Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 198014 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Karin Rizky Irminanda
"Seiring dengan meningkatnya kompetisi global, pemerintah dan swasta mencari solusi untuk meningkatkan daya saing dari industri tekstil dan pakaian jadi. Industri 4.0 dianggap memiliki potensi yang sangat besar dalam meningkatkan efisiensi dan produktivitas industri. Meski demikian, implementasi Industri 4.0 mengalami beberapa hambatan. Oleh karena itu, pemerintah mengeluarkan rencana jangka panjang untuk adopsi Industri 4.0 yang bernama Making Indonesia 4.0. Tetapi, apakah kebijakan -kebijakan tersebut mampu menyukseskan adopsi Industri 4.0 masih menjadi pertanyaan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh struktur kebijakan yang mampu mendorong atau membatasi adopsi teknologi Industri 4.0 pada sektor tekstil dan pakaian jadi di Indonesia. Penelitian ini mengeksplorasi hubungan bagaimana industri tekstil dan pakaian jadi dapat lebih cepat mengadopsi teknologi Industri 4.0 dengan mempertimbangkan peran masing-masing aktor di dalamnya."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desi Likman Daniyasti
"

Memimpin pasar mobil di kawasan ASEAN dan Asia Tenggara, industri otomotif Indonesia menjadi salah satu pilar penting sektor manufaktur yang memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Seiring dengan kehadiran revolusi industri baru, Industri 4.0 telah menciptakan katalis bagi pemerintah Indonesia untuk mendorong pertumbuhan industri manufaktur otomotif dalam meningkatkan kontribusinya pada pertumbuhan ekonomi lebih lanjut. Namun, kompleksitas proses yang terdapat di industri manufaktur otomotif telah menimbulkan pertanyaan, aspek atau faktor apa yang bisa mempercepat upaya adopsi teknologi Industri 4.0? Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi dampak kebijakan pemerintah Indonesia terhadap upaya akselerasi adopsi teknologi Industri 4.0 di industri otomotif Indonesia. Eksplorasi kebijakan dilakukan melalui perancangan model konseptual kualitatif, yang dikembangkan dengan pendekatan pemodelan sistem dinamis, untuk memberikan pemahaman tentang dinamika hubungan antara faktor-faktor yang terlibat di dalam penciptaan ekosistem Industri 4.0 di Indonesia.


Leading the car market in ASEAN and Southeast Asia region, the Indonesian automotive industry is being considered as one of the manufacturing sector important pillars that significantly contributes to national economic growth. Along with the presence of the next wave industrial revolution, Industry 4.0 creates the catalyst for the Indonesian government to stimulate the growth of the automotive manufacturing industry to boost its contribution on further national economic growth. However, the complexity or process that exists in automotive manufacturing industry has raised a question, what aspects or factors that could accelerate the Industry 4.0 technology adoption process? Hence, this research aims to explore the policy impact towards the growth of Industry 4.0 technology adoption in Indonesian automotive industry. The policy exploration will be done through a qualitative conceptual model, developed within system dynamics modeling approach, to provide an understanding of the relationship dynamics between factors included in the fourth industrial ecosystem creation in Indonesia.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ashania Rahmadhani
"Transformasi yang besar dalam industri automasi telah memasuki fase baru yang dikenal sebagai era Industri 4.0. Fenomena perkembangan teknologi secara besar pada era industri ke-4 ini telah mendesak negara-negara di dunia untuk mengambil langkah dalam merevitalisasi teknologi pada industri penopang pertumbuhan ekonomi negaranya, khususnya industri manufaktur, agar dapat merasakan manfaat-manfaat yang dijanjikan oleh penggunaan teknologi industri 4.0 tersebut dalam kurun waktu panjang. Sebagai negara berkembang yang sedang berupaya untuk mengoptimalkan kinerja dan potensi dari sektor manufaktur nya, Indonesia pada tahun 2018 meluncurkan sebuah peta jalan implementasi industri 4.0 pada lima sektor unggulannya yang berjudul Making Indonesia 4.0. Industri makanan dan minuman sebagai kontributor PDB terbesar dari industri manufaktur non-migas ini merupakan industri penopang dari perekonomian Indonesia dan dipilih sebagai industri prioritas dalam pengimplementasian peta jalan industri 4.0 di Indonesia. Dalam upaya mempercepat implementasi, pemerintah menyusun beberapa kebijakan yang diharapkan dapat mengakselerasi tingkat adopsi teknologi pada industri yang telah dipilih termasuk industri makanan dan minuman. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak dari kebijakan-kebijakan pemerintah terhadap adopsi teknologi industri 4.0 pada sektor makanan dan minuman menggunakan pendekatan sistem dinamis. Hasil akhir dari penelitian ini berupa model konseptual yang menggambarkan interaksi antarvariabel dalam percepatan adopsi teknologi industri 4.0 pada industri ini.

