Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 134464 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yohanes Pandu Wicaksono
"Bahan anti peluru berfungsi untuk menahan serangan peluru dengan menahan penetrasi dan tumbukan yang dihasilkan oleh peluru yang ditembakan. Dalam perkembangannya, material komposit sudah sering digunakan sebagai bahan rompi antipeluru karena sifatnya yang kaku, kuat, dan memiliki densitas yang rendah. Material komposit serat karbon/epoksi dan serat grafit/epoksi diuji coba dalam penelitian kali ini dengan tujuan untuk mendapatkan jumlah lapisan serat karbon dan serat grafit yang dapat menahan penetrasi peluru Tipe I 38 Spesial Round Nose. Simulasi uji balistik dilakukan dengan perangkat lunak Abaqus/Eksplisit. Berdasarkan hasil simulasi, 14 lapis serat karbon/epoksi dengan ketebalan 4,2 mm dan 10 lapis serat grafit/epoksi dengan ketebalan 30 mm mampu menahan penetrasi peluru. 14 Lapis serat karbon/epoksi menyerap energi kinetik sebesar 130 Joule dan meneruskan energi kinetic sebesar 48 Joule. 10 Lapis serat grafit/epoksi menyerap energi kinetik sebesar 140,6 Joule dan meneruskan energi kinetik sebesar 32,4 Joule. Kerusakan yang terjadi pada serat karbon/epoksi berbentuk radial fracture, sedangkan pada grafit/epoksi berbentuk brittle fracture. Perubahan bentuk peluru pada simulasi 14 lapis serat karbon/epoksi berebentuk bulat sedangkan pada simulasi 10 lapis grafit/epoksi berbentuk jamur.

The bulletproof material serves to withstand the bullet attack by holding back the penetration and impact produced by the shot bullets. During its development, composite materials have often been used as bulletproof vest materials because of their rigid, strong, and low-density properties. Carbon fiber/epoxy and graphite fiber/epoxy composite material were tested in this study with the aim of obtaining the number of layers of carbon fiber and graphite fiber that can withstand the penetration of bullet type I 38 Special Round Nose. Ballistic test simulation is done by Abaqus / Explicit software. Based on the simulation results, 14 layers of carbon/epoxy fiber with the thickness of 4.2 mm and 10 layers of graphite fiber/epoxy with the thickness of 3 mm can withstand bullet penetration. 14 carbon/epoxy layers absorb 130 Joules of kinetic energy and transmit 48 Joules of energy. 10 Layers of graphite/epoxy fibers absorb kinetic energy of 140.6 Joules and transmit energy of 32.4 Joules. The damage that occurs in carbon fiber/epoxy is in the form of radial fracture, whereas in graphite/epoxy it is in the form of brittle fracture. Bullet shape changes in the simulation of 14 layers of carbon fiber/epoxy in a round shape while in the simulation of 10 layers of graphite/epoxy in the shape of a mushroom.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satria Resdiana Nugraha
"

Material komposit sangat cocok penggunaanya sebagai bahan balistik karena dari sifat kekakuan dan kekuatan serta densitas yang rendah. Selain itu, penggunaan material komposit akan meningkatkan mass efficiency serta daya tahan untuk jenis kendaraan perang serta protection devices, metode yang digunakan pada saat ini untuk melakukan pengujian ballistic impact berbasis kepada elemen hingga (finite element method) yang merupakan metode penyelesaian dengan membagi objek yang rumit menjadi bagian-bagian yang kecil dan sederhana. Hasil dari metode ini pada permasalahan balistik adalah penggambaran distribusi tegangan-regangan yang terjadi pada pelat komposit. Parameter mechanical properties dalam aplikasi Abaqus CAE, menggunakan pendekatan Johnson-Cook method serta hashin criteria untuk mengetahui damage impact yang terjadi antara proyektil dan pelat komposit. Pada penelitian ini, perforasi terjadi pada pelat graphite/epoxy dan carbon/epoxy dengan jumlah lapisan 15 ply untuk peluru tipe II dan III, sedangkan partial penetration terjadi pada pelat graphite/epoxy dengan menggunakan proyektil tipe II (9mm) pada lapisan ply ke-30, dan untuk proyektil tipe III (44 magnum) terjadi pada lapisan ply ke-72. Partial penetration terjadi pada pelat carbon/epoxy dengan menggunakan proyektil tipe II (9mm) pada lapisan ply ke-42 dan untuk proyektil tipe III (44 magnum) terjadi pada lapisan ply ke-84. Variabel young modulus yang menyebabkan graphite/epoxy lebih stiffness dibandingkan dengan  carbon/epoxy, serta variabel kecepataan yang menyebabkan kerusakan pada pelat dengan jumlah ply yang lebih banyak menggunakan proyektil tipe III (44 Magnum) dengan kecepatan 450 m/s dibandingkan proyektil tipe II (9mm) dengan kecepatan 344 m/s.

