Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 152306 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ananda Hanny Chairunissa
"Kandidiasis merupakan infeksi jamur yang sering terjadi pada manusia, terutama pada penderita imunokompromais. Kandisiasis yang disebabkan oleh C. albicans merupakan infeksi jamur dengan tingkat insiden yang tinggi. Salah satu masalah dalam terapi kandidiasis adalah meningkatnya resistensi pada agen antijamur, seperti flukonazol, yang disebabkan oleh penggunaan obat antijamur yang berlebih dan tidak tepat. Fakta ini mendorong penelitian dan pengembangan agen antikandida baru yang efektif dan aman. Penggunaan tanaman dan molekul bioaktifnya dalam pengobatan kandidiasis dapat menjadi solusi resistensi agen antijamur. Beluntas (Pluchea indica (L.) Less) dan kenanga tanduk Artabotrys hexapetalus (L.f) Bhandari) merupakan tanaman yang tersebar luas di Indonesia. Kandungan senyawa aktif dalam daun beluntas dan kenanga tanduk berpotensi memiliki aktivitas antikandida terhadap Candida albicans. Karenanya, peninjauan literatur ini akan membahas potensi aktivitas antikandida terhadap Candida albicans dari ekstrak daun beluntas dan kenanga tanduk. Selain itu, peninjauan literatur ini juga membahas Candida albicans dan infeksi yang disebabkannya, agen antijamur yang sudah tersedia beserta mekanisme resistensinya, serta beberapa metode yang dapat digunakan untuk menguji potensi aktivitas antikandida.

Candidiasis is a fungal infection that often occurs in people with immunocompromised condition. Candida albicans is the most prevalent species that cause candidiasis. Frequent and improper use of available antifungal drugs cause the resistance development in this fungal species against antifungal drugs, such as fluconazole. This fact encourages research and development of new antifungal drugs that are effective and safe. The use of plants and their bioactive molecules in the treatment of candidiasis can be a solution for antifungal agent resistance. Beluntas (Pluchea indica (L.) Less) and kenanga tanduk Artabotrys hexapetalus (L.f) Bhandari) are plants that spread abundantly in Indonesia. Considering the chemicals content in its leaves, beluntas and kenanga tanduk have promising potential activity against Candida albicans. Thus, this review discuss the possible potential anticandidal activity of extracts from beluntas (Pluchea indica (L.) Less) and kenanga tanduk (Artabotrys hexapetalus (L.f) Bhandari) leaves. In addition, this review briefly discuss Candida albicans and the infection caused by it, antifungal agents that already available and their resistance mechanisms, as well as several methods that can be used to test the potential anticandidal activity."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Aqliyah Indrika
"Kandidiasis adalah infeksi jamur yang sering terjadi pada manusia. Salah satu masalah pada kandidiasis adalah resistensi obat yang meningkat. Fakta ini mendorong penelitian dan pengembangan obat antijamur baru seperti flukonazol. Salah satu simplisia bahan alami yang dapat digunakan sebagai antijamur adalah memanjat ylang-ylang (Artabotrys hexapetalus (L.f.) Bhandari). Pendakian ylang-ylang secara empiris diyakini digunakan sebagai obat antijamur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak dan fraksi pemanjatan daun kenanga terhadap pertumbuhan Candida albicans. Daun panjat ylang-ylang diekstraksi dengan cara maserasi menggunakan pelarut heksana, kemudian bubur dibiarkan semalaman dengan amonia dan dimaserasi dengan pelarut diklorometana. Ekstrak yang diperoleh difraksinasi menggunakan kromatografi kolom dan fraksi yang diperoleh dimonitor profilnya dengan kromatografi lapis tipis. Ekstrak dan fraksi yang diperoleh diidentifikasi senyawa fitokimia termasuk alkaloid, flavonoid, fenol, dan terpenoid. Pengujian aktivitas antijamur dilakukan pada Candida albicans menggunakan metode mikrodilusi. Uji aktivitas menunjukkan bahwa konsentrasi hambat minimum (MIC) dari pendakian ekstrak daun ylang-ylang pada Candida albicans adalah 200 μg/mL, sedangkan konsentrasi hambat minimum (MIC) pendakian fraksi daun ylang-ylang pada pertumbuhan jamur Candida albicans adalah 50 μg / mL untuk fraksi I ke fraksi II dan 100 μg/mL untuk fraksi III ke fraksi IX.