The great transformation in industrial automation has entered a new phase known as the Industrial 4.0. The phenomenon of major technological developments in industry 4.0 has triggered countries in the world to take steps in revitalizing their nation-wide industrial technology in order to reap the benefits from Industry 4.0. As a developing country which is trying to optimize the performance and potential of its manufacturing sector, Indonesia launched a national roadmap for implementing industry 4.0 in its five leading sectors entitled Making Indonesia 4.0. The food and beverage industry, as the largest GDP contributor of the non-oil and gas manufacturing industry, was chosen as the priority industry in implementing 4.0 industrial roadmap in Indonesia. To accelerate the implementation, the government has developed a number of policies that are expected to accelerate the level of technology adoption in selected industries including the food and beverage industry. This paper aims to analyse the impact of industrial policies toward industry 4.0 implementation in food and beverage industry in Indonesia by using system dynamics approach. The output of this research is a conceptual model representing variable interactions that hasten technologies 4.0 adoption in this industry."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Beby Lexa Rezqianita
"ABSTRAK
Industri 4.0, revolusi industri keempat, telah menjadi tren global dalam industri manufaktur karena mampu
menghasilkan "pabrik pintar" dengan cyber-physical systems (CPS). CPS mengintegrasikan dunia fisik
dengan dunia digital dengan memantau proses fisik, membuat salinan digital dari dunia fisik, dan membuat
sistem produksi yang terdesentralisasi. Industri 4.0 dapat meningkatkan produktivitas, pendapatan, daya saing
bisnis, pelayanan untuk pelanggan, dan mengoptimalkan proses manufaktur. Penerapan Industri 4.0 di
industri manufaktur Indonesia diamati mampu meningkatkan produktivitas dan meningkatkan kualitas
produk. Hal ini berdampak pada pertumbuhan PDB, peningkatan adopsi teknologi, dan pembukaan lapangan
kerja baru sehingga menjadi game-changer untuk pertumbuhan ekonomi nasional. Namun, berdasarkan
Indonesia Industry 4.0 Readiness Index, industri manufaktur Indonesia masih dalam tahap kesiapan sedang.
Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan ANP berbasis DEMATEL untuk memprioritaskan faktor
pendorong dan penghambat adopsi Industri 4.0 di industri manufaktur Indonesia. Penelitian ini juga bertujuan
untuk menentukan model hierarki strategi adopsi Industri 4.0 menggunakan metode ISM.

ABSTRACT
Industry 4.0, the fourth revolution Industry, has become a global trend in the manufacturing industry because
it is able to produce a "smart factory" with cyber-physical systems (CPS). CPS integrate the physical world
with digital by monitoring physical processes, making digital copies of the physical world, and making
decentralized production systems. Industry 4.0 can increase productivity, revenue, business competitiveness,
customer service, and optimize manufacturing processes. Implementing Industry 4.0 in the Indonesian
manufacturing industry is observed to be able to increase productivity and improve product quality. As a
result, it has an impact on GDP growth, increased technology adoption, and new employment opportunities so
that it becomes a game-changer for national economic growth. However, based on the Indonesia Industry 4.0
Readiness Index, the Indonesian manufacturing industry is still in the medium readiness stage. Therefore, this
study used DEMATEL-based ANP to prioritize the drivers and barriers of Industry 4.0 adoption in the Indonesian manufacturing industry. This study also aims to determine the hierarchy model of strategy of
Industry 4.0 adoption in the Indonesian manufacturing industry using ISM method."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
David Karunia Mulyono
"Industri Semen dan Industri Tekstil merupakan dua subsektor padat energi dari sektor industri. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu kajian terhadap kebutuhan energi dari keduanya pada tahun 2020 supaya dapat dijadikan dasar bagi Pemerintah dalam mengambil kebijakan yang dianggap perlu. Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah permodelan dengan menggunakan sistem dinamik. Setelah dilakukan perhitungan, untuk industri semen dengan tingkat pertumbuhan konsumsi per kapita sebesar 3,4% per tahun maka dibutuhkan tambahan kapasitas pabrik semen sebesar 10.000.000 ton pada awal tahun 2015 sehingga total kebutuhan energi untuk industri semen Indonesia pada tahun 2020 adalah 2.831.647,28 BOE. Untuk industri tekstil dengan tingkat pertumbuhan konsumsi per kapita sebesar 10% per tahun tingkat intensitas energi pada tahun 2020 adalah 109.897,91 BOE/ juta orang.

