Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 185908 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anya Prilla Azaria
"ABSTRAK
Pemakaian campuran 20% biodiesel dengan minyak solar (B-20) dilaporkan menyebabkan tersumbatnya filter bahan bakar kendaraan diesel terutama pada suhu dingin dingin. Penyumbatan tersebut disebabkan oleh adanya endapan dari aglomerasi Monogliserida (MG). Adanya endapan tersebut mempengaruhi karakteristik biodiesel yaitu flow properties yang dapat diukur dengan 5 parameter : viskositas, densitas, Cloud Point (CP), Pour Point (PP), dan Cold Filter Plugging Point (CFPP). Berdasarkan penelitian sebelumnya, penambahan surfaktan Sorbitan Monooleat (SMO) pada biodiesel dapat menurunkan CP dan PP berturut-turut sampai 3°C. Dilaporkan bahwa, penambahan alkohol sebagai co-surfaktan dapat meningkatkan kinerja SMO. Pada penelitian ini, digunakan surfaktan SMO dengan co-surfaktan octanol. Octanol yang merupakan jenis alkohol dengan rantai panjang dan dapat berinteraksi lebih baik dengan SMO. Pada setiap biodiesel dengan kandungan MG yang berbeda, penambahan SMO divariasikan sebesar 0,1-1% volume biodiesel. Perbandingan fraksi mol SMO/octanol yang digunakan adalah 1:1. Penyimpanan sampel biodiesel dikondisikan pada suhu ruang (±27°C) dan suhu dingin (±16°C). Pengaruh SMO dan octanol terhadap suhu awal pembentukan kristal MG pada biodiesel dianalisa dengan metode Differential Scanning Calorimetry (DSC). Karakterisasi awal biodiesel juga dilakukan untuk mengetahui kadar MG, flash point, dan acid number. Pengaruh terhadap flow properties diukur berdasarkan 5 parameter yaitu : viskositas, densitas, CP, PP, dan CFPP. Sedangkan perubahan diameter partikel MG dianalisa dengan Particle Size Analyzer (PSA), dan interaksi antara MG dan SMO dengan Octanol dianalisa dengan Fourier Transform Infra-Red Spectroscopy (FTIR). Penggunaan SMO dan octanol dapat menurunkan CP, PP, dan CFPP secara berturut-turut sebesar ±4,6°C, ±4°C, dan ±3°C yang menyebabkan perubahan suhu melting MG dari 9,79°C menjadi 4,97°C untuk biodiesel dengan kadar MG sebesar 0,4% (B-100A) dan 22,21°C menjadi 21,54°C untuk biodiesel dengan kadar MG sebesar 0,6% (B-100C). Perubahan diameter partikel MG sebelum dan setelah penambahan SMO dan octanol berturut-turut sebagai berikut, 8,18 menjadi 0,30 μm, 38,17 menjadi 3,63 μm, dan 68,28 menjadi 8,90 μm. Analisa FTIR mengindikasikan adanya pergeseran bilangan gelombang pada MG sebelum dan sesudah penambahan SMO dan octanol yang mengindikasikan terjadinya ikatan hidrogen intermolekular yang dapat mengurangi tegangan permukaan biodiesel dan menyebabkan perbaikan flow properties biodiesel.

