Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 198495 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Trigustya Anggun
"Kerjasama perdagangan Indonesia dengan Australia berjalan semakin komprehensif seiring dengan semakin terbukanya perdagangan bebas di dunia, dimana salah satunya adalah dengan dicanangkannya Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement IA-CEPA. Perjanjian kerjasama komprehensif tersebut ditujukan agar Indonesia memiliki kedekatan yang lebih erat dengan Australia baik dari sisi perdagangan maupun sisi lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis bagaimana potensi perjanjian tersebut terhadap nilai ekspor Indonesia ke Australia dan investasi asing langsung dari Australia ke Indonesia kedepannya. Penelitian ini menggunakan analisis ekonometrika dengan data time series melalui regresi linear dari arus perdagangan internasional. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa IA-CEPA signifikan berpotensi menurunkan nilai Ekspor Indonesia ke Australia dan juga terhadap Investasi Asing Langsung dari Australia ke Indonesia.

Indonesias trade cooperation with Australia runs more comprehensively in line with the increasing free trade in the world by launching the Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement IA-CEPA. The aimed of this comprehensive economic partnership agreement is to make Indonesia closer to Australia both in trade and other economic activity. This research aims to identify and analyze how the agreement potentially towards Indonesias Export to Australia and Australias Foreign Direct Investment to Indonesia value in the future. This research used an econometric analysis that applies time series data to the linear regression of international flows. The result of this thesis reveals that IA-CEPA have significant potential decreasing to Indonesias Export to Australia and to Foreign Direct Investment Australia to Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T54466
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nada Najiha
"Tesis ini membahas mengenai kesesuaian unsur ketentuan WTO+ dan/atau WTO-X pada RTA menurut Article XXIV GATT dan Artilce V GATS serta unsur ketentuan WTO+ dan WTO-X pada teks perjanjian IA-CEPA (Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership) sebagai RTA dengan konsep komprehensif antara Indonesia dan Australia yang berlaku secara efektif sejak 2020 lalu. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif. Adapun hasil penelitian mengemukakan bahwa ketentuan WTO+ sesuai dengan Article XXIV GATT, yang mensyaratkan preferensi tarif dan Article V GATS, yang membolehkan negara anggota WTO untuk membentuk kesepakatan perdagangan yang lebih liberal dibandingkan dengan apa yang sudah disepakati pada forum WTO dengan syarat mencakup ruang lingkup dan penghapusan diskriminasi. Mengenai unsur WTO-X, dalam pembentukan RTA tidak diwajibkan ada, namun pencantumkan ketentuan ini disilahkan kepada negara-negara yang hendak membentuk RTA. Dalam perjanjian IA-CEPA, unsur ketentuan WTO+ terletak pada preferensi tarif 0%, penyediaan pelatihan jasa, serta ketentuan investasi. Adapun unsur ketentuan WTO-X ditemukan pada ketentuan perdagagan elektronik (e-commerce), persaingan usaha dan kerja sama ekonomi. Melalui penelitian ini, WTO dan/atau Indonesia sebagai subjek hukum internasional, diharapkan mampu menginisasi pedoman pembentukan WTO+ dan WTO-X pada pembentukan RTA di kemudian hari.

