Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 111787 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sarah Oxa Amalya Afda
"Aksara 作る, 造る, dan 創る memiliki cara baca yang sama, yaitu `tsukuru`. Ketiga aksara itu juga memiliki satu komponen makna yang sama, yaitu `membuat`. Cara baca dan komponen makna yang sama itu tampaknya menimbulkan kesulitan bagi pemelajar bahasa Jepang. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian atas ketiga aksara tersebut. Penelitian ini berfokus pada kolokasi verba tsukuru (作る), tsukuru (造る), dan tsukuru (創る) dengan nomina, khususnya objek nomina pada suatu kalimat. Data penelitian diambil dari korpus Yourei.jp. Dilakukan pencermatan data untuk menemukan nomina apa saja yang berkolokasi dengan verba tsukuru (作る), tsukuru (造る), dan tsukuru (創る). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari data yang diamati, ditemukan pola dari nomina yang berkolokasi dengan ketiga verba tersebut, yaitu (i) verba tsukuru (作る) berkolokasi dengan objek nomina `benda yang dibuat secara alamiah`, (ii) verba tsukuru (造る) berkolokasi dengan objek nomina `benda yang dibuat secara rumit`, dan (iii) verba tsukuru (創る) berkolokasi dengan objek nomina `benda baru`.

The scripts 作る, 造る, and 創る have the same readings, which is `tsukuru`. 作る, 造る, and 創る also have a semantic component that is identical to each other, which is `to make`. The similarities of the readings and the semantic components seem to be causing difficulties for Japanese language learners. Hence, a research concerning those three scripts is needed to be done. This research is focused on the collocations of verbs tsukuru (作る), tsukuru (造る), and tsukuru (創る) with nouns, especially object nouns in a sentence. The data of this research were taken from corpus Yourei.jp. Obtained data were analyzed, leading to the findings of nouns that collocate with verbs tsukuru (作る), tsukuru (造る), and tsukuru (創る). After conducting the analysis, some patterns of the nouns that collocate with the three verbs were found as such: (i) the verb tsukuru (作る) collocates with object nouns which are `entities that are made with one`s natural ability`, (ii) the verb tsukuru (造る) collocates with object nouns which are `entities that are made complexly`, and (iii) the verb tsukuru (造る) collocates with object nouns which are `entities that are newly invented`."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Murakami, Haruki, 1949-
Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), 2018
895.6 MUR t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Murakami, Haruki
London: Harvill Secker, 2014
895.63 MUR c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ciciheriyanti
"Penelitian ini berjudul ?Masalah Kejiwaan Tokoh Utama dalam Novel Shikisai wo Motanai Tazaki Tsukuru to, Kare no Junrei no Toshi karya Haruki Murakami. ?Penelitian ini bertujuan untuk meneliti tokoh dan karakter tokoh, peristiwa dan latar yang digunakan Haruki Murakami untuk mendukung gambaran masalah kejiwaan tokoh utama Tazaki Tsukuru dalam peradabannya. Pendekatan yang penulis gunakan adalah pendekatan psiko-analisa Sigmund Freud dalam bukunya Civilization and Its Discontents. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu mendeskripsikan data-data yang ada, kemudian menganalisisnya sesuai dengan tujuan penelitian. Sumber data pada penelitian ini adalah novel Shikisai wo Motanai Tazaki Tsukuru to, Kare no Junrei no Toshi karya Haruki Murakami. Data penelitian berupa penggalan kalimat mengenai masalah kejiwaan yang dialami Tazaki Tsukuru dalam peradabannya: (1) kehilangan dan ketidakbahagiaan (2) kesepian dan isolasi sosial (3) cinta samudrawi yang koheren dengan teori psiko-analisa Sigmund Freud dalam bukunya Civilization and Its Discontent.

