Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 82130 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Liliana Budiman
"ABSTRAK
Latar belakang: Jumlah penduduk lansia yang semakin banyak di Indonesia harus mendapat perhatian khusus, agar tetap sehat, aktif dan produktif sehingga tidak menjadi
beban baik keluarga, masyarakat dan negara. Salah satu upaya yang dilakukan adalah memperbaiki nutrisi yang merupakan bagian penting dalam kesehatan lansia. Kehilangan gigi dan pemakaian gigi tiruan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap nutrisi lansia disamping faktor lain seperti usia, jenis kelamin, pendidikan,
sosioekonomi dan lainnya. Beberapa penelitian tentang hubungan antara kehilangan gigi dan pemakaian gigi tiruan terhadap nutrisi lansia memberikan hasil yang berbedabeda. Tujuan: Menganalisis pengaruh jumlah kehilangan gigi dan lamanya pemakaian gigi tiruan lepasan terhadap asupan dan status nutrisi lansia. Metode: Desain
observational cohort dilakukan untuk mengevaluasi asupan dan status nutrisi pada 26 partisipan dengan kehilangan gigi yang diklasifikasikan berdasarkan indeks Eichner dan
akan mendapatkan perawatan pembuatan gigi tiruan. Asupan nutrisi dievaluasi menggunakan Food Frequency Questionnaire, status nutrisi dievaluasi menggunakan
Mini Nutrional Assesment-Short Form dan kekuatan Handgrip (HGS). Evaluasi dilakukan sebelum dan pada 1, 2, 3, 6, 9, dan 12 bulan setelah memakai gigi tiruan. Uji Independent T Test dan Mann Whitney digunakan untuk menganalisis asupan nutrisi. Uji Chi Square digunakan untuk menganalisis status nutrisi. Uji Independent T Test
digunakan untuk menganalisis nilai HGS. Uji statistik Repeated Anova digunakan untuk membandingkan asupan nutrisi dan nilai HGS pada tiap waktu pengukuran. Uji statistik Friedman digunakan untuk membandingkan status nutrisi pada tiap waktu pengukuran. Hasil: Total sampel 26 partisipan di kelompok Eichner B sebanyak 10 orang (38,5%) dan Eichner C sebanyak 16 orang (61,5%). Terdapat perbedaan bermakna (p<0.05) asupan nutrisi antara kelompok Eichner B dan C pada 3, 6, 9, 12 bulan setelah
penggunaan gigi tiruan. Terdapat perbedaan bermakna (p<0.05) asupan nutrisi antara sebelum dengan 1, 2, 3, 6, 9, dan 12 bulan setelah pemakaian gigi tiruan, serta antara 1 bulan dibandingkan dengan 2, 3, 6, dan 9 bulan setelah pemakaian gigi tiruan. Tidak terdapat perbedaan bermakna status nutrisi antar kelompok kehilangan gigi, tetapi terdapat perbedaan bermakna (p<0.05) status nutrisi antara sebelum dengan 1, 2, 3, 6, 9, dan 12 bulan setelah pemakaian gigi tiruan. Terdapat perbedaan bermakna nilai HGS antara kelompok Eichner B dan C pada 6, 9, 12 bulan setelah pemakaian gigi tiruan. Tidak terdapat perbedaan bermakna nilai HGS berdasarkan lama pemakaian gigi tiruan. Kesimpulan: Pemakaian gigi tiruan lepasan dapat meningkatkan asupan dan status nutrisi

Background: An increasing number of elderly people in Indonesia must get special attention, in order to remain healthy, active and productive so that it does not become a burden to their families, communities and countries. One of the efforts is to improve the nutrition which is an important part for their health. In addition to other factors such as age, sex, education, socioeconomics and others, tooth loss and denture wearing are other factors that can influences their nutrition. Several existing studies on the relationship between tooth loss and wearing denture on elderly nutrition have conflicting results. Objective: To analyze the effect of the amount of tooth loss and the duration of the use of removable denture on the nutritional intake and status of the elderly. Method: 26 participants with tooth loss based on Eichner Index received denture treatment and evaluated in terms of their nutritional intake using observational cohort design. The nutritional intake was evaluated using Food Frequency Questionnaire, the nutritional
status was evaluated using Mini Nutrional Assessment-Short Form and strength of handgrip (HGS). The evaluation is done before wearing denture and the evaluation
continues after 1, 2, 3, 6, 9, and 12 months. Independent T Test and Mann Whitney Test are used to analyze nutritional intake. Chi Square Test is used to analyze nutritional status. Independent T Test is used to analyze handgrip values. Repeated Anova statistical tests were used to compare nutritional intake and handgrip values in every evaluation procedure. Friedman's statistical test was used to compare nutritional status in every evaluation procedure. Result: Total sample is 26 participants with tooth loss in the Eichner B group were 10 people (38.5%) and the Eichner C group were 16 people
