Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 172218 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dinda Noviandini
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian mengenai perilaku sosial dan reproduksi bekantan Nasalis larvatus (van Wurmb, 1787) di Taman Safari Bogor. Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi interaksi sosial antara bekantan jantan dengan betina dan antarindividu bekantan betina, serta mengevaluasi perilaku reproduksi pada jantan dan betina. Metode pengamatan yang digunakan yaitu scan sampling dan ad libitum sampling dengan interval waktu 15 (lima belas) menit tanpa jeda. Waktu pengamatan dalam satu hari yaitu selama 6 jam dan dilaksanakan selama empat pekan pada bulan November 2019. Subjek yang diamati dalam penelitian yaitu satu individu bekantan jantan dewasa berusia 20 tahun (J) dan dua individu bekantan betina dewasa berusia 14 tahun (B1) dan 11 tahun (B2) yang ditempatkan bersama di dalam kandang kaca. Perilaku sosial yang terjadi di antara individu bekantan menunjukkan tingginya perilaku afiliatif (rerata 99,28%) dan rendahnya perilaku agresi (rerata 0,72%). Perilaku reproduksi dilakukan oleh kedua pasangan bekantan jantan dan betina dengan total perilaku reproduksi antara J dengan B1 lebih tinggi (37 interaksi) dibanding antara J dengan B2 (5 interaksi). Berdasarkan uji t yang dilakukan dengan nilai α = 0,05, total perilaku reproduksi kedua pasangan berbeda secara signifikan dengan nilai P < 0,05. Kedua pasangan bekantan memiliki total tiga individu anak sehingga pengamatan terhadap perilaku pengasuhan dan interaksi antarindividu anak bekantan juga dilakukan secara ad libitum. Kedua individu betina melakukan perilaku pengasuhan menggendong, menyusui, social grooming, kontak tubuh, bermain, dan allomothering. Peran induk jantan dalam pengasuhan yaitu membangun kedekatan dengan kedua induk betina dan melakukan perilaku melindungi anggota kelompok. Interaksi yang dilakukan antarindividu anak bekantan yaitu kontak tubuh, bermain, dan social grooming.

ABSTRACT
The research on social and reproductive behaviours of proboscis monkey Nasalis larvatus (van Wurmb, 1787) at Taman Safari Bogor has been done. The purposes of the research are to evaluate social interactions between male and female proboscis monkeys, and between the females, and to evaluate reproductive behaviours in males and females. Observation methods used were scan sampling and ad libitum sampling with fifteen minutes intervals without pause. The observation time was 6 hours per day and was done for four weeks in November 2019. Subjects observed in the study were one adult male aged 20 years (J) and two adult females aged 14 years (B1) and 11 years (B2) in a glass cage. Social behaviours indicates high affiliative behaviours (average 99,28%) and low aggressive behaviours (average 0,72%). Reproductive behaviours carried out by both pairs and the higher number of reproductive behaviours happened between J and B1 (37 interactions) than J and B2 (5 interactions). Based on the t-test, the number of reproductive behaviours of the pairs significantly different with the value of P < 0,05. Both pairs of proboscis monkeys have total three children, so observations of parenting behaviours (parental care) and interactions between the child also carried out with ad libitum method. Both adult females carried out parenting behaviours consist of carrying, breastfeeding, social grooming, body contact, social playing, and allomothering. The male established closeness with both females and performed protective behaviours for the group members as his contribution to parenting behaviours. The interactions carried out between the children were body contact, social playing, and social grooming."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifa Deya Hasna
"

Telah dilakukan penelitian mengenai perilaku pengasuhan induk betina dan jantan terhadap anak bekantan (Nasalis larvatus) di Taman Safari Bogor, Jawa Barat. Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi kemunculan perilaku pengasuhan oleh induk betina dan jantan bekantan (Nasalis larvatus) terhadap anak di kawasan konservasi ex situ Taman Safari Bogor. Subjek pengamatan yang diamati berjumlah tiga individu bekantan yaitu, B1, B2, dan J1 yang memiliki anak berumur 8 bulan dan 20 bulan masing-masingnya. Pengamatan perilaku pengasuhan menggunakan focal animal sampling dan ad libitum dengan interval waktu 10 menit tanpa jeda. Pengamatan dilakukan selama satu bulan dengan pengulangan sebanyak 10 kali untuk masing-masing individu. Hasil penelitian yang didapatkan data yang setara dengan 11.100 menit waktu pengamatan di Pusat Primata. Perilaku pengasuhan didominasi oleh induk betina bekantan B1 73,4%. Perilaku pengasuhan induk betina bekantan B1 didominasi oleh aktivitas menggendong yaitu sebesar 47,1%, sedangkan induk betina bekantan B2 dan induk jantan J1 didominasi oleh aktivitas kontak tubuh dengan masing-masing 43,3% dan 41,2%. Hal tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan usia bekantan anak yang lebih besar pada bekantan anak A2 dibandingkan A1. Keterbatasan ukuran kandang yang terdapat di Pusat Primata juga dapat mempengaruhi aktivitas kontak tubuh yang terjadi pada induk jantan.


