Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 158208 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andini Rahmawati
"Pendahuluan. Penyakit degeneratif dan non-communicable diseases adalah penyebab kematian tersering di Indonesia disebabkan oleh Reactive Oxygen Species (ROS) yang menyebabkan keadaan stress oksidatif berdampak pada kerusakan sel sehat, kelainan fungsi, dan berakhir dengan penyakit. Dikarenakan tingkat antioksidan endogen tidak cukup untuk mengkompensasi stres oksidatif, maka Cinnamomum burmannii dibutuhkan sebagai antioksidan eksogen.
Metode. Untuk menilai isi kandungan antioksidan dalam Cinnamomum burmannii, analisis fitokimia dilakukan menggunaka ekstrak ethanol, ethyl asetate, dan hexane dari kulit batang Cinnamomum burmannii. Pada pengujian In Vitro, DPPH (2,2- diphenyl-1-picrylhydrazyl) digunakan sebagai radikal bebas buatan untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan, ditunjukkan dengan nilai IC50. Sedangkan, pengujian In Vivo membandingkan nilai Malondialdehide (MDA) dari lima grup tikus Sprague Dawley (SD) sebelum dan sesudah diberikan ektrak ethanol dengan dosis berbeda (5 mg/200 gr BB, 10 mg/200 gr BB, and 20 mg/200 gr BB), vitamin C (kontrol positif), dan air (kontrol negatif). Aktivitas berenang diberikan 10 menit sebelum dan sesudah pengecekkan nilai MDA ditujukan untuk menghasilkan kondisi stres oksidatif pada tikus SD.
Hasil. Analisis fitokimia terhadap ekstrak ethanol dari Cinnamomum burmannii menunjukkan kandungan antioksidan yang terdiri dari saponin, flavonoid, alkaloid, steroid, essential oil, dan tannin. Uji In Vitro menunjukkan ekstrak ethanol dari Cinnamomum burmannii memiliki aktivitas antioksidan kuat dengan nilai IC50, yaitu 20.65 ug/mL. Sedangkan pada uji In Vivo, dosis yang paling efektif adalah 10 mg/200 gr BB, ditunjukkan dengan penurunan kadar MDA yang signifikan (0.312 nmol/ mL) setelah perlakuan.
Kesimpulan. Penelitian ini membuktikan bahwa ekstrak ethanol dari Cinnamomum burmannii menunjukkan aktivitas antioksidan melalui uji In Vitro dan In Vivo.