(61.5%). There was a significant difference (p<0.05) in nutrient intake between Eichner B and C at 3, 6, 9, 12 months after wearing dentures. There was a significant difference (p<0.05) of nutritional intake before compared to 1, 2, 3, 6, 9, and 12 months after wearing dentures, and also between 1 month compared to 2, 3, 6, and 9 months after wearing dentures. There was no significant difference in nutritional status between the
groups of tooth loss, but there was a significant difference (p< 0.05) between the nutritional status before compare to 1, 2, 3, 6, 9, and 12 months after wearing dentures. There was a significant difference (p< 0.05) in handgrip values between Eichner B and C at 6, 9, 12 months after wearing dentures. There was no significant difference in handgrip values between in every evaltion procedure. Conclusion: Wearing removable
dentures can improve nutritional intake and nutritional status."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rifka Dennisa
"Latar Belakang: Kehilangan gigi dapat menyebabkan terganggunya fungsi mastikasi sehingga dapat mempengaruhi status nutrisi pralansia dan lansia. Pemakaian gigi tiruan dapat mengembalikan fungsi gigi yang hilang sehingga diharapkan dapat meningkatkan status nutrisi. Keberhasilan perawatan gigi tiruan selain dipengaruhi oleh penilaian dokter gigi juga dipengaruhi oleh penilaian pasien. Penilaian dari pasien diukur oleh tingkat kepuasaan pasien. Faktor yang mempengaruhi kepuasaan pasien diantaranya adalah fungsi mastikasi yang berpengaruh pada status nutrisi pasien.
Tujuan: Menganalisis hubungan kepuasan pemakaian gigi tiruan lepasan menggunakan kuesioner Turker’s patient’s perceptions-ID dengan status nutrisi menggunakan kuesioner Mini Nutritional Assessment- Short Form (MNA-SF) pada pralansia dan lansia. Menganalisis pengaruh faktor usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis gigi tiruan lepasan, klasifikasi Eichner, dan lama pemakaian gigi tiruan lepasan terhadap tingkat kepuasan pemakai gigi tiruan dan status nutrisi.
Metode: 88 subjek (27 laki-laki dan 61 perempuan) berusia 45 tahun ke atas berpartisipasi dalam penelitian ini. Dilakukan pencatatan data diri subjek, pemeriksaan rongga mulut, pengukuran berat dan tinggi badan, serta wawancara kuesioner Turker’s patient’s perceptions-ID dan MNA-SF.
Hasil penelitian: Tingkat kepuasan pemakai gigi tiruan lepasan memiliki hubungan bermakna dengan status nutrisi pada pralansia dan lansia (p < 0,05). Kepuasan pasien dan status nutrisi memiliki hubungan bermakna dengan usia, tingkat pendidikan, jenis gigi tiruan lepasan dan klasifikasi Eichner.
Kesimpulan: Semakin tinggi tingkat kepuasan pasien terhadap gigi tiruan lepasanya maka akan semakin baik tingkat status nutrisinya.

Background: Tooth loss can cause disruption of mastication and may affect the nutritional status of pre-elderly and elderly. Denture wearing can improve tooth function so it may improve patient’s nutrition. The success of denture treatment is not only influenced by the assessment of the dentist but also influenced by the assessment of the patient. Patient assessment is measured by the level of patient satisfaction. Mastication is one of factors that influence patient satisfaction which can affects patients nutritional status.
Objective: The aim of this study is to analyze the relationship between satisfaction of removable denture using the Turker's patient's perceptions-ID questionnaire and nutritional status using the MNA-SF questionnaire in the elderly, and analyze the influence of age, gender, education level, type of removable denture, Eichner classification, duration of using removable dentures to denture satisfaction level and nutritional status.
Method: 88 subjects (27 male and 61 female) aged 45 years and older were included in the study. Subjects personal data, oral examination, weight and height measurement were obtained, and interview for Turker’s patient’s perceptions-ID and MNA-SF were conducted.
Results: The level of satisfaction of removable denture users had a significant relationship with nutritional status in elderly (p <0.05). Patient satisfaction and nutritional status have a significant relationship with age, level of education, type of removable denture and tooth loss based on Eichner's classification.