Research has been conducted about the parenting behavior of female and male proboscis monkey (Nasalis larvatus) parents toward child in Taman Safari Bogor, West Java. The study aims to evaluate the emergence of parenting behavior of female and male proboscis monkey (Nasalis larvatus) parents to their child in Taman Safari Bogor as an ex situ conservation. Subjects observed were three individuals, B1, B2, and J1 which had children aged 8 month dan 20 month old. Observation of parenting behavior is using focal animal sampling and ad libitum method at interval 10 minutes without a break. Observations were carried out for one month with repetition 10 times for each individual. The results of the study obtained is equivalent to 11,100 minutes of observation time at the Primate Center. Parenting behavior is dominated by female parent B1 73.4%. Parenting behavior of female parent B1 is dominated by cradling activities as much as 47.1%, whereas female parent B2 and male parent J1 are dominated by body contact activities with 43.3% and 41.2%. This is due to the greater age difference in child proboscis monkey in A2 compared to A1. Limitation of the cage size located in Primate Center area can affect the body contact that occurs in the male parent.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Nabilah
"Telah dilakukan penelitian terhadap perilaku sosial dan reproduksi bekantan Nasalis larvatus Wurmb, 1781 di Taman Margasatwa Ragunan. Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi interaksi sosial bekantan jantan dengan bekantan betina dalam kelompok, mengevaluasi interaksi sosial apa saja yang terjadi antarbekantan betina, serta mengevaluasi perilaku reproduksi pada bekantan jantan dan betina. Metode yang digunakan yaitu scan sampling dan ad libitum dengan interval waktu 5 lima menit tanpa jeda. Waktu pengamatan dalam satu hari yaitu selama 6 jam 30 menit dan dilaksanakan pada bulan Februari-April 2017. Subjek pengamatan yaitu satu kelompok bekantan yang terdiri dari satu jantan J dan dua betina B1 dan B2 . Interaksi sosial yang terjadi menunjukkan rendahnya perilaku agresi dan tingginya perilaku afiliatif. Perilaku reproduksi antara J dengan B2 ditemukan lebih tinggi dibanding antara J dengan B1.
Berdasarkan uji t yang dilakukan pada ? =0,05, frekuensi perilaku reproduksi antara kedua pasangan berbeda secara signifikan dengan nilai P = 0,18. Frekuensi vokalisasi tertinggi dilakukan oleh J yang didominasi oleh vokalisasi bernada rendah, sedangkan vokalisasi yang dilakukan betina cenderung bernada tinggi. Perilaku branch shake dan threat yang ditujukan untuk objek selain bekantan lebih sering dilakukan oleh jantan daripada betina. Selama pengamatan subjek jarang terlihat memanfaatkan kolam dan ditemukan pula beberapa perilaku yang diduga stereotipe.

The research about social and reproductive behaviour of proboscis monkey Nasalis larvatus Wurmb, 1781 in Taman Margasatwa Ragunan has been done. The purposes of the research are to evaluate the social interactions between male and females in the group, to evaluate kind of interactions that happened between the females, and to evaluate the reproduction behaviours between male and females. The methods that are used are scan sampling and ad libitum with 5 five minutes interval without pause. The time of observation in one day is 6 hours and 30 minutes long and was done on February April 2017. The subject of the research is one group of proboscis monkey consists of one male J and two females B1 and B2. The social interactions that happened shows aggression behaviours are lower than affiliative behaviours. The reproduction behaviours between J and B2 are found higher than in J and B1.
