Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 115245 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dita Mutia
"

Latar belakang: Autologus growth factor (AGF) merupakan sitokin yang menarik perhatian para ilmuwan di bidang kedokteran dikarenakan memiliki fungsi yang penting dalam memperbaiki dan mempercepat  proses penyembuhan luka. Platelet rich fibrin matrix (PRFM) merupakan generasi terbaru konsentrat trombosit dengan tahapan persiapan yang praktis dan sederhana. Berbagai macam operasi di bidang THT-KL, salah satunya Laringektomi Total (LT). Komplikasi yang sering terjadi adalah terdapatnya fistula faringokutaneus, sehingga diperlukan perhatian dengan seksama terhadap proses penyembuhan luka pasca-LT. Tujuan penelitian: Membuktikan bahwa pemberian PRFM dapat memperbaiki tatalaksana untuk mempercepat penyembuhan pada luka operasi pasca-LT dibandingkan Kelompok kontrol. Metode: Penelitian ini dilakukan pada Divisi Laring Faring THT-KL/ FKUI – RSCM selama Juni – Desember 2019, merupakan penelitian pendahuluan dengan  desain Randomized Control Trial (RCT). Penelitian ini melibatkan 20 pasien dengan karsinoma sel skuamosa (KSS) Laring yang ditatalaksana dengan LT dan dibagi menjadi 10 pasien yang menjalani LT dengan augmentasi menggunakan autologus PRFM intra operasi dan 10 pasien sebagai kontrol. Proses penyembuhan luka diobservasi hingga 2 minggu pascaoperasi. Hasil: Telah dilakukan analisis bivariat dengan uji chi-square, didapatkan perbedaan yang signifikan pada ambang nyeri, edema dan dehisence pada luka stoma (p<0.001), keberhasilan tes minum yang dilakukan pada hari kelima (p<0.001) dan terbentuknya early fistula faringokutan (p=0.03) pada luka pascaoperasi kelompok subjek dengan PRFM dibandingkan tanpa PRFM. Kesimpulan: PRFM terbukti dapat mempercepat penyembuhan luka pasca-LT. Tes minum dapat dilakukan pada hari kelima pada seluruh kelompok subjek dengan PRFM dan menjadikan masa perawatan menjadi lebih singkat. Angka kejadian fistula juga ditemukan sangat berkurang sehingga tatalaksana kemoradiasi tidak tertunda.

Kata kunci: PRFM, Laringektomi total, Fistula faringkutaneus


Background: Autologous growth factor (AGF) is a cytokine that attracts the attention of scientists, because of its beneficial to improve and accelerate process of wound healing. Platelet rich fibrin matrix (PRFM) is the latest generation of thrombocyte concentrate with simple preparation. Various kinds of operations in Otolaryngology, for example Total Laryngectomy (TL), a common complication is the presence of pharyngocutaneus fistula, so needed truly attention for wound healing process after TL.  Objective: Proving that administration of PRFM can improve management to accelerate surgical wound healing after TL compared without PRFM. Method: This research was performed in Larynx Pharynx Division of ENT Department FKUI-RSCM from June – Desember 2019. This study is preliminary study using Randomized Control Trial (RCT). There were 20 patients with Laryngeal squamous cell carcinoma treated with TL. Subjecst divided into 10 patientsunderwent TL with autologus PRFM augmentation intra operation and 10 more patients as a control group, then observed two weeks after surgery. Results: Bivariate analysis was performed with chi-square test, showed significant differences in the pain threshold, edema, presence of dehisence in stoma wounds (p<0.001), success of the drinking test conducted on the fifth day (p<0.001) and formation of pharyngocutaneous early fistule (P:0.03) in postoperative wounds between groups of patients that given PRFM and without PRFM. Conclusion: PRFM is proven to accelerate post-operative wound healing after TL. Drinking test can be performed on the fifth day in all subjects of PRFM groups so that time of hospitalized becomes shorter. Incidence rate of fistule is more decreased so that no delayed of chemoradiation.