Conclusion: The better level of patient satisfaction with their removable dentures, the better their nutritional status is.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Savedra Pratama
"Latar Belakang: Kemampuan mastikasi merupakan kemampuan untuk memecah partikel makanan agar mudah dicerna tubuh sehingga berperan dalam pemenuhan nutrisi. Penggunaan gigi tiruan lepasan diperlukan ketika seseorang mengalami kehilangan gigi karena dapat mengurangi kemampuan mastikasi. Berbagai faktor lain juga dapat mempengaruhi kemampuan mastikasi.
Tujuan: Menganalisis hubungan berbagai faktor terhadap kemampuan mastikasi pemakai gigi tiruan lepasan.
Metode: Tiga puluh empat pemakai gigi tiruan lepasan (GTL, GTLT, dan GTSL) berpartisipasi dalam uji mastikasi dengan permen karet yang dapat berubah warna (Masticatory Performance Evaluating Gum Xylitol®) dengan desain potong lintang. Laju alir saliva dievaluasi dengan gelas ukur, dan ketinggian residual ridge diukur secara klinis menggunakan kaca mulut No.3 yang diberi ukuran mm.
Hasil: Ketinggian residual ridge (p=0,003) dan pengalaman memakai gigi tiruan (p=0,051) berperan terhadap kemampuan mastikasi. Faktor usia (p=1,000), jenis kelamin (p=0,711), laju alir saliva (p=0,400), jenis gigi tiruan (p=0,218), dan jumlah serta lokasi kehilangan gigi (p=0,097) tidak memberikan hubungan yang bermakna.

Background: Masticatory performance is the ability to breakdown food to facilitate digestion, and its role in nutrition is important. Removable dentures are used to rehabilitate loss of teeth, which could jeopardize masticatory performance. There are also various factors that affect masticatory performance.
Objective: To analyze the relationship between various factors and masticatory performance.
Method: Thirty four removable denture wearers (full dentures, single complete dentures, or partial dentures) participated in a cross-sectional study of masticatory performance using color-changeable chewing gum (Masticatory Performance Evaluating Gum Xylitol®). The volume of saliva were evaluated using measuring cups, and residual ridge heights were measured using modified mouth mirror no. 3 with metric measurements.
Result: Residual ridge height (p=0,003) and removable denture-wearing experience (p=0,051) had significant relationship with masticatory performance. Age (p=1,000), gender (p=0,711), saliva (p=0,400), denture types (p=0,218), the number and the location of missing teeth (p=0,097) did not have significant association with masticatory performance.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Ayu Ratih Utari Mayun
"Kepuasan pasien terhadap perawatan gigi tiruan lepasan dipengaruhi oleh banyak faktor. Keberhasilan perawatan gigi tiruan lepasan dapat diukur berdasarkan nilai persepsi pasien terhadap perawatan yang diterimanya dan kualitas hidup dari aspek kesehatan gigi dan mulut OHRQoL.
Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan alat ukur kepuasan pasien menggunakan kuesioner Turker's Patient's Perceptions bahasa Indonesia, dan menganalisis hubungan antara kepuasan pasien dengan OHRQoL pemakai gigi tiruan lepasan. Sebanyak 140 pemakai gigi tiruan lepasan GTL atau GTLT atau GTSL berpartisipasi dalam penelitian potong lintang ini. Dilakukan validasi kuesioner Turker's Pasient's Perceptions. Kemudian wawancara untuk pengisian kuesioner Turker's Pasient's Perceptions bahasa Indonesia yang telah divalidasi dan kuesioner Kualitas Hidup Lansia serta pemeriksaan rongga mulut.
Hasil penelitian didapatkan uji validasi dan reliabilitas menunjukan nilai Cronbach's Alpha 0,743. Terdapat hubungan bermakna antara kepuasan pasien menggunakan kuesioner Turker's Patient's Perceptions bahasa Indonesia dengan OHRQoL p=0,000. Analisis multivariat menunjukan variabel lama pemakaian gigi tiruan lepasan paling mempengaruhi kepuasan pasien dan pengalaman memakai gigi tiruan lepasan paling mempengaruhi OHRQoL.
Kesimpulan penelitian ini diperoleh alat ukur kepuasan pasien yang valid dan reliabel berupa kuesioner Turker's Patient's Perceptions-ID. Terdapat hubungan antara kepuasan pasien dengan OHRQoL. Lama pemakaian gigi tiruan mempengaruhi kepuasan pasien dan pengalaman memakai gigi tiruan mempengaruhi OHRQoL.

Patient's satisfaction with prosthodontic treatment is affected by many factors. Success of removable denture treatment can be measured using an index to evaluate patients'perceptions of their treatment and their oral health related quality of life OHRQoL.
