Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 106776 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sianturi, Putri Cahaya
"Beroperasinya MRT Fase I dengan rute dari stasiun Lebak Bulus menuju stasiun Bundaran HI di Jakarta yang dimulai pada Bulan Mei 2019 memberikan harapan agar bisa mengurangi kemacetan di Jakarta. MRT awalnya menerapkan tarif gratis, kemudian dikenakan tarif diskon pada bulan April 2019 dan pada tanggal 13 Mei 2019 tarif dinaikkan 100%. MRT akan dikembangkan ke fase II dan III pada tahun 2020 hingga tahun 2024. Perencanaan ini membutuhkan evaluasi MRT fase I yang saat ini sedang beroperasi, untuk melihat elastisitas permintaan penumpang terhadap perubahan tarif MRT. Penelitian ini menggunakan data asal-tujuan pada jumlah penumpang yang berasal dari semua stasiun MRT Jakarta untuk melihat dampak perubahan tarif ganda pada 13 Mei 2019. Perbandingan jumlah penumpang dilakukan pada waktu sebelum dan sesudah tanggal ketika tarif berubah melalui pendekatan Regression Discontinuity Design (RDD). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada penurunan jumlah penumpang sebesar 11,3% yang menyiratkan elastisitas permintaan penumpang dalam jangka pendek yaitu -0,0086. Perkiraan ini menunjukkan permintaan MRT bersifat inelastis seperti yang ditemukan dalam literatur terbaru dari elastisitas permintaan angkutan rel (harga sendiri) di Australia (Litman, 2017).

Phase I MRT operations with a route from Lebak Bulus station to the Bundaran HI station in Jakarta starting in May 2019 give hope to reduce congestion in Jakarta. MRT applies free fare at the start of operations, then is subject to discounted rates in April and on May 13, 2019 fares are raised 100%. The development of the MRT will continue to phases II and III in 2020 to 2024. This planning requires an evaluation of the phase I MRT which is currently operating, to see the elasticity of passenger demand for changes in MRT fare. This study uses origin destination (O-D) data on the number of passengers originating from all Jakarta`s MRT (Mass Rapid Transit) stations to see the effect double fare change on May 13, 2019. It compares the passengers at time before and after the date when the fare changes with  Regression Discontinuity Design (RDD) approach. The estimates show that there was a decrease in passenger numbers by 11,3% which implies the short-response demand elasticity of 0,0086. This estimate shows MRT demand is inelastic as found in the latest literature on the elasticity of rail transport demand (own price) in Australia (Litman, 2017)."
Depok: Universitas Indonesia, 2020
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nainggolan, Jonathan
"Penelitian ini menyajikan estimasi ekonometrika tingkat rumah tangga dari elastisitas pendapatan dan harga permintaan listrik perumahan di Indonesia. Menggunakan data panel survei rumah tangga tahunan SUSENAS dari tahun 2011 hingga 2013, estimasi mengontrol variabel terkait gaya hidup rumah tangga yang secara signifikan mempengaruhi konsumsi listrik seperti aspek demografis, ukuran tempat tinggal, dan kepemilikan peralatan rumah tangga. Hasil empiris menunjukkan bahwa di Indonesia, konsumsi listrik residensial bersifat inelastis terhadap harga dan pendapatan, dengan elastisitas harga dan pendapatan masing-masing sebesar -0,88 dan 0,3. Penduduk perkotaan menggunakan lebih banyak listrik daripada penduduk desa. Menyikapi pertumbuhan ekonomi, pemerintah harus menyiapkan kapasitas listrik yang lebih besar atau menaikkan tarif untuk mendorong penghematan listrik.

