Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 182563 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ridha Amalia Idhar
"Concrete as the most widely used material in the construction industry has deficiency when exposed to tensile strength. Therefore, reinforcing steel is added in concrete to overcome these deficiencies. Suitable material is steel because it has a good bond with concrete. As a result, the need for reinforcing steel increased. Therefore, the quality and quality of steel reinforcement must be controlled. Tensile test is one of the proper mechanical tests to find out the characteristics and reinforcing steel quality. However, the results of the tensile test might change due to influence variables such as turning. This study evaluates the effect of turning on the results of the tensile test. To achieve the research objectives, tensile tests are carried out on a series type and diameter of steel, namely Plain Reinforcement Steel (BjTP) and Fin Reinforcement Steel (BJTS). Tensile testing is carried out on the displacement model which is controlled for describe the stress and strain curves in full. Based on the results of the study, lathe affects the results of the tensile test because change the value of mechanical properties such as melting stress, ultimate stress, elongation, voltage, and strain. Not only changes the value of mechanical properties, but also affect the shape of the stress and strain curves. Turning very affect the results of the tensile test on all types of reinforcing steel used on this research except for BJTD Ø13. Even so, the results of this research are notcan be generalized because almost all tensile test results differ from one type with another type. In addition, all reinforcing steel fails at different locations with two types of faults, namely cup-and-cone and shear-and-brittle faults.

Beton sebagai bahan yang paling banyak digunakan dalam industri konstruksi memiliki kekurangan ketika terkena kekuatan tarik. Oleh karena itu, baja tulangan ditambahkan dalam beton untuk mengatasi kekurangan ini. Bahan yang cocok adalah baja karena memiliki ikatan yang baik dengan beton. Akibatnya, kebutuhan untuk baja tulangan meningkat. Karena itu, kualitas dan kualitas tulangan baja harus dikontrol. Tes tarik adalah salah satu tes mekanis yang tepat untuk mengetahui karakteristik dan kualitas baja tulangan. Namun, hasil uji tarik mungkin berubah karena pengaruh variabel seperti berputar. Studi ini mengevaluasi efek balik pada hasil uji tarik. Untuk mencapai tujuan penelitian, uji tarik dilakukan pada serangkaian jenis dan diameter baja, yaitu Baja Reinforcement Steel (BjTP) dan Baja Reinforcement Fin (BJTS). Pengujian tarik dilakukan pada model perpindahan yang dikontrol untuk menggambarkan tegangan dan kurva regangan secara penuh. Berdasarkan hasil penelitian, bubut mempengaruhi hasil uji tarik karena mengubah nilai sifat mekanik seperti tegangan leleh, tegangan pekat, perpanjangan, tegangan, dan tegangan. Tidak hanya mengubah nilai sifat mekanik, tetapi juga mempengaruhi bentuk tegangan dan regangan kurva. Belok sangat mempengaruhi hasil uji tarik pada semua jenis baja tulangan yang digunakan pada penelitian ini kecuali untuk BJTD Ø13. Meski begitu, hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasi karena hampir semua hasil uji tarik berbeda dari satu jenis dengan jenis lainnya. Selain itu, semua baja tulangan gagal pada lokasi yang berbeda dengan dua jenis patahan, yaitu patahan cup-and-cone dan patahan shear-and-rapuh."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bimasena Heribowo
"ABSTRAK
Penelitian ini difokuskan untuk mempelajari sifat-sifat kuat ikat pada baja polos yang tertanam dalam beton ringan dengan agregat ringan polypropylene sebagai pengganti agregat kasar. Ada dua desain campuran digunakan yang mengikuti ACI 211.2.98 dengan perbedaan pada diameter agregat ringan yang digunakan. Satu mix design akan menggunakan 100% aggregate dengan diameter 25mm dan yang lainnya menggunakan campuran 70% 25mm dan 30% 20mm diameter agregat dengan keduanya menggunakan tambahan aditif superplasticizer sebanyak 0,4%. Metode pengujian mengikuti methode RILEM untuk pull-out test dengan menggunakan frame buatan sendiri untuk 12 sampel dari masing-masing campuran dengan diameter baja yang berbeda yaitu 10,12, dan 16 mm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel dengan nilai kuat tekan yang lebih tinggi menunjukkan nilai kekuatan ikat yang lebih tinggi dengan kenaikan yang tidak linear.

