Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 222776 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shanti Puji Lestari
"

Latar Belakang Pabrik X, sebuah pabrik tekstil dimana sebagian besar karyawannya adalah perempuan, dalam operasional kerjanya mengharuskan mereka untuk menjalani sistem kerja gilir. Adanya perubahan pada pola makan, serta perubahan pada profil metabolik pekerja gilir, meningkatkan risiko terjadinya anemia gizi, sehingga diperlukan rekomendasi gizi tambahan bagi populasi ini. Pendekatan Linear Programming (LP) merumuskan Pedoman Gizi Seimbang berbasis Pangan Lokal (PGS-PL) menggunakan konteks makanan lokal (mempertimbangkan budaya dan harga) yang disesuaikan dengan pola makan dan mengoptimalkan kandungan nutrisi spesifik sesuai permasalahan gizi pada populasi tertentu. Sehingga rekomendasi PGS-PL yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai kebijakan bagi pemerintah dan industri manufaktur yang mempekerjakan pekerja perempuan dengan kerja gilir. Sejauh ini pendekatan LP belum pernah diterapkan pada populasi pekerja.

Obyektif Untuk merumuskan PGS-PL dan menilai efektifitasnya dalam meningkatkan kadar Hb pekerja perempuan dengan kerja gilir..

Metode Penelitian ini dilakukan melalui dua fase. Fase pertama merupakan penelitian deskriptif analitik cross sectional untuk menyusun PGS-PL yang optimal dari 106 orang pekerja perempuan dengan kerja gilir. Data diet diperoleh dari data penimbangan makanan (weighed food) yang diberikan perusahaan pada shift malam, dikombinasi dengan 24 hours food recall serta 5dFFQ (5-days food-frequency questionnaire). Kadar Hb diperiksa dengan menggunakan HemoCue. Analisis LP menggunakan sistem Optifood. Fase kedua adalah penelitian eksperimental two group pretest and postest experiment design dengan 51 orang kelompok kontrol dan 49 orang kelompok intervensi. Intervensi PGS-PL dilakukan selama 24 minggu.

Hasil Hasil analisis Optifood menunjukkan bahwa yang merupakan permasalahan gizi adalah zat besi (Fe) dan kalsium. PGS-PL menghasilkan rekomendasi berupa pesan mingguan dan menu makanan pabrik yang digunakan untuk mengisi nutrient gap yang ada. Dengan intervensi PGS-PL responden yang mengalami kenaikan kadar Hb sebanyak 63.3% dengan peningkatan rerata Hb sebesar 0,6 mg/dL (p=0,000).

Kesimpulan Intervensi PGS-PL efektif dalam meningkatkan kadar Hb.

 

Kata Kunci : Formula makanan, Hemoglobin, linear programming, manufaktur, pekerja

 


Background Factory X, a textile factory where most of its employees are women, in their operational requires these female workers to undergo a shift work. Changes in diet, as well as changes in the metabolic profile of shift workers, increase the risk of nutritional anemia. In order to meet adequate nutrition, a nutrient based recommendation is necessary. The Linear Programming (LP) approach formulates Food Based Recommendation (FBR) to meet nutrient requirements given local food availability, food patterns, food portions, and cost based on problem nutrients in certain populations. LP approach has never been applied to the working population. A set of FBR produced is valuable for nutrition promotion, as well as nutrition program planning and advocacy.

Objectives To formulate a set of FBR and assess its effectiveness in increasing Hb levels.

Methods The first phase of this research was cross-sectional study to develop an optimal FBR of 106 female shift workers. Dietary data obtained from 1-day weighed diet record combined with repeated 24-hour recall and 5-day food intake tally. LP analysis was performed using Optifood software. Hb levels were examined using HemoCue. The second phase was an intervention study which was carried out for 16 weeks.

Results Iron and calcium were the problem nutrients. FBR produced recommendations in the form of weekly messages and factory food menu to fill the existing nutrient gap. With FBR intervention, 63.3% respondents experienced an increase in Hb levels with an increase in mean Hb of 0.6 mg/dL (p = 0,000).

Conclusions FBR intervention is effective in increasing Hb levels.