This paper presents household-level econometric estimates of the income and price elasticities of residential electricity demand for Indonesia. Using annual household survey panel data of SUSENAS from 2011 to 2013, the estimation controls for household characteristics that significantly affect electricity consumption, such as demographic aspects, house size, and ownership of home appliances. The empirical results show that in Indonesia, the residential electricity is price- and income-inelastic, with price and income elasticities of -0.88 and 0.3, respectively. Urban residents use more electricity than their rural counterparts. Responding to the growing economy, the government should prepare a greater electricity capacity or induce a higher tariff to promote electricity savings."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Caecilia Bea Dwiwati
"Dana tabungan merupakan salah satu sumber untuk melaksanakan investasi. Dana tabungan rumah tangga adalah salah satu sumbernya yang potensial terutama melihat tingginya permintaan tabungan rumah tangga. Tulisan ini mencoba mengestimasi permintaan tabungan rumah tangga dalam suatu sistem permintaan. Sistem yang dimaksud adalah alokasi pengeluaran rumah tangga untuk makanan, bukan makanan dan tabungan. Dengan juga memperhitungkan pengeluaran makanan dan bukan makanan, maka permintaan tabungan akan lebih akurat mengingat keputusan rumah tangga untuk rnenabung sangat tergantung pada hal-hal tersebut. Permintaan tabungan rumah tangga ternyata cukup tinggi, khususnya di daerah-daerah luar Jawa, di pedesaan. Untuk memanfaatkan hal tersebut perlu dipersiapkan banyak hal. Salah satu diantaranya adalah masalah ketersediaan lembaga-lembaga keuangan di pedesaan. Keuntungan yang tipis di pedesaan tampaknya membuat lembaga keuangan tidak tertarik beroperasi di sana, sehingga dana yang tersedia terserap ke sektor keuangan informal. Dengan sektor informal ini lembaga keuangan perlu bekerjasama sehingga dana yang tersedia akan lebih bermanfaat bagi masyarakat keseluruhan. Dengan kurva permintaan tabungan rumah tangga yang menurun dan kin ke kanan tampak bahwa rumah tan mengartikan tabungan sebagai konsumsi yang tertunda. Mereka ingin mengkonsumsi sesuatu di masa yang akan datang dengan jumlah pengeluaran tertentu. Bila tingkat bunga naik maka untuk memperoleh apa yang mereka inginkan (dengan menganggap pengeluaran yang akan dilakukan tetap) maka jumlah tabungan saat ini dapat dikurangi. Share tabungan akan menurun dan beralih ke komoditi lainnya, makanan dan bukan makanan. Jadi untuk meningkatkan tabungan, harga tabungan harus diturunkan. Dorongan bunga yang meningkat akhir-akhir ini (dikatakan untuk mencegah larinya dana ke luar negeri) hendaknya juga memperhatikan berbagai aspek termasuk permintaan tabungan di pedesaan. Walaupun demikian hendaknya lembaga keuangan tidak menggunakan hasil penelitian ini untuk memanfaatkan 'kebodohan orang desa' dengan memasang bunga yang tinggi di kota dan memasang bunga rendah di pedesaan. Komoditi lainnya seperti makanan dan bukan makanan merupakan barang substitusi tabungan dimana masing-masing memiliki nilai elastisitas harga silang yang positif dengan tabungan, sementara itu nilai elastisitas pendapatanjuga menunjukkan hasil positif. Kondisi ini mencerminkan perlunya peningkatan taraf hidup masyarakat pedesaan bila bendak mengumpulkan dana tabungan dari mereka. Di sinilah pemerataan berperan, kesenjangan yang tampak kian membesar dapat dipersempit dengan mulai mengalihkan pembangunan yang selama ini terkonsentrasi di dalam masyarakat perkotaan ke arah masyarakat pedesaan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1994
S18817
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinta Nurwijayanti
"ABSTRAK
Udang merupakan salah satu produk ekspor utama di Indonesia. Nilai ekspor
udang mencapai 38% dari total ekspor produk perikanan Indonesia pada tahun
2012. Studi ini bertujuan untuk mengestimasi fungsi permintaan udang beku di
pasar tujuan utama untuk ekspor udang Indonesia (Pasar Amerika Serikat dan
Jepang) menggunakan fungsi transcendental logarithmic (TL). Studi ini
menggunakan data sekunder dari UN COMTRADE periode 1991-2011 untuk
pasar USA dan 1988-2011 untuk pasar Jepang. Hasil empiris mengindikasikan
bahwa penurunan harga pada udang beku akan meningkatkan share Indonesia di
pasar USA and Jepang. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa elastisitas
pendapatan untuk udang beku Indonesia adalah unit elastis. Simulasi kebijakan
menyarankan bahwa kebijakan penurunan harga untuk ekspor udang beku
Indonesia lebih efektif dilakukan di pasar USA dibandingkan di pasar Jepang.