Cement Industry and Textile Industry are the two energy-intensive subsectors of the industrial sector. Therefore it needs to do a study on energy needs of both in 2020 so that can be used as the basis for government in making policies that are considered necessary. The method used in this study is modeling using dynamic system. After doing the calculations, for the cement industry with a growth rate of consumption per capita of 3.4% per year is required additional capacity of 10 million tonnes cement plant in early 2015 so that total energy demand for Indonesian cement industry in 2020 will be 2.831.647,28 BOE. For the textile industry with a growth rate of consumption per capita by 10 % peryear rate of energy intensity in 2020 will be 109.897,91 BOE / million people ."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51687
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Christin Arauna Hulu
"Perkembangan pesat dalam teknologi digital telah membawa fenomena baru revolusi industri, yang umumnya disebut oleh Industry 4.0. Revolusi ini memperkenalkan kita dengan teknologi modern yang mendukung konektivitas seluruh komponen dalam industri. Namun, konektivitas bukan satu-satunya keuntungan yang akan bertujuan untuk mendukung keberlanjutan dalam industri. UNIDO telah menetapkan relevansi Industri 4.0 dan keberlanjutan dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan global nomor 7 dan 9 bahwa pengembangan industri digital akan mendukung pertumbuhan energi berkelanjutan industri, termasuk efisiensi energi. Oleh karena itu, implikasinya pasti akan mempengaruhi setiap negara dengan signifikansi yang berbeda, termasuk Indonesia sebagai salah satu negara industri yang sedang berkembang. Menanggapi hal itu, Indonesia saat ini telah merumuskan inisiatif peta jalan untuk memasuki era Industri 4.0, Making Indonesia 4.0. Merintis penelitian akademisi Industri 4.0 di Indonesia, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak dari pengembangan dan implementasi teknologi Industri 4.0 berdasarkan konsep pada roadmap terhadap efisiensi energi di Indonesia. Output dari penelitian ini adalah berbentuk analisis kebijakan dalam berbagai skenario untuk mencapai efisiensi energi dari adopsi teknologi Industri 4.0, berdasarkan pengembangan model Sistem Dinamis.

Rapid development in digital technology has brought a new phenomenon of industrial revolution, generally called by Industry 4.0. This revolution introduces us with modern technologies which support the connectivity of the entire components within the industries. However, connectivity is not the only advantage that will follow ndash the concerns aim to support sustainability in industry. The United Nation Industrial Development Organization has set the relevancy of Industry 4.0 and sustainability in the global Sustainable Development Goals number 7 and 9 that digital industrial development will support the growth of industry sustainable energy, including energy efficiency. Therefore, the implication will surely be affecting every country with different significance, including one of the emerging industry country, Indonesia. In response to that, Indonesia is currently framing the roadmap to enter Industry 4.0 era, Making Indonesia 4.0. Pioneering the academia research of Industry 4.0 in Indonesia, this research aims to figure out the impact of Industry 4.0 technology development and implementation based on the concept on the roadmap to the acceleration of sustainable energy in Indonesia using System Dynamics model. The output of this research is in a form of policy analysis within different scenarios to achieve energy efficiency from Industry 4.0 technology adoption."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tubagus Mochamad Rizky
"Penelitian ini menunjukkan bukti empiris mengenai dampak Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada ketimpangan pendapatan di sektor manufaktur Indonesia. Saat ini, ada perbedaan jelas antara pendapatan pekerja produksi berketerampilan rendah dengan pendapatan pekerja non-produksi berketerampilan tinggi di sektor ini. Tingkat penggunaan TIK pada suatu perusahaan manufaktur menjadi indikator awal paparan Industri 4.0 di sektor. Dengan peta jalan Making Indonesia 4.0, pemerintah Indonesia telah mengidentifikasi sektor manufaktur berorientasi ekspor sebagai mesin pertumbuhan ekonomi. Agar kompetitif secara global, sektor ini harus meningkatkan penggunaan TIK. Penelitian-penelitian sebelumnya menemukan bahwa penggunaan teknologi lebih tinggi dapat menyebabkan peningkatan ketimpangan pendapatan disebabkan oleh turunnya permintaan terhadap pekerja produksi berketerampilan rendah. Menggunakan data dari dua survey BPS untuk tahun 2014: Survei Tahunan Perusahaan Industri Manufaktur dan Survei Penggunaan dan Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi Sektor Bisnis, penelitian ini bermaksud untuk menunjukkan hubungan ini. Ini dilakukan melalui penetapan index penggunaan TIK pada tiap perusahaan yang kemudian diregresikan dengan proporsi pekerjaan dan pendapatan pekerja produksi di perusahaan manufaktur. Dari hasil analisa, ditemukan adanya turunnya permintaan atas pekerja produksi berketerampilan rendah secara relatif terhadap permintaan atas pekerja produksi berketerampilan tinggi, beriringan dengan tingkat penggunaan TIK lebih tinggi di perusahaan.