ABSTRACT
The use of mixture of 20% biodiesel with diesel oil (B-20) is reported to cause blockage of diesel vehicle fuel filters, especially at cold temperatures. The blockage is caused by the agglomeration of Monoglycerides (MG). The presence of these deposits affects the characteristics of biodiesel's flow properties which can be measured by 5 parameters: viscosity, density, Cloud Point (CP), Pour Point (PP), and Cold Filter Plugging Point (CFPP). Based on the previous research, the addition of Sorbitan Monooleate (SMO) to biodiesel can reduce CP and PP, respectively, up to 3°C. It was reported that the addition of alcohol as co-surfactant can improve the SMO's performance. In this study, the SMO surfactant were used with the octanol co-surfactants. Octanol is a type of alcohol with a long chain and can interact better with the SMO. For each biodiesel with different MG's level, the addition of SMO was varied by 0,1-1% by volume biodiesel. The molar ratio of SMO/octanol used is 1:1. Biodiesel samples were storaged at room temperatures (±27°C) and cold temperatures (±16°C). The effect of SMO and octanol on the initial temperature of MG's crystal formation on biodiesel was analyzed by the Differential Scanning Calorimetry (DSC) method. The initial characterization of biodiesel was also analyzed to determine the MG's level, flash point, and acid number. The effect on flow properties was measured based on 5 parameters: viscosity, density, CP, PP, and CFPP. Whereas changes in MG's particle diameter were analyzed by Particle Size Analyzer (PSA), and the interaction between MG and SMO with octanol were analyzed by Fourier Transform Infra-Red Spectroscopy (FTIR). The use of SMO and octanol could reduce CP, PP, and CFPP respectively by ±4,6°C, ±4°C, and ±3°C which caused changes in MG melting temperature from 9,79 to 4,97°C for biodiesel with MG's level of 0,4% (B-100A) and 22,21°C to 21,54°C for biodiesel with MG's level of 0.6% (B-100C). Changes in the diameter of MG's particle before and after the addition of SMO and octanol are respectively, 8,18 to 0,30 μm, 38,17 to 3,63 μm, and 68,28 to 8,90 μm. FTIR analysis indicated wavenumber's shifts in MG before and after the addition of SMO and octanol which indicates the intermolecular hydrogen bonds that can reduce the surface tension of biodiesel and cause improvements in biodiesel's flow properties.
"
2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herlin Arina
"Menipisnya bahan bakar fosil adalah salah satu alasan utama untuk menggunakan energi alternatif terutama biodiesel kelapa sawit. Dilaporkan bahwa penggunaan biodiesel dalam kondisi suhu rendah menyebabkan penyumbatan pada filter bahan bakar kendaraan. Penyumbatan disebabkan oleh adanya endapan yang terbentuk dari aglomerasi monogliserida. Kehadiran deposit ini mengurangi sifat aliran biodiesel. Penelitian telah dilakukan untuk meningkatkan sifat aliran dengan menambahkan surfaktan Sorbitan Monooleate (SMO). Dalam penelitian ini, digunakan biodiesel berbeda dengan konten monogliserida berbeda yaitu dengan kandungan 0,46% - 0,65% massa. Di setiap biodiesel, penambahan SMO bervariasi dengan 0,1% - 1% volume. Penyimpanan sampel biodiesel dikondisikan pada suhu rendah (16ºC) dan pada suhu ruang (± 27ºC). Penambahan SMO pada biodiesel dapat menghambat aglomerasi monogliserida sehingga dapat memperbaiki nilai flow properties biodiesel. Pengaruh SMO pada suhu awal pembentukan kristal / lilin pada biodiesel dianalisis dengan metode diferensial pemindaian kalorimetri (DSC), sedangkan efek pada sifat aliran dianalisis menggunakan 4 parameter: viskositas, densitas, titik kabut, dan Cold Filter Plugging Point (CFPP). Pengujian dilakukan setiap 1 minggu untuk setiap sampel biodiesel. Penggunaan SMO 0,1% - 1% untuk memperbaiki flow properties dengan menurunkan titik kabut sebesar ± 4,20C dan CFPP sebesar 20C.