ABSTRACT
Shrimp is one of the main fishery export product in Indonesia. Export value of
shrimp reached approximately 38% of the total Indonesian fishery export in 2012.
This study estimates demand function on frozen shrimp in the main destination
countries for Indonesian shrimp export (United States and Japan markets) using
transcendental logarithmic (TL) function. Secondary data from UN COMTRADE
in period 1991-2011 for US market and 1988-2011 for Japan market are used in
this study. Empirical results indicate that reducing in frozen shrimp price
increases Indonesia share in US and Japan markets. We also find that income
elasticity for Indonesian frozen shrimp is unit elastic. The simulation suggests that
reducing price policy for Indonesian frozen shrimp export is more effective to do
in U.S. market than in Japan market."
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febria Ramana
"Keterkaitan pada rantai nilai global atau GVC dianggap banyak pihak dapat mendorong perkembangan industri domestik, meningkatkan produktivitas, kemampuan ekspansi, yang akhirnya dapat menyerap tenaga kerja. Namun secara teoritis, partisipasi perusahaan pada GVC tidak hanya dapat meningkatkan permintaan tenaga kerja melalui efek skala (scale effect), melainkan juga dapat menurunkan permintaan tenaga kerja melalui efek substitusi (substitution effect). Isu ini menjadi relevan di Indonesia karena keterkaitan sektor manufaktur pada GVC yang ditengarai masih rendah. Studi ini pertama-tama menunjukkan tingkat partisipasi GVC dari industri manufaktur untuk tiga jenis keterkatikan GVC, yaitu Pure Forward Participation (PFP), Two-Sided Participation (TSP), dan Pure Backward Participation (PBP). Kemudian, studi ini melihat apakah secara empiris partisipasi GVC pada subsektor manufaktur di mana perusahaan tersebut berusaha pada kurun waktu 2010-2015 berkorelasi dengan peningkatan tenaga kerjanya. Menggunakan data panel tingkat perusahaan di industri manufaktur dan persamaan permintaan tenaga kerja, studi ini menemukan bahwa dalam jangka pendek: i) partisipasi GVC dalam bentuk PFP berkorelasi positif dengan permintaan tenaga kerja; ii) partisipasi GVC dalam bentuk TSP cenderung negatif namun tidak signifikan; iii) partisipasi GVC dalam bentuk PBP positif namun tidak signifikan. Sementara itu, semua partisipasi ketiga jenis GVC signifikan dalam jangka panjang. Penelitian ini melakukan robustness check dengan menggunakan proksi partisipasi GVC dengan subsektor yang lebih rinci. Hasil estimasi robustness check menguatkan hasil penelitian ini. Studi ini menyimpulkan bahwa keterkaitan pada GVC saat ini khususnya dalam bentuk PFP dan PBP dapat didorong untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja sektor manufaktur.