This study provides empirical evidence of the impact of Information and Communication Technology (ICT) has on wage inequality in Indonesian manufacturing sector. Currently, there is clear discrepancy in wage between low-skill production workers and high-skill non-production workers within the sector. The level of ICT use in a manufacturing firm serves as early indicator of Industry 4.0 exposure on the sector. With Making Indonesia 4.0 Roadmap, the government of Indonesia has identified the export-oriented manufacturing sector as an engine of growth. To ensure global competitiveness, this sector must embrace greater ICT integration. Previous studies have shown that greater technology use may cause greater wage inequality due to lower demand of low-skill production workers. Using data from two BPS surveys for year 2014: the Annual Manufacturing Survey and the Business Sector ICT Use Survey, this study aims to show this relationship in Indonesia by developing and assigning ICT use index on manufacturing firms and regressing the index against production workers' employment and wage shares in the firm. From this analysis, there is evidence of decreasing demand for low-skill production workers relative to the demand for high-skill non-production workers, with higher level of ICT use in a firm."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Dewi Widiastuti
"ABSTRAK
Sektor industri yang terus mengalami pertumbuhan memerlukan energi untuk bertumbuh. Salah satu penyebab industri nasional selama ini tidak mampu bersaing menghadapi industri negara lain yang memasuki pasar domestik, karena kemampuan nasional dalam menyediakan energi untuk kebutuhan industri nasional masih sangat terbatas. Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) merupakan sektor industri pengolahan serta merupakan industri yang dapat memenuhi kebutuhan pokok sandang membutuhkan konsumsi energi yang cukup besar dalam upaya menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi kelangsungan industri. Pemerintah perlu melakukan berbagai langkah strategis, disamping melaksanakan program restrukturisasi mesin dan peralatan industri, juga diperlukan dukungan peningkatan pasokan energi bagi industri TPT. Penelitian ini bertujuan mengindentifikasi faktor-faktor penentu yang mempengaruhi penggunaan energi di sektor industri TPT di Indonesia. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi adalah nilai output produksi, harga energi itu sendiri, dan harga energi lainnya. Data yang digunakan adalah data SIBS industri TPT 2009-2013. Metode estimasi yang digunakan adalah estimasi data panel dengan model fixed effect. Hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan energi sektor industri TPT di Indonesia dipengaruhi signifikan secara positif oleh nilai output produksi. Sedangkan penggunaan energi dipengaruhi secara negatif terhadap harga energi itu sendiri. Penelitian juga menunjukkan adanya substitusi dan komplementer dari penggunaan energi yaitu solar, batubara, gas dan listrik

ABSTRACT
The growing industrial sector requires energy for its growth. In domestic market, the national industry is less competitive compared to other countries? industry due to its limited capability to provide energy for its consumption. Textiles and textile products (TPT) industry as a manufacturing sector and an industry which provides basic needs of clothing requires substantial energy consumption in order to create a conducive business climate for its sustainability. The government needs to undertake strategic measure besides restructuring industrial machinery and equipment, and supporting the increase of energy supply for TPT. This study is aimed at identifying determinant factors which influence energy consumption in TPT in Indonesia. Those factors are production output, energy price, and other energy price. The data used in this study is textils and product textile industrial statistic data published in 2009 to 2013 from. The estimation method in this study is panel data estimation with fixed effect model. The analysis shows that the energy consumption by TPT in Indonesia is positively and significantly affected by production output. Meanwhile, energy consumption is negatively affected by energy price. This study also shows the substitution and complementary of energy consumption including diesel, coal, gas, and electricity."
2016
T43423
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ichsan
"Industri 4.0 adalah koneksi digital baru yang mengoptimalkan nilai secara keseluruhan dalam sistem produksi manufaktur. Sistem produksi saat ini sering didasarkan pada pendekatan peningkatan berkelanjutan (continuous improvement) dari manajemen lean. Peluang baru muncul dengan menerapkan Industri 4.0. Transformasi digital menuju pabrik yang terhubung dan terintegrasi menyebabkan perubahan besar pada industri mulai dari pengembangan sistem fisik cyber hingga penerapannya dalam seluruh sistem produksi. Penelitian ini bertujuan untuk menyajikan alat tingkat kesiapan teknologi untuk pabrik makanan dan minuman dan kerangka kerja untuk mengimplementasikan transformasi digital menuju Industri 4.0. Metode Technology Organizational Environment (TOE) digunakan. Selanjutnya, untuk mengukur tingkat kesiapan teknologi dari produsen makanan dan minuman di Indonesia, Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT) diperbarui agar sesuai dengan praktik umum dalam mengembangkan atau menerapkan teknologi baru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang paling utama dalam rangka implementasi industri 4.0 adalah faktor finansial, di mana nilai investasi yang dibutuhkan untuk melakukan implementasi industri 4.0 cukup besar. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa secara garis besar, perusahaan manufaktur makanan dan minuman di Jabodetabek masih berada pada level 1 dalam tingkat kesiapan teknologi, di mana level 1 merupakan level formulasi konsep dari industri 4.0 itu sendiri.