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mirta Hediyati Reksodiputro
"ABSTRAK
Latar Belakang: Produk biologi yang merupakan rekayasa jaringan dapat membantu mempercepat proses penyembuhan luka. Salah satunya yang saat ini banyak digunakan dalam proses penyembuhan luka adalah Platelet Rich Plasma (PRP). Meskipun demikian PRP tidak memberikan hasil optimal, karena berbentuk cairan dan proses pembuatannya membutuhkan bovine thrombin yang bersifat xenologus. Selain itu sebagian besar faktor pertumbuhan telah dilepaskan saat awal aplikasi di luka. Produk biologi lainnya adalah Platelet Rich Fibrin Matrix (PRFM), yang merupakan generasi terbaru konsentrat trombosit yang menghasilkan fibrin alami. Pada operasi THT-KL khususnya plastik rekonstruksi, tandur kulit banyak digunakan untuk defek yang tidak dapat ditutup primer dengan jabir lokal. Dengan cara tersebut penyembuhan luka tandur kulit berlangsung lama, tandur kulit kontraktur dan hasilnya tidak optimal. Aplikasi PRFM pada implantasi tandur kulit diharapkan dapat meningkatkan mutu kesintasan tandur. Walaupun mekanisme kerja PRFM dalam mempercepat proses penyembuhan luka tandur kulit belum diketahui, secara in vitro mengarah pada adanya peran faktor pertumbuhan.
Tujuan: Mendapatkan PRFM yang lebih baik dari PRP dalam mempercepat penyembuhan luka tandur kulit, tanpa menggunakan perangkat komersial, serta mengetahui peran faktor pertumbuhan dalam mempercepat penyembuhan luka tandur in vivo.
Metode: Sebanyak 150 jaringan biopsi tandur kulit full thickness skin graft (FTSG) dan split thickness skin graft (STSG) yang diperoleh dari 5 ekor babi, dibagi menjadi tiga perlakuan yaitu tandur-kontrol, tandur-PRP, dan tandur-PRFM. Biopsi jaringan tandur dilakukan pada hari ke-1, -3, -7, -14 dan ke-30 sesuai fase penyembuhan luka. Jaringan biopsi dievaluasi secara histologi dengan pewarnaan hematoksilin eosin, trichrome Masson dan Picrosirius red; juga kadar TGFβ1 dan PDGF. Pemeriksaan makroskopik terhadap luka tandur kulit dilakukan dengan mengevaluasi hasil dokumentasi fotografi menggunakan program ImageJ. Pada awal penelitian diukur kadar faktor pertumbuhan TGFβ1 dan PDGF di PRP dan PRFM, serta dinilai karakteristik struktur mikroskopik, ukuran serat fibrin dan diameter trombosit PRFM menggunakan SEM. PRFM dibuat dari PRP tanpa menggunakan perangkat komersial.
Hasil: Kadar faktor pertumbuhan, kepadatan sel PMN, sel makrofag, fibroblas, kepadatan kolagen tipe 1 dan kesintasan tandur-PRFM lebih baik dibandingkan tandur-PRP dan tandurkontrol. Diperoleh PRFM babi dan manusia yang memiliki struktur mikrokopik serat fibrin seperti jala dengan trombosit tersebar di serat fibrin. Karakter tersebut menyerupai PRFM yang diperoleh menggunakan perangkat komersial.
Simpulan: Pemberian PRFM sebagai preparat trombosit autologus meningkatkan percepatan penyembuhan luka tandur kulit karena mengandung faktor pertumbuhan yang diperlukan pada penyembuhan luka. PRFM dapat dibuat tanpa perangkat komersial.

ABSTRACT
Background: Biological products that are tissue engineered can help accelerate the wound healing process. One of the mostly used biological products for wound healing process is Platelet Rich Plasma (PRP). However, it has not provided optimal results, because of its liquid form, the development process that use xenologous bovine thrombin, and most of the growth factors will be released prior to its application on a wound. Another biological product is Platelet Rich Fibrin Matrix (PRFM), a new generation of concentrated blood platelets that produce natural fibrin. For facial plastic and reconstructive surgery, skin graft is often used on defects that cannot be covered primarily by local flap. By this method the wound healing of skin graft is slow, skin graft contracture occured and the results were not optimal. Application of PRFM in the skin graft implants is expected to increase the survival of the graft. Furthermore the mechanism of PRFM in accelerating wound healing process of skin graft is still unknown; reported in vitro studies showed the important role of growth factor.