Based on the t test that has been done in 0,05, the frequencies of the reproduction behaviours in these two couples is significantly different with P value 0,18. The highest frequency of vocalization is done by J with low tone vocalization domination, while the vocalization by females tend to be in high tone. The branch shake and threat behaviours that are shown to other objects besides proboscis monkey are more frequently done by male rather than female. During observation, subjects are rarely seen to use the pond and some behaviours that expected as stereotype are found.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S69629
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firliani Nabila Aulia Montie
"Konservasi lutung jawa (Trachypithecus auratus) yang merupakan primata endemik Indonesia berstatus vulnerable dilakukan di Gembira Loka Zoo. Pengamatan interaksi sosial dan reproduksi dapat menjadi faktor pendukung dari keberhasilan rehabilitasi di penangkaran. Telah dilakukan penelitian mengenai interaksi sosial dan reproduksi lutung jawa (Trachypithecus auratus E. Geoffroy, 1812) jantan dan betina di Gembira Loka Zoo, Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis interaksi sosial dan reproduksi 2 kelompok lutung jawa jantan dan betina pada 2 kandang yang berbeda. Pengamatan dilakukan pada 4 pasangan, yang terdiri dari P1 (jantan A dan betina 1A), P2 (jantan A dan betina 2A), P3 (jantan 1B dan betina B), serta P4 (jantan 2B dan betina B). Metode yang digunakan yaitu metode scan sampling dan ad libitum dengan interval 10 menit. Berdasarkan hasil penelitian, interaksi sosial yang teramati adalah body contact, proximity, allogrooming, non-contact aggression, dan contact aggression. Interaksi sosial didominasi oleh interaksi sosial affiliative dibandingkan agonistik. Frekuensi interaksi sosial affiliative tertinggi teramati pada P3 (30,44%) dan interaksi sosial agonistik tertinggi teramati pada P1 (1,29%). Sementara itu, interaksi reproduksi yang teramati adalah atraktivitas, proseptivitas, dan reseptivitas, dengan frekuensi atraktivitas dan proseptivitas tertinggi teramati pada P3 (70,11%), sedangkan frekuensi reseptivitas tertinggi pada P2 (3,45%). Hasil uji Kruskal-Wallis menunjukkan adanya perbedaan signifikan (Asymp. Sig < 0,05) pada perilaku proximity, allogrooming, atraktivitas dan proseptivitas, serta menunjukkan tidak adanya perbedaan signifikan (Asymp. Sig > 0,05) pada perilaku body contact, non contact aggression, contact aggression dan reseptivitas. Selama pengamatan, teramati adanya interaksi sosial dan reproduksi lutung jawa antarkandang yang berbeda.