Industry 4.0 leads new digital connections to optimize the whole value stream in the manufacturing production systems. Current production systems are often based on the continuous improvement approach of lean management. New opportunities arise by implementing Industry 4.0. The digital transformation towards smart connected factories causes enormous changes in mechanical engineering industry starting from the development of cyber physical systems up to their application in the whole production systems. This research aims to present a technology readiness level tool for food and beverage manufactures and the framework to implement digital transformation towards Industry 4.0. Technology Organizational Environment (TOE) method is used. Furthermore, in order to measure technology readiness level of food and beverage manufacturers in Jabodetabek, Technology Readiness Level (TRL) was regenerated which align with common practice in developing or implementing new technologies. The results showed that the most important factor in implementing industry 4.0 was financial factors, where the investment needed to implement industry 4.0 was quite large. The results also show that in broad outline, food and beverage manufacturer companies in Jabodetabek are still at level 1 in technological readiness level, where level 1 is the level of concept formulation for industry 4.0 itself."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fransiskus Xaverius David Ardiyanto
"

Pembatasan bahan baku impor untuk industri tekstil dan pakaian jadi Indonesia dapat dengan tidak sengaja menghambat performa ekspor karena setiap subsektor di industri tersebut memiliki karakter yang berbeda. Penelitian ini menganalisis pemakaian bahan baku impor dan performa ekspor perusahaan di industri tekstil dan pakaian jadi Indonesia menggunakan data panel tidak seimbang dengan kesenjangan tahun selama periode 2000-2015 yang diestimasi menggunakan model regresi. Hasil regresi menunjukkan bahan baku impor mempunyai dampak positif dan signifikan terhadap kinerja ekspor perusahaan, dan efeknya pada industri pakaian jadi lebih besar jika dibandingkan dengan industri tekstil ketika kedua industri dipisahkan. Selain itu, variabel kontrol lain yang mewakili karakteristik perusahaan memiliki tanda-tanda positif terhadap kinerja ekspor perusahaan. Variabel produktivitas tenaga kerja dan ukuran perusahaan memiliki dampak signifikan, sementara variabel intensitas modal dan upah pekerja ternyata tidak signifikan. Pemerintah tidak dapat sepenuhnya membebaskan impor semua bahan baku untuk industri tekstil dan pakaian jadi meskipun hasil penelitian menunjukkan hubungan positif. Sebaliknya, pemerintah dapat menerapkan skema perlindungan yang efektif dengan melonggarkan tarif pada bahan baku impor yang diperlukan untuk produksi dalam negeri dan mengenakan tarif tinggi pada produk impor yang memiliki potensi untuk bersaing dengan produk dalam negeri.


Limiting imported inputs for Indonesian textile and apparel industries may inadvertently decelerate the industries’ export performance, because each subsector in the industries has its own characteristics. This study analyzes the use of imported inputs and firms’ exports in the Indonesian textile and apparel industries. It has employed unbalanced panel data from 2000–2015 with year gaps and estimated them using regression model. The main findings show that foreign input has a positive and significant impact on the firms’ exports, and the effect is larger on the apparels than the textiles when the industries are detangled. In addition, other control variables that represent the firm’s characteristics have positive signs to the firms’ export performances. Furthermore, labor productivity and firm size variables have significant impacts, while decomposed capital intensity and wage variables are found to be insignificant. Although the result suggests a positive connection, the government may not fully liberalize all imported inputs for the industries. Instead, they may implement an effective protection scheme by relaxing tariffs on imported inputs for domestic production and imposing high tariffs imported inputs that have the potential to compete with domestic finished products.

"
2019
T55275
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>