 

Keywords Food formula, Hemoglobin, linear programming, manufacture, workers

 

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sang Ketut Suratna
"Latar Belakang. Sebuah pabrik tekstil “X” yang sebagian besar pekerjanya perempuan, mempunyai jam operasional yang mengharuskan pekerja menjalani sistem kerja gilir. Sistem kerja gilir mempengaruhi pola makan dan status gizi pekerja, kekurangan zat gizi memiliki potensi tinggi menyebabkan kelelahan sehingga diperlukan rekomendasi makanan tambaha serta edukasi gizi bagi kelompok pekerja ini. Pendekatan Linear Programming (LP) menghasilkan Food Based Recommendation (FBR) yang mempertimbangkan penggunaan bahan pangan lokal yang disesuaikan dengan pola makan pekerja dengan kerja gilir serta permasalahan gizi kelompok pekerja dengan mengoptimalkan kandungan nutrisi sehingga FBR yang dirumuskan dapat menjadi kebijakan bagi pemilik industri tekstil yang memperkerjakan perempuan pekerja dengan sistem kerja gilir.
Objektif. Didapatkan rekomendasi makanan tambahan bagi perempuan pekerja dengan kerja gilir malam dalam menurunkan kejadian kelelahan.
Metode. Penelitian dilakukan dalam dua fase, yaitu pra dan paska intervensi menggunakan desain quasi-eksperimental dengan uji pra dan paska dengan kelompok kontrol. Subjek penelitian dianalisis secara per protokol sehingga subjek berjumlah 100 perempuan pekerja. Data diet pekerja diperoleh dari penimbangan makanan yang diberikan saat kerja gilir malam, data dikombinasikan dengan 24 hours food recall serta 5 dFFQ (5-days food-frequency questionnaire). Kelelahan diukur dengan menggunakan kuesioner CIS (Checklist Individual Strength) 20R dan Reaction Time. Analisis LP menggunakan sistem Optifood yang merumuskan suatu rekomendasi makanan tambahan (FBR).
Hasil. Berdasarkan hasil pemeriksaan kelelahan pada dua kelompok menunjukkan bahwa nilai rerata waktu reaksi pada kelompok intervensi pra intervensi sebesar 239,29±49,96 setelah dilakukan intervensi terjadi penurunan rerata waktu reaksi sebesar 12,97 millidetik. Penurunan rerata waktu reaksi kelompok intervensi mempunyai nilai p<0,05 (p=0,006) sehingga secara statistik nilai p bermakna pada rerata penurunan waktu reaksi kelompok intervensi paska intervensi. Pada kelompok kontrol pra intervensi rerata waktu reaksi sebesar 236,99±40,56 setelah dilakukan intervensi mengalami penurunan sebesar 3,56 millidetik. Sedangkan rerata waktu reaksi pra intervensi gabungan kedua kelompok sebesar 238,12±45,24 paska intervensi sebesar 229,94±27,34, beda rerata gabungan kedua kelompok sebesar 8,18 millidetik. Artinya ada penurunan kelelahan sebesar 8,18 millidetik paska intervensi. Secara satitistik penurunan rerata waktu reaksi gabungan kedua kelompok bermakna (p=0,007).
Kesimpulan. Intervensi FBR cukup efektif dalam penurunan kelelahan bagi kedua kelompok penelitian, pada paska intervensi terdapat perbaikan kelelahan yang cukup baik.

Introduction. Textile factory “X”, where most workers are women, has an operational system that requires its workers to work on shifts. The shift system affects the dietary patterns and nutritional status of workers. Malnutrition has a high potential in causing fatigue. Thus, additional food recommendations and nutritional education for this population are needed. A Linear Programming (LP) approach produced the Food Based Recommendation (FBR), which considers the use of local food ingredients adjusted to the dietary pattern of shift workers and the nutritional problem of those workers by optimizing nutritional content. Therefore, the formulated FBR can be used as a policy for textile industry owners who employ female workers with a shift system.
Objective. Obtaining additional food recommendations for female workers who work a night shift to reduce the incidence of fatigue.
Methods. This study was conducted in two phases, i.e., pre-and post-intervention, using a quasi-experimental design with pre-and post-test with the control group. The subjects were analyzed per the protocol and a total of 100 female workers was obtained. The data on the workers’ diet was obtained from weighing food given during the night shift. The data were combined with a 24-hour food recall and 5 RFQ (5-days food-frequency questionnaire). Fatigue was examined using a CIS (Checklist Individual Strength) 20R questionnaire and a Reaction Time Analysis LP using the Optifood system, which formulated a Food-Based Recommendation (FBR). Data were analyzed using univariate and bivariate analysis.
Results. Based on the results of the fatigue examination of the two groups, the mean value of pre-intervention reaction time in the intervention group was 239.29 ± 49.96. After the intervention, an average reduction of 12.97 milliseconds occurred in reaction time.The mean reduction of reaction time in the intervention group produced a p-value of < 0.05 (p = 0.006). Therefore, statistically, the p-value was significant to the mean reduction in reaction time in the intervention group after the intervention. In the pre-intervention period of the control group, the mean value of reaction time was 236.99 ± 40.56 and decreased by 3.56 milliseconds after the intervention. Meanwhile, the average pre-intervention reaction time between the combinations of the two groups was 8.18 milliseconds. This means that there is a decrease in fatigue by 8.18 milliseconds after the intervention. Statistically, the reduction of mean reaction time between the two groups was significant (p = 0.007).
Conclusion. Adequate energy intake will improve the health status of workers, especially to avoid physiological disturbances and fatigue. The additional food menu chosen as the FBR recommendation is the one with the highest nutritional content. The recommended FBR was quite effective in reducing reaction time for both study groups. In the pre-intervention group with the mean value (239.29±49.96) and the post-intervention mean value (226.32±31.19), there was a decrease in reaction time of 12.9 milliseconds. Recommendations for providing additional food menus and nutrition education can be used as recommendations for workers and company owners.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Lailatuz Zahra
"