Objective: To obtain PRFM that is better then PRP in accelerating the healing process of skin graft wound, without using comersial devices. Also to investigate the role of growth factors in accelerating the healing process of skin graft wound by in vivo study.
Methods:. 150 tissue biopsies of full thickness (FTSG) and split thickness (STSG) skin grafts were obtained from 5 porcines with three different treatments, control-graft, PRP-graft and PRFM-graft. Biopsy of each tissue-graft was done on day-1, -3, -7, -14 and -30 according to the phases of wound healing. Each tissue biopsy was evaluated by histopathology using hematoxyilin eosin, trichrome Masson and Picrosirius red stainings; measurement of the TGFβ1 and the PDGF levels was done by ELISA. Macroscopic examination towards skin graft wound was done by evaluating photographic documentation results using ImageJ program. The amount of TGFβ1 and PDGF in PRP and PRFM was determined at the beginning of this research, as well as evaluation of the microscopic structure characteristic, fibrin fiber size and platelets diameter in PRFM by using SEM.
Results: TGFβ1 and PDGF levels, PMN cell, macrophage, fibroblast, and collagen type 1 density, as well as survival graft of PRFM addition were better compared to PRP and control. Porcine and human PRFM has microscopic fibrin fiber structure like nets with the platelets spread on fibrin fibers. This character of the PRFM is similar to the PRFM prepared by using a commercial device.
Conclusion: Application of PRFM as an autologous thrombocyte preparation increase the acceleration of skin graft wound healing because it contains growth factors that are needed in wound healing.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hemastia Manuhara H.
"Pendahuluan: Salah satu konsentrat faktor pertumbuhan autologus terbaru yang dapat mempercepat proses penyembuhan luka dan meningkatan bioaviabilitas adalah platelet rich fibrin (PRF). Belum ada penelitian aplikasi PRF di luka pasca panen tandur kulit dapat mempercepat proses epitelisasi.
Metode: Studi multipel measure dengan general linear model adalah untuk mengevaluasi luka pasca panen tandur kulit, luka pasca panen tandur kulit dibagi menjadi dua kelompok dengan atau tanpa aplikasi PRF pada area tersebut. Untuk mengevaluasi epitelisasi luka di lokasi donor, kami memberikan perawatan luka yang sama pada kedua sisi dan evaluasi foto analisis pada hari ke 1,3, 7, 14 dan 30 menggunakan perangkat lunak ImageJ. Data yang diperoleh dianalisis dengan SPSS 20.0. Nilai P lebih rendah dari 0,05 dianggap signifikan.
Hasil: Penggunaan PRF telah membuktikan kemampuannya untuk mempercepat proses epitelialisasi proses penyembuhan situs donor p 0,000. Reaksi inflamasi kelompok PRF (hiperemik, nyeri, hipertermia, dan edema) di situs donor berkurang.
Kesimpulan: Aplikasi PRF akan memperbaiki kondisi luka, khususnya dengan menyediakan faktor pertumbuhan di lingkungan luka yang membantu mempercepat proses epitelisasi dan menghasilkan manajemen luka yang efektif.

Introduction: One of the newest concentrate autologous growth factors for wound healing process is platelet rich fibrin (PRF), used to accelerating wound healing process. PRF application on donor site after skin grafting would accelerated epithelialization process.
Methods: This multiple measure with general linear model study is to evaluate after harvesting, donor site defect was divided into two groups with or without PRF application. To evaluate of epithelialization of donor site wound, we give same treatment of wound care of both side and evaluated at day 1,3, 7, 14 and 30 using ImageJ software. Data obtained were analyzed with SPSS 20.0. The P-values lower than 0.05 considered as significant.
Result: The use of PRF has proven its ability to accelerate the epithelialization process of donor site healing process p 0,000. Inflammation reaction of PRF group (hyperemic, pain, hyperthermia, and edema) on donor site wound less.