It is widely believed that participation to the Global Value Chain (GVC) can encourage the development of the domestic industry, increase productivity, which in turn can expand the labor demand. However, theoretically, firm’s participation to GVC not only can increase the labor demand through the scale effect, but also can reduce the labor demand due to the substitution effect. This issue is relevant in Indonesia because the extent of GVC participation among firms in the manufacturing sector is still low. This study attempts to reveal the level of GVC participation of the manufacturing industry for three types of GVC participation, namely Pure Forward Participation (PFP), Two-Sided Participation (TSP), and Pure Backward Participation (PBP). Then, this study empirically investigates whether the GVC participation in the sector in which manufacturing firms operates during the 2010-2015 period is correlated with their labor force. Using firm-level panel data from the manufacturing sector and the labor demand equation, this study finds that in short run: i) the GVC in the form of PFP positively affects labor demand; ii) The effect of GVC in the form of TSP on labor demand tends to be negative but not significant; and iii) the effect of GVC in the form of PBP on labor demand is positive but not significant. Meanwhile, effect of all GVC participations is significant in long run. This research conducts a robustness check by using GVC participation proxies with more detailed sub-sectors. The results of robustness check estimation confirm the results of this study. This study concludes that participation to GVC, especially in the form of PFP and PBP, can be encouraged to increase employment in the manufacturing sector."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairunnisah
"ABSTRAK
Dalam dua dekade terakhir sistem perdagangan di negara berkembang semakin terbuka dengan berkurangnya hambatan perdagangan melalui tarif impor yang semakin menurun. Berdasarkan penelitian sebelumnya terdapat hubungan teoritis dan empiris antara penurunan tarif impor dan pemintaan tenaga kerja. Penelitian ini menguji hubungan antar penurunan tarif impor dengan permintaan tenaga kerja formal di tingkat kabupaten/kota dalam jangka menengah. Hal ini disebabkan karena pekerja yang terpapar penurunan tarif impor menurut Jones (1975) akan berpindah dan terserap pada sektor yang mengalami keuntungan perdagangan atau kenaikan ekspor. Sementara itu pekerja
membutuhkan waktu untuk melakukan perpindahan antar sektor dan antar daerah untuk terserap pada sektor yang mengalami kenaikan ekspor.Oleh karena itu dalam menganalisis permintaan tenaga kerja manufaktur akibat penurunan tarif impor, penelitian ini dilakukan dalam jangka menengah yaitu dalam periode lima tahun. Dengan
menggunakan data tenaga kerja sektor manufaktur pada tingkat kabupaten/kota di Indonesia pada tahun 2000 sampai dengan 2015, penelitian ini mengestimasi model pengaruh penurunan tarif impor terhadap permintaan tenaga kerja formal manufaktur dengan regresi tertimbang. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini
menggunakan pengukuran paparan penurunan tarif impor Dix-Carneiro & Kovak (2017) untuk sektor manufaktur di tingkat kabupaten/kota dan mencakup 22 subsektor manufaktur. Hasil estimasi menunjukkan bahwa penurunan tarif impor sektor manufaktur
dalam jangka menengah meningkatkan permintaan tenaga kerja formal manufaktur. Pengaruh penurunan tarif impor sektor manufaktur terhadap permintaan tenaga kerja formal manufaktur pada wilayah dengan sektor manufaktur yang beragam lebih kecil dibandingkan dengan pengaruh penurunan tarif impor terhadap permintaan tenaga kerja formal manufaktur. Hal ini menyimpulkan bahwa keberagaman sektor manufaktur sebagai ukuran aglomerasi ekonomi suatu wilayah dapat mengurangi pengaruh paparan penurunan tarif impor karena persaingan harga.

ABSTRACT
In the last two decades the trading system in developing countries has become more open with reduced trade barriers through declining import tariffs. Based on previous research there is a theoretical and empirical relationship between the reduction in import tariffs and the demand for labor. This study examines the relationship between import
tariff reductions and formal labor demand at the district or city level in the medium term. This is because workers exposed to a reduction in import tariffs according to Jones (1975) will move and be absorbed in sectors that experience trade gains or increased exports. Meanwhile, workers need time to make transfers between sectors and between regions to be absorbed in sectors experiencing an increase in exports. Therefore, in analyzing the demand for manufacturing labor due to lower import tariffs, this research was conducted in the medium term, namely in a five-year period. Using the manufacturing sector employment data at the district or city level in Indonesia in 2000 to 2015, this study estimates a model of the effect of decreasing import tariffs on demand for formal manufacturing labor with a weighted regression. In contrast to previous research, this study uses a measurement of exposure to the reduction in import tariffs of Dix-Carneiro & Kovak (2017) for the manufacturing sector at the district or city level and covers 22 manufacturing subsectors. The estimation results show that the reduction in manufacturing sector import tariffs in the medium term increases the demand for formal manufacturing labor. The effect of decreasing import tariffs on the manufacturing sector on the demand for formal manufacturing labor in regions with diverse manufacturing sectors is smaller than the effect of decreasing import tariffs on the demand for formal manufacturing labor. This concludes that the diversity of the manufacturing sector as a