Conservation of  Javan lutung (Trachypithecus auratus), an endemic primate of Indonesia classified as vulnerable, is conducted at Gembira Loka Zoo. Observations of social interactions and reproductive can be supportive factors for the success of rehabilitation in captivity. Research has been conducted on the social interactions and reproduction of male and female Javan langur (Trachypithecus auratus E. Geoffroy, 1812) at Gembira Loka Zoo, Yogyakarta. This study aims to analyze the social interactions and reproductive of two groups of male and female Javan langurs in two different enclosures. Observations were made on four pairs, consisting of P1 (male A and female 1A), P2 (male A and female 2A), P3 (male 1B and female B), and P4 (male 2B and female B). The methods used were scan sampling and ad libitum with a 10-minute interval. Based on the results of the study, observed social interactions included body contact, proximity, allogrooming, non-contact aggression, and contact aggression. Social interactions were dominated by affiliative social interactions compared to agonistic ones. The highest frequency of affiliative social interactions was observed in P3 (30.44%), while the highest frequency of agonistic social interactions was observed in P1 (1.29%). Meanwhile, observed reproductive interactions included attractivity, proceptivity, and receptivity, with the highest frequency of receptivity was observed in P2 (3.45%). Kruskal-Wallis test results showed significant differences (Asymp. Sig < 0.05) in proximity behavior, allogrooming, attractiveness, and proceptivity, while showing no significant differences (Asymp. Sig > 0.05) in body contact, non-contact aggression, contact aggression, and receptivity behaviors. During the observation, social and reproductive interactions between different enclosures of Javan langurs were observed."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Rahayu Budiarti
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S31549
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syahira Farid
"Telah dilakukan penelitian interaksi reproduksi orangutan sumatra jantan terhadap betina pasangannya dalam exhibit di Taman Safari Bogor, Jawa Barat. Metode yang digunakan yaitu focal animal sampling dan ad libitum sampling. Pengamatan dilakukan selama 24 hari dengan total waktu 7.920 menit, dilakukan selama enam hari dalam sepekan. Pengamatan perilaku dimulai pada pukul 09.30--16.00 WIB. Aktivitas interaksi yang diamati berupa perilaku sosial yang bersifat afiliatif dan agonistik, serta perilaku reproduksi meliputi atraktivitas, proseptivitas, dan reseptivitas. Subjek pengamatan yaitu dua individu orangutan sumatra yang berada di dua kawasan berbeda. Kawasan pertama terdapat individu jantan (J1) bersama betina pasangannya dan orangutan anak di Baby Zoo, kawasan kedua terdapat individu jantan (J2) bersama dua betina bunting di Primata Center. Hasil menunjukan proporsi yang berbeda pada perilaku sosial dan perilaku reproduksi pada kedua subjek yang diamati. Pola perilaku sosial pada J1 menunjukan social afiliatif (grooming) menjadi aktivitas tertinggi (40%) sedangkan J2 social afiliatif (approaching) menjadi aktivitas tertinggi (33%). Selama periode pengamatan, perilaku agonistik tidak ditemukan. Individu J1 dan J2 memiliki perilaku reproduksi terbesar adalah atraktivitas, dengan J1 atraktivitas (3%) lebih rendah dibandingkan J2 (14%). Perilaku sosial afiliatif pada individu J1 lebih besar dibanding J2 karena aktivitas grooming yang juga dilakukan kepada anak. Interaksi reproduksi pada J2 lebih besar dibanding J1, karena individu J2 ditempatkan dalam exhibit bersama dua betina pasangannya. Oleh karena itu, interaksi sosial yang dilakukan lebih intensif."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafika Wahyuni
"Telah dilakukan penelitian mengenai respons orangutan (Pongo abelii) betina bunting dan betina dengan anak terhadap jantan berdasarkan perilaku reproduksinya di Taman Safari Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi respons orangutan betina bunting dan betina yang memiliki anak terhadap jantan, serta mengetahui perilaku harian pada orangutan betina bunting dan betina dengan anak di kawasan konservasi ex-situ Taman Safari Bogor. Penelitian dilakukan pada dua orangutan sumatra (Pongo abelii) betina matang kelamin, yaitu B1 memiliki anak berumur 4 tahun dan B2 sedang bunting 6 bulan. Pengamatan perilaku harian menggunakan focal instantaneous sampling dengan time point 5 menit dan pengamatan perilaku reproduksi menggunakan metode adlibitum. Hasil menunjukkan perbedaan proporsi perilaku harian. Perilaku harian menunjukkan perbedaan proporsi (P=0,000). Perilaku makan merupakan proporsi tertinggi pada kedua betina. B1 memiliki proporsi makan, bergerak dan sosial yang lebih tinggi, sedangkan B2 memiliki proporsi istirahat yang lebih tinggi. Respons kedua betina terhadap jantan terlihat melalui perilaku atraktivitas, proseptivitas dan resptivitas dengan proporsi yang berbeda (P=0,000). Kedua betina menunjukkan proporsi reseptivitas tertinggi pada perilaku reproduksi, tetapi berdasarkan durasi, reseptivitas B1 lebih rendah dibandingkan B2. Respon B1 terhadap jantan memiliki proporsi yang rendah karena adanya intervensi oleh anaknya. Orangutan B2 teramati menunjukkan perilaku sangat proaktif terhadap jantan dan tidak ada gangguan dari keberadaan betina lain di dalam kandang yang sama.