Conclusion: PRF application would improve the condition of the wound, in particular by providing growth factor in the wound environment that help accelerate the epithelialization process and resulting in cost effective wound management.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58613
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ronald Winardi Kartika
"Luka kaki diabetes (LKD) adalah salah satu komplikasi diabetes melitus (DM). Terapi LKD adalah perawatan luka dan growth factor (GF) seperti advanced-platelet rich fibrin (A-PRF). Penyandang DM memiliki GF rendah, untuk mengoptimalkan GF yang dilepaskan oleh PRF, ditambahkan asam hialuronat (AH). Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh A-PRF + AH terhadap penyembuhan LKD dengan mengkaji VEGF, PDGF, IL-6, dan indeks granulasi. Desain penelitian randomized control trial, dilaksanakan pada bulan Juli 2019 −Maret 2020 di RSPAD Gatot Soebroto dan RSUD Koja, Jakarta. Subjek penyandang LKD yang mengalami luka kronik, kriteria Wagner II, luas luka < 40 cm2. Subjek diambil berdasarkan rule of thumb dan dibagi tiga secara acak yaitu kelompok terapi topikal A-PRF + AH (n = 10), A-PRF (n = 10) dan kontrol NaCl 0,9% (n = 10). Pada kelompok A-PRF + AH dan A-PRF dilakukan pemeriksaan VEGF, PDGF, IL-6 dari usap LKD dan fibrin gel sedangkan kontrol hanya diperiksa usap LKD. Biomarker dan Indeks Granulasi (IG) diperiksa hari ke-0, ke-3, ke-7. Khusus IG pengukuran ditambah hari ke-14. Data dianalisis menggunakan SPSS versi 20 dengan uji Anova atau Kruskal Wallis. Pada kelompok A-PRF + AH, kadar VEGF usap LKD hari ke-0 adalah 232,8 meningkat menjadi 544,5 pg/mg protein pada hari ke-7. Pada kelompok A-PRF tejadi peningkatan dari 185,7 menjadi 272,8 pg/mg protein, namun kelompok kontrol terjadi penurunan dari 183,7 menjadi 167,4 pg/mg protein. Kadar PDGF usap LKD kelompok A-PRF + AH hari ke-0 adalah 1,9 pg/mg protein, meningkat menjadi 8,1 pg/mg protein hari ke-7, kelompok A-PRF dari 1,7 meningkat menjadi 5,4 pg/mg protein dan kontrol dari 1,9 meningkat menjadi 6,4 pg/mg protein. Kadar IL-6 usap LKD kelompok A-PRF + AH hari ke-0 adalah 106,4 menjadi 88,7 pg/mg protein hari ke-7, pada A-PRF dari 91,9 menjadi 48,8 pg/mg protein dan kontrol dari 125,3 menjadi 167,9 pg/mg protein. IG kelompok A-PRF + AH hari ke-0 adalah 42,1% menjadi 78,9% dan 97,7% hari ke-7 dan ke-14, pada kelompok A-PRF dari 34,8% menjadi 64,6% dan 91,6%. Kelompok kontrol dari 35,9% menjadi 66,0% dan 78,7% hari ke-7 dan ke-14. Pada kelompok A-PRF + AH dibandingkan A-PRF dan NaCl didapatkan peningkatan bermakna kadar VEGF pada hari ke-3 (p = 0,011) dan hari ke-7 (p < 0,001). Kadar IL-6 menurun bermakna (p = 0,041) pada hari ke-7 saja. Namun persentase IG meningkat bermakna pada hari ke-3 (p = 0,048), ke-7 (p = 0,012) dan hari ke-14 (p < 0,001). Disimpulkan penambahan AH pada A-PRF meningkatkan VEGF (marker angiogenesis) dan IG (tanda klinis penyembuhan luka), serta menurunkan IL-6 (marker inflamasi) secara bermakna sehingga mempercepat penyembuhan LKD.