Candidiasis is a fungal infection that often occurs in humans. One problem with candidiasis is increased drug resistance. This fact led to the research and development of new antifungal drugs such as fluconazole. One of the simplistic natural ingredients that can be used as an antifungal is climbing the ylang-ylang (Artabotrys hexapetalus (L.f.) Bhandari). Climbing the ylang-ylang empirically is believed to be used as an antifungal drug. This study aims to determine the effectiveness of cananga leaf extracts and climbing fractions on the growth of Candida albicans. Ylang-ylang climbing leaves are extracted by maceration using hexane solvent, then the pulp is left overnight with ammonia and macerated with dichloromethane solvent. Extracts obtained were fractionated using column chromatography and the fractions obtained were monitored by thin layer chromatography. The extracts and fractions obtained identified phytochemical compounds including alkaloids, flavonoids, phenols, and terpenoids. Antifungal activity testing was performed on Candida albicans using the microdilution method. The activity test showed that the minimum inhibitory concentration (MIC) of climbing the ylang-ylang leaf extract at Candida albicans was 200 μg / mL, while the minimum inhibitory concentration (MIC) of climbing the ylang-ylang leaf fraction on the growth of the Candida albicans fungus was 50 μg/mL for the fraction I to fraction II and 100 μg/mL for fraction III to fraction IX.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jararizki Budi Subasira
"Indonesia adalah negara tropis yang memiliki kelembaban tinggi, kondisi ini memudahkan manusia untuk mengalami infeksi akibat jamur. Salah satu jamur yang dapat menginfeksi manusia adalah Candida albicans. C. albicans dapat menyebabkan kandidiasis yang merupakan infeksi jamur dengan insiden tinggi. Perawatan antijamur dapat dilakukan dengan menggunakan obat antijamur. Infeksi jamur sering terjadi yang menyebabkan penggunaan obat antijamur mengalami resistensi, oleh karena itu, kebutuhan untuk memeriksa senyawa aktif dari bahan alami yang memiliki aktivitas antijamur perlu ditingkatkan. Salah satu tanaman yang tersebar di Indonesia yang dikenal memiliki berbagai manfaat kesehatan adalah Tanduk Cananga (Artabotrys hexapetalus (L.f) Bhandari). Tanduk Cananga telah diketahui memiliki aktivitas antijamur dalam ekstrak metanol dari daun. Penelitian ini dilakukan untuk menguji aktivitas antijamur ekstrak dan fraksi diklorometana dari kulit tanduk Kanenanga. Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode maserasi menggunakan pelarut heksana dan diklorometana. Diikuti dengan fraksinasi menggunakan metode kromatografi kolom. Tes aktivitas antijamur dilakukan secara in vitro dengan metode mikrodilusi. Hasil penelitian ini menunjukkan ekstrak diklorometana kulit tanduk Cananga memiliki aktivitas antijamur terhadap Candida albicans dengan konsentrasi penghambatan minimum 200 μg/mL. Fraksi Dichloromethane I dan II memiliki aktivitas antijamur Candida albicans dengan konsentrasi penghambatan minimum 50 μg/mL, fraksi diklorometana III, IV, V, VI, VII, dan VIII memiliki aktivitas antijamur terhadap Candida albicans dengan konsentrasi penghambatan minimum 100 μg/mL mL. Disimpulkan bahwa ekstrak dan fraksi diklorometana memiliki aktivitas antijamur terhadap Candida albicans.