Pekerja dengan obesitas, tekanan darah tinggi, dan kadar kolesterol darah tinggi lebih sering ditemukan pada populasi pekerja minyak dan gas. Perubahan gaya hidup, terutama promosi mengenai diet yang sehat sangat dibutuhkan di kalangan pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan asupan gizi dan pola makan pekerja minyak dan gas, kemudian menyusun FBRs dan menu padat gizi untuk memperbaiki pola makan dan problem nutrient dari pekerja minyak dan gas laki-laki berkewarganegaraan Indonesia dan berusia 30-49 tahun. Studi pengembangan ini dilaksanakan di perusahaan minyak dan gas offshore dan onshore yang terletak di Provinsi Kalimantan Timur. Penelitian ini diikuti oleh 31 orang pekerja. Pola makan mingguan pekerja dinilai dengan menggunakan dietary recall 24 jam, 5 hari food tally dan 1 hari weighed food record. Food-based Recommendations (FBRs) dikembangkan dengan menggunakan software linear programming, yaitu WHO-Optifood. Diet actual dari pekerja menggambarkan asupan asam lemak jenuh dan kolesterol yang tinggi diikuti dengan rendahnya asupan asam lemak tidak jenuh ganda, termasuk omega-3 dan omega-6, EPA dan DHA. Permasalahan lainnya adalah rendahnya asupan serat pangan, asam folat dan kalsium, serta tingginya konsumsi natrium. Analisis LP menunjukkan bahwa kalsium, asam lemak tidak jenuh ganda, omega-6 dan serat pangan merupakan problem nutrient. Makanan padat gizi yang teridentifikasi salah satunya adalah ikan yang berminyak. FBRs yang terpilih dapat meningkatkan kecukupan vitamin C, omega 3, EPA, DHA, folate, vitamin B12, dan vitamin A. Akan tetapi, masih terdapat selisih problem nutrient. Menu padat gizi yang dialokasikan pada menu camilan dapat mencapai selisih tersebut. Perusahaan minyak dan gas direkomendasikan untuk melakukan beberapa modifikasi untuk menjadi lingkungan yang mendukung para pekerja melakukan diet sehat.

 


Obese workers with high blood pressure and high cholesterol level is usual to find in oil and gas industry. There is a clear need for lifestyle modifications, especially healthy diet promotion in the worksite. This study aimed to describe the nutrient intake and dietary pattern of oil and gas worker, thus developed sets of FBRs and nutrient-dense menu to improve dietary practices and problem nutrient among Indonesian male oil and gas workers aged 30-49 years old. This developmental study was conducted in offshore and onshore oil and gas company located in East Kalimantan Province, Indonesia. Accordingly, 31 workers completed this study. Weekly food consumption pattern was measured through 1-d 24-hour dietary recall (24HR), 5-d qualitative food record and 1-d weighed food record. Food-based Recommendations (FBRs) was developed using linear programming software, WHO-Optifood. The actual diet of workers reflected high intake of saturated fat and dietary cholesterol accompanied by low intake of polyunsaturated fat, including n-3 and n-6 PUFA, EPA and DHA. Other issues were low intake of dietary fiber, folate, and calcium, and excess intake of sodium. LP analysis showed that calcium, PUFA, omega-6 and dietary fiber was problem nutrient. Local fatty fish were potential nutrient-dense foods identified to fill the nutrient gaps. Final FBRs would ensure the adequacy of vitamin C, omega 3, EPA, DHA, folate, vitamin B12, and vitamin A. However, the gaps of problem nutrient remain. Nutrient-dense menu allocating at the coffee break snack time successfully cover all those gaps. It is advisable not only for the workers but also the worksite to modify their working environment into a supportive healthy eating environment.