Diabetic foot ulcer (DFU) is one of complications of diabetes mellitus (DM). Advance wound treatment in DFU such as growth factors (GF) including Advanced-Platelet Rich Fibrin (A-PRF) topical has been developed . People with DM have low GF, so to optimize GF hyaluronic acid (AH) is added. This study analyzed the combination of A-PRF + AH combination in DFU recovery by examining VEGF, PDGF, IL-6, and granulation index (IG). The study used a randomized control design, done from July 2019−March 2020 at the Gatot Soebroto Army Hospital and Koja District Hospital, Jakarta. Subjects were DFU patients who had chronic wounds, area < 40 cm2 and Wagner II criteria. Subjects were recruited according to the rule of thumb and were randomly divided into three groups namely topical A-PRF + AH (n = 10), A-PRF (n = 10) and control NaCl 0.9% groups (n = 10). The A-PRF + AH and A-PRF groups underwent VEGF, PDGF, and IL-6 examinations of the DFS swabs and fibrin gel while the controls could only underwent the DFU swabs. Biomarkers and Granulation Index (GI) were measured on day 0, 3rd, 7th. Special GI measurements were added on day 14. Data were analyzed using SPSS version 20 with the Anova and Kruskal Wallis test. In the A-PRF + AH group the VEGF level from swab DFU day 0 was 232,8 pg/mg protein increase to 544,5 pg/mg protein on day 7. In the A-PRF group VEGF increase from 185,7 to 272,8 pg/mg protein and control decrease from 183.7 to 167.4 pg/mg protein. Increasing of PDGF levels in group A-PRF + AH day 0 was from 1,9 pg/mg protein to 8,1 pg/mg day 7, group A-PRF from 1,7 increased to 5,4 pg/mg protein and control from 1,9 to 6,4 pg/mg protein. Decreasing of IL-6 level of DFU swab in group A-PRF + AH day 0 was 106,4 pg/mg protein to 88,7 pg/mg protein day 7, in group A-PRF from 91,9 to 48,8 pg/mg protein and control from 125,3 to 167,9 pg/mg protein. The granulation index of DFU group A-PRF + AH on day 0 was 42,1% increased to 78,9% and 97,7% days 7 and 14. In the A-PRF group increased from 34,8% to 64,6 % and 91,6%. and controls from 35,9% to 66,0% and 78,7% on days 7 and 14. On the 7th day the VEGF level of the A-PRF + AH group increased significantly (p < 0.001), while IL-6 decreased and the granulation index increased significantly with p level of p = 0.041 and p = 0.012 respectively, compare with other group. It was concluded that on day 7 the AH to A-PRF increases VEGF (a marker of angiogenesis) and GI (a clinical sign of wound recovery), as well as a decrease in IL-6 (a marker of inflammation) which fully increase in DFU. "
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Olvi Nancy Marimpan
"ABSTRAK
Implan lemak dalam bidang plastik rekonstruksi sudah lama digunakan oleh para ahli bedah, namun dengan seiringnya waktu lemak dapat mengalami absorpsi 30-50 , terutama pada lemak yang disentrifugasi. Untuk itu diperlukan suatu bahan autologous untuk mempertahankan viabilitas lemak. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan antara lemak mikrolobular, lemak yang disentrifugasi, lemak mikrolobular dengan penambahan PRF dan lemak yang disentrifugasi dengan penambahan PRF. Tiga puluh enam kelompok dilakukan implan lemak di daerah dorsal telinga kelinci sebanyak 0,5cc, dievaluasi selama 4 minggu. Penilaian dilakukan secara makroskopik dengan menilai hiperemis, nekrosis dan menghitung diameter pada minggu pertama, kedua, ketiga dan keempat. Pada penelitian ini didapatkan bahwa pada minggu pertama hingga minggu keempat terjadi penurunan jumlah kelompok yang mengalami hiperemis, semua jaringan tidak terdapat nekrosis sejak minggu pertama dan diameter lemak yang mengalami penyusutan hanya terdapat pada perlakuan lemak yang disentrifugasi sebanyak dua kelompok, namun secara statistik tidak didapat perbedaan bermakna p>0,05 . Evaluasi mikroskopik didapatkan bahwa jumlah adiposit median= 547,74 , fibroblas median= 600,52 , pada perlakuan lemak mikrolobular dengan penambahan PRF lebih banyak dibandingkan kelompok perlakuan lainnya, namun secara statistik tidak bermakna p>0,05 , sedangkan parameter neovaskularisasi lebih banyak ditemukan pada kelompok lemak mikrolobular mean= 12,67 , tetapi secara statistik tidak bermakna p=0,268 Namun analisis regresi membuktikan bahwa peningkatan neovaskularisasi sejalan dengan pertambahan jumlah adiposit, hal ini membuktikan bahwa viabiltas adiposit bergantung pada neovaskularisasi.