This study entitled "Psychological Problems? Protagonist in the novel Shikisai wo Motanai Tazaki Tsukuru to, Kare no Junrei no Toshi by Haruki Murakami." This study aims to examine the character, events and settings that are used by Haruki Murakami to support the description of psychological problems of Tazaki Tsukuru as a protagonist in his civilization. The approach that writer use is psycho-analytical of Sigmund Freud in his book Civilization and Its Discontents. This study used a descriptive method of analysis, which describes the existing data, then analyze it according to the research objectives. Sources of data in this study is Haruki Murakami's novel ?Shikisai wo Motanai Tazaki Tsukuru to, Kare no Junrei no Toshi.? Research data regarding the sentence fragments of mental problems experienced by Tazaki Tsukuru in civilization: (1) loss and unhappiness (2) loneliness and social isolation (3) oceanic feelings that coherent with theory of psycho-analysis by Sigmund Freud in his book Civilization and Its Discontent."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Aan Setyawan
"Hitam dan putih tidak hanya memiliki makna yang berhubungan dengan warna. Hitam dan putih banyak digunakan secara metaforis untuk mengategorikan sesuatu yang baik dan tidak baik. Penelitian ini membahas bentuk-bentuk kolokasi metaforis hitam dan putih dalam bahasa Indonesia. Bentuk-bentuk kolokasi diperoleh dengan bantuan Sketch Engine dengan korpus Indonesian Web. Hasil dari penelitian ini menunjukkan (1) makna literal dan metaforis hitam dan putih dapat diketahui melalui preferensi semantis dan kolokat-kolokat yang berkolokasi, (2) prosodi semantis hitam dan putih ketika bermakna literal menunjukkan preferensi semantis yang netral, tetapi ketika bermakna metaforis, hitam berprosodi semantis negatif dan putih berprosodi semantis positif, (3) hitam lebih menonjol dibanding putih ketika digunakan secara metaforis, (4) Penelitian ini menunjukkan bahwa kolokasi memiliki hubungan yang erat dengan konotasi dan metafora, yaitu makna hitam dan putih yang merupakan bagian dari metafora dan metonimi maknanya tidak dapat diprediksi, sementara hitam dan putih yang merupakan bagian dari konotasi dapat diprediksi maknanya, dan (5) ditemukannya bentuk-bentuk extended unit of meaning dalam kolokasi hitam dan putih.

Hitam and putih are not only related to color but also used metaphorically to categorize something good and bad. The words hitam and putih literally refer to the color black and white. In its daily use, however, those words are not only used to describe or refer to the respective color, but in a metaphorical sense to describe two opposite characteristics: putih for the good things and hitam for the bad things. This thesis discusses metaphorical collocation of Indonesian words hitam and putih. Employing a corpus linguistic approach, the study uses data gathered from the Sketch Engine of Indonesian Web corpus with a minimal LogDice score of three and the minimal frequency is set at three. The results of this study show (1) the literal and metaphorical meanings of hitam and putih can be traced through semantic preferences, (2) semantic prosodies of hitam and putih that have literal meaning show neutral semantic preferences, but when they are metaphorical, hitam is negative and putih is positive, (3) hitam is used metaphorically more salience than white, (4) this study shows that collocation has a close relation with connotations and metaphors, the meaning of black and white can not be predicted as they are part of the metaphor and the metonymy. However, the meaning of hitam and putih can be predicted as they are part of connotation. (5) Extended unit of meaning in the metaphorical collocations of black and white are found in this research."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
T54333
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairani Fajrianisa
"Sangat merupakah salah satu adverbia kualitatif dalam bahasa Indonesia. Sangat biasanya digunakan sebagai alat pembeda adjektiva dengan verba. Pada kenyataannya, sangat juga bisa digunakan sebagai pewatas verba, tetapi tidak semua verba dapat menerima modifikasi dengan sangat. Penelitian ini membahas verba yang dapat dimodifikasi oleh sangat berdasarkan tipe semantis verba dan afiks pembentuknya serta gradasi kederajatan yang ditunjukkan oleh relasi antara sangat dan verba. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan menggunakan korpus Indonesian Web (IndonesianWaC) Sketch Engine untuk memperoleh data berupa verba turunan yang menjadi induk dari sangat dalam sebuah frasa. Untuk menjelaskan tipe verba, digunakan tipe semantis verba Chafe (1970) yang sudah dimodifikasi oleh Tampubolon (1983) dan afiks pembentuk verba Sneddon (2010). Selain itu, gradasi kederajatan diuraikan berdasarkan gradasi kederajatan Kennedy dan McNally (1999). Ditemukan bahwa verba yang dapat diwatasi oleh sangat adalah verba berafiks ber-, ter-, meN-,
meN-...-kan, meN-...-i, di-, di-...-kan, dan di-...-i dengan dasar berupa adjektiva, nomina, dan verba dan merupakan verba bertipe tipe semantis keadaan, keadaan pengalaman, keadaan benefaktif, proses pengalaman, aksi, dan aksi benefaktif. Adanya atribut INTENSITY dan QUANTITY membuat verba tersebut menerima modifikasi dengan sangat dan membentuk gradasi kederajatan berupa skala intensitas dan kuantitas.