 

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Ardyna Octasari
"Status gizi kurus merupakan masalah kesehatan masyarakat yang harus mendapat perhatian. Baduta merupakan kelompok rentan dimana kecepatan pertumbuhan dan perkembangan otak sangat pesat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh intervensi susu dan edukasi Pedoman Gizi Seimbang Pangan Lokal (PGS-PL) terhadap status gizi baduta kurus. Penelitian ini merupakan penelitian studi analisis data sekunder dengan disain penelitian primer kuasi eksperimental. Kelompok 1 sebagai kontrol (n=31) diberikan edukasi Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA), kelompok 4 (n=25) diberikan susu dan edukasi PMBA dan kelompok 5 (n=30) diberikan edukasi PGS-PL selama 90 hari. Hasil penelitian menunjukkan adanya perubahan BB/PB yang signifikan (p<0.05) antara sebelum dan sesudah pada kelompok 1 dan 4, kecuali kelompok 5. Kelompok 4 mengalami perubahan status gizi lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya. Disarankan untuk mempertimbangkan susu formula pertumbuhan 1-3 tahun sebagai salah satu intervensi pada program PMT yang diberikan bagi anak dengan status gizi kurus.

Wasting is a public health issue that must be noticed. Under two children are the vulnerable group where the speed of growth and brain development is very rapid. The purpose of this study was to know effect of milk and "Pedoman Gizi Seimbang Pangan Lokal (PGS-PL)" education to nutritional status of under two children with wasting. This research was a research study of secondary data analysis with quasi-experimental primary research design. Group 1 as control (n=31) were given "Infant and Young Child Feeding (IYCF)" education, group 4 (n=25) were given milk and IYFC education and group 5 were given PGS-PL education for 90 days. The result showed significant (p>0.05) changes in WHZ before and after intervention in group 1 and 4, except group 5. Group 4 have changes nutritional status was higher compared other groups. Recommended consider for milk growth formula 1-3 years as one of the interventions in the PMT program give to children with wasting."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T49899
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gusnedi
"

LATAR BELAKANG: Praktik diet yang kurang memadai berdampak negatif terhadap asupan zat gizi dan kejadian penyakit kronis yang berhubungan dengan gizi. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Panduan Gizi Seimbang Berbasis Pangan Lokal (PGS-PL) berdasarkan pola makan masyarakat Minangkabau, dalam rangka perbaikan asupan gizi pada wanita usia subur (WUS) penderita dislipidemia. Selanjutnya pada tahap intervensi, dilihat efek promosi PGS-PL terhadap perubahan praktik diet, asupan zat gizi, status gizi dan profil lipid pada WUS Minangkabau dengan dislipidemia.

METODE: Studi tahap pertama menggunakan disain potong lintang, melibatkan 74 WUS suku Minangkabau dengan dislipidemia. Berdasarkan pola makan setempat, identifikasi problem nutrient dan penyusunan PGS-PL dilakukan dengan pendekatan Linear programming, menggunakan tiga dari empat modul pada software Optifood yang dikembangkan oleh WHO. Pada tahap ke dua dilakukan studi intervensi komunitas menggunakan disain pengukuran sebelum dan sesudah dengan kelompok kontrol. Subjek penelitian ditempatkan secara acak yang dikluster ke dalam kelompok PGS-PL (mendapatkan promosi PGS-PL selama 12-minggu) atau kelompok non-PGS-PL (mendapatkan satu kali konsultasi gizi dari pelayanan kesehatan tingkat dasar). Sebanyak 102 WUS (48 pada kelompok PGS-PL dan 54 pada kelompok non-PGSPL) selama 12 minggu. Pada akhir studi, analisis perbedaan antar- dan inter kelompok perlakuan dilakukan untuk melihat perubahan praktik diet, asupan zat gizi, status gizi dan profil lipid darah (kadar kolesterol total, Lipoprotein densitas rendah, Lipoprotein densitas tinggi, dan Trigliserid).

HASIL: Berdasarkan pola makan setempat, ditemukan bahwa asam lemak tidak jenuh (polyunsaturated fatty acid/PUFA, n-3, n-6), serat makanan, zat besi, dan seng merupakan problem nutrient pada WUS suku Minangkabau dengan dislipidemia. PGS-PL yang disusun menekankan penggabungan bahan makanan, kelompok atau sub-kelompok bahan makanan bernilai gizi tinggi yang tersedia secara lokal, untuk meningkatkan asupan problem nutrient tersebut. Promosi PGS-PL dapat meningkatkan skor praktik diet secara bermakna. Peningkatan terutama terjadi pada konsumsi makanan dan sub-kelompok makanan yang dipromosikan (ikan laut, unggas, produk kedelai seperti tahu dan tempe, total sayuran, sayuran hijau, buah-buahan, dan kentang). Tidak ada perubahan bermakna pada konsumsi makanan pokok, makanan selingan, telur, dan makanan yang digoreng pada akhir intervensi. Pengaruh promosi PGS-PL pada asupan zat gizi dapat dilihat pada perubahan yang bermakna pada asupan energi dan karbohidrat, persentase energi dari PUFA dan monounsaturated fatty acid (MUFA), serta rasio PUFA terhadap asam lemak jenuh (saturated fatty acids/SAFA) dalam makanan sehari-hari. Namun, asupan lemak jenuh tidak berubah signifikan. Terdapat perbaikan yang bermakna pada berat badan, indeks massa tubuh, dan lingkar pinggang, namun tidak bermakna terhadap penurunan prevalensi obesitas. Tidak terdapat perubahan profil lipid darah yang bermakna setelah intervensi.