ABSTRACT
Fat graft in plastic reconstructive surgery has been used for a long time by surgeons. However, problem lies with fat being absorbed up to 30 50 , especially centrifuged fats. Therefore, an autologous material is needed to maintain fat viability. This research aims to compare the viability of microlobular fat, centrifuged fat, microlobular fat with PRF, and centrifuged fat with PRF. As much as 0.5 mL of these fat were grafted to thirty six groups of rabbits at the dorsal area of rabbits rsquo ear, which were then evaluated for 4 weeks. Macroscopic evaluation was performed on the first, second, third, and fourth week while microscopic evaluation was performed only on fourth week. Macroscopic evaluation performed since the first to the fourth week on hyperemia parameter showed reduction of redness hyperemia in all treatment groups and necrosis parameter was not found since the first week in all treatment groups. Although the diameter parameter was seen in two centrifuged fat groups on fourth week, it showed no statistically significant difference p 0,05 . Upon microscopic evaluation, the amount of adipocytes in microlobular fat with PRF group showed a greater number median 547.74 and also fibroblast median 600,52 compared to other treatment groups, but it was also not statistically significant p 0,05 . Neovascularization parameter was greater on microlobular fat group mean 12,67 , but it was not statistically significant p 0,268 . Result of regression analysis proved that increase in neovascularization was in line with the increase amount of adipocytes. Therefore, it is proved that the viability of adipocytes depends on neovascularization"
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Illmilda
"Latar Belakang: Saat ini dikembangkan suplemen media pertumbuhan alternatif selain fetal bovine serum (FBS), seperti human platelet lysate (hPL) dan advanced platelet-rich fibrin (A-PRF). Media pertumbuhan berbasis platelet seperti hPL dan A-PRF memiliki keunggulan dibandingkan dengan FBS karena bersifat xenofree. hPL dan A-PRF memiliki sejumlah besar growth factor yang diperlukan untuk proliferasi sel, terutama human dental pulp stem cells (hDPSCs). Tujuan: Menganalisis potensi human platelet lysate (hPL) dan Advance Platelet Rich Fibrin (A-PRF) yang merupakan suplemen media pertumbuhan xeno-free sebagai alternatif pengganti FBS. Metode: Analisis proliferasi hDPSCs menggunakan suplemen media pertumbuhan hPL 5%, A-PRF 20% dan 25% pada hari ke-1, ke-3 dan ke-5 dengan uji Flowcitometry dan MTT-Assay. Hasil: Jumlah proliferasi hDPSCs paling tinggi terdapat pada aplikasi A-PRF 25% (p<0,05) terhadap kontrol positif FBS 10% dan hPL 5%. Peningkatan jumlah ini berbeda secara signifikan antara hari ke-1 dan hari ke-3, serta hari ke-3 dan hari ke-5 (p<0,05). Tidak ada perbedaan bermakna pada aplikasi hPL 5% pada hari ke-1, ke-3 dan ke-5 (p>0,05) Kesimpulan: A-PRF  25% memiliki potensi paling tinggi dalam meningkatkan jumlah proliferasi hDPSCs dibanding dengan penggunaan A-PRF 20%, hPL 5% dan FBS 10%.