The objectives of this research are to analyze the relationship between patient satisfaction using Turker's Patient's Perceptions questionnaire and the OHRQoL of removable denture wearers. One hundred and forty removable denture wearers complete dentures, single complete dentures and removable partial dentures participated in this cross sectional study. Participants were interviewed using a validated Turker's Patient's Perceptions questionnaire in Indonesia and an OHRQoL questionnaire.
The results are there was a significant relationship between patient's satisfaction and OHRQoL p 0.000. Multivariate analysis showed that the duration of using removable dentures had a significant effect on patient's satisfaction using Turker's Patient's Perceptions questionnaire. The experience of using removable dentures showed a significant effect on OHRQoL.
Conclusion are Turker's Patient's Perceptions ID questionnaire are valid and reliable. There was a relationship between patient's satisfaction and their OHRQoL. The duration of using removable dentures affected patient's satisfaction and the experience of using removable dentures affected OHRQoL.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Daisy Supandi
"Latar belakang: Kehilangan dukungan gigi yang melibatkan dukungan oklusal baik pada satu atau kedua sisi rahang merupakan faktor risiko terjadinya Gangguan Sendi Temporomandibula. Tidak adanya dukungan gigi posterior dapat mengganggu mastikasi dan mempengaruhi asupan serta status nutrisi pasien pra lansia dan lansia. Pembuatan gigi tiruan lepasan diharapkan dapat memperbaiki fungsi mastikasi dan merawat gangguan sendi temporomandibula sehingga asupan dan status nutrisi meningkat. Tujuan: Penelitian ini menganalisis pengaruh pemakaian gigi tiruan, gangguan sendi temporomandibula, asupan serta status nutrisi. Metode: Studi kuasi eksperimen pada 28 partisipan (≥45 tahun) dengan kehilangan gigi posterior indeks Eichner B2 sampai C2 yang diambil menggunakan teknik consecutive sampling, kemudian dibuatkan gigi tiruan di Rumah Sakit Gigi Mulut Universitas Indonesia. Pemeriksaan klinis dilakukan dan digunakan DC/ TMD untuk mendiagnosis gangguan sendi temporomandibula, Semi-quantitative Food Frequency Questionnaire (FFQ) digunakan untuk mengukur asupan nutrisi (Kkal), dan Mini Nutritional Assessment Short Form(MNA-SF) digunakan untuk menilai status nutrisi saat sebelum dan setelah 4, 8, dan 12 minggu pemakaian gigi tiruan.Hasil Penelitian: Terdapat pengaruh pada lama pemakaian gigi tiruan terhadap asupan nutrisi pra lansia dan lansia dengan gangguan sendi temporomandibula. Tidak terdapat perbedaan bermakna pada asupan nutrisi partisipan dengan gangguan sendi temporomandibula dan non gangguan sendi temporomandibula. Uji Repeated ANOVA digunakan untuk mengukur asupan nutrisi seiring dengan lama pemakaian gigi tiruan dan signifikan secara statistik (P<0.05). Terdapat perbedaan bermakna pada status nutrisi antara kelompok gangguan sendi temporomandibula dan non gangguan sendi temporomandibula sebelum pemakaian gigi tiruan. Status nutrisi partisipan signifikan secara statistik pada 4 dan 12 minggu setelah pemakaian gigi tiruan. Kesimpulan: Pemakaian gigi tiruan meningkatkan asupan dan status nutrisi pra lansia dan lansia pasien gangguan sendi temporomandibula.

