Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 64 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Robson, Stuart
Tokyo: Research Institute for Languages and Cultures of Asia and Africa (ILCAA), 2016
899.222 1 PAN t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Tantular, Mpu
Jakarta: Komunitas Bambu, 2009
959.8 MPU k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Tantular, Mpu
Depok: Komunitas Bambu, 2019
959.8 MPU k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Tantular, Mpu
Jakarta: Komunitas Bambu, 2009
959.8 MPU k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Tantular, Mpu
Depok: Komunitas Bambu, 2019
899.222 TAN k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks ini berisi bermacam-macam lagu dan parikan untuk mengiringi suatu tarian yang disertai pula keterangan mengenai langkah-langkah tarian tersebut. Kolofon depan menyebutkan bahwa naskah disalin atas perintah K. R. A. Danureja VI, mulai hari Kemis Kliwon, 13 Rabingulawal, Alip 1811 (2 Pebruari 1882). Kertas yang dipergunakan serta gaya corak tulisan, cocok sekali dengan penanggalan tersebut."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
SS.7-NR 508
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi teks panitisastra kawi, berbahasa Jawa Kuna dengan penjelasan menggunakan bahasa Jawa baru. Teks ini saduran dari naskah kakawin Nitisastra, sarga I-III dengan metrum sardula, bangsapatra, dan wegangsulantani. Naskah ini biasa dikenal dengan nama panitisastra kawi jarwa. Daftar pupuh sebagai berikut: 1) sardula; 2) bangsapatra; 3) wegangsulantani. Keterangan penyalinan naskah ini tidak ditemukan dalam teks, namun melihat jenis kertas dan corak tulisan yang dipergunakan, diduga berasal dari Surakarta, pada sekitar awal abad ke-20. Menurut keterangan di luar teks, naskah ini diperoleh Pigeaud dari Ir. Moens pada bulan September 1929, di Surakarta. Keterangan bibliografi selengkapnya mengenai teks panitisastra, lihat FSUI/PW.46."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
PW.49-NR 119
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Lontar ini berisi teks Arjunawiwaha Kakawin, dimulai dengan pertapaan Arjuna di gunung Indrakila, memohon anugrah para dewa untuk membantu kakaknya (Yudistira) dalam memimpin roda pemerintahan di Astina. Kegagalan para bidadari yang dengan segala rayuan menggoda diri Arjuna, menjadikan para dewa semakin yakin akan kemampuan Arjuna yang akan dimintai bantuan dalam memerangi Niwata Kawaca, yang selalu mengganggu Sorga. Mendengar berita tersebut, dengan segera Niwata Kawaca mengutus Momo Simuka (patih andalannya) untuk mengamati sekaligus menggempur tapa Arjuna. Sementara itu, Dewa Siwa pun secara diam-diam menuju gunung Indrakila untuk menguji kemantapan tapa Arjuna. Beliau menyamar menjadi seorang pemburu. Dengan kekuatan yang maksimal, Momo Simuka dalam wujud babi besar mulai mengguncang-guncangkan gunung Indrakila. Arjuna terperanjat seraya mementangkan panahnya ke arah babi tersebut dan tepat mengenai sasaran, yang bersamaan dengan anak panah Dewa Siwa. Kedua anak panah tersebut menyatu, sehingga menimbulkan pertengkaran antara Arjuna dengan Dewa Siwa dalam wujud pemburu. Pertengkaran berakhir, saat Dewa Siwa menampakkan wujud yang sebenarnya yang tengah duduk di atas bunga teratai. Arjuna bersembah sujud, kemudian dianugrahi panah sakti penuh kramat yang bernama panah Pasupati. Akhirnya dengan panah sakti anugrah Dewa Siwa inilah, Arjuna dapat membunuh Niwata Kawaca lewat peperangan sengit dan dahsyat, sehingga Sorga aman kembali. Teks berakhir dengan upacara perkawinan Arjuna dengan bidadari Supraba dengan