Indonesia is a tropical country that has high humidity, this condition makes it easy for humans to experience infections due to fungi. One fungus that can infect humans is Candida albicans. C. albicans can cause candidiasis which is a fungal infection with a high incidence. Antifungal treatment can be done using antifungal drugs. Fungal infections often occur causing the use of antifungal drugs to experience resistance, therefore, the need to examine active compounds from natural substances that have antifungal activity needs to be increased. One of the plants that are spread in Indonesia that is known to have various health benefits is the Cananga Horn (Artabotrys hexapetalus (L.f) Bhandari). Cananga horn has been known to have antifungal activity in methanol extracts from the leaves. This research was conducted to examine the antifungal activity of extracts and dichloromethane fraction from the horn bark of Kanenanga Horn. The extraction method used in this study is the maceration method using hexane and dichloromethane solvents. Followed by fractionation using column chromatography methods. Antifungal activity tests were carried out in vitro by the microdilution method. The results of this study indicate dichloromethane extracts of the skin of the Cananga Horn horn have antifungal activity against Candida albicans with a minimum inhibitory concentration of 200 μg/mL. Dichloromethane fractions I and II have antifungal activity Candida albicans with a minimum inhibitory concentration of 50 μg/mL, dichloromethane fractions III, IV, V, VI, VII, and VIII have antifungal activity against Candida albicans with a minimum inhibitory concentration of 100 μg/mL mL. It was concluded that dichloromethane extracts and fractions had antifungal activity against Candida albicans."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ernawati
"Daun beluntas atau Pluchea indica (L.) Less telah lama dimanfaatkan sebagai makanan dan obat tradisional. Iradiasi sinar gamma sering digunakan untuk dekontaminasi bahan pangan maupun herbal, namun diperlukan dosis iradiasi yang tepat agar efektif dalam membunuh mikroorganisme dengan tetap memaksimalkan kadar senyawa bioaktif dan aktivitas biologisnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh iradiasi gamma 60Co terhadap cemaran mikroba, kadar senyawa turunan asam kafeoil quinat, dan aktivitas antioksidan daun beluntas. Serbuk daun beluntas diiradiasi dengan sinar gamma 60Co dengan dosis serap 0, 2,5, 5, 7,5, dan 10 kGy. Angka lempeng total bakteri aerob dan angka kapang khamir diuji menggunakan metode Petrifilm pada 0 dan 3 bulan setelah iradiasi. Setelah proses maserasi dengan etanol 70%, kadar 6 senyawa turunan asam kafeoil quinat dalam ekstrak daun beluntas ditentukan dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Aktivitas antioksidan ekstrak daun beluntas diukur dengan metode DPPH, ABTS dan ferric reducing antioxidant power (FRAP). Iradiasi gamma dosis 2,5–10 kGy efektif menurunkan angka lempeng total dan angka kapang khamir serbuk daun beluntas (p < 0,05). Kadar senyawa turunan asam kafeoil quinat dalam ekstrak daun beluntas meningkat signifikan pada dosis 5–10 kGy (p < 0,05). Sementara aktivitas antioksidan menunjukkan kenaikan signifikan pada dosis 2,5–10 kGy (p < 0,05). Diantara dosis iradiasi tersebut, dosis 10 kGy menunjukkan hasil yang terbaik. Dengan demikian, iradiasi gamma dosis 10 kGy bermanfaat dalam menurunkan cemaran mikroba sekaligus meningkatkan kadar senyawa asam kafeoil kuinat dan aktivitas antioksidan daun beluntas.