Introduction. Degenerative disease and non-communicable diseases are the most prevalent cause of death in Indonesia due to Reactive Oxygen Species (ROS) which give result in oxidative stress causing damaged healthy cells and malfunction resulting a disease. Since the level of endogenous antioxidant may not sufficient to compensate the oxidative stress, thus Cinnamomum burmannii is needed as an exogenous antioxidant.
Methods. In order to assess the antioxidant content of Cinnamomum burmannii, phytochemical analysis was conducted using ethanol, ethyl acetate, and hexane extract of Cinnamomum burmannii stem bark. In In Vitro test, DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl) was used as an artificial free radical to evaluate the antioxidant activity, represented by IC50 value. While, In Vivo test compared Malondialdehyde (MDA) level of five groups of Sprague Dawley (SD) rats before and after given the ethanol extract with three different doses (5 mg/200 gr BW, 10 mg/200 gr BW, and 20 mg/200 gr BW), vitamin C (positive control), and water (negative control). Swimming for 10 minutes was given prior to the MDA level test in order to exert the oxidative stress condition in the SD rats.
Results. Phytochemical analysis result showed antioxidant content of ethanol extract of Cinnamomum burmannii comprises of saponin, flavonoid, alkaloid, steroid, essential oil, and tannin. In Vitro test showed that ethanol extract of Cinnamomum burmannii has strong antioxidant activity with IC50 value of 20.65 ug/mL. While in the In Vivo test, the most effective dosage is 10 mg/200 gr BW, represented by a significant decrease of MDA level (0.312 nmol/ mL) before and after treatment.
Conclusion. It is clearly evident from the study that ethanol extract of Cinnamomum burmannii stem bark demonstrated antioxidant activity through both, In Vitro test and In Vivo test.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilla Arethafiry Putri
"Introduction. Indonesia is a tropical country which has around 260 million population in 2017. However, non-communicable diseases are still very popular in Indonesia, which is strongly associated with the most common causes of death. These diseases are very associated with Reactive Oxygen Species (ROS) and oxidative stress. Proven herbs be a source of antioxidants, and Peppermint leaf is one of them. Method. Phytochemical analysis was carried out after the extraction and maceration process, by mixing it with three different extracts; hexane, ethyl acetate, and ethanol. To To study antioxidant activity, these experiments were carried out in vitro and in vivo. in vitro The assay was carried out using the DPPH radical to look for IC50, and the in-vivo test was performed on mice. The concentration of extract used was 5 mg, 10 mg, and 20 mg. Results. Phytochemical analysis showed that peppermint leaves contain saponins, flavonoids, alkaloids, triterfenoids/steroids, essential oils, and tannins. In the tube In the test, the IC50 value of Peppermint leaf extract was 128.60 g/mL. As for invivo test, plasma MDA levels decreased most significantly in the 5 mg concentration.
Conclusion. Mentha piperita (L.) is proven to be an effective exogenous herb antioxidants to overcome oxidative stress conditions, as evidenced by the elimination of DPPH radical in vitro with an IC50 value of 128.60 g/mL, and a decrease in MDA levels in vivo, with the most effective dose of 5 mg.
Pengantar. Indonesia adalah negara tropis yang memiliki sekitar 260 juta
penduduk tahun 2017. Namun, penyakit tidak menular masih sangat populer di Indonesia yang sangat terkait dengan penyebab kematian terbanyak. Penyakit-penyakit ini sangat terkait dengan Reactive Oxygen Species (ROS) dan stres oksidatif. Herbal terbukti menjadi sumber antioksidan, dan daun Peppermint adalah salah satunya. Metode. Analisis fitokimia dilakukan setelah proses ekstraksi dan maserasi,
dengan mencampurnya dengan tiga ekstrak yang berbeda; heksana, etil asetat, dan etanol. Ke mempelajari aktivitas antioksidan, percobaan ini dilakukan secara in-vitro dan in-vivo. invitro uji dilakukan menggunakan radikal DPPH untuk mencari IC50, dan uji in-vivo adalah dilakukan pada tikus. Konsentrasi ekstrak yang digunakan adalah 5 mg, 10 mg, dan 20 mg.
Hasil. Analisis fitokimia menunjukkan bahwa daun peppermint mengandung saponin, flavonoid, alkaloid, triterfenoid/steroid, minyak atsiri, dan tanin. Di dalam tabung uji, nilai IC50 ekstrak daun Peppermint adalah 128,60 g/mL. Sedangkan untuk invivo uji, tingkat MDA plasma menurun paling signifikan dalam konsentrasi 5 mg.
Kesimpulan. Mentha piperita (L.) terbukti sebagai herbal eksogen yang efektif antioksidan untuk mengatasi kondisi stres oksidatif, dibuktikan dengan eliminasi radikal DPPH in-vitro dengan nilai IC50 128,60 g/mL, dan penurunan tingkat MDA in-vivo, dengan dosis paling efektif 5 mg."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Taufik Ekaprasada
"It has been investigated the plant of Cinnamomum burmannii Nees ex Blume from the West Sumatera as sources of antioxidant and antibacterial compounds. Extraction with n-hexane and ethanol showed the activities of antioxidant as radical scavenger and as the antibacteria againt Escherichia coli. Fractional from the crude extract on silica gel column with the n-hexaneethyl acetate solven gradient system for the n-hexane crude extract and the ethyl acetate-methanol solven gradient system for the ethanol crude extract yield three fractions. They are examined with radical scavenger method. The n-hexane crude extract and its fraction showed weak of antioxidant capacity but the ethanol crude extract and the two its fractions showed very powerful of antioxidant capacity with IC50 9.0 ppm, 7,8 ppm and 11.2 ppm respectively. A Fraction from the n-hexane crude extract (fraction A) and two fractions from the ethanol crude extract ( fraction B and fraction C) were analyzed UV, IR and GC-MS. Fraction A consist of trans cinnamaldehyde (54, 41 %), cinnamate acid (20,49 %), benzaldehyde (7,95 %) dan α-phenylacetaldehyde (4,30 %). Fraction B consist of trans–cinnamaldehyde (68,65 %), methyl cinnamate (9,20 %), methyl hexadecanoic (8,49 %) and methyl-9-Octadecenoic (6,99 %). Fraction C consist of ethyl tetradecanoic (43,56 %), ethyl laurate (39,48 %), ethyl hexadecanoic (12,16 %), dioctyl hexenedioic (2,98 %) and diisooctyl 1,2 benzenedicarboxylic (1,83 %). Keywords: Antioxidant , Antibacteria activities, Cinnamomum burmannii
Nees ex Blume, Escherichia coli, Radical Scavenger ."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
T39912
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bryant Roosevelt Sabur
"Penyakit tidak menular, yang proses pembentukannya terpengaruh oleh stress oksidatif, merupakan masalah kesehatan masyarakat yang besar, baik secara global maupun di Indonesia. Euphorbia tirucalli, salah satu tanaman yang sering ditemukan di Indonesia sebagai tanaman hias, memiliki potensi sebagai antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi fitokimia dan aktivitas antioksidan ekstrak herbal patah tulang (Euphorbia tirucalli). Penelitian ini menggunakan tiga jenis ekstrak Euphorbia tirucalli, yaitu ekstrak n-heksana, ekstrak etil asetat dan ekstrak etanol, yang diuji aktivitas antioksidannya dengan metode DPPH, dan dianalisis jumlah komponen senyawa kimia dan kandungan metabolit sekundernya dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan uji fitokimia.
Hasil analisis dengan KLT menunjukkan bahwa ekstrakherbal patah tulang (Euphorbia tirucalli) mengandung enam komponen senyawa kimia, sedangkan uji fitokimia menunjukkan bahwa ketiga ekstrak mengandung metabolit sekunder flavonoid dan glikosida, dengan ekstrak etanol memiliki tanin dan steroid. Hasil uji DPPH menunjukkan bahwa ekstrak etanol herbal patah tulang Euphorbia tirucalli memiliki aktivitas antioksidan yang kuat dengan nilai IC50 sebesar 16,05 ppm, sedangkan ekstrak etil asetatnya memiliki aktivitas antioksidan yang lemah dengan nilai IC50 sebesar 232,86 ppm. Kesimpulannya adalah bahwa ekstrak etanol memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat karena kandungan fitokimianya.