penuh meriah dan kebahagiaan. Teks Ajunawiwaha ini disertai arti dalam bahasa Bali, isinya sama dengan FSUI/CP.3 (Arjunawiwaha Parikan), hanya dibedakan dalam hal bentuk dan penggunaan bahasanya. Arjunawiwaha Parikan merupakan saduran dari versi kakawin yang diungkapkan dalam bentuk sekar alit atau macapat berbahasa Bali. Sedangkan Arjunawiwaha Kakawin, diungkapkan dengan sekar ageng atau tembang kawi. Suatu catatan tambahan bahwa dalam teks ini disertai titik-titik berbentuk garis lengkung untuk memudahkan pemenggalan kata-kata dalam membaca teks kakawin yang disesuaikan dengan guru basa. Pada h.l28b disebutkan bahwa naskah ini diturun oleh Wayahan Buruan Kahyun (nama samaran), hari Selasa Paing, Julung Pujut, Sasih Asada, 1813 Saka (1891). Naskah ini semula merupakan milik I Gusti Ketut Jlantik di Pagutan Kanginan Gianyar, yang pernah disalin untuk dihaturkan kepada Raja Sasak sebagai oleh-oleh. Terdapat catatan tambahan lagi pada h.la yang menyebutkan Arjunawiwaha Marti, I. G. Jlantik, magang bestir Sasak, 1896. Pada saat I G. Pt. Jlantik bertugas di Sasak, beliau pernah menyuruh seorang juru tulis Wayahan Buruan Kahyun (nama samaran), untuk menyalin Kakawin Arjunawiwaha milik I G. Kt. Jlantik di Pagutan Kanginan Gianyar, sebagai oleh-oleh kepada Raja Sasak, tahun 1813 Saka (1896). Pada tahun 1896 naskah ini menjadi milik Ida I G. Pt. Jlantik, di Singaraja Bali. Informasi mengenai daftar pupuh/metrum dapat dilihat dalam Zoetmulder 1985; dalam I. Kuntara Wiryamartana 1990; dan lihat Kakawin Arjunawiwaha, bentuk cetakan (teks dan terjemahan dalam bahasa Bali, yang diterbitkan oleh Dinas Pendidikan Dasar, Propinsi Daerah Tingkat I Bali, tahun 1988). Untuk teks-teks lain dengan judul Arjunawiwaha Kakawin, lihat pada Pigeaud 1970: 176; MSB/L.45-47, 67, 206; Brandes I: 130-146; SMP/MN.379.2, MN.473.1; Kirtya 1092."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CP.4-LT 229
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks Gatotkacasraya yang berbentuk kakawin ini, diawali dengan kisah Abimanyu, putra Arjuna yang dititipkan di Dwarawati ketika para Pandawa dibuang ke hutan selama 12 tahun. Abimanyu sangat disayangi oleh Kresna, bahkan timbul keinginan untuk menjodohkannya dengan Siti Sundari. Siti Sundari berniat pergi ke hutan untuk mengikuti cara hidup sederhana para pertapa. Abimanyu turut bergabung dengan para prajurit pengawal. Mereka berdua akhirnya saling jatuh cinta. Hubungan mereka tidak berlangsung lama, sebab Siti Sundari akan dijodohkan dengan Laksanakumara, anak Duryudana. Abimanyu bertekad mempertahankan Siti Sundari dengan taruhan nyawa. Baladewa sangat marah mendengar berita tentang hubungan mereka, dan ingin segera menikahkan Siti Sundari dengan Laksanakumara sebelum Kresna kembali ke kraton. Abimanyu melakukan semadi mohon anugerah dewa. Pada saat itu, Karalawakra, abdi Dewi Durga menyergap Abimanyu untuk dipersembahkan kepada Dewi Durga. Berkat mantra sakti yang dilontarkan Abimanyu, Dewi Durga urung memangsanya, bahkan memberi nasihat agar dia minta bantuan Gatotkaca di Kurubaya. Kisah dilanjutkan dengan upaya Gatotkaca dan Abimanyu merebut Siti Sundari. Gatotkaca menyamar sebagai Siti Sundari. Upaya ini diketahui Bajradanta dan segera melaporkan kepada Laksanakumara. Terjadi pertempuran sengit antara Gatotkaca dengan Bajradanta yang menyamar sebagai Laksanakumara. Bajradanta akhirnya tewas. Duryadana sangat murka mengetahui kematian Bajradanta, sehingga berniat menggempur Dwarawati. Niatnya dapat dicegah oleh Baladewa. Tentara Korawa menyerang para Yadu, namun dapat ditangkis oleh Gatotkaca dan Abimanyu. Baladewa hampir saja