Background: Missing posterior teeth that resulted in the loss of occlusal support on one or both side of dental arch were found to be risk factors for TMD (Temporomandibular Disorder). Posterior tooth loss can cause disruption of mastication as well as affect nutrition intake and nutritional status of pre-elderly and elderly patients. Denture replacement may improve mastication, as a TMD therapy, and improve nutrition. Objectives: The aim of this study was to analyze the relationship between effect of denture wearing, TMD, nutrition intake, and nutritional status. Methods: Quasi experimental study was conducted on 28 patients (≥45 years old) with missing posterior teeth index Eichner classification B2 until C2 who will be treated with dentures at the Dental Hospital Faculty of Dentistry Universitas Indonesia using a consecutive sampling technique. Oral examination was done. DC/ TMD was used to diagnose Temporomandibular Disorder (TMD), the Semi-quantitative Food Frequency Questionnaire (FFQ) was used to measure nutrition intake (Kcal), and Mini Nutritional Assessment Short Form (MNA-SF) was used to measure nutritional status at baseline and after 4, 8, and 12 weeks of denture wearing. Results: There was significant difference of nutrition intake on TMD groups before and after denture wearing. There is no significant difference between nutrient intake of TMD and non TMDgroups. Repeated ANOVA to measure nutrition intake with period of denture wearing was significant statistically (P<0.05). There was significant difference in nutritional status between TMD and non TMD groups before denture wearing. Nutritional status all subjects was significant statistically at 4 and 12 weeks after denture wearing. Conclusions:Denture wearing improves nutrition intake and nutritional status of pre- elderly and elderly TMD patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriella Nasseri
"Latar Belakang : Kehilangan gigi dapat menyebabkan penurunan fungsi mastikasi, bicara, serta memberikan dampak emosional. Rehabilitasi menggunakan gigi tiruan dikatakan mengalami penurunan mencapai 30 daripada pasien bergigi lengkap. Mastikasi terdiri dari rangkaian proses penghancuran dan pencampuran. Sampai saat ini belum ada metode tunggal yang dapat mengevaluasi kedua aspek secara bersamaan. Kemampuan mastikasi secara objektif dapat diukur dengan beberapa metode, seperti gummy jelly untuk mengukur kemampuan menghancurkan makanan sedangkan color-changeable chewing gum untuk mengukur kemampuan mencampur makanan. Kemampuan mastikasi diduga dipengaruhi faktor usia, jenis kelamin, Indeks Massa Tubuh IMT , indeks Eichner, laju alir saliva, pH saliva, kecepatan mengunyah, dan sensory feedback.
Tujuan : Menganalisis kemampuan mastikasi antara pemakai gigi tiruan sebagian lepasan GTSL dengan subjek bergigi lengkap menggunakan color-changeable chewing gum dan gummy jelly, mengetahui hubungan antara kedua metode, serta faktor yang mempengaruhinya.
Metode : Subjek penelitian 40 pasien bergigi lengkap dan 40 orang pasien pemakai GTSL dilakukan pengukuran kemampuan mastikasi dengan color-changeable chewing gum sebanyak 30, 45, 60 strokes dan gummy jelly sebanyak 10, 20, 30 strokes, dan batas ambang penelanan, serta pemeriksaan faktor yang mempengaruhinya.
Hasil : Kemampuan mastikasi pada pasien bergigi lengkap lebih baik secara signifikan daripada pasien pemakai GTSL p < 0,05 baik menggunakan gummy jelly maupun dengan color-changeable chewing gum. Terdapat hubungan yang kuat antara color-changeable chewing gum 60 strokes dan gummy jelly 30 strokes. Terdapat hubungan negatif antara gummy jelly dengan indeks Eichner pada pasien GTSL p < 0,05.
Kesimpulan : Kemampuan mastikasi pemakai GTSL mengalami penurunan sebesar 20.84 dengan menggunakan gummy jelly dan 11.77 dengan color-changeable chewing gum dibandingkan pasien bergigi lengkap. Kedua bahan ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan mastikasi, namun gummy jelly lebih sesuai untuk subjek dewasa muda dengan kemampuan mastikasi yang baik. Jumlah stroke optimal pada GTSL yaitu 60 strokes menggunakan color-changeable chewing gum dan 30 strokes menggunakan gummy jelly. Indeks Eichner mempunyai hubungan dengan kemampuan mastikasi pada pasien pemakai GTSL dengan menggunakan gummy jelly. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nida Allya Yasmin
"Latar belakang: Kehilangan gigi merupakan salah satu masalah gigi yang umum terjadi di seluruh dunia dan sudah menjadi perhatian dalam bidang kedokteran gigi. Kehilangan gigi yang tidak ditangani akan berdampak kepada kesehatan oral. Oleh karena itu, diperlukan manajemen kehilangan gigi, salah satunya dengan menggunakan gigi tiruan lepasan. Akan tetapi, saat pertama kali gigi tiruan di insersi, pasien mungkin akan mengalami beberapa masalah akibat pemasangan gigi tiruan. Hal ini dapat disebut sebagai masalah pasca insersi gigi tiruan. Jika masalah ini tidak diperbaiki, kepuasan pasien saat menggunakan gigi tiruan akan menurun. Selain itu, fungsi gigi tiruan sebagai alat yang dapat membantu proses mastikasi juga akan terganggu. Penelitian-penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa prevalensi masalah pasca insersi gigi tiruan lepasan cukup tinggi. Tujuan: Mengetahui frekuensi distribusi masalah pasca insersi gigi tiruan lepasan di RSKGM FKG UI. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif potong lintang pada 50 subjek. Data diambil dengan menggunakan borang survei Koul et al dan Mir et al yang telah dimodifikasi yang diisi ketika subjek datang untuk kontrol pertama, kedua, dan/atau ketiga. Selanjutnya, data yang didapatkan diolah untuk dilihat distribusi dan frekuensi dari masing-masing variabel masalah pasca insersi. Hasil Penelitian:  Dari 50 subjek yang didapatkan, 88,0% setidaknya terdapat satu masalah pasca insersi gigi tiruan lepasan. Dari subjek yang terdapat setidaknya satu masalah pasca insersi gigi tiruan lepasan, secara berurutan dari proporsi paling besar ke terkecil adalah masalah lain (misalnya gagging, mual, makan terjebak di gigi tiruan, tidak bisa membuka mulut, terdapat bunyi antara gigi tiruan saat makan atau berbicara, kesulitan makan dan mengunyah) 62%, nyeri atau ketidaknyamanan 56%, masalah retensi dan stabilitas 38 %, masalah fonetik 11%, masalah estetika 4%. Kesimpulan: Proporsi setidaknya ada satu masalah pasca insersi pada pasien dengan perawatan gigi tiruan lepasan cukup tinggi. Masalah ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Oleh karena itu, tingginya masalah pasca insersi dapat menjadi gambaran bagi klinisi untuk dapat lebih memperhatikan dan menanggulangi saat pembuatan gigi tiruan lepasan.