Pluchea indica (L.) Less or beluntas leaf has long been used as food and in traditional medicine. Gamma irradiation is widely used as a decontamination method of foodstuffs and herbs. However, the appropriate dose of gamma irradiation is necessary to reduce microbial contamination while maximizing the plant’s bioactive constituents and biological activities. This study investigated the effect of gamma 60Co irradiation on the microbial burden, caffeoylquinic acid derivatives content, and antioxidant capacity of beluntas leaf. Beluntas leaf powder was exposed to gamma rays from 60Co at the absorbed dose of 0, 2.5, 5, 7.5, and 10 kGy. The total aerobic bacteria count and total yeast and mold count were investigated using the Petrifilm method at 0 and 3 months after irradiation. After a maceration of beluntas leaf with 70% ethanol, the content of six caffeoylquinic acid derivatives (CQAs) was assayed using high-performance liquid chromatography. The antioxidant capacity of the extract was determined using the DPPH, ABTS, and ferric reducing antioxidant power (FRAP) methods. Gamma irradiation at 2.5–10 kGy effectively reduced bacteria, yeast, and mold in beluntas leaf powder (p < 0.05). The levels of CQAs in beluntas leaf extract were significantly increased at 5–10 kGy (p < 0.05). Meanwhile, the antioxidant activity was enhanced significantly at 2.5–10 kGy (p < 0.05). Among the irradiation doses, 10 kGy showed the best results. Thus, gamma irradiation at 10 kGy is useful in reducing microbial contamination as well as increasing caffeoylquinic acid derivatives content and antioxidant capacity of beluntas leaf."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rakhmad Indra Pramana
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa pengaruh inhibisi ekstrak cair daun
Beluntas (Pluchea Indica Less.) terhadap korosi pada baja karbon rendah di
lingkungan 3,5% NaCl. Penelitian dilakukan menggunakan pengujian weight loss,
polarisasi, dan Fourier transform infrared spectroscopy (FTIR). Pengujian weight
loss menunjukkan bahwa perendaman selama 9 hari dengan penambahan ekstrak
sebanyak 3 mL memberikan nilai rata-rata efisiensi paling maksimum sebesar
75,97% dengan rata-rata laju korosi paling minimum sebesar 0,89 mpy. Pengujian
polarisasi menunjukkan terjadi pergeseran kurva ke arah anodik pada penambahan
ekstrak sebanyak 1,2,3 mL, dan bergeser ke arah katodik pada penambahan
sebanyak 4 mL. Penambahan ekstrak berpengaruh terhadap penurunan laju korosi
yaitu dari 24,8 µA.cm-2 menjadi 5,04 µA.cm-2
, sehingga memperkuat hasil
pengujian weight loss bahwa ekstrak daun Beluntas dapat menghambat korosi
baja karbon rendah di larutan 3,5% NaCl. Pengujian polarisasi menunjukkan
bahwa ekstrak daun Beluntas memiliki tipe inhibisi campuran (mixed) dengan
kecenderungan lebih dominan kearah anodik berdasarkan nilai potensial korosi
yang berubah secara acak. Pengujian FTIR menunjukkan bahwa estrak daun
Beluntas teradsorpsi pada permukaan baja karbon rendah dan proses adsorpsinya
terjadi melalui gugus fungsi yang dimiliki ekstrak. Mekanisme adsorpsi ekstrak
daun Beluntas sesuai dengan Langmuir adsorption isotherm yang menunjukkan
bahwa telah terjadi pembentukan lapisan monolayer di permukaan baja karbon
rendah.

ABSTRACT
The study was conducted to analyze the inhibition effect of Beluntas (Pluchea
indica Less.) leaves extract on the corrosion of low carbon steel in 3.5% NaCl
environment. The study was invetigated by weight loss, polarization, and Fourier
transform infrared spectroscopy (FTIR) methods. Weight loss showed that soaking
for 9 days with the addition of 3 mL of the extract gave an average value of the
maximum efficiency of 75.97% with an average of the minimum corrosion rate of
0.89 mpy. Polarization shows the polarization curve shifts to the anodic direction
in addition of 1,2,3 mL extract, and shifted toward the cathodic curve to the
addition of 4 mL. The presence of inhibitor causes decrease in the corrosion rate
from 24.8 to 5.04 μA.cm-2, thus confirm the results of weight loss that Beluntas
leaves extract can inhibit the corrosion of low carbon steel in 3.5% NaCl solution .
The polarization showed that the Beluntas leaves extract acts through mixed mode
of inhibition, as evident from the values of Ecorr, which do not increase or decrease
in a regular manner from the blank value. FTIR showed that the Beluntas leaves
extract adsorbed on the surface of low carbon steel and the process of adsorption
occurs through a functional group extract. Beluntas leaves extract shows
Langmuir adsorptions isotherm that indicated the monolayer formation on the low
carbon steel surface."