This thesis discusses the suitability of the provisions of WTO+ and/or WTO-X in RTAs according to Article XXIV GATT and Article V GATS, and the provisions of WTO+ and WTO-X in IA-CEPA (Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership) text agreement as an RTA with the concept of comprehensive agreement between Indonesia and Australia which has been effective since 2020. The research method used in this thesis is a normative juridical approach. The results of the study express that the provisions of WTO+ are in accordance with Article XXIV GATT, which requires tariff preferences and Article V GATS, which allows WTO member countries to form trade agreements that are more liberal than what has been agreed in the WTO forum, in condition: they cover service’s scope and elimination of discrimination. Regarding the elements of WTO-X, is not required in the formation of an RTA but it is welcome to include this provision for countries wishing to form an RTA. In the IA-CEPA agreement, the elements of the WTO+ provisions lie in the 0% tariff preference, service training, and investment provisions. The elements of the provisions of WTO-X are found in the provisions of electronic commerce, competition law and economic cooperation. Through this thesis, the WTO and/or Indonesia as subjects of international law are expected to be able to initiate the guidelines for the formation of WTO+ and WTO-X in the formation of the RTA in the future."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gridanya Mega Laidha
"Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) merupakan salah satu bentuk perjanjian internasional dibidang ekonomi yang mana didalamnya memuat pengaturan penanaman modal (investment chapter) yang digunakan oleh berbagai negara di dunia dalam mengatur penanaman modal asing, termasuk Indonesia. Adapun masalah yang akan dibahas antara lain bagaimana pengaturan penanaman modal dalam investment chapter CEPA Indonesia-Australia dan CEPA Indonesia-EU dengan menggunakan FTA EU-Singapura dan Model BIT India sebagai pembanding, dan kemudian berdasarkan perbandingan tersebut manakah pengaturan yang sebaiknya dimuat dalam CEPA Indonesia-EU. Untuk menjawab masalah tersebut digunakan pendekatan komparatif dan konseptual. Pendekatan komparatif digunakan untuk melihat bagaimana pengaturan penanaman modal yang ada dalam investment chapter CEPA Indonesia-Australia, FTA EU-Singapura, dan Model BIT India untuk memberikan gambaran mengenai pengaturan yang sebaiknya diatur dalam CEPA Indonesia-EU. Pendekatan konseptual digunakan untuk melihat substantial obligations yang terdapat dalam perjanjian investasi internasional tersebut sebagai faktor pembanding yang meliputi standard of treatment (yang terdiri dari national treatment, most favoured nation treatment, fair and equitable treatment, serta full protection and security, performance requirements, expropriation, dan penyelesaian sengketa. Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan adalah terdapat persamaan dan perbedaan dari masing-masing perjanjian investasi internasional yang ada, dan berdasarkan persamaan dan perbedaan yang ada Model BIT India merupakan perjanjian yang paling ideal untuk diadopsi Indonesia dalam CEPA Indonesia-EU.

Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) is a form of international agreement in the field of economics which contained investment chapter used by various countries in the world in regulating foreign investment, including Indonesia. The problems that will be discussed within this paper include how foreign investments are regulated in the investment chapter on CEPA Indonesia-Australia and the CEPA Indonesia-EU using the FTA EU-Singapore and Model BIT India as a comparison, and then based on these comparisons which provision should be included in the CEPA Indonesian-EU. To answer this problem, a comparative and conceptual approach is used. A comparative approach is used to see how the investment provision exist in the investment chapter of the CEPA Indonesia-Australia, the EU-Singapore FTA, and the Indian BIT Model to provide an overview of the provisions that should be regulated in the Indonesia-EU CEPA. The conceptual approach is used to view the substantial obligations contained in the international investment agreement as a comparison factor in which includes the standard of treatment (which consists of national treatment, most favorite nation treatment, fair and equitable treatment, and full protection and security), performance requirements, expropriation, and dispute resolution. The conclusion of the research conducted is that there are similarities and differences from each of the existing international investment agreements, and based on the similarities and differences that exist, the Model BIT India is the most ideal agreement to be adopted by Indonesia in the CEPA Indonesia-EU."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Mahendra
"This thesis is aimed to discuss the arrangement of investment dispute settlement through the investor-state dispute settlement ("ISDS") mechanism in international investment agreements.The agreements are the Bilateral Investment Treaty ("BIT") and the Investment Chapter Comprehensive Economic Partnership Agreement (" IC-CEPA ”) which involves the Government of the Republic of Indonesia and the Government of Australia as parties to both agreements. This research is a normative legal research and uses secondary data which are analyzed descriptively by a method of systematic and comparative interpretation. The results of the study revealed that the ISDS mechanism settlement at BIT was not much different when compared to the mechanism settlement at the IC-CEPA even though both of them appointed ICSID and UNCITRAL as international arbitration institutions for ISDS. However, with the enactment of IC-CEPA which replaced BIT, it will guarantee legal certainty for both partiesespecially related to avoiding claims that are filed separately but contain the same substance.