A study of responses of pregnant and female with the child to males in Sumatran orangutan (Pongo abelii) based on reproductive behavior has been conducted in Taman Safari Bogor, West Java. The aim is evaluating responses of pregnant and the female with a child to males, as well as find out their daily activities under the ex-situ area in Taman Safari Bogor. The subjects are female with a child (4-years old) (B1) and pregnant female (6-months) (B2). The daily activities were observed every 5 minutes by focal instantaneous sampling, whereas reproductive behavior by ad libitum for 5.5 hours a day from October to November 2019. The observation got 8.580 minutes of daily activities and 4.290 minutes of reproductive behavior. The result presented different proportions of the daily activities of both females. Feeding is the highest proportion of their daily activities. The pregnant female (B2) had a higher resting proportion, whereas females with child (B1) had higher proportions of feeding; moving; also socializing. Reproductive behavior presented a different proportion too (P=0,000). Female B1 and B2 have the highest receptivity in reproduction activities, yet based on the duration, B1 receptivity lower than B2. Respons B1 to males was interference by the child. Female B2 has the most proceptivity and not disruption by another female in the same cage."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachel Bianca Takarianto
"Telah dilakukan penelitian mengenai perilaku harian siamang Symphalangus syndactylus (Raffles, 1821) jantan di Primate Center, Taman Safari Indonesia Bogor, Jawa Barat. Perilaku harian juga dilakukan individu jantan untuk melakukan perannya sebagai pemimpin dalam keluarga. Penelitian bertujuan untuk menganalisis perilaku harian siamang jantan. Subjek yang diteliti pada penelitian adalah dua individu siamang jantan. Individu siamang jantan 1 (J1) adalah individu yang pernah mengalami pemisahan dengan individu siamang betina pasangannya, sedangkan individu siamang jantan 2 (J2) adalah individu yang mengalami pemasangan dengan individu siamang betina baru. Penelitian dilakukan selama 6 minggu dari bulan Maret hingga April 2023 selama 5 hari dalam satu minggu. Penelitian dilakukan bergantian setiap minggu dengan 15 kali pengulangan untuk masing-masing individu. Metode penelitian yang digunakan adalah focal animal sampling dan ad libitum dengan interval waktu 10 menit tanpa jeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh kategori perilaku harian dapat teramati pada kedua individu siamang jantan. Perilaku resting merupakan perilaku harian yang mendominasi pada kedua individu siamang jantan. Berdasarkan uji Mann-Whitney pada α = 0,05 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan secara signifikan antara kedua individu siamang jantan pada hampir seluruh perilaku harian, kecuali vocalization, social female, serta social human. Terdapat perbedaan pada hampir seluruh perilaku harian kedua individu siamang jantan akibat adanya keberadaan individu betina pasangannya, kecuali perilaku social human. Pelaksanaan aspek kesejahteraan pada siamang dapat dikatakan sudah terpenuhi dengan baik terlihat dari pelaksanaan prinsip Five Freedoms of Animal Welfare yang telah dilakukan.