ABSTRACT
This research focused on studying bond properties of plain steel embedded in lightweight concrete with polypropylene lightweight aggregate as the substitute for coarse aggregate. Two mix design are used, one used 100% 25mm diameter aggregate and the other is used 70% 25mm and 30% 20mm diameter aggregate with using additional superplasticizer additive of 0,4%. Testing method is following RILEM for pull out test with self-made frame for 12 sample of each mixture with different steel diameter of 10,12, and 16 mm. The result shows that the sample with higher compressive strength is showing higher bond strength with nonlinear increase."
2017
S66572
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldo Nehemia Holison
"Reaksi interface antara baja tulangan dan matrik geopolymer selama masa perendaman konkrit dengan dua jenis larutan yang berbeda selama beberapa hari telah dilakukan dalam pengujian ini Tujuannya adalah untuk mengetahui reaksi interface yang terjadi antara dua komponen konkrit yang diakibatkan oleh penetrasi larutan yang digunakan ke dalam konkrit Analisa mikrostruktural dilakukan dengan menggunakan SEM untuk mengobservasi topografi permukaan dari baja tulangan yang diuji Analisa dengan menggunakan EDS juga telah dilakukan untuk mengungkap elemen elemen kimia yang terdapat pada specimen setelah proses perendaman dilakukan.

The aim of this research is to study the interface reaction of steel reinforcement in geopolymer concrete using wasted glass ndash gravel aggregate immersed in NaCl solution and distilled water Interface reactions between steel reinforcing bar and geopolymer matrix during immersion of geopolymer concrete in different solution for several days are expected This is about how immersing geopolymer concrete in certain type of solution will trigger some kind of interface reaction within the steel reinforced geopolymer concrete due to the penetrating solution into the material Microstructural analysis observation is done by using SEM detectors such as SE and BSE to observe the surface topography and appearance of the specimen EDS analysis is used to reveal chemical elements present in the specimen and XRD analysis is done to determine the degree of crystallinity and the qualitative phase identification of the sample.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S58769
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
T.M. Muriansyah Riza
"Salah satu karakteristik penting dari hubungan antara beton dengan elemen penguatnya adalah kekuatan lekatan antara keduanya. Kekuatan lekatan ini akan berpengaruh terhadap penentuan panjang penjangkaran minimum yang hams disediakan agar tulangan baja tidak tercabut dari betonnya pada saat beban luar diberikan. Beberapa penelitian yang telah dilakukan selama ini umumnya menyelidiki hubungan antara tegangan lekat rata-rata dengan slip yang diukur dengan menggunakan dial gages.
Tegangan lekat ini menjadi masalah yang cukup penting untuk diperhatikan pada kasus penggunaan tulangan polos, di mana kuat lekat biasanya bergantung pada adhesi kimiawi antara tulangan baja dan beton di sekelilingnya. Pada saat slip antara tulangan dan beton teriadi, maka lekatan ini bergantung pada friksi antara kedua material di atas. Friksi yang dimaksud ini amat tergantung kepada kekuatan agregat dalam beton.
Penelitian ini ingin melihat hubungan kuat lekat antara tulangan baja polos dengan beton ringan yang menggunakan agregat kasar Pumice dan agregat halus pasir alam. Agregat kasar Pumice memiliki kekuatan yang relatif kecil, di mana prosentase keausannya mencapai tingkat 48.37 %. Untuk beton ini digunakan semen Cap Rumah yang termasuk ke dalamjenis Mixed Cement.
Penelitian ini dibagi menjadi dua subtopik, yaitu penelitian panjang penjangkaran dan penelitian distribusi tegangan lekat. Prosedur yang dipilih untuk penelitian ini adalah Pull-out Test (uji cabut) dengan benda uji silinder beton berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm, dengan penulangan monoaksial.
Penelitian panjang penjangkaran bertujuan untuk mendapatkan panjang penjangkaran yang paling optimum. Keragaman panjang penjangkaran yang dibuat untuk penelitian ini adalah 20 cm, 25 cm dan 30 cm. Untuk tulangan dengan diameter 8, 10, 12, dan 16 mm diperoleh harga panjang penjangkaran optimum sebesar 20 cm, sedangkan untuk tulangan berdiameter 19 mm adalah 25 cm.