Noncommunicable diseases, in which their process is affected by oxidative stress, is a large public health matter, both on a global and national scale. Euphorbia tirucalli, one of the plants frequently found in Indonesia as a decorative, has antioxidant potential with a certain solvent. The objective of this research is to understand the phychemical composition and antioxidant activity of Euphorbia tirucalli extract. This research uses 3 extracts with three different solvents, which are ethanol, ethylacetate, and n-hexane, with the antioxidant activity measured with the DPPH method, and the amount of chemical compunds and secondary metabolites analyzed with thin layered chromatography (TLC) and phytochemical tests.
All three extracts have show similar results at the TLC with six chemical compunds in all three extracts, while the phytochemical tests shows the presence of the secondary metabolites glycosides and flavonoids in all three extracts, with the ethanol extract additionally having tannin and steroid. The DPPH test shows that the extract with ethanol solvent has a strong antioxidant activity with an IC50 value of 16,05 ppm, while that the extract with ethylacetate solvent has a weak antioxidant activity with an IC50 value of 232,86 ppm. The conclusion is that the extract with ethanol solvent has stronger antioxidant activity due to its phytochemical content.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agnes Aurelie Valencia
"Stres oksidatif adalah senyawa yang terasosiasi pada banyaknya kerusakan molekuler seperti lipid, protein, dan asam nukleat. Antioksidan, dalam hal ini dapat digunakan untuk membantu menonaktifkan radikal bebas yang merusak secara biologis. Ochrosia merupakan tanaman dari keluarga Aopcynaceae. Beberapa ekstrak tanaman dari marga Ochrosia menunjukkan aktivitas farmakologis, salah satu contohnya adalah antioksidan. Ochrosia citrodora K. Schum & Lauterb merupakan spesies dari genus Ochrosia yang terdapat di Indonesia. Pada penelitian ini dilakukan uji antioksidan pada ekstrak kulit batang Ochrosia citrodora K. Schum & Lauterb. Ekstraksi yang dilakukan dalam dua metode yaitu refluks dan Ultrasound-Assisted Extraction (UAE). Ekstraksi dilakukan bertingkat menggunakan pelarut n-heksana, diklorometana, etil asetat, dan metanol. Selanjutnya, pada ekstrak dilakukan uji aktivitas antioksidan secara in vitro menggunakan metode perendaman radikal DPPH (2,2-difenil-1-pikrihidrazil) dengan microplate reader dan penapisaan fitokimia menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Hasil rendemen ekstrak pada metode refluks memiliki persentase rendemen lebih tinggi dibandingkan metode Ultrasound-Assisted Extraction (UAE). Ekstrak teraktif dengan aktivitas antioksidan tertinggi didapatkan oleh ekstrak etil asetat kulit batang Ochrosia citrodora K. Schum & Lauterb dengan IC50 31,59 µg/mL pada metode refluks dan 49,47 µg/mL pada metode UAE. Metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak kulit batang Ochrosia citrodora K. Schum & Lauterb adalah alkaloid, flavonoid, terpenoid, dan steroid. Dari hasil penelitian, ekstrak etil asetat kulit batang Ochrosia citrodora K. Schum & Lauterb memiliki potensi untuk menjadi sumber antioksidan alami.