Background: Tooth loss is one of common dental issues worldwide and has been a concern in the field of dentistry. Untreated tooth loss can have an impact on oral health. Therefore, the management of tooth loss is necessary, one of which is using removable dentures. However, when removable dentures are first inserted, patients may experience some problems due to the denture placement. This can be referred to as post-insertion problems of dentures. If these problems are not addressed, patient satisfaction with wearing dentures may decrease. Additionally, the function of dentures as aids in the mastication process may also be disrupted. Previous studies have also indicated a relatively high prevalence of post-insertion problems with removable dentures. Objective: This study aims to determine the frequency and distribution of post-insertion problems with removable dentures. Method: This study is a cross-sectional descriptive study that involved 50 subjects. The data were collected using research forms from Koul et al and Mir et al, which were modified and filled out during the subjects first, second, and/or third follow-up appointments. The collected data were then analyzed to observe the distribution and frequency of each post-insertion problem variable. Results: Out of the 50 subjects, 88.0% experienced at least one post-insertion problem in removable dentures. Among those with at least one post-insertion problem, the proportions, from highest to lowest, were miscellaneous problem (such as gagging, nausea, food getting stuck in dentures, inability to open the mouth, noise between dentures while eating or speaking, difficulty in eating and chewing) 62%, pain or discomfort 56%, retention and stability issues 38%, phonetic problems 11%, and aesthetic problems 4%.Conclusion: The proportion of at least one post-insertion problem in patients with removable dentures is relatively high, potentially influenced by various factors. Therefore, the heightened occurrence of post-insertion problems should serves as a prompt for clinicians to pay closer attention to and proactive intervention during the fabrication of removable dentures."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sheynna Azka Afifah
"Latar belakang: Kehilangan gigi dapat menyebabkan terganggunya kemampuan mastikasi sehingga dapat mempengaruhi kesehatan umum dan kualitas hidup individu. Pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan akrilik yang sesuai dengan klasifikasi kehilangan gigi dapat membantu mengembalikan fungsi gigi yang hilang, sehingga diharapkan mampu meningkatkan kemampuan mastikasi. Namun, tidak semua pengguna gigi tiruan memiliki kemampuan mastikasi yang lebih baik setelah menggunakan gigi tiruan.
Tujuan: Menganalisis pengaruh pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan akrilik berdasarkan klasifikasi Kennedy terhadap kemampuan mastikasi, menganalisis hubungan antar kelas pada klasifikasi Kennedy terhadap kemampuan mastikasi, menganalisis pengaruh faktor sosiodemografi usia,jenis kelamin, tingkat pendidikan terhadap kehilangan gigi dan kemampuan mastikasi.
Metode: Penelitian ini dilakukan dengan desain cross sectional pada 30 pasien RSKGM Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia berusia 20 tahun ke atas yang baru menggunakan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik. Dilakukan pencatatan diri subjek serta wawancara pengisian kuesioner kemampuan mastikasi.
Hasil penelitian: Pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan akrilik pada kehilangan gigi berdasarkan klasifikasi Kennedy diketahui memiliki pengaruh p=0,00 terhadap kemampuan mastikasi. Gigi tiruan sebagian lepasan akrilik kelas 1 dan kelas 2 Kennedy, kelas 2 dan kelas 3 Kennedy, kelas 2 dan kelas 4 Kennedy memiliki pengaruh dengan kemampuan mastikasi. Tidak terdapat pengaruh antara faktor sosiodemografi usia,jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan terhadap kemampuan mastikasi.