Background: Currently alternative growth media other than fetal bovine serum (FBS) were developed such as human platelet lysate (hPL) and advanced platelet-rich fibrin (A-PRF). Human platelet lysate (hPL) and platelet rich fibrin lysate (A-PRF) containing abundant growth factor (GF) that can be use for human dental pulp stem cells (hDPSCs) proliferation. Aim: To analyse hDPSCs proliferation in three different supplement medias (hPL 5%, A-PRF 20% and A-PRF 25%) after 1, 3 and 5 days observation compare to FBS 10%. Methods: hDPSCs proliferation in three different supplement medias culture (hPL 5%, A-PRF 20% and A-PRF 25%) was analyzed using flowcitometry and MTT-Assay. Results: Compare to FBS 10% and hPL 5%, A-PRF 20% and 25% have significant proliferation of hDPSCs in day-1 (p<0,05). Significant proliferation seen in day-1 and day-3 also between day-1 and day-5 (p<0,05). There is no significant proliferation rate between hPL 5% in day-1, day-3 and day-5 (p>0,05). Conclusion: A-PRF 25% has the highest hDPSCs proliferation compare toA-PRF 20%,  hPL 5% and FBS 10%.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ester Candrawati Musa
"Pasien kanker laring yang menjalani laringektomi total seringkali telah berada pada keadaan malnutrisi prabedah. Malnutrisi menyebabkan terlambatnya penyembuhan luka, timbul wound dehiscence, dan rentan terhadap infeksi. Nutrisi yang adekuat berupa makronutrien (karbohidrat, protein, lemak) dan mikronutrien (vitamin, mineral) berperan penting pada penyembuhan luka. Pasien pada serial kasus ini yaitu pasien karsinoma sel skuamosa laring pascalaringektomi total dan diseksi leher berusia 56-74 tahun yang dikonsulkan ke Gizi Klinik. Terapi medik gizi diberikan pada keempat pasien serial kasus sesuai dengan kondisi klinis masing-masing melalui jalur enteral. Suplementasi mikronutrien diberikan pada semua pasien. Hasil serial kasus ini menunjukkan bahwa selama perawatan di rumah sakit terdapat dua pasien yang mengalami kejadian wound dehiscence dan salah satu di antara kedua pasien tersebut juga mengalami fistula faringokutan. Keempat pasien pulang ke rumah dengan keadaan klinis yang membaik. Kesimpulan yang didapatkan yaitu selain terapi medik gizi yang adekuat untuk mempertahankan status gizi dalam mendukung proses penyembuhan luka, faktor usia dan perawatan luka turut berperan terhadap proses penyembuhan luka, namun hal ini masih memerlukan penelitian yang lebih lanjut.

Laryngeal cancer patients who undergo total laryngectomy often have preoperative malnutrition. Malnutrition causes delayed wound healing, wound dehiscence, and susceptibility to infection. Adequate nutrition in the form of macronutrients (carbohydrates, proteins, fats) and micronutrients (vitamins, minerals) play an important role in wound healing. Patients in this case series were undergone total laryngectomy and neck dissection due to squamous cell carcinoma, aged 56-74 years who were consulted to Clinical Nutrition. Nutritional medical therapy was given to all four cases according to their clinical conditions through the enteral pathway. Micronutrient supplementation was given to all patients. The results of this case series showed that during hospital treatment there were two patients who experienced a wound dehiscence and one of the them also had a pharyngocutaneous fistula. The four patients discharged with improvement in clinical conditions. In conclusions, not only need an adequate nutritional medical therapy to maintain nutritional status in supporting the healing process, but also age factors and wound care have contributed to the healing process. However, it still requires further research."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59189
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nazzla Camelia Maisarah
"ABSTRAK
Tujuan penelitian ini menganalisis penyembuhan jaringan periodontal sesudah flep dengan aplikasi PRF dan cangkok tulang serta PRF saja. Metode: Empat belas sampel Periodontitis kronis dibedah flep dan diamati perbaikan status periodontal 3 dan 6 bulan paska flep. Hasil: Perbaikan tingkat perlekatan kelompok PRF dan cangkok tulang lebih baik dari kelompok PRF. Tidak ada perbedaan poket dan perdarahan gingiva yang lebih baik pada PRF dan cangkok tulang dibandingkan PRF. Kesimpulan: Ada perbedaan perbaikan tingkat perlekatan serta tidak ada perbedaan perbaikan poket dan perdarahan gingiva antara PRF dan cangkok tulang dibandingkan dengan PRF saja.

ABSTRACT
This study is to analyze periodontal tissue healing after flap using platelet rich fibrin and bonegraft and PRF only. Methode: Fourteen samples with chronic periodontitis were treated by flap and the periodontal status were evaluated at 3 and 6 month after treatment. Result: Attachment level healing in PRF and bonegraft is better than PRF group. Pocket depth and bleeding on probing were not better in PRF and bonegraft than PRF. Conclusion: There is a difference on attachment level and there are no difference on pocket and bleeding on probing between both of group."