KESIMPULAN: Pendekatan linier programming dapat digunakan dalam menyusun PGS-PL untuk meningkatkan praktik diet dan asupan problem nutrient pada WUS dengan dislipidemia. Promosi PGS-PL secara bermakna berdampak terhadap peningkatan praktik diet, asupan zat gizi, dan status gizi, tetapi belum berpengaruh secara statistik terhadap perbaikan profil lipid WUS dengan dislipidemia.


BACKGROUND: Given the impact of unfavorable dietary practices is on inadequate nutrient intake and nutrition-related chronic diseases, we sought the problem nutrient in the community habitual dietary practices, and developed an optimized food-based recommendation (FBR) for Minangkabau women of reproductive age (WoRA) with dyslipidemia. Although the effect of the FBR promotion seemed to be potential at planning phase, but this has not been tested in the community setting. Therefore, we conducted a community trial and explored the effect of FBR promotion using locally available foods on dietary practice, nutrient intakes, nutritional status and lipid profile among Minangkabau WoRA with dyslipidemia.

METHODS: The first stage of the study was a cross-sectional study, which involved 74 Minangkabau WoRA with dyslipidemia. Linear programming analysis using three modules of the WHO Optifood software was employed to identify problem nutrients and develop an optimized FBR. The second phase of the study was a community-based trials using pre-post with control group design. The subjects were cluster randomized into either FBR group (receiving 12-weeks of FBR promotion) or non-FBR group (receiving once standard nutritional counseling from primary health care program). At the end, 102 WoRA (48 and 54 WoRA in the FBR group and the non-FBR group, respectively) completed 12-weeks of intervention. We analyzed within- and between group differences on changes of dietary practices, nutrient intakes, nutritional status and lipid profile (serum Total Cholesterol, Low-Density Lipoprotein, High-Density Lipoprotein and Triglyceride levels) at the completion of the study.

RESULTS: Our results identified PUFA, dietary fiber, iron, and zinc as problem nutrients among Minangkabau WoRA with dyslipidemia. The final food-based recommendations emphasized the incorporation of locally available nutrient-dense foods, food groups, and sub-groups that would improve the intake of the identified problem nutrients. The FBRs promotion significantly increased the overall dietary compliance. An increase was predominantly occurred on the consumption of promoted and subgroups food items (sea fish, poultry, soybean products, total vegetables, dark green leafy vegetables, fruits, and potato). There were no significant changes in the consumption of staple food, snacks, eggs, and fatty foods at the end of intervention.  Effect of FBR promotion on nutrient intake was observed through the significant changes in energy and carbohydrate intakes, percentage of energy from PUFA and MUFA, as well as PUFA to SAFA ratio in daily diet. However, intake of saturated fat remained unchanged. Marginal but significant improvements were observed in body weight, BMI, and waist circumference, but the prevalence of obesity was relatively not affected. There were no significant changes of blood lipid profile at the end of intervention.

CONCLUSIONS: Linear programming approach could be potentially used to develop an optimized food-based recommendation based on the identified problem nutrients and locally available nutrient dense foods. The FBRs promotion produced significant improvement in dietary practice, nutrient intakes, and nutritional status, but did not statistically affect blood lipid profile of Minangkabau WoRA with dyslipidemia. 

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sawiti Retno Utami
"Workers risk to have a health problems because of health hazard, their long shift, and their life style. Workers are consists of shift and non shift workers. The highest level of stress was caused by a long shift. This study used descriptive with cross sectional method which aims to see level of stress in workers with a long shift in X company, Tangerang. This study used quota sampling technique and incidental sample for specify a sample. Collecting data used questionnaire
Symptoms of Work Stress. The results showed that on the morning shift workers are subjected to severe stress and night shift workers experiencing mild stress ( mean = ≥ 55.75 ) with a view of the 5 indicators of job stress symptoms described in the questionnaire.