measure of the economic agglomeration of a region can reduce the effect of exposure to falling import tariffs due to price competition."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitti Anindya
"Model regresi data panel balanced dinamis dengan fixed effect merupakan model regresi data panel yang melibatkan lag dari variabel respon sebagai variabel penjelas. Asumsi model regresi data panel dinamis yang dibahas adalah balanced panel, yaitu tiap individu diamati untuk panjang waktu yang sama. Dengan asumsi fixed effect, heterogenitas dapat terlihat pada intersep model. Metode penaksiran yang digunakan dikenal sebagai LSDV (least square dummy variable) namun taksiran yang dihasilkan bias. Taksiran ini juga tidak konsisten ketika periode waktu berhingga. Oleh karena itu, dibutuhkan metode lain untuk menaksir parameter dalam model. Metode yang dapat digunakan adalah metode bias terkoreksi. Estimasi bias terkoreksi diperoleh dari koreksi bias asimtotik taksiran LSDV dengan bias asimtotik didapat melalui bentuk ketidakkonsistenan penaksir. Secara intuitif, koreksi bias ini menghilangkan bentuk tidak konsistennya taksiran LSDV sehingga menjadi taksiran yang konsisten. Prosedur iteratif digunakan untuk mendapatkan taksiran bias terkoreksi. Teknik bias terkoreksi ini diaplikasikan dalam analisis empiris dari model dinamis tingkat pengangguran di negara bagian Amerika Serikat pada periode 1991-2000.

Regression model of balanced dynamic panel data with fixed effect is a regression model of panel data involving lag of response variable as explanatory variable. Assumption regression model of dynamic panel data discussed is balanced panel, that is each individual observed for the same length of time period. Assuming a fixed effect, heterogeneity can be seen on the intercept model. The assessment method used is known as LSDV (least square dummy variable) however the resulting estimates generated bias. These estimators will also inconsistent for finite number of time period. Therefore, other methods are needed to estimate parameters in model. A method that can be used is bias corrected method. Bias corrected estimation is derived from the asymptotic bias correction LSDV estimator which the asymptotic bias obtained through the form of inconsistent of estimator. Intuitively, this bias correction eliminates the form of inconsistent of LSDV estimator so as to be consistent. Iterative procedure are used to obtain this bias corrected estimator. The proposed technique is applied in an empirical analysis of unemployment rate model dynamics at the U.S. state level for the 1991-2000 period."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S47006
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Rohadi
"ABSTRAK
Perbedaan pendapat mengenai efek upah minimum terhadap lapangan kerja membuat penelitian di bidang ini masih menarik. Di samping itu, hanya sedikit penelitian yang mempelajari pengaruh kebijakan upah minimum terhadap lapangan kerja sektoral secara menyeluruh. Menggunakan data Sakernas tahun 2004 – 2013 pada level provinsi dan level sektor, penelitian ini mengindikasikan bahwa secara umum kebijakan upah minimum memberi efek positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa kebijakan upah minimum manguntungkan dalam penciptaan lapangan kerja bagi pekerja yang tinggal di pedesaan, pekerja wanita, pekerja yang menikah, dan pekerja berpendidikan rendah. Upah mimimum secara empiris terbukti menarik penduduk usia kerja untuk bekerja sebagai karyawan daripada menjadi seorang pengusaha. Efek berbeda dari kebijakan upah minimum juga terjadi pada lapangan kerja sektoral. Sektor pertanian, kehutanan, perikanan, dan perburuan, sektor konstruksi, sektor perdagangan besar dan eceran, restoran, dan akomodasi, sektor keuangan, real estate, asuransi, dan jasa perusahaan, serta sektor yang meliputi jasa kemasyarakatan, sosial, dan perorangan, secara positif dipengaruhi oleh kebijakan upah minimum. Di lain pihak, sektor transportasi, penyimpanan, dan komunikasi tidak diuntungkan dengan adanya kebijakan upah minimum. Analisis terhadap lapangan kerja tertentu menyimpulkan bahwa kebijakan upah minimum kurang bersahabat dengan tenaga kerja berpendidikan rendah untuk memperoleh perkerjaan di tujuh dari sembilan sektor ekonomi di Indonesia.