Oxidative stress is compound that assosiated with molecular damages such as lipid, protein, and nucleic acid. In this case, antioxidant can be used to help deactivate free radicals that biologically damaging. Ochrosia genus is in family Apocynaceae. Various species of Ochrosia known to have a pharmacological activity, one of which is antioxidant. Ochrosia citrodora K. Schum & Lauterb is one of Ochrosia genus that native in Indonesia. In this study, antioxidant assay were carried out on Ochrosia citrodora K. Schum & Lauterb stem bark extract. The stem bark extracted using two methods of extraction namely reflux and Ultrasound-Assisted Extraction (UAE). Extraction carried out using gradual method based on solvent polarity; n-hexane, dichloromethane, ethyl acetate, and methanol. Furthermore, in vitro antioxidant activity was tested using radical immersion of DPPH (2,2-diphenyl-1-picryhydrazyl) method with a microplate reader and phytochemical screening using Thin Layer Chromatography (TLC). Yield value obtained by reflux extraction method have a higher percentage compare to Ultrasound-Assisted Extraction (UAE). The most active extract with highest antioxidant activity was obtained by ethyl acetate stem bark extract of Ochrosia citrodora K. Schum & Lauterb with IC50 31.59 µg/mL and 41.97 µg/mL in reflux and UAE method respectively. Ochrosia citrodora K. Schum & Lauterb bark extract contains secondary metabolits; alkaloids, flavonoid, terpenoid, and steroid. Result in this study indicated ethyl acetate extract of stem bark extract of Ochrosia citrodora K. Schum & Lauterb have the potential to be used as a natural antioxidant.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fransisca
"Pelarut organik memiliki beberapa masalah seperti toksisitas terhadap manusia dan beban lingkungan. Natural Deep Eutectic Solvent (NADES) adalah pelarut yang lebih ramah lingkungan untuk mengekstraksi senyawa biomarker tanaman dibandingkan dengan pelarut organik. Dalam penelitian ini, NADES digunakan sebagai pelarut untuk ekstraksi kulit kayu manis Cinnamomum burmannii yang mengandung biomarker trans-cinnamaldehyde dan kumarin. Optimalisasi ekstraksi untuk mendapatkan kandungan trans-cinnamaldehyde optimal dilakukan dengan menentukan jenis NADES (asam betaine-laktat, asam betain-malat, asam betain-malat dengan perbandingan 1: 1), penambahan air NADES (20) %, 40% dan 60%), waktu ekstraksi (10 menit, 30 menit, dan 50 menit) menggunakan Ultrasonic-Assisted Extraction (UAE), dan rasio pelarut sampel adalah 1:10. Sebagai perbandingan, ekstraksi konvensional dilakukan dengan metode soxhlet menggunakan etanol 96%, rasio sampel-pelarut 1: 10, dan ekstraksi 5 jam (3 siklus). Penentuan trans-cinnamaldehyde dan coumarin dilakukan dengan metode High Performance Liquid Chromatography (HPLC). Analisis kondisi optimal untuk kadar trans-cinnamaldehyde dan kumarin dilakukan dengan metode ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa NADES asam betaine-laktat dengan penambahan air 40% dan waktu ekstraksi 30 menit menghasilkan kandungan trans-cinnamaldehyde tertinggi, yaitu 8,76 mg / g dan kadar kumarin 9,52 mg / g. Dalam metode ekstraksi soxhlet, hasil trans-cinnamaldehyde yang diperoleh adalah 0,71 mg / g dan kandungan kumarin adalah 4,25 mg / g. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa metode ekstraksi asam laktat UAE-NADES dapat mengekstraksi trans-cinnamaldehyde lebih baik daripada metode soxhlet dengan etanol 96%.