bertriwikrama dalam wujud yang menggetarkan, jika perintah untuk menghentikan perang tidak ditaati. Dalam suasana kemurkaan seperti itu, datanglah Kresna meredakannya. Teks berakhir dengan pesta pernikahan antara Abimanyu dengan Dewi Utari dan Siti Sundari. Naskah selesai ditulis pada hari Sabtu Manis, Medangkungan, th 1738 (1816 M) i Sasak (h.50a). Suatu catatan tambahan yang terdapat pada h.la menyebutkan: Gatotkacasraya, I G. Jlantik (t.t), magang bestir residen, 1896. Juga pada h.50b menyebutkan: druwen Ida I Gusti Putu Jlantik, ring Singaraja, 1896. Dengan demikian, naskah yang semula ditulis dan berada di Sasak (1816 M), kemudian disalin menjadi milik Ida I Gusti Putu Jlantik tahun 1896, di Singaraja Bali."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CP.24-LT 216
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Lontar ini berisi teks Kakawin Sutasoma, yaitu kisah upaya Sang Sutasoma sebagai titisan Sang Hyang Buddha untuk menegakkan dharma. Sutasoma, putra Prabu Mahaketu dari kerajaan Astina, lebih menyukai memperdalam ajaran Buddha Mahayana daripada harus menggantikan ayahandanya menjadi raja. Sutasoma pergi ke hutan untuk melakukan semadi di sebuah candi dan mendapat anugerah. Kemudian beliau pergi ke gunung Himalaya bersama beberapa pendeta. Di sebuah pertapaan, beliau mendengar cerita tentang raja raksasa bernama Prabu Purusada yang gemar makan daging manusia. Para pendeta dan Batari Pretiwi membujuk Sutasoma agar membunuh Prabu Purusada. Sutasoma menolak bujukan tersebut karena ingin melanjutkan perjalanan. Beliau bertemu dengan raksasa berkepala gajah pemakan manusia dan ular naga. Keduanya takluk dan bersedia menjadi muridnya untuk mempelajari agama Budha. Sutasoma juga bertemu dengan harimau betina yang akan memakan anaknya sendiri. Dalam perkelahian ini Sutasoma mati tetapi dihidupkan kembali oleh Batara Indra. Tersebutlah sepupu Sutasoma bernama Prabu Dasabahu, berperang dengan anak buah Prabu Kalmasapada (Purusada). Anak buah Prabu Kalmasapada kalah dan minta perlindungan Sutasoma. Prabu Dasabahu yang terus mengejar, akhirnya tahu bahwa Sutasoma itu sepupunya, lalu diajak ke negerinya dan dijadikan ipar. Setelah kembali ke Astina, Sutasoma dinobatkan sebagai raja bergelar Prabu Sutasoma. Cerita dilanjutkan dengan kisah Prabu Purusada dalam membayar kaul kepada Batara Kala. Prabu Sutasoma bersedia menjadi santapan Batara Kala, sebagai ganti atas ke-100 orang raja sitaan Purusada. Mendengar permintaan raja Astina tersebut, Prabu Purusada menjadi sadar akan perbuatannya dan berjanji tidak makan daing manusia lagi. Judul luar teks yang berbunyi Sri Bajra Jnana (tulisan latin), rupanya keliru, karena sesungguhnya merupakan baris pertama dari bait pertama, yang dituangkan ke dalam pupuh Sragdhara (pupuh I). Naskah ini dikarang oleh Mpu Tantular pada jaman Majapahit (h.l47a baris ke-4). Nampak beberapa teks telah diperbaiki dengan tulisan pensil. Keterangan penulisan atau penyalinan teks ini tidak diketahui secara jelas, hanya disebutkan tempat penyalinan wesma Sri Gandi, oleh sangapatra: awirbhuja putraka siwa sudda (?). Informasi tentang daftar pupuh dari Kakawin Sutasoma ini, lihat Kakawin Sutasoma suntingan I G. B. Sugriwa, yang diterbitkan oleh toko buku Bali Mas Denpasar Bali, dan dalam Kalangwan karya P.J. Zoetmulder. Informasi mengenai teks Sutasoma ini dapat dilihat pada Pigeaud 1970: 402; MSB/L.449; Kirtya/114, 974, 910, 2352, 1148, 2290; Brandes. III: 147-157; PNRI/000 L 557; Juynboll I: 140-143."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CP.27a-LT 236
Naskah  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>