ABSTRACT
The absence of consensus of minimum wage effect on employment engenders study on this field remains a favour. Yet, little researches studied the functioning of minimum wage policy on sectoral employment comprehensively. Exploring Sakernas data of 2004-2013 in province level and sectoral-province level, this study notifies positive impact of minimum wage on general employment. This study also maintains that minimum wage is beneficial for rural, female, married, low educated employment. Minimum wage is empirically proved attractive for workforce to become a worker rather than an entrepreneur. Divergent effects of minimum wage on economic sectors appear regarding to characteristics of economic sector. Agricultural, forestry, hunting, and fishing sector; construction sector; wholesale trade, retail trade, restaurant and accommodation sector; finance, real estate, insurance, and business services sector; and community, social, and personal services sector, which are labour intensive, positively affected by minimum wage increases. In contrast, transportation, storage, and communication sector is adversely affected by minimum wage hikes."
2016
T45235
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadi Al Rasyid
"Semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat pada energi semakin mendorong berkembangnya teori manajemen permintaan energi. Indonesia sebagai negarayang mengalami peningkatan kebutuhan konsumsi premium masih membutuhkan perbaikan dalam tata kelolakebijakan energinya. Salahsatunya dalam melakukan peramalan. Oleh karena itu,Dibutuhkan suatu cara agar dapat melakukan peramalan konsumsi BBM premium di Indonesia.Dalam penelitian ini, peramalan dilakukandengan dua cara. Yaitu dengan menggunakan Multi Linear Regrresi dan Neural network. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa metode Multi linear regresi memperoleh keakuratan yang lebih baik dibanding Neural network.

The increasing of energy consumption encouraging the development of energy demand management theory. Indonesia as a country which have increasing consumption premium fuel in few years is need to improve their energy policy, especially in forecasting. Therefore, there are need a methode to forecast premium demand in Indonesia. In this research, forecasting is done with using Multi Linear Regression and Neural Network. The result is the accuration of Multi Linear Regression methode better than the accuration of Neural network methode.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T45434
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tomy Zulfikar
"Permintaan KPR menunjukkan perlambatan. Begitu juga, penjualan properti reidensial menunjukkan perlambatan. Seperti diketahui, mayoritas konsumen membeli properti residensial dibiayai oleh KPR. Melalui kebijakan LTV, Bank Indonesia ingin menstimulasi permintaan KPR dan juga penjualan properti residensial demi mendorong pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan. Pertanyaan apakah perubahan rasio LTV dapat mempengaruhi permintaan KPR dan apakah ada faktor lain yang mempengaruhi permintaan KPR. Penelitian ini melihat pertanyaan tersebut dengan mempertimbangkan bagaimana dampaknya di provinsi berpendapatan menengah-bawah dan menengah-atas.

Demand for mortgage finance showed a slowdown. And also, property residential sales showed a slowdown. As is well known, the most consumers buy property residential is fiananced by mortgage finance. Through LTV policy, Bank of Indonesia want to stimulate demand for mortgage finance and also property residential sales in order to could boost economic growth sustainably. A question whether changes in LTV ratio could boost economic growth sustainably and whether there are the other factors which are affecting demand for mortgage finance. This article sees the question by considering what the impacts are in both lower-middle income and higher-middle income provinces. By regressing statistical model Fixed Effect Model (FEM) and Random Effect Model (REM), the result shows that LTV policy is affecting positively towards demand for mortgage finance, particularly lower-middle income provinces. When LTV ratio increased, demand for mortgage finance in lower-middle income provinces is higher than demand for mortgage finance in higher-middle income provinces. Moreover, mortgage finance reflects normal good for higher-middle income provinces while reflects inferior good for lower-middle income provinces. On the other hand, higher mortgage interest lowers demand for mortgage finance, particularly in lower-middle income provinces."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>