Penelitian distribusi tegangan lekat melihat hubungan dari beban luar yang diberikan dengan regangan baja yang didapat dari pembacaan Steel Strain Data Logger, pada titik-titik sejarak 7.5, 15 dan 22.5 cm dari sisi yang tidak terbebani masing-masing untuk tulangan baja diameter 10, 12 dan 16 mm yang dijangkarkan sedalam 30 cm ke dalam silinder beton.
Dari penelitian distribusi tegangan lekat diperoleh bahwa tegangan lekat mencapai suatu harga maksimum di dekat sisi yang terbebani dan penurun secara nonlinier menuju sisi yang tidak terbebani. Besar tegangan lekat yang teriadi dan hubungannya dengan slip yang dihasilkan menunjukkan suatu nilai yang cukup baik, relatif terhadap penelitian sebelumnya yang menggunakan beton normal. Keruntuhan lekatan yang teriadi pada penelitian ini berupa keruntuhan cabut (diameter < 19 mm) dan keruntuhan retak-pecah pada tulangan berdiameter 19 mm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S34621
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Saputra Hendri L.
"Banyak penelitian yang telah menggunaka serat baja dalam campuran beton normal dan telah dilakukan dalam beberapa negara bagian di dunia. Namun, dikarenakan harga serat kawat baja itu sangat mahal di Indonesia, maka penggunaan serat kawat bendrat untuk menggantikan serat baja itu dan menggunakannya dalam campuran beton yang diteliti dalam penelitian ini. Serat kawat bendrat ini berdiameter 0,8mm dipotong dengan panjang 30 mm dan digunakan dalam campuran beton sebagai tulangan mikro beton yang diprediksi mampu meningkatkan kuat tekan beton dan mengurangi susut beton. Jumlah serat ini digunakan dari berat semen PCC dengan variasi 0%, 4%, 6%, 8%, 10% dan 12% dengan target kuat tekan fc? 25MPa. Untuk uji kuat tekan beton, benda uji akan dibuat dalam silinder kecil yang berdiameter 100mm dan tinggi 200 mm yang dites pada hari ke 3,7,14, dan 28 hari serta silinder besar dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm yang akan di tes 28 hari agar diperoleh faktor konversi silinder kecil ke besar. Sedangkan untuk pengujian susut beton di uji pada balok berukuran 100mm x 100mm x 500mm (Standar UNI 6555) dan balok 75mm x 75mm x 254mm (Standar ASTM C49004) yang diuji selama 28 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan serat kawat bendrat dalam campuran beton meningkatkan kuat tekan beton sebesar 5,682% pada komposisi 6% serat kawat bendrat dan mengurangi susut sebesar 7,93% pada komposisi 10% serat kawat bendrat dan juga penggunaan serat kawat bendrat menurunkan kelecakan nilai slump beton.

Many experiments on the use of steel fiber to strengthen the quality of normal concrete have been done in some regions of the world. As the price of this fiber in Indonesia is considerably expensive, the use of annealed wire is proposed to be a replacement of it and used as additives for concrete mixture is investigated in this research. This annealed wire of 0,8mm diameter is cut into pieces size of 30 mm length named as annealed-wire fiber (AW fiber) and added into normal concrete mixture as reinforcing fiber to increase the concrete compressive strength and reduce the shrinkage of concrete. The amount of this fiber measured in weight proportion to the content of Portland Composite Cement (PCC) is designed as 0%, 4%, 6%, 8%, 10%, and 12% based on the moderate concrete compressive strength fc? 25MPa. The concrete compressive strength is evaluated to numbers of cylinder type specimens size of 100 mm diameter by 200 mm height tested on 3 days, 7 days and 14 days and of 150 mm diameter by 300 mm height tested on 28 days of concrete age. And the shrinkage test is evaluated to numbers of beam type specimens size 100mm x 100mm x 500mm (UNI 6555 Standard) and 75mm x 75mm x 254mm (ASTM C490-04) The result from this experiment shows that the addition of AW fiber is increased the concrete compressive strength until 5,682% at 6% annealed-wire fiber composition and reduce 7,93% shrinkage at 10% annealed-wire fiber composition but decrease the workability by reducing the slump value."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S137
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ay Ay Yuliani