Tesis ini akan membahas pengaturan penyelesaian sengketa penanaman modal melalui mekanisme investor-state dispute settlement (“ISDS”) dalam perjanjian investasi internasional, dalam hal ini the Bilateral Investment Treaty (“BIT”) serta Investment Chapter Comprehensive Economic Partnership Agreement(“IC-CEPA”) yang melibatkan Republik Indonesia dan Australia sebagai para pihak dalam kedua perjanjian tersebut. Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif dan menggunakan data sekunder yang dianalisis secara deskriptif dengan metode penafsiran sistematis dan komparatif. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa pengaturan mekanisme penyelesaian sengketa ISDS pada BIT tidak banyak perbedaan jika dibandingkan dengan pengaturan mekanismenya pada IC-CEPA meskipun keduanya sama-sama menunjuk ICSID dan UNCITRAL sebagai institusi arbitrase internasional bagi ISDS. Namun demikian, dengan diberlakukannya IC-CEPA yang menggantikan BIT, akan memberikan jaminan kepastian hukum bagi kedua pihak terutama terkait menghindari gugatan yang diajukan secara terpisah namun berisi substansi yang sama."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Sayyid Ramadhan
"Penelitian ini mencoba untuk menjelaskan hubungan antara spillover R&D Internasional dari kanal perdagangan dan penanaman modal asing terhadap produktivitas (TFP) berdasarkan teori pertumbuhan endogen di Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) dalam periode 1996-2010. Penelitian ini menemukan bahwa spillover R&D internasional dari kanal perdagangan dan penanaman modal asing merupakan faktor penting dalam meningkatkan TFP. Penelitian ini juga menemukan bahwa perdagangan internasional (ekspor dan impor) berpengaruh signifikan terhadap produktivitas di ASEAN. Selain itu, Human Development Index (HDI) juga siginifikan dalam mempengaruhi produktivitas di ASEAN.

This research attempts to explain the relationship between international R&D spillover from trade channels and foreign direct investment on Total Factor Productivity (TFP) based on the endogenous growth theory in the Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) during the period 1996-2010. The study found that international R&D spillover from trade channels and foreign direct investment are significant factors in increasing TFP. The research also discovered that international trade (exports and imports) has a significant impact on productivity in ASEAN. Additionally, the Human Development Index (HDI) also plays a significant role in influencing productivity in ASEAN."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anassari Salsabiil
"Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia (“IA-CEPA”), adalah perjanjian perdagangan yang baru-baru ini disimpulkan, yang mencakup ketentuan Persyaratan yang Adil dan Berkeadilan, Fair and Equitable Treatment, (“Persyaratan FET”)
sebagai standar perlakuan bagi investor asing, dan klausula Penyelesaian Sengketa Investor-Negara (“PSIN”) sebagai metode penyelesaian sengketa yang disepakati dalam hal timbul perselisihan di antara para pihak. Ada dua poin utama IA-CEPA yang dibahas dalam tesis ini.
Pertama, tesis ini meneliti perbedaan dalam menggunakan Hukum Kebiasaan Internasional tentang Perlakuan Standar Minimum (“PSM”),sebagai standar Persyaratan FET, dan Persyaratan FET hanya terbatas pada Penolakan Keadilan, sebagai dua standar yang
disebutkan dalam IA-CEPA. Kedua, penelitian tentang bagaimana efek yang berbeda dari Persyaratan FET akan mempengaruhi konsistensi antara Persyaratan FET dengan Klausa PSM di IA-CEPA. Melalui metode penelitian hukum normatif yuridis, ditemukan bahwa pertama, Hukum Kebiasaan Internasional PSM akan memberikan cakupan yang lebih luas dari Persyaratan FET di luar hanya penolakan keadilan, dan kedua, bahwa setiap perselisihan
sehubungan dengan Persyaratan FET di IA- CEPA terlepas dari formulasinya akan konsisten dengan Klausa PSIN di IA-CEPA. Dengan demikian, reformulasi tentang Persyaratan FET dalam IA-CEPA disarankan untuk menetapkan batasan yang jelas tentang ruang lingkup Persyaratan FET.

The Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement is a trade agreement recently concluded, which includes the provisions of Fair and Equitable Requirements (“FET Requirements”) as the standards of treatment for foreign investors, and Investor-State Dispute Settlement (“ISDS”) Clause as an agreed dispute resolution in the case that a dispute arise between the parties. There are two key points of the IA-CEPA that is discussed in this thesis. Firstly, this thesis researches the difference in using International Customary Law of the Minimum Standard Treatment as the standards of FET Requirements, and FET Requirements to only limited to a Denial of Justice, as the two standards mentioned in the IA-CEPA. Secondly, the researches on how the different effects of FET Requirements would affect the consistency between the FET Requirements with the ISDS Clause in the IA-CEPA. Through a juridical normative legal research method, it was found that first, the International Customary Law of MST would render a wider scope of FET Requirements beyond only denial of justice, and second, that any dispute in relation with the FET Requirements in the IA-CEPA irrespective of its formulation would be consistent with the ISDS Clause in the IA-CEPA. Thus, a reformulation on the FET Requirements in the IA-CEPA is suggested establish clear limitations on the scope of FET Requirements."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tristan Jansen
"ABSTRAK
Makalah ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan antara peristiwa perang saudara dan pemasukan investasi asing langsung pada 190 negara selama periode 1980 sampai 2005, dengan melakukan analisis panel data. Tujuan dari skripsi ini adalah untuk membuktikan bahwa ada hubungan negatif antara keberadaan perang saudara dan pemasukan investasi asing langsung. Analisis dari data yang ada membuktikan bahwa PDB per kapita dan inflasi mempunyai dampak yang signifikan terhadap tingkat pemasukan investasi asing langsung . Untuk variabel lainnya tidak dapat ditemukan hubungan yang signifikan terhadap pemasukan investasi asing langsung. Penemuan dari makalah ini diharapkan dapat membantu pemerintah that organisasi lainnya yang terkait dalam mengurusi perang saudata untuk memahami secara komprehensif efek potensial yang disebabkan oleh perang saudara terhadap lingkungan social dan juga kondisi perekonomian, sehingga dapat membuat kebijakan dan peraturan yang dapat meningkatkan investasi asing langsung.