Research has been conducted on the daily behavior of male siamang Symphalangus syndactylus (Raffles, 1821) at Primate Center, Taman Safari Indonesia Bogor, West Java. Daily behavior is also carried out by male individuals to perform their role as leaders in the family.  This study aims to analyze the daily behavior of male siamang. The subjects studied were two individuals of male siamang. The first individual (J1) is an individual who has experienced separation with his partner, while the second individual (J2) is an individual who pairing with new partner. This study was conducted for 6 weeks from March to April 2023 for 5 days a week. This study alternately each week with 15 repetitions for each individual. The research methods used were focal animal sampling and ad libitum with 10 minutes intervals without pause. The results showed that all categories of daily behavior could be observed in both male siamang. Resting behavior is the dominating daily behavior in both male siamang. Based on the Mann-Whitney test at α = 0.05 showed that there are significant differences between the two individuals of male siamang in almost all daily behaviors, except vocalization, social female, and social human. There are differences in almost all daily behaviors of the two male siamang due to the presence of female individuals, except for social human behavior. The implementation of welfare aspects in siamang has been fulfilled properly can be seen from the implementation of the Five Freedoms of Animal Welfare principle that has been carried out."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Nurfitriana
"Pulau Jawa merupakan habitat bagi 6 spesies primata. Lutung budeng (Trachypithecus auratus) merupakan salah satu primata endemik pulau Jawa yang memiliki ukuran tubuh sekitar 517 mm dengan panjang ekor rata-rata 742 mm. Persebaran lutung budeng di Jawa Barat tercatat di 12 lokasi, termasuk Taman Nasional Gunung Ciremai dan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Namun, studi mengenai populasi lutung budeng di kedua taman nasional tersebut masih kurang. Berdasarkan hal tersebut, maka dirumuskan penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui ukuran populasi, kepadatan populasi, dan laju perjumpaan lutung budeng di kedua kawasan taman nasional tersebut. Ukuran populasi lutung budeng yang teramati tidak memiliki perbedaan jumlah individu di dalam kelompoknya. Kepadatan populasi lutung budeng tertinggi berada di Gunung Putri, sedangkan yang terendah di Cilengkrang. Laju perjumpaan lutung budeng tertinggi terdapat di Palasari dan terendah di Cilengkrang. Kehadiran lutung budeng dipengaruhi oleh tingginya persentase tutupan kanopi dan tingkat aktivitas manusia di jalur pengamatan. Selain itu, faktor cuaca, jarak pandang pengamat, dan kemampuan pengamat dalam mendeteksi keberadaan lutung budeng juga memengaruhi data yang dihasilkan.

Java Island is a habitat for 6 primate species. Ebony leaf monkey (Trachypithecus auratus) is one of the endemic primates in Java, which has a body size of about 517 mm with an average tail length of 742 mm. Distribution of ebony leaf monkey in West Java is recorded in 12 locations, including Mount Ciremai National Park and Mount Gede Pangrango National Park. However, there is a lack of studies of ebony leaf monkey population in those two national parks. Based on this, this study was formulated with the aim of knowing the population size, population density, and the encounter rates of ebony leaf monkey in those two national park areas. The observed population size of ebony leaf monkey did not differ in the number of individuals in the group. The highest population density of ebony leaf monkey is in the Gunung Putri, while the lowest is in the Cilengkrang. The highest rate of encounter with the lutung budeng was on the Palasari and the lowest was on the Cilengkrang. The presence of the ebony leaf monkey is influenced by the high percentage of canopy cover and the level of human activity in the observation path. In addition, weather factors, observer visibility, and observer ability to detect the presence of ebony leaf monkey also affect the resulting data."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pebriansyah
"Penelitian ini membahas tentang faktor yang mempengaruhi generasi muda untuk memberikan dukungan sosial yang dibutuhkan lansia. Penelitian ini menjelaskan pengaruh sikap, norma subjektif, perceived behavioral control dan interaksi terhadap perilaku memberikan dukungan sosial. Menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik survei terhadap 100 responden dan menggunakan teknik Cluster Random Sampling.
Hasil penelitian menemukan bahwa dukungan sosial generasi muda rendah, namun pada generasi muda usia kerja dukungan sosial tinggi dibandingkan generasi muda usia sekolah. Selain itu sikap menjadi faktor yang paling berpengaruh terhadap perilaku memberikan dukungan sosial. Saran berupa perlu adanya perubahan paradigma berpikir pemerintah dan masyarakat bahwa lansia bukan beban tapi mereka punya peran dalam masyarakat.

This study discusses the factors that influence young people to provide needed social support elderly. This study describes the influence of attitude, subjective norm, perceived behavioral control and interaction on the behavior of social support. Using a quantitative approach by conducting a survey of 100 respondents and also using cluster random sampling technique.
The study found that low social support younger generation, but the younger generation of working-age high social support, compared to young people of school age. Besides the attitude to be the most influential factor on the behavior of social support. Advice needs to be a paradigm shift in thinking the government and the society that elderly not an expense but they have a role in society.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S46969
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>