Pekerja beresiko mengalami gangguan kesehatan karena health hazard, jam kerja dan gaya hidup. Pekerja terdiri dari pekerja shift dan non shift. Tingkat stress tertinggi pekerja disebabkan karena jam kerja yang memanjang. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk melihat tingkat stress pada 56 pekerja dengan jam kerja memanjang di perusahaan X di Tangerang. Penelitian ini menggunakan teknik
sampling kuota dan insidental sampel untuk menentukan sampel. Pengumpulan data menggunakan instrumen kuesioner Gejala Stres Kerja. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada pekerja shift pagi sebagian besar mengalami stres berat dan pekerja shift malam mengalami stres ringan (mean= ≥ 55,75) dengan melihat dari 5 indikator gejala stres kerja yang dijabarkan dalam kuesioner."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
S60623
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syarifuddin
"Latar Belakang : Pneumokoniosis terjadi hampir diseluruh dunia dan merupakan masalah yang mengancam para pekerja semen. Beberapa kelainan serologis dapat ditemukan pada pasien pnemokoniosis. Kadar KL-6 serum meningkat pada pekerja yang terpajan silika sehingga  dapat dijadikan penanda hayati untuk diagnosis awal penyakit paru kerja tetapi penelitian ini belum pernah dilakukan di Indonesia
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan cara pemilihan sampel secara consecutive sampling pada bulan april – mei 2018. Jumlah total subjek sebanyak 77 subjek terdiri dari 60 subjek penelitian dan 17 subjek kontrol. Pemeriksaan kadar KL-6 serum menggunakan metode ELISA. Subjek penelitian merupakan pekerja semen pada area produksi dan bahan mentah.
Hasil    : Pada penelitian ini didapatkan hasil dengan karakteristik total subjek laki-laki 100% dan rerata umur 42,5 tahun, subjek termuda 21 tahun dan subjek tertua 55 tahun. Riwayat merokok  ditemukan terbanyak bukan perokok 38 subjek (63,3%), diikuti perokok sebanyak 15 subjek (25%), dan bekas perokok sebanyak 7 subjek (11,6%).Tingkat pendidikan sedang 47 subjek (78,3) pendidikan tinggi sebanyak 7 subjek (11,6%)  dan pendidikan rendah sebanyak 6 subjek (10%). Lama pajanan < 10 tahun sebanyak 13 subjek (21,6%) dan lama pajanan> 10 tahun sebanyak 47 subjek (78,3%). Penggunaan alat pelindung diri kategori terbanyak kategori sedang sebanyak 50 subjek (83,3%), kategori baik sebanyak 7 subjek (11,6%) dan kategori buruk sebanyak 3 subjek (5%). Rerata kadar KL-6 serum pada kelompok subjek penelitian atau kelompok terpajan sebesar 473,13 U /ml dan rerata kadar KL-6 serum pada kelompok kontrol sebesar 344,13 U/ml.Perbedaan kadar KL-6 serum pada kelompok terpajan dan kelompok control tidak berbeda bermakna secara statistic dengan nilai p = 0,329.
Kesimpulan : Perbedaan antara kadar KL-6 serum kelompok terpajan disbanding kelompok kontrol tidak berbeda bermakna secara statisti

Background   : Pneumoconiosis occurs almost all over the world and is a problem that threatens cement workers. Some serological abnormalities can be found in pneumonia patients. Serum KL-6 levels increase in workers exposed to silica so that it can be used as a biological marker for early diagnosis of occupational lung disease but this study has never been done in Indonesia
Method: This study was a cross-sectional study by consecutive sampling in April-May 2018. The total number of subjects was 77 subjects consisting of 60 research subjects and 17 control subjects. Examination of serum KL-6 levels using the ELISA method. Research subjects were cement workers in the production area and raw materials.
Results: In this study, the results were obtained with the characteristics of the total male subjects 100% and the average age of 42.5 years, the youngest subject was 21 years old and the oldest subject was 55 years old. History of smoking was found in the majority of nonsmokers 38 subjects (63.3%), followed by smokers as many as 15 subjects (25%), and former smokers as many as 7 subjects (11.6%). Education level was 47 subjects (78.3) higher education as many as 7 subjects (11.6%) and low education as many as 6 subjects (10%). The duration of exposure <10 years was 13 subjects (21.6%) and the duration of exposure> 10 years was 47 subjects (78.3%). The use of personal protective equipment is the most moderate category as many as 50 subjects (83.3%), the good category is 7 subjects (11.6%) and the bad category is 3 subjects (5%). The mean serum KL-6 level in the research subject group or the exposed group was 473.13 U / ml and the average serum KL-6 level in the control group was 344.13 U / ml. The difference in serum KL-6 level in the exposed group and the control group no statistically significant difference with a value of p = 0.329.
Conclusion: The difference between serum KL-6 levels in the exposed group compared to the control group was not statistically significant
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Sukmawardhani
"Berat badan lebih dan obesitas permasalahan yang meningkat pada pekerja. Salah satu faktor yang dianggap berhubungan adalah kerja gilir.
Penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol. Populasi penelitian adalah pekerja wanita di pabrik sepatu di Jawa Barat. Subyek dengan IMT ≥ 23 disebut kelompok kasus dan subyek dengan IMT < 22,9 disebut kelompok kontrol. Data yang dikumpulkan adalah demografi, status gizi, asupan kalori, pola makan, aktivitas fisik, masa kerja dan pola kerja gilir. Pengumpulan data dilakukan menggunakan alat ukur (timbangan berat badan dan pita pengukur) serta wawancara menggunakan kuesioner.
Dari 490 sampel, subyek yang kerja gilir (shift) sebanyak 201 orang. Sejumlah 51,7% dari yang bekerja gilir memiliki berat badan lebih/obesitas. Tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara kerja gilir dengan berat badan lebih/obesitas. Pada analisis multivariat didapatkan bahwa subyek yang berusia lebih dari 30 tahun, menikah, memiliki riwayat berat badan lebih dalam keluarga, asupan kalori lebih, serta kebiasaan konsumsi karbohidrat dan protein yang sering dalam enam bulan terakhir memberikan pengaruh terhadap berat badan lebih/obesitas.
Kerja gilir bukan merupakan faktor risiko terhadap berat badan lebih/obesitas. Usia, status pernikahan, riwayat berat badan dalam keluarga, asupan kalori, kebiasaan konsumsi karbohidrat dan protein, merupakan risiko untuk terjadinya obesitas pada pekerja wanita di pabrik sepatu.