Depletion of fossil fuel is one of leading factor to use alternate energy especially palm oil biodiesel. It was reported that the use of the biodiesel in cold condition caused a blockage in the vehicles fuel filter. Blockage is caused by the presence of deposits formed from agglomeration of monoglycerides that decreases the flow properties of biodiesel. Research has been carried out to improve the flow properties by adding Sorbitan Monooleate (SMO) surfactant.  In this research, three different biodiesels with monoglyceride content were used 0,46% - 0,65% by mass. In each biodiesel, the addition of SMO is varied by 0,1% - 1% by volume then samples is conditioned at low temperatures (160C) and at room temperature (± 270C). The addition of SMO to biodiesel can inhibit agglomeration of monoglycerides . The effect of SMO on the initial temperature of crystal formation/wax on biodiesel was analyzed by the method of differential scanning calorimetry (DSC), while the effect on flow properties was analyzed using 4 parameters: viscosity, density, cloud point, and cold filter plugging point (CFPP). Tests are carried out every 1 week for each biodiesel sample. The use of SMO 0,1% - 1% improves flow properties by decreasing the cloud point by ± 4,20C and CFPP by 20C."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T53257
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Madani
"Permasalahan energi mendorong dikembangkannya bahan bakar alternatif terbarukan yaitu biodiesel. Namun penggunaan biodiesel terkendala karena memiliki kekurangan yaitu rendahnya stabilitas oksidasi. Reaksi oksidasi menyebabkan biodiesel mengalami perubahan sifat sehingga mengakibatkan korosi, penyumbatan jalur bahan bakar, dan pengotoran saat biodiesel digunakan. Oksidasi biodiesel dapat dihindari dengan penambahan antioksidan. Pyrogallol merupakan antioksidan yang memiliki efektivitas paling tinggi dibandingkan antioksidan lain. Akan tetapi, pyrogallol memiliki kekurangan yaitu sulit larut dalam biodiesel. Untuk mengoptimalkan performa pyrogallol dalam meningkatkan stabilitas oksidasi biodiesel maka dispersi pyrogallol harus ditingkatkan.
Pada penelitian ini surfaktan sorbitan monooleate ditambahkan ke dalam biodiesel untuk meningkatkan dispersi pyrogallol karena merupakan surfaktan nonionic yang baik sebagai pengemulsi water in oil. Penambahan sorbitan monooleate dilakukan dengan variasi konsentrasi yang berbeda untuk mengetahui jumlah komposisi sorbitan monooleate terbaik yang dapat meningkatkan stabilitas oksidasi biodiesel. Stabilitas oksidasi biodiesel diukur berdasarkan penambahan angka asam dan viskositas kinematic selama enam belas hari masa penyimpanan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan penambahan surfaktan sorbitan monooleate dapat meningkatkan dispersi pyrogallol dalam biodiesel dan meningkatkan kinerja pyrogallol dalam menjaga stabilitas oksidasi biodiesel. Selain itu konsentrasi surfaktan sorbitan monooleate yang ditambahkan berpengaruh terhadap kinerja antioksidan. Penambahan surfaktan sorbitan monooleate 300 ppm dan pyrogallol 1000 ppm rasio 3:10 merupakan penambahan yang paling baik yang dapat menjaga oksidasi biodiesel.

Energy problems encourage for development of alternative renewable fuel, biodiesel. However usage of biodiesel is obstructed because of its weakness, low oxidation stability. Oxidation reaction makes change of biodiesel properties so it causes corrosion, plugging of fuel lines, and fouling when it is used. Oxidation of biodiesel can be prevented by adding antioxidant. Pyrogallol is one of antioxidant which has the highest effectivity than other antioxidant. However pyrogallol has weakness, it is easier to soluble in water than in biodiesel. To optimize pyrogallol performance in increasing oxidation stability of biodiesel, pyrogallol dispersion need to be improved.
In this research surfactant sorbitan monooelate is added in increasing pyrogallol dispersion because it is nonionic surfactant which is good as emulsifier water in oil. Sorbitan monooelate surfactant is added by varying its concentration to know the best composition of sorbitan monooleate which can increase oxidation stability of biodiesel. Oxidation stability is measured by acid and viscosity in sixteen days of storage.