Sangat is one of the qualitative adverbs in Indonesian. Sangat usually is used as a differentiator for adjectives and verbs. In fact, this kind of adverb also can be used as modifier of verbs, but not all verbas can accept modification by sangat. This study discusses verbs which are able to be modified by sangat based on their forming affixes and the semantic types of the verbs as well as the degree gradation shown by relation between sangat and verbs. This study uses qualitative method with Indonesian Web (IndonesianWaC) Sketch Engine corpora to obtain data in form of derived verbs which are the head of phrase with sangat as their modifier. To explain the type of verb, verb semantics type by Chafe (1970) which has been modified by Tampubolon (1983) and verb-forming affixes by Sneddon (2010) are used. The degree gradation is described based on degree gradation theory by Kennedy and McNally (1999). It is found that verbs which accept modification with sangat are verbs formed by affixes ber-, ter-, meN-, meN-...-kan, meN-...-i, di-, di-...-kan, and di-...-i with base in form of adjective, noun, and verb as well as verbs with semantic type state, experiential state, benefactive state, experiential process, action, and benefactive action. The presence of INTENSITY and QUANTITY attribute makes the verbs are able to be modified by sangat and form gradation with intensity and quantity scale."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safira Pratiwi
"Di dalam teks berita banyak ditemukan verba dalam makna ‘memberikan informasi’. Verba ini berada dalam medan makna yang sama dan seringkali menimbulkan pengertian yang serupa. Pada penggunaannya di dalam kalimat, variasi verba ini tidak hanya berfungsi untuk memperkaya kosakata dan keindahan diksi saja, namun juga dapat memperlihatkan fungsinya tersendiri di dalam kalimat. Hal ini sejalan dengan pernyataan Chaer (2012) yang mengatakan bahwa pada ujaran atau kata yang bersinonim maknanya tidak akan sama persis. Artinya, masing-masing kata mempunyai peran dan fungsinya sendiri dalam memberikan makna di dalam kalimat. Penelitian ini dilakukan untuk melihat lebih jauh relasi makna diantara verba yang berada dalam satu medan makna yang sama khususnya verba menyatakan dan mengatakan. Relasi makna yang diamati adalah persamaan dan perbedaan diantara verba-verba tersebut dengan melihat kolokat yang menyertainya. Kolokat yang mendampingi verba dapat memberikan gambaran tentang pola penggunaan suatu verba di dalam kalimat. Penelitian ini melibatkan penggunaan aplikasi berbasis korpus dengan tema ‘Rekonstruksi Pembunuhan Brigadir J oleh Ferdy Sambo’ dan Korpus Leipzig Corpora Collecion News 2020. Hasil akhir menunjukkan dari tiga puluh berita yang terbit, ditemukan empat belas verba dengan pola kolokat yang berbeda-beda. Verba mengatakan dan menyatakan juga dapat dibedakan berdasarkan kolokat dengan kelas kata verba, nomina dan frasa pronomina.

There are many variations of verb in the meaning of 'providing information’ in the news text. The verbs in the same meaning field often creates similar meanings from one to another. In sentences, these variation of verbs not only functioned to enrich the vocabulary and the beauty of dictions but also can show its function in sentences. It’s relevant with the utterances that the words of synonymous are never have the same meaning. It means, each word has its role and function in giving meaning to a sentence. This research was conducted to look further at the relationship of meaning between verbs which are in the same meaning field especially the verbs of mengatakan and menyatakan. The meaning relations which observed are the similarities and differences between these verbs by looking at the collocate that comes after those verbs. This research using a corpus-based application with the theme 'Reconstruction of the Murder of Brigadier J by Ferdy Sambo' and LCC. The final results show that out of thirty published reports, fourteen variations of the verb have different collocate patterns. The verbs of mengatakan and menyatakan can also be differentiated based on the collocation class of verbs, nouns and pronoun phrases."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sella Wihelmina
"Pandemi COVID-19 memiliki peran besar dalam perubahan aktivitas di seluruh dunia. Akibatnya, muncul aktivitas-aktivitas baru yang melahirkan istilah-istilah baru yang digunakan oleh Belanda. Ton Den Boon mengumpulkan kata-kata dalam kamus berjudul Coronawoordenboek yang berisi 51 tren bahasa dan 1064 lemma yang di dalamnya terdapat berbagai macam kosakata baru termasuk verba. Peneliti melakukan analisis bidang semantik oleh Jost Trier (1931) dengan bantuan alat anotasi semantis yang disebut USAS. Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat makna verba dan ranah semantik mana yang paling diprioritaskan oleh Belanda selama masa pandemi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat beberapa ranah semantik verba seperti Kesehatan dan penyakit; Obat-obatan dan perawatan medis; Kebersihan dan perawatan diri; Kejahatan, hukum, dan ketertiban: Hukum & Ketertiban; Hiburan secara umum; Kehidupan dan makhluk hidup; Pengukuran: Volume; Pendidikan secara umum; Komunikasi; dan Tindak tutur. Dari bidang-bidang tersebut, bidang ‘Komunikasi’ membawahi jumlah verba yang paling banyak, sehingga dapat dikatakan bahwa di masa pandemi, masyarakat Belanda memiliki lebih banyak cara dalam berkomunikasi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>