2012
T31694
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kori Yati
"Penyakit yang disebabkan oleh jamur masih terus berkembang luas di Indonesia, salah satunya kandidiasis kulit yang disebabkan oleh genus candida terutama Candida albicans (C. albicans). Ekstrak etanol daun tembakau merupakan bahan alam yang bermanfaat sebagai antijamur, memiliki banyak kandungan, salah satunya yaitu nikotin sebagai komponen aktif utama. Fraksinasi dilakukan untuk memperoleh fraksi aktif yang berfungsi sebagai antijamur. Fraksi aktif tersebut diformulasikan dalam sediaan gel nanoemulsi agar memiliki kemampuan penetrasi ke dalam lapisan kulit dengan lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh formula gel nanoemulsi fraksi aktif daun tembakau yang stabil dan memiliki aktivitas antijamur. Sediaan gel nanoemulsi dibuat menggunakan Virgin Coconut Oil (VCO) sebagai fase minyak, kombinasi Tween 80 dan sucrose palmitate ester sebagai surfaktan, sorbitol sebagai kosurfaktan, akua destilata sebagai fase air dan Carbopol 940 sebagai gelling agent. Evaluasi yang dilakukan yaitu uji karakteristik dan skrining ekstrak dan hasil fraksinasi, penentuan fraksi aktif sebagai antijamur C. albicans, pengembangan validasi metode analisis nikotin, uji karakteristik fisika dan kimia sediaan, serta uji aktivitas antijamur terhadap C. albicans (ATCC 90028). Hasil skrining dari fraksi n-butanol mengandung alkaloid dan fenol dengan kandungan Piridin, 3- (1-metil-2-pirolidin sebesar 65,35%. Fraksi n-butanol sebagai fraksi aktif dengan nilai Minimum Inhibition Consentration (MIC) dan Minimum Fungicidal Concentration (MFC) fraksi n-butanol sebesar 78,13 μg/mL dan 130,21 μg/mL. Validasi metode analisis diperoleh koefisien korelasi 0,9996, LOD dan LOQ sebesar 6,50 µg/mL dan 19,69 µg/mL. Uji Selektivitas menujukkan bahwa tidak ada senyawa yang memberikan respon pada waktu yang bersamaan dengan waktu retensi nikotin atau tidak ada interferensi di sekitar daerah uji. Hasil recovery dari uji akurasi sebesar 99,656%, presisi menghasilkan koefisien variasi sebesar 0,9%, dan uji kesesuaian sistem memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Hasil uji stabilitas terhadap sediaan gel nanoemulsi fraksi n-butanol ekstrak etanol daun tembakau menunjukkan bahwa sediaan tersebut masih stabil hingga minggu ke 4, gel nanoemulsi fraksi n-butanol ekstrak etanol daun tembakau memiliki aktivitas antijamur ditunjukkan dengan hasil analisis statistik persen inhibisi dengan nilai p > 0,05 untuk konsentrasi 281,25-4500 µg/mL. Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan, fraksi n-butanol sebagai fraksi aktif terhadap C. albicans, dapat diformulasi dalam bentuk gel nanoemulsi yang stabil sampai minggu ke-4.

Skin diseases caused by fungi are still common in Indonesia, one is candidiasis caused by the genus Candida, especially Candida albicans (C. albicans). Ethanol extract from tobacco leaves is a natural ingredient that is useful as an antifungal, it has many ingredients, one of which is nicotine as the main active component. Fractionation is carried out to obtain an active fraction that functions as an antifungal. The active fraction is formulated in a nanoemulsion gel preparation to have a better ability to penetrate. This study aimed to obtain a nanoemulsion gel formula of the active fraction of tobacco leaves which is stable and has antifungal activity. Nanoemulsion gel preparations were prepared using Virgin Coconut Oil (VCO) as the oil phase. Tween 80 and sucrose palmitate ester was used as a surfactant, sorbitol as cosurfactant, distillate aqua as water phase, and Carbopol 940 as a gelling agent. The evaluation carried out included testing the active fraction's characteristics, developing the nicotine method's validation, testing the preparations' characteristics, and testing the antifungal activity against C. albicans (ATCC 90028). Screening result of n-butanol fraction containing alkaloid and phenol with Pyridine, 3-(1-methyl-2-pyrrolidin 65,35%. N-butanol fraction as the active fraction with Minimum Inhibition Consentration (MIC) and Minimum Fungicidal Concentration (MFC) values ​​of n-butanol fraction of 78.13 μg/mL and 130.21μg/mL. The validation of the nicotine analysis method obtained coefficient of correlation was 0.9996, LOD and LOQ were 6.50 g/mL and 19.69 g/mL. The selectivity test showed that there were no compounds that respond at the same time as the nicotine retention time or there was no interference around the test area. Meanwhile, the accuracy test was 99.656%, and coefficient of variation precision test was found to be 0.9%, and system suitability test complied the specified requirements The results of the stability test on the nanoemulsion gel preparation of the n-butanol fraction of the ethanol extract of tobacco leaves showed that the preparation was still stable until the 4th week, and based on statistical analysis, nanoemulsion gel n-butanol fraction of ethanol extract from tobacco leaves showed inhibition percent with sig value > 0,05 for 281.25-4500 µg/mL concentration. From the results obtained, it can be concluded that the n-butanol fraction, as an active fraction against C. albicans, can be formulated in the form of a nanoemulsion gel that was stable until the 4th week."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