Result shows that addition of surfactant sorbitan monoolete can increase dispersion of pyrogallol in biodiesel and performance of pyrogallol to keep oxidation stability of biodiesel. Concentration of surfactant sorbitan monooleate which is added also has effect to performance of antioxidant pyrogallol. Adding surfactant sorbitan monooleate 300 ppm and pyrogallol 1000 ppm rasio 3 10 is the best for keep oxidation stability of biodiesel.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Adhitya
"Biodiesel merupakan salah satu solusi bahan bakar alternatif yang tepat digunakan di Indonesia karena Indonesia merupakan salah satu produsen Crude Palm Oil CPO terbesar di dunia. Saat ini, Biodiesel digunakan sebagai campuran dari diesel dari minyak bumi Solar. Masalah utama yang terjadi adalah kecenderungan biodiesel untuk teroksidasi sehingga menurunkan storage life. Masalah tersebut dapat diatasi dengan penambahan aditif antioksidan seperti tert-Butylhydroquinone TBHQ yang harganya murah dan banyak tersedia di pasaran. Performa TBHQ kurang memuaskan karena dispersinya yang buruk saat dicampur pada biodiesel. Oleh karena itu, TBHQ dicampurkan kedalam biodiesel dengan bantuan surfaktan Sorbitan monooleate yang bertujuan untuk meningkatkan dispersi sehingga performanya sebagai antioksidan lebih baik. Pencampuran tersebut dilakukan dengan beberapa langkah, yaitu pertama-tama mencampurkan TBHQ dengan surfaktan, kemudian dicampurkan kedalam biodiesel, serta dilakukan uji dispersi. Biodiesel diuji ketahanan oksidasinya sebelum dan setelah dicampurkan TBHQ dan surfaktan dengan bilangan asam dan bilangan iodin. Pengujian tersebut menunjukkan bahwa penambahan surfaktan Sorbitan Monooleate mampu meningkatkan dispersi TBHQ pada biodiesel. Peningkatan ketahanan oksidasi pada biodiesel paling baik terjadi setelah penambahan surfaktan Sorbitan Monooleate 300 ppm dan TBHQ 2000 ppm.

Biodiesel is one of the best alternative fuels solutions to be used in Indonesia because Indonesia is one of the largest producers of Crude Palm Oil CPO in the world. Currently, Biodiesel is used as a mixture of diesel from petroleum Solar. The main problem that occurs is the tendency of biodiesel to oxidize, thus lowering the shelf life. The problem can be solved by the addition of antioxidant additives such as tert Butylhydroquinone TBHQ which is cheap and widely available in the market. TBHQ performance is less satisfactory because of poor dispersion when mixed in biodiesel. Therefore, TBHQ is incorporated into biodiesel with the help of Sorbitan monooleate surfactant which aims to increase dispersion so that its performance as an antioxidant is better. Mixing can be done with several steps, namely first mixing TBHQ with surfactant, then mixed into biodiesel, and conducted by dispersion test. Biodiesel tested its oxidation resistance before and after mixed TBHQ and surfactant with acid number and iodine number. The tests showed that the addition of Sorbitan Monooleate surfactant increased the dispersion of TBHQ antioxidant additive in biodiesel. The best improvement of oxidative stability of biodiesel occur after adding the Sorbitan Monooleate 300 ppm and TBHQ 2000 ppm to the biodiesel."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iva Raudyatuzzahra
"ABSTRAK Pertumbuhan penduduk dan tingkat ekonomi yang tinggi mengakibatkan kebutuhan bahan bakar semakin meningkat. Biodiesel sebagai bahan bakar terbarukan dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif. Penurunan kualitas selama masa penyimpanan akibat dari rendahnya stabilitas oksidasi biodiesel menjadi salah satu kendala dalam pemanfaatan biodiesel. Salah satu cara untuk meningkatkan stabilitas oksidasi adalah dengan menambahkan antioksidan. Tert-Butylhydroquinone TBHQ adalah salah satu antioksidan yang dapat digunakan sebagai aditif biodiesel. Akan tetapi TBHQ dan biodiesel berbeda kepolaran sehingga TBHQ sulit terdispersi di dalam biodiesel. Dispersi TBHQ dapat ditingkatkan dengan memanfaatkan surface actuve agent surfaktan . Polyglyceryl-4-isostearate adalah surfaktan pengemulsi water in oil yang dapat membuat campuran yang memiliki perbedaan kepolaran menjadi homogen. Pada penelitian ini, biodiesel diberikan aditif berupa antioksidan TBHQ dengan konsentrasi sama dan aditif surfaktan polyglyceryl-4-isostearate dengan konsentrasi yang divariasikan. Karakteristik biodiesel yang diamati sebagai parameter stabilitas oksidasi adalah perubahan bilangan asam dan bilangan iodin selama empat minggu periode penyimpanan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan surfaktan polyglyceryl-4-isostearate dapat meningkatkan kelarutan TBHQ di dalam biodiesel sehingga kinerja TBHQ sebagai antiosidan dalam biodiesel mengalami peningkatan. Konsentrasi penambahan aditif paling baik untuk menjaga stabilitas oksidasi biodiesel adalah 2000 ppm antioksidan TBHQ dan 300 ppm surfaktan polyglyceryl-4-isostearate.