"Secara umum infrastruktur yang ada materialnya adalah dari beton dan baja. Kedua material ini mendominasi dunia konstruksi, hal ini dikarenakan sifatnya yang saling mendukung kekuataannya. Contohnya adalah sistem pracetak beton bertulang yang merupakan suatu sistem pembangunan struktur beton bertulang dimana komponen-komponennya dicetak terlebih dahulu di pabrik atau di sekitar lokasi bangunan, kemudian diangkat ke lokasi pembangunan dan dirangkai menjadi satu dengan sambungan khusus. Skripsi ini akan membahas mengenai perilaku sambungan tulangan sistem pracetak dengan menggunakan media penyambung dari baja siku dan las. Perilaku ini dilihat dari distribusi tegangan yang terjadi sepanjang daerah las. Percobaan ini menggunakan Strain Gage yang ditempel pada material uji yang akan memberikan input kepada Data Logger yang nilainya sebanding dengan perubahan panjang yang dialami oleh Strain Gage. Data logger mengolah input yang diberikan oleh Strain Gage tersebut yang kemudian ditampilkan pada layar komputer berupa kurva tegangan-regangan. Pada saat proses penarikan, dilakukan pengambilan data berupa nilai regangan didaerah Strain Gage terpasang akibat dari distribusi tegangan yang terjadi. Proses penarikan ini dilakukan secara terus-menerus hingga material uji tersebut putus. Tujuannya adalah agar dapat diketahui apakah posisi sambungan struktur pracetak tersebut dapat menyalurkan seluruh gaya yang bekeija pada tulangan. Hal ini akan sangat membantu bila kita akan merancang sambungan antar elemen pracetak."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S35122
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Adhiyatsyah Pratama
"Pengaruh penambahan silica fume (SF) pada korosi tulangan dan permeabilitas beton geopolimer berbahan dasar fly ash di lingkungan air danau dipelajari pada penelitian ini. Pembuatan beton geopolimer menggunakan aktivator NaOH dan waterglass untuk mengaktifkan prekursor dengan mendisolusikan aktivator ke dalam monomer alumina dan silika. Pengujian korosi menggunakan sampel berbentuk silinder 10 x 20 cm dengan curing selama 72 jam pada suhu 80 0C kemudian dilakukan perendaman pada air danau selama 1 bulan untuk dibandingkan laju korosi beton geopolimer dengan 10% SF dan tanpa SF. Hasil yang didapat menunjukkan beton dengan SF memiliki laju korosi yang lebih rendah 0,232 mm/year dibandingkan dengan tanpa SF 0,298 mm/year. Sementara itu pengujian permeabilitas menggunakan sampel kubus 20 x 20 x 12 cm dengan curing selama 168 jam pada suhu 80 0C kemudian dilakukan tes permeabilitas dengan menggunakan mesin merek infratest testing pada tekanan 5,09 bar selama 72 jam untuk dibandingkan penetrasi masuknya air pada beton geopolimer dengan SF dan tanpa SF. Beton dengan 10% SF memiliki rata ? rata penetrasi sebesar 0 cm sedangkan beton tanpa 10% SF 2,99 cm.

The effect of silica fume (SF) addition on corrosion of steel reinforcement and permeability of geopolymer concrete made from fly ash in lake water has studied in this research. NaOH and waterglass activator was used in the preparation of geopolymer concrete to activate the precursor by dissolution of the activator to the alumina and silica monomer. Corrosion test using 10 x 20 cm cylindrical sample by curing treatment for 72 hours at 80 0C followed by submersion lake water for 1 month to compare corrosion rate of the concrete sample with SF 10% and without SF 10%. The result shows that the concrete with SF 10% has lower corrosion rate by 0,232 mm/year compared with other sample without SF addition by 0,298 mm/year. At the same time, permeability test using 20 x 20 x 12 cm cubical sample with curing treatment 168 hours at 80 0C followed by permeability test on infratest testing machine on 5,09 bar pressure for 72 hours to compare penetration water on geopolymer concrete with SF 10% and without SF 10%. The result shows, the geopolymer concrete with SF 10% has penetration of water by 0 cm and without SF 10% has penetration by 2,99 cm.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59223
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tranggono Adinindito
"Pembangunan infrastruktur di Indonesia yang mengalami peningkatan kuantitas dari tahun ke tahun. Pada pembuatan beton di Indonesia sebagian besar menggunakan semen untuk membuat jembatan, jalan tol, gedung dan lain-lain. Hal itu dapat menyebabkan timbulnya emisi gas CO2 pada perusahaan pembuatan semen di Indonesia. Untuk itu diperlukan bahan pengganti semen untuk pembangunan infrastruktur yang lebih ramah lingkungan. Dalam penelitian kali ini dilakukan pembaharuan untuk mengganti beton berbasis semen Portland dengan bahan yang baru, yaitu beton geopolimer. Beton geopolimer yang dibuat pada penelitian kali ini menggunakan terak baja yang berasal dari tailing blast furnace (GGBFS). Dari hasil uji bahan agregat kasar dan halus, dilakukan studi berbagai rancang campuran beton geopolimer dengan variasi umur beton 28, 35, dan 56 hari. Selain itu, komposisi rasio activator/terak juga divariasikan menjadi 0,35 dan 0,23. Dari penelitian ini, didapatkan hasil yang paling optimum saat menggunakan rasio aktivator/terak sebesar 0,35 dan umur beton selama 28 hari untuk uji tekan (5,71 MPa) dan uji belah (8,43 MPa), sedangkan untuk uji lentur (1,23 MPa) pada umur beton selama 35 hari dengan rasio activator/terak yang sama.