2013
T32922
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natasha Supartono
"ABSTRAK
Laringektomi total merupakan prosedur yang umum dilakukan pada karsinoma sel skuamosa laring. Infeksi luka operasi merupakan salah satu komplikasi yang sering dan dapat memberikan dampak yang besar terhadap kualitas hidup pasien. Penggunaan antibiotika profilaksis merupakan salah satu cara pencegahan ILO namun belum ada literatur pasti yang menyebutkan penggunaan antibiotika profilaksis pada laringektomi total sebaiknya digunakan selama berapa lama. Penelitian ini merupakan suatu studi eksperimental kuasi dengan kontrol yang diambil secara retrospektif untuk melihat kejadian infeksi pasca operatif pada penggunaan Sefazolin sebagai antibiotika profilaksis perioperatif selama 5 hari pada kelompok eksperimen dibandingkan dengan kelompok kontrol statik dari data retrospektif yang menggunakan Sefazolin 30 menit sebelum insisi dan diteruskan dengan antibiotika yang berbeda selama lebih dari 12 hari di Divisi Laring Faring Departemen THT-KL FKUI-RSCM. Tiga dari 12 subyek mengalami infeksi pada kelompok eksperimen dan 2 dari 24 subyek mengalami infeksi pada kelompok kontrol. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna proporsi angka kejadian ILO pada kedua kelompok. Analisis univariat dan bivariat dilakukan untuk menilai beberapa faktor risiko dan studi ini menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara penyakit ginjal dan penyakit komorbid >1 dengan angka kejadian ILO.

ABSTRACT
Total laryngectomy is a common procedure in laryngeal squamous cell carcinoma. Surgical site infection is one frequent complication and it can have a major impact on patient rsquo s quality of life. The use of prophylactic antibiotics is one of the prevention of surgical site infections but there is no definite literature mentioning the use and how long should the prophylactic antibiotics be used in total laryngectomy. This study was a quasi experimental study with retrospective controls to look at the incidence of postoperative infection on the use of Cefazolin as the perioperative prophylactic antibiotics for 5 days on the experimental group compared to the static control group from retrospective data using Cefazolin 30 minutes before incisions and continued with different antibiotics for more than 12 days in Larynx Pharynx Division of ORL HNS Department of Medical Faculty of Universitas Indonesia. Three of 12 subjects had an infection in the experimental group and 2 of 24 subjects had an infection in the control group. There was no significant difference in the proportion of incidence of surgical site infections in both groups. Univariate and bivariate analyzes were performed to assess several risk factors and this study showed a significant association between renal disease and comorbid disease 1 with the incidence rate of surgical site infections.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58971
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sandy Ratna Asri
"Latar Belakang: Penggunaan Fetal Bovine Serum FBS sebagai suplemen pada media kultur telah digunakan secara umum pada berbagai penelitian sel. Akan tetapi penggunaan FBS memiliki resiko membawa prion protein dan dapat menyebabkan transinfeksi. Lisat platelet berupa hPL ataupun L-PRF merupakan derivat platelet allogenik yang memiliki kandungan tinggi growth factor. Tujuan: Menganalisis potensi human platelet lysate hPL dan Lisat Platelet Rich Fibrin L-PRF yang merupakan suplemen media pertumbuhan xeno-free sebagai alternatif pengganti FBS. Metode: Analisis proliferasi hDPSCs menggunakan suplemen media hPL 5 , L-PRF 20 dan 25 pada hari ke-1, ke-3 dan ke-5 dengan uji Flowcitometry dan MTT-Assay. Hasil: Jumlah proliferasi hDPSCs paling tinggi terdapat pada aplikasi L-PRF 25 p

Introduction Fetal Bovine Serum FBS has become the gold standard for cell culture media supplement. However, the use of FBS may deal with the risk of transinfecton and delivery of prion protein. Human platelet lysate hPL and platelet rich fibrin lysate L PRF are allogenic platelet derivate containing abundant growth factor GF that can be use as FBS replacement. Aims To analyse hDPSCs proliferation in three different supplement medias hPL 5 , L PRF 20 and L PRF 25 after 1, 3 and 5 days observation compare to FBS 10 . Methods hDPSCs proliferation in three different supplement medias culture hPL 5 , L PRF 20 and L PRF 25 was analyzed using flowcitometry and MTT Assay. Results Compare to FBS 10 and hPL 5 , L PRF 20 and 25 have significant proliferation of hDPSCs in day 1 p"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>