ABSTRACT >Population growth and high economic levels result in increasing fuel demand. Biodiesel as a renewable fuel can be utilized as an alternative fuel. The used of biodiesel is constrained due to low oxidatio stabilitythat causes decreasing quality of biodiesel. The addition of antioxidant additive is needed to improve oxidation stability. Tert Butylhydroquinone TBHQ is one of the antioxidants that can be used as a biodiesel additive. However, TBHQ and biodiesel are different in polarity so that TBHQ is difficult to dispersed in biodiesel. TBHQ dispersions can be increased by utilizing surface actuve agents surfactants . Polyglyceryl 4 isostearate is a water in oil emulsifying surfactant which can make a mixture of polar differences to be homogeneous. In this study, biodiesel was given a TBHQ antioxidant additive with the same concentration and a polyglyceryl 4 isostearate surfactant additive with varied concentrations. The characteristics of biodiesel observed as parameters of oxidation stability such as the change of acid number and iodine number during four weeks of storage period. The results of this study show that the addition of polyglyceryl 4 isostearate surfactant can increase TBHQ solubility in biodiesel so that the performance of TBHQ to maintain oxidative stability also increases. The best composition to maintain biodiesel oxidation stability is 2000 ppm of antioxidant TBHQ and 300 ppm of polyglyceryl 4 isostearate surfactant."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dziki ufidian alwi
"

Penggunaan Biodiesel kelapa sawit sebagai campuran bahan bakar minyak solar semakin meningkat seiring dengan penerapan peraturan pemerintah yang mewajibkan pencampuran biodiesel ke dalam minyak solar sebanyak 20% menjadi biosolar (B-20) pada tahun 2016 dan 30% (B-30) pada tahun 2020. Dilaporkan bahwa penggunaan B-20 menyebabkan penyumbatan pada saringan bahan bakar kendaraan. Penyumbatan disebabkan oleh adanya endapan yang terbentuk dari aglomerasi monogliserida terutama monopalmitin. Adanya endapan ini menurunkan sifat kemudahan alir (flow properties) B-20. Telah dilakukan penelitian untuk memperbaiki flow properties biodiesel dengan penambahan surfaktan Sorbitan Monooleate (SMO). Penambahan SMO pada biodiesel menyebabkan turunnya nilai cold filter plugging point (CFPP) yang dapat menghambat aglomerasi monogliserida. Pada pengujian pengaruh monogliserida terhadap terbentuknya endapan, kadar monopalmitin pada biodiesel divariasikan sebesar 0,4%, 0,5% dan 0,8% massa. Sampel ini dikondisikan pada suhu rendah (160C) selama 24 jam, kemudian dibiarkan pada suhu kamar untuk selanjutnya disaring dan ditimbang endapannya. Semakin tinggi kandungan monogliserida dalam biodiesel, maka semakin banyak endapan yang terbentuk. Penelitian dengan SMO menggunakan biodiesel yang memiliki kandungan monogliserida yang berbeda-beda, yaitu sebesar 0,46% (B-100 A), 0,55% (B-100 B), dan 0,65% massa (B-100 C). Pada setiap biodiesel, penambahan SMO di variasikan 0,1%, 0,5%, dan 1% volume. Penyimpanan sampel biodiesel dikondisikan pada suhu rendah (160C) dan pada suhu ruang (± 270C). Pengaruh SMO terhadap suhu awal pembentukan kristal/wax pada biodiesel dianalisa dengan metode differential scanning calorimetry (DSC), sedangkan pengaruhnya terhadap flow properties dianalisis menggunakan 4 parameter yaitu : viskositas, densitas, titik kabut, dan cold filter plugging point (CFPP). Pengujian dilakukan setiap 1 minggu sekali untuk setiap sampel biodiesel. Penggunaan SMO 0,1% - 1% memperbaiki flow properties dengan menurunkan titik kabut sebesar ± 1,60C dan CFPP sebesar 20C, yang diakibatkan oleh penurunan suhu awal pembentukan kristal dari 10,470C menjadi 6,990C.


