganisasi ruang. Rumah tidak hanya diperuntukkan sebagai hunian, tetapi juga sebagai toko (ruko). Ruko-ruko ini menempati daerah-daerah di sepanjang jalan utama dengan tingkat komersial yang tinggi. Faktor kedekatan lokasional dengan pelabuhan dan Kanal Cipadu yang ditutup pada awal abad ke-19, memudahkan arus perdagangan mereka baik ke luar Pecinan maupun ke daerah-daerah di pedalaman. Posisinya yang strategis di antara pemukiman Arab dan Pribumi dan deretan ruko-ruko, membuat kawasan ini berwajah seragam, yaitu sebagai kawasan bisnis (bussiness district) dengan fungsi utama sebagai pedagang perantara (mediating role) yang masih berlangsung hingga sekarang."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S11893
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erlangga Ibrahim
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2016
915 ERL c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Suhardini
"Memamerkan koleksi museum adalah salah satu tugas dan acara yang digunakan oleh Museum Nasional. Untuk mengembangkan fungsinya sebagai lembaga pengetahuan. Tugas pameran memberi kesempatan, agar pengunjung datang melihat apa yang disajikan, hingga mereka dapat mengenal, menambah pengetahuan dan menambah pengertian mereka mengenal manusia, hasil karyanya, masyarakatnya dan sejarah bangsanya. Hal ini pun terlihat pada koleksi koleksi pameran Museum Nasional. Melihat bentuknya pameran terdiri dari koleksi, susunan koleksi, keterangan dan tempat pameran. Museum Nasional mempunayi 3 jenis pameran yaitu pameran tetap, pameran berkala dan pameran keliling. Pameran tetan museum dapat dilihat pada setiap hari kecuali hari Senen, jangka waktunya lama, koleksi. pameran Sava mewaikilkan koleksi yang ada / yang dimiliki museum, susunan koleksi pamerannya mengarahkan pengunjung Dada tujuan yang bendak dicapai oleh mesing-masing bagian, yang mendukung fungsi museum. Pameran herkala temporer adalah pameran yang di selenggarakan pada jangka waktu tertentu, biasanya antara 2 minggu sampai 1 bulan. Diadakan di ruangan pameran temporer,"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1981
S12929
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Raden Mochammad Chaerul Imam Puraatmadja
"Artikel ini membahas perbedaan sikap pengunjung terhadap dua jenis pameran yang berbeda di Museum Bank Indonesia: pameran koleksi dan Immersive Cinema. Saat ini, museum memainkan peran penting yang tidak hanya sebagai tempat penyimpanan artefak nyata tetapi juga sebagai penggabung antara hiburan dan pendidikan bagi pengunjung. Di era modern, kemajuan pesat dalam teknologi, khususnya teknologi imersif, telah secara signifikan mengubah pengalaman di museum. Teknologi imersif mengaburkan batas antara dunia fisik dan virtual yang memungkinkan pengalaman secara lebih mendalam dan menarik. Hipotesis penelitian ini adalah Immersive Cinema memberi pengaruh sikap pengunjung yang lebih tinggi dibandingkan pameran koleksi. Metode penelitian kuantitatif digunakan dengan pendekatan survei komparatif. Museum Bank Indonesia telah memperbarui tata letak pamerannya menjadi tiga klaster utama: Klaster Kelembagaan dan Kebijakan, Klaster Numismatik, dan Klaster Arsitektur Gedung. Hasil analisis mengungkapkan bahwa pengunjung menunjukkan sikap yang lebih positif terhadap Immersive Cinema dibandingkan dengan pameran koleksi. Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa pengunjung lebih menyukai Immersive Cinema dalam unsur teknologi, penyampaian informasi, suasana dan dekorasi, serta pengalaman keseluruhan. Temuan ini menunjukkan bahwa teknologi interaktif dan imersif secara signifikan meningkatkan sikap pengunjung di lingkungan museum yang menyoroti potensi museum untuk memanfaatkan teknologi tersebut guna menarik dan melibatkan audiens modern.

This paper investigates the differing attitudes of visitors towards two distinct exhibition types at Museum Bank Indonesia: the collection exhibition and the Immersive Cinema. Museums today play a crucial role not only as repositories of tangible artifacts but also as destinations that blend entertainment and education for their visitors. In the modern era, rapid advancements in technology, particularly immersive technology, have significantly transformed the museum experience. Immersive technology blurs the boundaries between the physical and virtual worlds, allowing for deeper, more engaging experiences. The research hypothesis is that Immersive Cinema has a higher influence on visitors’ attitudes compared to collection exhibitions. A quantitative research method was used with a comparative survey approach. Museum Bank Indonesia has updated its exhibition layout into three main clusters: Klaster Kelembagaan dan Kebijakan, Klaster Numismatik, and Klaster Arsitektur Gedung. The analysis reveals that visitors exhibit a more positive attitude towards the Immersive Cinema compared to the collection exhibition. Further analysis indicated that visitors favored the Immersive Cinema in terms of technology, information delivery, ambiance and decor, and overall experience. These findings suggest that interactive and immersive technologies significantly enhance the visitors’ attitude in museum settings, highlighting the potential for museums to leverage such technologies to attract and engage modern audiences."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Mauss, Marcel
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1992
305.8 MAU p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>