Overweight and obesity are increasing in worker. Being overweight and obesity leads to degenerative diseases which effect on absenteeism and employees? productivity.
The design of this study is case control. Population of research is female workers in shoes manufacturer. Subject with BMI ≥ 23 grouped as case and subject with BMI <22.9 grouped as control. Data are demography data, nutrition status, calorie intake, feeding habit, physical activities, work period, and work pattern. Data collected by using measurement tools (body weight and height measurement) and questionnaire.
From 490 samples, 201 people work in shift. 51.7% from them are overweight/obese. Shift work is not the risk factor of overweight/obese. Multivariate analysis found that subjects more than 30 year old, married, with family obesity history, high calorie intake, and high carbohydrate and protein consumption habit in the past six months related to overweight/obese.
Shift work has no significant relation with overweight/obese. Age, marriage status, history of overweight in the family, calorie intake, carbohydrates and protein consumption are the risk of overweight/obesity on female worker in shoes manufacturer.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Suciyanti
"Anemia merupakan masalah gizi utama pada remaja putri dengan efek jangka panjang yaitu kurangnya fungsi kognitif dan rendahnya kemampuan akademik. Tujuan studi ini adalah membandingkan kadar hemoglobin dan fungsi kognitif setelah 20 minggu edukasi gizi PGS-LP. Metode intervensi yang dilakukan adalah edukasi gizi di sesi keputrian setiap minggu. Hasil studi ini menunjukkan bahwa edukasi gizi meningkatkan konsumsi makanan spesifik PGS-LP namun tidak cukup mencegah anemia yang mungkin disebabkan oleh kurangnya asupan zat besi. Dampak positif terhadap fungsi kognitif tidak ditemukan dalam studi ini.