R. Muhammad Kevin Baswara
"Latar Belakang: Candida albicans adalah mikroorganisme komensal yang umum ditemui sebagai flora normal pada tubuh. Namun demikian gangguan kondisi imun dapat menyebabkan jamur ini menjadi berubah menjadi patogen. Mikroorganisme ini salah satu penyebab mortalitas dan morbiditas di dunia. Penggunaan antiseptik bermanfaat untuk pencegahan dan pengobatan infeksi jamur. Moringa oleifera merupakan tanaman yang sering ditemukan di Afrika dan Asia dan memiliki berbagai komponen bioaktif yang memiliki potensi sebagai antiseptik. Metode: Jamur yang digunakan pada penelitian ini C. albicans ATCC 14053. Sampel yang diuji keefektifannya adalah ekstrak daun M. oleifera dengan pelarut etanol 70%. Penelitian ini dilakukan dengan mengukur pertumbuhan koloni C. albicans pada kontrol dan sampel dengan waktu kontak 1, 2, dan 5 menit. Efektivitas antiseptik dinilai dengan melakukan penghitungan sesuai prinsip percentage kill. Hasil: Hasil perhitungan koloni C. albicans dengan metode percentage kill dalam waktu kontak selama 1, 2, dan 5 menit masing-masing adalah 62.39%, 80.85%, dan 90%. Waktu kontak selama 5 menit memiliki efektivitas yang baik. Kesimpulan: Ekstrak daun M. oleifera memiliki potensi sebagai antiseptik yang efektif terhadap C. albicans.

Introduction: Candida albicans is a commensal microorganism that is commonly found as normal flora in the body. However, immune disorders can cause this fungus to turn into a pathogen. This microorganism is one of the causes of mortality and morbidity in the world. The use of antiseptics is useful for preventing and treating fungal infections. Moringa oleifera is a plant that is often found in Africa and Asia and has various bioactive components that have potency as antiseptic. Method: The fungus used in this research was C. albicans ATCC 14053. The sample whose effectiveness was tested was M. oleifera leaf extract with ethanol 70% solvent. This research was carried out by measuring the growth of C. albicans colonies on controls and samples with contact times of 1, 2 and 5 minutes. The effectiveness of antiseptics was assessed by calculating according to the percentage kill principle. Results: The results of calculating C. albicans colonies using the percentage kill method in contact times of 1, 2, and 5 minutes were 62.39%, 80.85%, and 90%, respectively. A contact time of 5 minutes has good effectiveness. Concl\\\: M. oleifera leaf extract has the potential to be an effective antiseptic against C. albicans"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marita Kurniati
"Tuberkulosis merupakan penyakit yang masih menjadi ancaman global. Lamanya waktu pengobatan dan toksisitas yang cukup tinggi mendorong penemuan obat alternatif yang berperan sebagai komplemen maupun pengganti obat antituberkulosis. Sambiloto, pegagan, beluntas, sirsak dan nanas kerang dipercaya masyarakat sebagai obat tradisional untuk mengobati tuberkulosis.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antituberkulosis ekstrak air herba sambiloto, herba pegagan, daun beluntas, daun sirsak dan daun nanas kerang terhadap isolat Mycobacterium tuberculosis strain H37Rv dan strain Multidrug Resistant. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan air, dilanjutkan dengan penapisan fitokimia. Pengujian aktivitas antituberkulosis dilakukan dengan metode proporsi pada konsentrasi 2,5; 5; dan 10 mg/mL dengan rifampisin sebagai kontrol positif dan menggunakan medium Lowenstein Jensen. Pengamatan dilakukan setiap minggu sampai minggu ke-4, data yang didapatkan dianalisis secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan kelima ekstrak memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis baik strain H37Rv maupun strain Multidrug Resistant. Ekstrak air daun beluntas mampu membunuh Mycobacterium tuberculosis strain H37Rv dan strain Multidrug Resistant pada konsentrasi 10 mg/mL. Ekstrak air nanas kerang mampu membunuh Mycobacterium tuberculosis strain H37Rv dan strain Multidrug Resistant pada konsentrasi 5 mg/mL.