Organic solvents have several problems such as toxicity to humans and the environmental burden. Natural Deep Eutectic Solvent (NADES) is a more environmentally friendly solvent for extracting plant biomarker compounds compared to organic solvents. In this study, NADES was used as a solvent for the extraction of Cinnamomum burmannii cinnamon bark containing trans-cinnamaldehyde and coumarin biomarkers. Optimization of extraction to obtain optimal trans-cinnamaldehyde content is done by determining the type of NADES (betaine-lactic acid, betain-malic acid, betain-malic acid in a ratio of 1: 1), addition of NADES water (20)%, 40% and 60%) , extraction time (10 minutes, 30 minutes, and 50 minutes) using Ultrasonic-Assisted Extraction (UAE), and the solvent ratio of the sample was 1:10. As a comparison, conventional extraction was carried out using the Soxhlet method using ethanol 96%, a sample-solvent ratio of 1: 10, and extraction of 5 hours (3 cycles). The determination of trans-cinnamaldehyde and coumarin was carried out using the High Performance Liquid Chromatography (HPLC) method. Analysis of the optimal conditions for trans-cinnamaldehyde and coumarin levels was performed by the ANOVA method. The results showed that NADES betaine-lactic acid with the addition of 40% water and 30 minutes extraction time produced the highest trans-cinnamaldehyde content, which was 8.76 mg / g and coumarin levels 9.52 mg / g. In the soxhlet extraction method, the yield of trans-cinnamaldehyde obtained is 0.71 mg / g and the coumarin content is 4.25 mg / g. Based on the results of the study, it can be concluded that the UAE-NADES lactic acid extraction method can extract trans-cinnamaldehyde better than the soxhlet method with 96% ethanol.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nusaibah Zahratunnisa
"Penghambatan α-glukosidase dapat mengatasi kondisi hiperglikemia setelah makan yang terjadi pada penderita diabetes melitus tipe 2. Penambahan antioksidan pada terapi diabetes melitus ditujukan untuk mengurangi komplikasi yang terjadi akibat stres oksidatif. Beberapa tanaman dari marga Garcinia telah terbukti dapat menghambat α-glukosidase dan memiliki aktivitas antioksidan, namun belum ada penelitian terhadap Garcinia fruticosa Lauterb. Pada penelitian ini, kulit batang Garcinia fruticosa Lauterb. diekstraksi dengan cara maserasi bertingkat. Uji penghambatan α-glukosidase dilakukan secara in vitro terhadap ekstrak kental pada suhu 39oC dan pH 6,8. Pengukuran produk dilakukan dengan microplate reader pada panjang gelombang 400 nm.
Pengujian antioksidan dilakukan dengan menggunakan metode peredaman DPPH dan diukur menggunakan microplate reader pada panjang gelombang 519 nm. Ekstrak etil asetat merupakan ekstrak teraktif pada kedua uji tersebut. Nilai IC50 yang didapatkan pada uji penghambatan α-glukosidase adalah 20,18 μg/mL. Nilai ini lebih rendah dari standar (akarbose) yang memiliki nilai IC50 141,55 μg/mL. Sementara itu, nilai IC50 yang didapat pada uji antioksidan adalah 8,93 μg/mL. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan standar (kuersetin) yang memiliki nilai IC50 2,51 μg/mL. Hasil penapisan fitokimia pada ekstrak etil asetat kulit batang Garcinia fruticosa Lauterb. menunjukkan bahwa ekstrak ini mengandung golongan senyawa alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin, dan tanin.