Kesimpulan: Terdapat pengaruh pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan akrilik berdasarkan klasifikasi Kennedy terhadap kemampuan mastikasi.

Background: Tooth loss can cause disruption of masticatory ability and may affect patient's general health and quality of life. The use of acrylic removable partial denture based on the classification of tooth loss may restore the oral function, which is expected to increase patient's masticatory ability. However, not all denture wearers have better masticatory ability after using the removable partial denture.
Objectives: To analyze the effect of removable partial denture wearing based on Kennedys classification towards masticatory ability, correlation between each class on Kennedy's classification towards masticatory ability, and the effect of sociodemographic factors age, gender, educational level toward tooth loss and masticatory ability.
Methods: Cross Sectional Study was conducted on 30 patients of RSKGM Faculty of Dentistry University of Indonesia aged 20 years and over who just used removable partial denture. Subjects personal data were obtained, and interview for masticatory ability was conducted.
Results: There was significant difference p 0,00 between removable partial denture wearing on tooth loss based on kennedys classification towards masticatory ability. Kennedy class 1 and 2, class 2 and 3, class 2 and class 4 removable partial denture have significant difference with masticatory ability. There was no significant difference between sociodemographic factors age, gender, educational level, income level toward tooth loss and masticatory ability.
Conclusion: The use of removable partial denture based on Kennedys classification may increase patients masticatory ability.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagus Haryadi
"Latar Belakang: Kasus kehilangan gigi karena pencabutan sering ditemui dan celah yang ditinggalkan karena pencabutan memberikan dampak buruk secara estetika. Sebagai rehabilitasi, digunakan gigi tiruan imediat (GTI) lepasan yang dipasang segera setelah pencabutan. Namun belum diketahui apakah penggunaan GTI lepasan mempengaruhi resorpsi residual ridge (RRR).
Tujuan: Menganalisis pengaruh pemasangan gigi tiruan imediat terhadap RRR pasca pencabutan.
Metode: Pada 3 ekor Macaca fascicularis, dilakukan pencabutan gigi premolar 1 dan molar 1 kiri dan kanan. Segera setelah pencabutan, dipasang GTI lepasan pada sisi kiri rahang Macaca fascicularis. Pengukuran posisi residual ridge dari sisi rahang Macaca fascicularis yang dipasang GTI lepasan dan yang tidak dipasang GTI lepasan menggunakan radiograf dental pada sesaat setelah pencabutan (0 bulan) dan 2 bulan pasca pencabutan. Selisihnya diukur sebagai RRR.
Hasil: Ditemukan perbedaan posisi residual ridge (p<0,05) antara yang diukur pada 0 dan 2 bulan paska pencabutan pada sisi rahang yang dipasang GTI lepasan dan yang tidak dipasang GTI lepasan. Namun tidak ditemukan perbedaan RRR (p>0,05) antara sisi rahang yang dipasang GTI lepasan dengan sisi rahang yang tidak dipasang GTI lepasan.

Introduction: Extraction caused tooth loss cases was often found in daily practice and gap left after extraction causes a bad effect on tooth esthetic. As a rehabilitation, a removable immediate denture (RID) was used immediately after extraction. But it was still not know if using RID does have an effect to residual ridge resorption.
Purpose: To analyze the effect of using RID on residual ridge resorption after extraction.
Method:The first premolars and first molars on both left and right side of 3 Macaca fascicularis were extracted. Soon after the extraction RID was placed on the left side of the arch of Macaca fascicularis. Residual ridge position was measured using the dental radiograph for bothside where ID was worn and where RID was not worn immediately after the extraction (0 month) and at 2 months after the extraction. Residual ridge position difference between 0 and 2 months after extraction was measured as the residual ridge resorption.