The use of palm oil biodiesel as a mixture of diesel oil fuel is increasing along with the application of government regulations that require mixing biodiesel into diesel oil as much as 20% to biodiesel (B-20) in 2016 and 30% (B-30) in 2020. It was reported that the use of the B-20 caused a blockage in the vehicle's fuel filter. Blockage is caused by the presence of deposits formed from agglomeration of monoglycerides, especially monopalmitin. The presence of these deposits decreases the flow properties of B-20. Research has been carried out to improve the flow properties of biodiesel by adding Sorbitan Monooleate (SMO) surfactant. The addition of SMO to biodiesel causes a decrease in the value of cold filter plugging point (CFPP) which can inhibit agglomeration of monoglycerides. In testing the effect of monoglycerides on the formation of deposits, the level of monopalmitin in biodiesel was varied by 0,4%, 0,5% and 0,8% by mass. This sample is conditioned at a low temperature (160C) for 24 hours, then left at room temperature to then filter and weigh the precipitate. The higher content of monoglycerides in biodiesel, the more deposits are formed. Research with SMO uses biodiesel which has different monoglyceride content, which is 0,46% (B-100 A), 0,55% (B-100 B), and 0,65% mass (B-100 C). In each biodiesel, the addition of SMO is varied by 0,1%, 0,5%, and 1% by volume. Storage of biodiesel samples is conditioned at low temperatures (160C) and at room temperature (± 270C). The effect of SMO on the initial temperature of crystal formation / wax on biodiesel was analyzed by the method of differential scanning calorimetry (DSC), while the effect on flow properties was analyzed using 4 parameters: viscosity, density, cloud point, and cold filter plugging point (CFPP). Tests are carried out every 1 week for each biodiesel sample. The use of SMO 0,1% - 1% improves flow properties by decreasing the cloud point by ± 1.60C and CFPP by 20C, which is caused by a decrease in the initial temperature of the crystal formation from 10,470C to 6,990C.

"
2019
T52106
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Julliana Isnuuntari
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui total biaya ekonomi produksi biodiesel minyak kelapa sawit. Biaya produksi dihitung dari tahap penanaman kelapa sawit di perkebunan, pengolahan menjadi minyak kelapa sawit dan pengolahannya menjadi biodiesel serta distribusi ke depo Pertamina. Pada tingkat perkebunan mengasumsikan luas lahan tanam 6.000 ha di Provinsi Riau. Total biaya ekonomi produksinya yaitu Rp 1.023/kg, dengan komponen biaya terbesar yaitu biaya tenaga kerja (41%) dan biaya material (27%). Biaya lingkungan dan biaya sosial yang merupakan eksternalitas negatif dari perkebunan sawit adalah Rp 169/kg (16%). Pada pabrik kelapa sawit dilakukan perhitungan pada 4 skala pabrik, dan total biaya produksi rata-rata terendah adalah skala 45 ton/jam, yaitu Rp 5.511/kg. Komponen biaya terbesarnya yaitu biaya proses (65%) dan biaya material (22%). Pada pabrik biodiesel dilakukan perhitungan pada 2 skala pabrik, dan biaya produksi rata-rata terendah adalah skala 300 ton per day yaitu Rp 9.721/kg. Secara total biaya ekonomi produksi biodiesel dari kelapa sawit mulai dari tahap penanaman sampai distribusi adalah Rp 9.971/kg, dengan komponen biaya terbesar yaitu biaya material (64%) dan biaya proses (30%). Perhitungan rinci komponen biaya produksi ini menghasilkan beberapa masukan bagi kebijakan efisiensi biaya produksi biodiesel guna meningkatkan ketahanan energi nasional melalui pemanfaatan biodiesel sebagai pengganti bahan bakar fosil.