Tuberculosis is a disease that remains a global threat. The length of treatment time and Fairly high toxicity of chemicals consumed drug discovery encourage alternative drug that acts as a complement or substitute for antituberculosis drugs. Sambiloto, pegagan, beluntas, soursop and oyster plants are plants that public trust as a traditional medicine to treat tuberculosis.
This study aimed to test the antituberculosis activity of aqueous extract of sambiloto herbs, pegagan herbs, beluntas leaves, soursop leaves and oyster plant leaves against isolates of Mycobacterium tuberculosis strains H37Rv and Multidrug Resistant strain of Mycobacterium tuberculosis. Extraction is done by maceration method using aquadest, followed by phytochemical screening. Antituberculosis activity assays performed with proportion method at a concentration of 2,5; 5; and 10 mg/mL with rifampicin as a positive control and using Lowenstein Jensen medium. Observations were made every week until week-4, the data were analyzed descriptively.
The results showed that five of extract could inhibit the growth of Mycobacterium tuberculosis strains H37Rv and Multidrug Resistant strains. Aqueous extract of beluntas leaves could kills Mycobacterium tuberculosis strains H37Rv and Multidrug Resistant strain at concentration of 10 mg/mL. Aqueous extract of oyster plant leaves kills Mycobacterium tuberculosis strain H37Rv and Multidrug Resistant strains at a concentration of 5 mg/mL.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S53826
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gloria Gabriella
"Indonesia merupakan salah satu negara beriklim tropis dan memiliki kelembaban udara tinggi. Kondisi ini memicu pertumbuhan Candida albicans dan menyebabkan infeksi jamur. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk menemukan senyawa kandidat antifungi berbasis sumber daya alam seperti tumbuhan dan memiliki efek samping yang rendah, terutama turunan lipid seperti senyawa lipoamida. Pada penelitian ini, asam oleat telah diesterifikasi dengan dry methanol menggunakan katalis asam HCl menghasilkan metil oleat. Selanjutnya ikatan rangkap pada metil oleat dioksidasi menggunakan KMnO4 encer dalam suasana basa dan suhu 25oC. Keberhasilan oksidasi ditunjukkan dari penurunan bilangan iod dari 79,56 mg/g menjadi 4,82 mg/g. Selanjutnya, dilakukan reaksi amidasi dengan asam amino glisina dan fenilalanina. Produk – produknya diidentifikasi dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT), dan dikarakterisasi menggunakan FT-IR (Fourier Transform Infra Red). Hasil FTIR lipoamida menunjukkan adanya overlapping gugus - OH dan -NH stretch pada bilangan gelombang sekitar 3200 – 3500 cm-1, gugus C=O amida pada 1652 cm-1 dan 1666 cm-1, serta gugus C-N stretch pada 1326 cm-1dan 1248 cm-1 untuk lipoamida – glisin dan lipoamida – fenilalanin. Produk lipoamida tidak terdeteksi memiliki aktivitas antifungi terhadap Candida albicans pada konsentrasi 1000 ppm.

Indonesia is a country with tropical climate and has high humidity. This condition stimulates the growth of Candida albicans and causes a fungal infection. Various studies have been carried out to obtain candidate compounds for antifungal based on natural resources such as plants and have low side effects, especially lipid derivatives such as lipoamide compounds. In this research, the esterification of oleic acid with dry methanol was carried out using HCl as an acid catalyst to produce methyl oleate (MO). Furthermore, the double bond in MO is oxidized using dilute KMnO4 under alkaline conditions at 25oC low temperature. The success of oxidation was indicated by the decrease in the iodine value from 79,56 mg/g to 4,82 mg/g. Furthermore, the oxidized methyl oleate was amidated with the amino acid glycine and phenylalanine. The products obtained were identified by Thin Layer Chromatography (TLC) and characterized by FT- IR. FTIR results of lipoamides show overlapping between -OH and -NH stretch around 3200 – 3500 cm-1, C=O amide at 11652 cm-1 and 1666 cm-1, and C-N stretch at 1326 cm- 1 and 1248 cm-1 for lipoamide – glycine and lipoamide – phenylalanine. The antifungal activity test results showed that the lipoamide products were not detected to have antifungal activity against Candida albicans at 1000 ppm."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>