Inhibition of α-glucosidase can ameliorate postprandial hyperglycemia condition that occurs in patients with type 2 diabetes mellitus. Adding antioxidants in the therapy of diabetes mellitus is intended to reduce complications caused by oxidative stress. Some species of genus Garcinia have been proven to inhibit α-glucosidase and have antioxidant activity, but there is no research on Garcinia fruticosa Lauterb. In this research, Garcinia fruticosa Lauterb. stem bark was extracted by multistage maceration. Inhibition of α-glucosidase test has been done in vitro on concentrated extracts at temperature of 39oC and pH 6,8. Products was measured by microplate reader at wavelength 400 nm.
Antioxidant test has been done using DPPH scavenging method and absorbance was measured by microplate reader in wavelength 519 nm. Ethyl acetate extract is the most active extract for both test. IC50 values from inhibition of α-glucosidase is 20,18 μg/mL that is lower than standard (acarbose) which has IC50 value 141,55 μg/mL. Meanwhile, IC50 value from antioxidant test is 8,93 μg/mL that is higher than standard (quercetine) which has IC50 value 2,51 μg/mL. Phytochemical screening shows that ethyl acetate extract of Garcinia fruticosa Lauterb. stem bark contains alkaloids, flavonoids, glycosides, saponins, and tannins.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S64493
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldo Owen Senlia
"

Latar belakang: Diabetes merupakan salah satu masalah yang semakin banyak di dunia modern. Pencegahan dan pengobatan diabetes beragam mulai dari cara modern dan juga tradisional. Pengobatan herbal merupakan salah satu metode untuk menangani diabetes. Salah satu tanaman herbal yang digunakan adalah jati cina atau Senna alexandrina. Manfaat dari pengobatan herbal diperngaruhi oleh pelarut yang digunakan. Pada proses pembuatan minuman baik pada skala industri atau rumahan, pelarut yang digunakan adalah pelarut etanol dan pelarut air.

Tujuan: Menentukan pelarut terbaik untuk memberikan efek antidiabetes dan antioksidan

Metode: Penelitian dilakukan secara in vitro menggunakan enzim α-glukosidase dan DPPH. Sampel daun jati cina dimaserasi dan direndam menggunakan pelarut etanol, campuran etanol : air (1:1), dan air. Ekstrak lalu diskrining untuk kandungan fitokimianya dan diprediksi kandungan senyawanya menggunakan LC-MS/MS. Jumlah kandungan fenolik dan flavonoid dihitung dengan membandingkan menggunakan asam galat dan quercetin. Ekstrak dengan kemampuan antioksidan dan antidiabetes terbaik lalu diuji untuk menghitung nilai IC50.

Hasil: Tanaman jati cina menunjukkan kemampuan sebagai antioksidan dan antidiabetes. Pelarut campuran etanol-air menunjukkan kemampuan terbaik sebagai antioksidan dan antidiabetes. Ekstrak etanol murni memiliki kemampuan antioksidan kedua terbaik namun memiliki kemampuan antidiabetes terburuk dan ekstrak air memiliki kemampuan antioksidan terburuk namun memiliki kemampuan antidiabetes kedua terbaik. Nilai IC50 ekstrak etanol-air sebagai antidiabetes terhadap enzim α-glukosidase adalah 33,151 µg/ml dan sebagai antioksidan terhadap radikal bebas DPPH adalah 160,502 µg/ml. Prediksi kandungan senyawa dari ekstrak etanol-air daun jati cina menggunakan LC-MS/MS adalah torachrysone-8-O-β-D-glucopyranoside, Oroxin B, 3-O-[β-D-Glucopyranosyl-(12)]-β-D-glucopyranosyl-kaempferol, 7-Hydroxy-1-methoxy-2-methoxyxanthone, rhamnetin dan rubilakton.