Anemia is the major nutritional problem among adolescent girls which has long term negative consequences on cognitive function and academic performance. The aim was to compare hemoglobin level and cognitive performance between intervention and control group after 20 weeks nutrition education. The nutrition education was integrated into school rsquo s system with teachers as fasilitators. The result showed nutrition education improved dietary intake, but can not yet prevent decrease in hemoglobin which may be attributable to inadequate dietary iron intake. Positive effect on cognitive performance was not yet observed.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chika Dewi Haliman
"Latar belakang: Wanita hamil berisiko lebih tinggi mengalami defisiensi vitamin D karena peningkatan kebutuhan kalsium dan vitamin D selama kehamilan. Meningkatnya kekhawatiran akan paparan sinar matahari dan kanker kulit, banyak orang menghindari paparan sinar matahari atau menggunakan pelindung sinar matahari. Makanan yang kaya akan vitamin D menjadi sumber potensial untuk memenuhi kebutuhan vitamin D. Hanya ada beberapa sumber makanan alami yang baik untuk memenuhi kebutuhan vitamin D. Di antara sumber makanan tersebut, ikan memiliki kandungan vitamin D yang paling tinggi dan merupakan sumber makanan alami yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memetakan ketersediaan ikan kaya vitamin D di daerah penelitian, membandingkan asupan nutrisi dan pola makan, serta menyusun Panduan Gizi Seimbang berbasis Pangan Lokal (PGS-PL) bagi ibu hamil di daerah dengan ketersediaan ikan kaya vitamin D yang rendah dan tinggi.
Bahan dan Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang komparatif dengan menggunakan data primer dan sekunder. Data sekunder meliputi data karakteristik dan pola makan yang diperoleh dari Action Against Stunting Hub (AASH) Indonesia Cohort Study. Data primer dilakukan untuk memetakan ketersediaan ikan yang kaya akan vitamin D. Perangkat lunak QGIS digunakan untuk memetakan ketersediaan ikan kaya vitamin D, dan perangkat lunak WHO Optifood digunakan untuk mengembangkan PGS-PL. Analisis statistik dilakukan dengan SPSS 20. Hasil: Usia rata-rata subjek adalah 28 (23-33) tahun. Lebih dari separuh (51,3%) dari mereka berada di tingkat pendidikan SMA ke atas. Sekitar sepertiga (33,1%) dari mereka berada dalam kategori indeks kekayaan 'Menengah'. Sebagian besar dari mereka tidak bekerja (74,3%) dan memiliki setidaknya satu pantangan makanan (67,8%). Tidak ada perbedaan asupan vitamin D di antara ibu hamil pada kelompok HD dan LD (p=0,633). Terdapat problem nutrient Folat, Vitamin D, dan Fe pada kedua kelompok, ditambah dengan Ca pada kelompok HD yang mungkin disebabkan oleh kurangnya asupan ikan kering pada kelompok HD. PGS-PL berhasil memenuhi kecukupan kalsium, zat besi, seng, vitamin A, B1, B2, B3, B6, dan B12 pada kelompok HD, dan zat besi, seng, folat, vitamin A, B1, B2, B3, B6, dan B12 pada kelompok LD. Namun, masih terdapat selisih problem nutrient. Secara rata-rata, pengembangan makanan padat gizi berbahan dasar ikan berhasil menutupi kesenjangan zat gizi baik pada kelompok HD maupun LD. Kesimpulan: PGS-PL berhasil dikembangkan untuk ibu hamil pada kedua kelompok tersebut. PGS-PL dapat memenuhi kebutuhan nutrisi untuk ibu hamil pada kelompok HD dan LD, tetapi hanya jika resep padat nutrisi dimasukkan dalam makanan sehari-hari. Penelitian lebih lanjut untuk menilai efektivitas PGS-PL dalam memastikan asupan vitamin D yang cukup dan mengeksplorasi metode baru untuk pemetaan ketersediaan ikan yang mempertimbangkan posisi pasar yang tidak statis (pedagang keliling) sangat direkomendasikan.

Background: Pregnant women are at a higher risk of vitamin D deficiency due to increased calcium and vitamin D requirements during pregnancy. Due to increasing concern about sun exposure and skin cancer, many people avoid sun exposure or use sun protection. Foods rich in vitamin D become the potential source to fulfill the requirement of vitamin D. There are only a few good natural dietary sources of vitamin D. Among those, fish has the highest content of vitamin D and is the major natural food source in many populations. The objectives of this study are to map the availability of vitamin D rich fish in the study area, to compare nutrient intakes and dietary pattern and develop food-based recommendations for pregnant women in the low and high availability of vitamin D rich fish area.
Materials and Methods: This study is a comparative cross-sectional study using both primary and secondary data. Secondary data includes the characteristics and dietary data that was obtained from Action Against Stunting Hub (AASH) Indonesia Cohort Study. Primary data was conducted to map the availability of vitamin D rich fish. QGIS software was used to map the availability of vitamin D rich fish, and WHO Optifood software was used to develop the FBRs. Statistical analysis was performed with SPSS 20. Results: The median age of the subjects was 28 (23-33) years old. More than half (51.3%) of them were in the educational level high school and above. About one-third (33.1%) of them were in the ‘Middle’ HWI category. Most of them were not working (74.3%) and had at least one food taboo (67.8%). There was no difference of vitamin D intake among pregnant women in the HD and LD group (p=0.633). The problem nutrients were folate, vitamin D, and iron in both groups, plus calcium in HD group possibly because of less intake of dried fish in HD group. The final FBRs would ensure the adequacy of calcium, iron, zinc, vitamins A, B1, B2, B3, B6, and B12 in HD group, and of iron, zinc, folate, vitamins A, B1, B2, B3, B6, and B12 in LD group. However, the gaps of problem nutrient remain. In average, the development of fish-based nutrient-dense foods successfully covers the nutrient gap both in HD and LD group.
Conclusion: FBRs were successfully develop for pregnant women in the two groups. FBRs can meet nutrient needs for pregnant women in HD and LD group but only when the nutrient-dense recipes were included in daily diets. Future studies to assess effectiveness of the FBRs in ensuring adequate vitamin D intake and to explore new methods for fish availability mapping which considers non-static position of market (mobile vendor) are recommended."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>