Result: Significant difference (p<0,05) residual ridge position was observed between measurement done 0 month and 2 months after extraction, for both the side where RID was worn and side where RID was not worn. But no significant difference (p>0,05) was reported for residual ridge resorption measured between the side where RID was worn and side where RID was not worn.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Clarissa Fadhilah Hermawan
"Latar belakang : Kehilangan gigi merupakan salah satu keadaan yang sering ditemukan pada kesehatan gigi dan mulut. Meskipun memiliki efek yang signifikan terhadap kesehatan secara menyeluruh, masih banyak masyarakat yang tidak mengatasi permasalahan kehilangan gigi dengan gigi tiruan. Contoh faktor yang menimbulkan kurangnya perawatan gigi tiruan, yaitu persepsi masyarakat terhadap perawatan gigi tiruan dan alasan finansial. Persepsi individu terhadap pemilihan rencana perawatan gigi merupakan keputusan yang sangat penting berdasarkan pengetahuan, kesadaran, dan motivasi. Persepsi dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, finansial, dan faktor sosiodemografis. Keadaan finansial merupakan salah satu faktor utama di negara berkembang untuk mencari perawatan. Hal ini dikarenakan biaya perawatan gigi tiruan yang cukup mahal sehingga banyak yang memilih perawatan gigi tiruan lepasan dikarenakan biayanya relative murah dibandingkan dengan perawatan gigi tiruan lainnya. Faktor finansial berhubungan erat dengan kesediaan untuk membayar perawatan (willingness to pay/WTP). Tujuan : Mengetahui hubungan persepsi masyarakat dengan kesediaan membayar perawatan gigi tiruan lepasan. Selain itu, dilakukan juga analisis deskriptif keadaan sosiodemografis dan keadaan ekonomi masyarakat. Metode : Penelitian ini dilakukan dengan desain potong lintang pada 274 orang yang berusia 18 tahun ke atas yang mengalami kehilangan gigi (bukan karena pencabutan molar 3 ataupun alasan perawatan ortodonti). Kuesioner yang digunakan adalah persepsi masyarakat terhadap perawatan gigi tiruan dan untuk menentukan kesediaan membayar, menggunakan pertanyaan hipotetika, discrete choice, dan open-ended question. Analisis statistik yang digunakan adalah Uji Chi-Square, Uji Kruskal Wallis, dan Uji Mann Whitney. Hasil Penelitan : Karakteristik demografis pada responden penelitian yang kehilangan gigi adalah perempuan (63,1%), berusia 35-54 tahun (42,7%), berpendidikan terakhir di perguruan tinggi (83,2%), dan memiliki jarak terdekat ke fasilitas kesehatan gigi terdekat dengan jarak 1-5 km (56,6%). Berdasarkan uji Chi-Square, tidak terdapat hubungan persepsi masyarakat dengan keputusan pemakaian gigi tiruan (domain tujuan (p=0,331), domain manfaat (p=0,579), dan domain prosedur (p=0,654), terdapat hubungan pendapatan dengan kesediaan membayar (p=0,014), terdapat hubungan pendidikan dengan kesediaan membayar (p=0,002), dan terdapat hubungan kesediaan membayar dengan keputusan pemakaian gigi tiruan (p=0,000). Kesimpulan : Terdapat hubungan kesediaan membayar dengan perawatan gigi tiruan namun tidak terdapat hubungan persepsi masyarakat dengan perawatan gigi tiruan.

Background: Tooth loss is a condition that is often found in dental and oral health. Even though it has a significant effect on overall health, there are still many people who do not overcome the problem of tooth loss with dentures. Examples of factors that lead to a lack of use of dentures are people's perceptions of denture treatment and financial reasons. Individual perception of the choice of treatment plan is a very important decision based on knowledge, awareness, and motivation. Perceptions can be influenced by educational level, financial, and sociodemographic factors. Financial situation is one of the main factors in developing countries to seek treatment. This is because the cost of denture treatment is quite expensive. This is because the cost of denture care is quite expensive, so many choose removable denture treatment because the cost is relatively cheap compared to other denture treatments. The financial factor is closely related to the willingness to pay for treatment (willingness to pay/WTP). Objective: To study the relationship between public perception and willingness to pay (WTP) for removable denture treatment. In addition, an analysis of the sociodemographic and economic conditions of the community was also carried out. Methods : This study was conducted with a cross-sectional design on 274 people aged 18 years and over and had missing teeth (not due to third molar extraction or reasons for orthodontic treatment). The questionnaire used is public perception of denture treatment and to determine willingness to pay, using hypothetical questions, discrete choice, and open-ended questions. The statistical analysis used was the Chi-Square Test, the Kruskal Wallis Test, and the Mann Whitney Test. Result: Demographic characteristics of the research respondents who lost their teeth were women (63.1%), aged 35-54 years (42.7%), graduated from university (83.2%), and had the closest distance to the nearest dental health facility with a distance of 1-5 km (56.6%). Based on the Chi-Square test, there is no relationship between public perception and the decision to use dentures (objective domain (p=0.331), benefits domain (p=0.579), and procedure domain (p=0.654), there is a relationship between income and willingness to pay (p =0.014), there is a relationship between education and willingness to pay (p=0.002), and there is a relationship between willingness to pay and the decision to use dentures (p=0.000). Conclusion: There is a relationship between willingness to pay and removable denture treatment but there is no relationship between public perception and denture treatment."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>