ABSTRACT
This paper examines the relationship between the presence of civil war and FDI foreign direct investment inflows to 190 countries during 1980 to 2005 by performing a panel data analysis. The objective of this study is to prove that a negative relationship between the presence of civil war and FDI inflows is present. As the results show, there is no evidence that a negative relationship exists between the presence of civil war and FDI inflows. Evidence is found that GDP per capita, and Inflation have a significant impact on the level of FDI inflows. For the other variables, no significant relationship was found. The findings of this paper may aid governments and other parties involved in a civil war with creating understanding of the potential effects of civil war for society and the economy, and to act accordingly upon these effects by making policies that attract FDI."
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Roehim Nuranas
"ABSTRAK
Tesis ini membahas mengenai implementasi special and differential
treatment di dalam IJEPA sebagai sarana pembangunan dalam bentuk bantuan
teknis dan kerjasama dari Jepang kepada Indonesia untuk mencapai tujuannya yaitu
membangun melalui perdagangan internasional. Hal tersebut diberikan karena pada
dasarnya Indonesia mengalami kerugian secara intrinsik akibat liberalisasi IJEPA.
Bantuan tersebut berupa pengembangan manufaktur atau yang disebut dengan
MIDEC. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan kajian
normatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi MIDEC sebagai
sebuah bentuk special and differential treatment di dalam IJEPA belum
dilaksanakan secara maksimal. Hal tersebut dikarenakan lemahnya landasan hukum
dalam segi pengaturan tanggung jawab pelaksana dan pengawasan organisasi
MIDEC terhadap kegiatan MIDEC, pengaturan pembiayaan MIDEC, dan
penetapan program/roadmap yang kurang terperinci.
Disis lain, implementasi MIDEC selama 5 tahun memberikan pengaruh
terhadap perdagangan barang di Indonesia, antara lain perbaikan standard kualitas
produk manufaktur (elektronik, besi, otomotif), penurunan harga domestik produk
manufaktur di Indonesia, dan meningkatkan nilai ekspor beberapa barang
manufaktur dalam program MIDEC (seperti otomotif dan elektronik). Penelitian ini
juga menyarankan agar Pemerintah Republik Indonesia dapat melakukan
renegosiasi terkait hal tersebut di atas serta memanfaatkan program MIDEC secara
maksimal bagi seluruh stakeholder di Indonesia.