Infrastructure development in Indonesia has increased in numbers for years. In Indonesia, concrete production to construct bridges, toll roads, buildings, etc. uses cement for most cases. Cement manufacturing in Indonesia produces CO2 gas emissions. For this reason, a cement substitute is needed for more environmentally-friendly infrastructure development. In this research, an update was carried out to replace Portland cement-based concrete with a new material, namely geopolymer concrete. The geopolymer concrete made in this research uses steel slag from the tailings blast furnace (GGBFS). From the test of coarse and fine aggregates result, studies were conducted oon various designs of geopolymer concrete mixtures with the concrete age varies from 28,35, to 56 days. In addition, the composition of the activator/slag ratio varies from 0.35 to 0.23 as well. This study points that the most optimum results were obtained when using an activator/slag ratio of 0.35 with a concrete age of 28 days for the compressive test (5.71 MPa) and split test (8.43 MPa). Whereas on the bending test (1.23 MPa), the optimum results were obtained at the concrete age of 35 days with the same activator/slag ratio."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asiyanto
"Buku ini membahas struktur komposit yang terdiri dari baja dan beton"
Jakarta: UI-Press, 2012
624.183 4 ASI m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Iting Shofwati
"Sebagai negara yang terletak pada pertemuan lempengan-lempengan dunia, Indonesia merupakan negara beresiko tinggr terhadap ancaman gempa. Oleh karena itu studi mengenai perilaku struktur bangunan perlu mendapatkan perhatian khusus sehingga dapat ""mengontrol "" perilaku bangunan akibat gaya gempa yang kemungkinan akan dialaminya selama masa pemakaiannya. Pengetahuan perilaku penampang dari suatu bagian struktur sangat dibutuhkan dalam desain struktur, terutama bila analisa dilakukan tidak hanya pada daerah elastis, tetapi juga pada daerah plastis, bahkan sampai keruntuhan bagian struktur tersebut. Analisa fiber model ini dilakukan pada penampang komposit baja beton (Rectangulat Hollow Stell ) yaitu dengan membagi penampang balok tersebut menjadi serat-serat atau fiber. Kemudian pada serat tersebut diberikan sifat nonlinear ini didapat dari pemodelan hubungan tegangan regangan beton dan baja. Dengan mengkombinasikan sifat-sifat nonlinear material beton dan baja ini, analisa fiber model menghasilkan penyelesaian analitis berupa hubungan nonlinear momen-kurvatur yang menggambarkan perilaku dari balok komposit tersebut. Analisa tersebut dilakukan dengan suatu pemodetan numerik dan diterjemahkan kedalam bahasa pemograman yaitu bahasa Matlab 5.3., dimana optimasi pengaruh fungsi material ini ditinjau dengan membandingkannya lendutan yang terjadi dengan hasil eksperimen. Hasil simulasi dari progam tersebut menunjukkan bahwa peningkatan mutu beton tidak terlalu berpengaruh dalam menyumbangkan kekuatan pada struktur komposit baja beton. Dari analisa ini akan didapatkan Optimasi analisa ini dilihat dari besarnya beban ultimate untuk masing-masing model. Dari analisa ini disimpulkan bahwa pemodelan yang mendekati hasil eksperimental adalah model Tommi Sakino."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S35016
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>