Simpulan: Ekstrak etanol-air (1:1) daun jati cina menunjukkan kemampuan  aktivitas antioksidan dan aktivitas antioksidan dan antidiabetes terbaik.


Background: Diabetes is a growing problem in this modern time. Preventing and treating diabetes can be done using various ways from traditional to modern methods. Herbal medicine is one of the traditional forms of medication. One of the herbs used to treat diabetes is Senna Alexandrina or Jati Cina. The effects of herbal medicine is linked with the solvent used. In the process of making a herbal drink in industrial and private scale, the solvent used is ethanol and water.

Objective: Determining the best solvent to produce antioxidant and antidiabetic effect.

Methods:.This study was conducted in vitro using I±-glucosidase enzyme and DPPH. Senna Alexandrina leaves was maserated and soaked using ethanol, water, and ethanol-water mix (1:1). Extract was then screened for phytochemical contents and had its compounds predicted using LC-MS/MS. Total phenolic and flavonoid count were measured using gallic acid and quercetin. Extract with the best antioxidant and antidiabetic properties was further tested to measured its IC50.

Results: Senna Alexandrina leaves showed antioxidant and antidiabetic properties. Ethanol-water mixed solvent produced the best antioxidant and antidiabetic properties. Ethanol extract had the second best antioxidant properties but had the worst antidiabetic properties and water extract produced the worst extract with antioxidant properties but had the second best antidiabetic properties. The antidiabetic IC50 value of ethanol-water mix extract  by I±-glucosidase testing was 33,151 ug/ml and the IC50 value as antioxidant by DPPH testing was 160,502 ug/ml. The compounds predicted in ethanol-water extract using LC-MS/MS method was torachrysone-8-O-I²-D-glucopyranoside, Oroxin B, 3-O-[I²-D-Glucopyranosyl-(12)]-I²-D-glucopyranosyl-kaempferol, 7-Hydroxy-1-methoxy-2-methoxyxanthone, rhamnetin dan rubilactone.

Conclusion: Ethanol-water mix (1:1) extract showed the best antioxidant and antidiabetic properties. 

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hafsa Hapsari
"Kanker serviks menduduki peringkat keempat penyebab kematian akibat kanker pada wanita. Insidensi, prevalensi, serta tingkat mortalitas akibat kanker serviks di Indonesia terus mengalami peningkatan. Modalitas terapi yang tersedia memiliki keterbatasan, sehingga perlu dikembangkan penelitian mengenai potensi bahan alam sebagai terapi alternatif, salah satunya daun kelor (Moringa oleifera). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi senyawa fitokimia, aktivitas antioksidan, serta aktivitas sitotoksik ekstrak daun Moringa oleifera tehadap sel kanker serviks HeLa. Ekstraksi daun kelor dilakukan dengan teknik maserasi sehingga didapatkan ekstrak etanol, etil asetat, dan n-heksana. Analisis fitokimia dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Aktivitas antioksidan diukur menggunakan metode DPPH sedangkan aktivitas sitotoksiknya terhadap sel kanker serviks HeLa menggunakan metode MTT. Komponen senyawa fitokimia yang terkandung di dalam ekstrak daun Moringa oleifera mencakup alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin, tanin, triterpenoid, dan steroid. Ekstrak etanol mengandung total fenol tertinggi sedangkan kandungan total flavonoid tertinggi ditemukan pada ekstrak etil asetat. Aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun kelor bersifat aktif (IC50: 50,54 µg/ml), ekstrak etil asetat moderat (IC50: 206,71 µg/ml) sedangkan ekstrak n-heksana tidak memiliki aktivitas antioksidan (IC50: 5397,43 µg/ml). Ekstrak etanol, etil asetat, dan n-heksana daun Moringa oleifera menunjukkan aktivitas sitotoksik moderat terhadap sel kanker serviks HeLa dengan nilai IC50 berturut-turut 53,17 µg/ml; 28,79 µg/ml; 48,65 µg/ml.