ABSTRACT
This thesis discusses the implementation of special and differential treatment
in the IJEPA as a means of development in the form of technical assistance and
cooperation from Japan to Indonesia to achieve its goal of building through
international trade. It is given because basically Indonesia experienced a loss due
to liberalization IJEPA intrinsically. Assistance in the form of manufacturing or
development called MIDEC. This study is a qualitative study using normative
study. The results of this study indicate that the implementation MIDEC as a form
of special and differential treatment in the IJEPA not yet fully implemented. This
is due to a weak legal basis in terms of regulation and oversight responsibilities of
implementing the activities of MIDEC by the MIDEC organization, MIDEC
financing arrangements, and the establishment of a program /roadmap that lack
detail.
On other hand, the implementation MIDEC for 5 years to gave effect to trade
goods in Indonesia, among others, improvement of standards of quality of
manufactured products (electronics, steel, automotive), the decline in domestic
prices of manufactured products in Indonesia, and increase the value of exports of
manufactured goods in the program MIDEC (such as automotive and electronics).
This study also suggested that the Government of the Republic of Indonesia to
renegotiate related to the above as well as maximally utilize MIDEC program for
all stakeholders in Indonesia."
2014
T42319
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeffry Andrea Suryatin
"Skripsi ini membahas mengenai klausula ekspropriasi yang ada dalam perjanjian-perjanjian penanaman modal internasional kontemporer. Pengaturan mengenai ekspropriasi masih kurang dikenal dalam sistem hukum Indonesia dan sistem hukum penanaman modal secara khususnya. Padahal ekspropriasi merupakan isu aktual dalam penanaman modal dan memiliki keterkaitan dengan permasalahan kedaulatan negara dan hak-hak dasar lainnya. Berangkat dari latar belakang demikian, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam skripsi ini adalah untuk melihat bagaimana konsep ekspropriasi yang berlaku menurut AANZFTA dan bagaimana perbandingan antara klausula ekspropriasi yang terdapat dalam perjanjian tersebut dibandingkan dengan klausula serupa dalam perjanjian lainnya. Permasalahan tersebut dibahas menggunakan metode penelitian yuridisnormatif. Hasil penelitian menghasilkan kesimpulan bahwa ekspropriasi merupakan tindakan yang sah untuk ditempuh negara sepanjang ia dilaksanakan sesuai dengan aturan. Perbandingan yang dilakukan juga menunjukkan bahwa diantara perjanjianperjanjian internasional mengenai penanaman modal di wilayah ASEAN, terdapat upaya pembentukan sistem hukum penanaman modal regional dengan menggunakan sarana perjanjian penanaman modal internasional yang cenderung seragam.

This thesis is an analysis on expropriation clauses in ASEAN’s contemporary international investment agreements. Expropriation is a new, but actually familiar concept in Indonesian legal system. Whereas, expropriation is currently becoming an actual issues in international investment regime, because of it’s relation to many difficult aspect such as state sovereignty and economic rights. In reference with those issues, this thesis explore the expropriation clauses in AANZFTA and similar agreement. This thesis also do a comparative study over those aforementioned expropriation clauses. The problems are researched with juridical-normative legal research methods, and conclude that basically expropriation is legal as long as it is done in accordance with certain contemporary international investment regime’s regulations. As for it, with the comparative studies, it is also discovered that there is an effort by ASEAN member countries to form a Lex Mercatoria on international investment regulation by utilizing various international investment agreement, include regional investment/free trade agreement and Bilateral Investment Treaties.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
S53920
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Nurhasanah Ridha
"Penelitian ini meneliti sejumlah faktor penentu penerimaan Investasi Asing Langsung di Indonesia, yang meliputi Produk Domestik Bruto, Keterbukaan Ekonomi, Indeks Harga Konsumen, Jumlah Uang Beredar, Indeks Harga Saham Gabungan serta Pajak. Penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan Produk Domestik Bruto (GDP), dan Indeks Harga Konsumen (CPI) memberikan hubungan yang positif terhadap Investasi Asing Langsung sedangkan pada variabel Keterbukaan Ekonomi (EO), Jumlah Uang Beredar (M2), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Pajak (Tax) memiliki hubungan yang negatif menggunakan Vector Error Correction Model.
Dari hasil estimasi VECM, ditemukan pula hasil bahwa Keterbukaan Ekonomi adalah satu-satunya variabel yang memiliki hubungan dalam bentuk negatif pada model keseimbangan jangka pendek. Hasil lain ditunjukkan oleh uji Kausalitas Granger bahwa hubungan kausal dua arah terdapat pada variabel Investasi Asing Langsung terhadap Indeks Harga Konsumen, Investasi Asing Langsung terhadap Produk Domestik Bruto dan Investasi Asing Langsung terhadap Jumlah Uang Beredar.

Foreign Direct Investment has a significant role in the Indonesian economy as a positive influence to encourage economic growth in Indonesia. This study examines a number of determinants of Foreign Direct Investment in Indonesia, which includes Gross Domestic Product, Economic Openness, the Consumer Price Index, Money Supply, Composite Stock Price Index as well as taxes. This study shows that the increase in the Gross Domestic Product (GDP), Consumer Price Index (CPI) gave a positive relation to Foreign Direct Investment, while the variable Economic Openness (EO), Money Supply (M2), Jakarta Composite Index (IHSG) and Taxes (Tax) have a negative relation to Foreign Direct Investment using Vector Error Correction Model (VECM).
From the estimation, VECM also found that Economic Openness is the sole result that shows the negative relation in Foreign Direct Investment short-term equilibrium model. Other results as indicated by Granger Causality test that there is a causal relation both directions at variable Foreign Direct Investment to the Consumer Price Index, Foreign Direct Investment to GDP and Foreign Direct Investment to the Money Supply.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S65609
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>