This study aims to calculate the total economic cost of biodiesel production from palm oil. The production cost is calculated from the plantation level, the conversion into oil palm, the conversion into biodiesel and finally the distribution of biodiesel to Pertamina?s depot. At the plantation level, the study assumes a planting area of 6.000 hectares in Riau Province, resulting in the cost of Rp 1.023/kg with the largest components being the cost of labor (41%) and materials (27%). Environment and social cost as negative externalities incurred by oil palm plantation is Rp 169/kg (16%). In the palm oil mill stage, calculation is done on 4 different mill sizes, and the lowest total average production cost is a mill with capacity of 45 ton/hour, Rp 5.511/kg; the largest cost being processing costs (65%), and materials cost (22%). In the biodiesel plant stage, calculation was done on 2 different plant sizes and the lowest total average production cost is a plant with capacity of 300 ton per day. In total, the economic cost of biodiesel production form palm oil from the planting and distribution stages is Rp 9.971/kg, with the largest cost being materials cost (64%) and processing cost (30%). The detailed calculation on production cost results in a list of policy recommendations to enhance the efficiency of biodiesel production in order to improve national energy security through the use of biodiesel as substitute for fossil fuels."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T46094
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Yubaidah
"Tujuan penelitian ini yang pertama adalah untuk mengetahui komposisi campuran biodiesel sawit-jatropha-castor yang terbaik dari segi kualitas dengan cara mengoptimalkan beberapa parameter kunci karakteristik kimia fisik seperti stabilitas oksidasi, viskositas dan bilangan setana. Karena bahan baku biodiesel Indonesia adalah sawit yang merupakan bahan pangan, sehingga perlu dicampur dengan bahan non pangan agar ketersediaannya terjamin. Selain itu juga untuk memperbaiki cold flow properties dari biodiesel sawit.
Dan tujuan yang kedua adalah untuk mengetahui pengaruh stabilitas oksidasi biodiesel dan komposisi asam lemak terhadap emisi gas buang yang dihasilkan. Pengujian stabilitas oksidasi dilakukan dengan metode accelerated oxidation stability test dengan bahan baku biodiesel sawit, biodiesel jatropha dan biodiesel castor.
Dari hasil penelitian diperoleh komposisi yang terbaik untuk campuran sawit-jatropha adalah untuk 60 - 100% biodiesel sawit. Dimana stabilitas oksidasinya masih memenuhi syarat EN 14214 yaitu minimum 6 jam. Dengan pemakaian biodiesel emisi HC, CO, NOx dan smoke yang dihasilkan menunjukkan kecenderungan untuk turun.

This research has two goals. The first is study of the blending of palm-jatrophacastor biodiesel to get the best quality key properties characteristics such as oxidation stability, viscosity and cetane number. Due to Indonesian feedstock biodiesel is palm edible oil, so the interest in using jatropha curcas and ricinus communis (castor oil) as feedstock for the production of biodiesel and blend with palm biodiesel. The benefit of jatropha and castor biodiesel to increase cold flow properties of palm biodiesel.
The second goal is to study oxidation stability and fatty acid effects chain lenght and number of double bond on emission NOx, Carbon Monoxide, Hydro Carbon and smoke, that produced on biodiesel combustion process. The oxidation test had been controlled by accelerated conditions on palm?jatropha biodiesel blend.