Cervical cancer is the fourth leading cause of cancer death in women. Incidence, prevalence, and mortality rates due to cervical cancer in Indonesia continue to increase. The current therapeutic choices have some limitations, thus it is necessary to explore the potential of natural materials as alternative treatment, one of which is Moringa oleifera leaf. This study aimed to determine the content of phytochemical compounds, antioxidant activity, and cytotoxic activity of Moringa oleifera leaf extract against HeLa cervical cancer cells. Maceration technique on Moringa leaves produced ethanol, ethyl acetate, and n-hexane extracts. Phytochemical analysis was conducted qualitative and quantitatively. Antioxidant activity was measured using the DPPH method, while its cytotoxic activity against HeLa cervical cancer cells was determined using the MTT method. Moringa leaves extract contains alkaloids, flavonoids, glycosides, saponins, tannins, triterpenoids, and steroids. The ethanol extract has the highest total phenol content while the highest total flavonoid content is found in the ethyl acetate extract. The ethanol extract has active antioxidant activity (IC50: 50.54 µg/ml), the ethyl acetate extract has moderate activity (IC50: 206.71 µg/ml) while the n-hexane extract shows no antioxidant activity (IC50: 5397.43 µg/ml). Ethanol, ethyl acetate, and n-hexane extracts of Moringa oleifera leaves shows cytotoxic activity against HeLa cells with moderate intensity with IC50 values as follows, 53.17 µg/ml; 28.79 µg/ml; 48.65 µg/ml, respectively."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trifena
"ABSTRAK
Obat herbal diklaim sangat bermanfaat untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan dan estetik walaupun belum didukung dengan bukti ilmiah, salah satunya adalah manfaat sebagai antioksidan. Antioksidan secara oral dan topikal disebut sebagai salah satu terapi penuaan kulit, salah satu yang memiliki aktivitasnya adalah kulit manggis dan pegagan. Tujuan penelitian ini adalah melakukan analisis uji in vitro dan uji in vivo ekstrak kombinasi kulit manggis (Garcinia mangostana L.) dan herba pegagan (Centella asiatica L.) sebagai krim antioksidan. Aktivitas antioksidan ekstrak diuji secara in vitro dengan metode DPPH. Sebelum uji in vivo dilakukan pembuatan krim dan uji stabilitasnya, yaitu sediaan krim uji berisi 5% ekstrak kombinasi kulit manggis dan herba pegagan dan sediaan krim kontrol berisi 5% ekstrak tunggal kulit manggis. Secara in vivo terhadap wanita usia 30-40 tahun dilakukan uji keamanan yaitu Repeated Opened Patch Test (ROPT) dan Single Closed Patch Test (SCPT) serta uji manfaat dengan menggunakan alat Corneometer, Cutometer dan Mexameter untuk melihat parameter kelembaban, elastisitas dan tingkat kecerahan kulit. Hasil penelitian menunjukkan aktivitas antioksidan ektrak kombinasi kulit manggis dan herba pegagan secara uji in vitro memiliki aktivitas antioksidan yang cukup tinggi, dan secara in vivo menunjukkan manfaat namun secara statistik tidak berbeda makna (P>0.05).

Abstract
Herbal based products have been widely used for the health as well as the esthetics purposes even though not all the benefits are scientifically supported, one of them is the antioxidant. The oral and topical antioxidants have been recently been used as antiaging therapy, among them are the mangosteen pericarp and the gotukola. The objective of the present study is to investigate the in vitro and in vivo efficacy of the combined extracts of mangosteen pericarp and the gotukola. The in vitro antioxidant efficacy has been done using the DPPH method. The cream containing the combined extracts respectively were applied to the test group while the cream containing the mangosteen extract were applied to the control group . The in vivo efficacy tests of ROPT and SCPT were conducted on the women volunteers using the Corneometer, Cutometer and Mexameter to evaluate the skin moisture content, elasticity and the brightness. The in vitro results shows that the combined extracts posseses high antioxidant activity while the in vivo results do not show significant difference compared to the single extract (P>0.05)."
Universitas Indonesia, 2012
T30169
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>