The result showed that the optimum quality obtainable at 60% until 100% of palm composition. Compared to the diesel fuel, biodiesel showed lower NOx, smoke and hydrocarbon emission. And the CO emission is slightly reduced."
2009
T25964
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Subhan Nafis
"Pemanfaatan biodiesel sebagai bahan bakar alternatif solar merupakan hal yang gencar dilakukan, terutama pemanfaatan minyak sawit sebagai bahan baku biodiesel di Indonesia, mengingat ketersediannya yang cukup besar. Namun disisi lain hal ini menimbulkan kontroversi akan kekhawatiran bahwa pemanfaatan minyak sawit sebagai biodiesel akan bersaing dengan pemanfaatannya sebagai bahan baku minyak goreng. Oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan usaha untuk mengurangi pemanfaatan minyak sawit dengan melakukan pencampuran (blending) dengan minyak jarak pagar.
Studi ini berusaha mencari data tentang performan mesin diesel yang menggunakan bahan bakar biodiesel 10% (B-10), 20% (B-20), 30% (B-30), dan 100% (B-100). Komposisi bahan bakar biodiesel itu sendiri terdiri atas campuran 60% biodiesel sawit dengan 40% biodiesel jarak. Pada studi kali ini proses pembakaran diruang bakar dipelajari dengan menggunakan analisa heat release dan tekanan puncak silinder. Dari analisa ini dapat diketahui bahwa perubahan Static Injection Timing (SIT) bakar dan kecepatan putaran mesin sangat mempengaruhi tekanan yang dihasillkan dalam ruang bakar.
Bahan bakar yang lebih dahulu mengalami proses pembakaran cenderung memiliki puncak tekanan (Pmax) yang lebih tinggi, dan cenderung menyebabkan emisi Nox dan HC menjadi lebih tinggi. Untuk putaran rendah, dalam hal ini 1500 rpm pembakaran pada bahan bakar solar lebih cepat terjadi dibandingkan dengan bahan baker biodiesel, sehingga tidak terdapat perbedaan yang berarti antara penggunaan bahan bakar solar dan biodiesel. Penggunaan bahan bakar biodiesel baru menunjukkan hasil yang lebih baik dari bahan bakar solar pada kecepatan tinggi, baik dari heat release dan emisi yang dihasilkan. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T41205
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nida Adilah
"Kolom pancaran didesain dengan menggunakan nosel yang dapat mempercepat pencampuran ke arah reaksi. Tabbed nozzle mempunyai dua arah pancaran, ke arah tengah dan samping, sehingga gradien kecepatannya tinggi terhadap lingkungan sekitarnya. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan konversi dan yield biodiesel pada rasio mol metanol/CPO yang lebih rendah pada reaksi katalitik.
Variabel penelitian ini yaitu rasio mol metanol/CPO (3,75:1, 4,5:1, 5,25:1, dan 6:1). Konversi CPO dan yield tertinggi dihasilkan tabbed nozzle pada rasio mol 6:1 dalam waktu reaksi 60 menit sebesar 87,82% dan 96,64 %. Pada circular nozzle menghasilkan yield sekitar 75,06% yang lebih kecil dari tabbed nozzle pada rasio mol 5,25:1, yaitu 88,43%.

Jet column designed using nozzle that can accelerate mixing towards reaction. Tabbed nozzle has two jet directions, toward the middle and sides, so that have high velocity gradients against surroundings. This study is to increase conversion and yield of biodiesel in lower mole ratio of methanol/CPO on catalytic reaction.
This study variables are mole ratio of methanol/CPO (3,75:1, 4,5:1, 5,25:1, and 6:1). The highest CPO conversion and yield produced by tabbed nozzle at 6:1 mole ratio (60 minutes reaction) was 87.82% and 96.64%. Yield in circular nozzle is 75.06% that is smaller than tabbed nozzle at mole ratio 5,25:1, which is 88.43%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46416
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>