           

 


Composite materials are suitable for use as ballistic materials because of their stiffness and low strength and density. The applications of composite materials will increase mass efficiency and durability for types of war vehicles and protection devices, the method currently used to conduct ballistic impact testing based on finite element method which is a method of settlement by dividing complicated objects into small and simple parts. The result of this method in ballistic problems is the depiction of the stress-strain distribution that occurs on the composite plate. Mechanical property parameters in the Abaqus CAE application, using the Johnson-Cook approach and hashin criteria to determine the damage impact that occurs between projectiles and composite plates. In this study, perforation occurred on graphite/epoxy and carbon/epoxy plates with 15 ply layers for type II and III bullets, while partial penetration occurred on graphite/epoxy plates using type II projectiles (9mm) on the 30th ply layer, and for type III projectiles (44 magnum) occurring in the 72nd ply layer. Partial penetration occurs on carbon/epoxy plates using type II projectiles (9mm) in the 42nd ply layer and for type III projectiles (44 magnum) occurs in the 84th ply layer. The young modulus variable that causes graphite/epoxy has more stiffness compared to carbon/epoxy, and the velocity variable causes damage to plates with a higher number of ply using type III (44 Magnum) projectiles with velocity 450 m/s than type II projectiles (9mm) with velocity 344 m/s.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Patrick Lim Batara Theofilus
"Material komposit telah berkembang menjadi bahan serbaguna yang sangat diminati dalam berbagai aplikasi, terutama dalam bidang pertahanan dan militer. Glass Fiber Reinforced Polymer atau GFRP, adalah salah satu  jenis material komposit yang paling umum digunakan dalam bidang manufaktur bahan komposit. Material seperti GFRP menawarkan potensi besar dalam hal ini, memberikan perlindungan yang efektif dengan berat yang lebih ringan dibandingkan dengan bahan tradisional seperti baja. Fokus penelitian ini adalah penggunaan simulasi Finite Element Method untuk pengujian balistik untuk menilai kinerja material komposit serat kaca dan matriks epoksi terhadap peluru jenis I 38 Special Round Nose dengan kecepatan 274 m/s dan jenis II 9 mm Full Metal Jacketed dengan kecepatan 334 m/s, sesuai dengan standar National Institute of Justice. Berdasarkan hasil dari simulasi, 48 lapis serat fiberglass/epoksi dapat menyerap energi kinetik dari peluru Special RN sebesar 165,0 Joule dan meneruskan energi kinetik sebesar 7,8 Joule. 80 lapis serat fiberglass/epoksi dapat menyerap energi kinetik dari peluru 9mm FMJ sebesar 216,7 joule dan meneruskan energi kinetik sebesar 23,7 Joule. Kerusakan yang terjadi pada serat fiberglass/epoksi adalah brittle fracture. Perubahan bentuk peluru pada kedua simulasi adalah bagian depan peluru dan mengalami deformasi menjadi bentuk kerucut (conical).

Composite materials have evolved into versatile materials that are in high demand in various applications, especially in the defence and military fields. Glass Fiber Reinforced Polymer or GFRP, is one of the most commonly used types of composite materials in the field of composite materials manufacturing. Materials such as GFRP offer great potential in this regard, providing effective protection at a lighter weight compared to traditional materials such as steel. The focus of this research is the use of Finite Element Method simulations for ballistics tests to assess the performance of glass fibre and epoxy matrix composite materials against Type I 38 Special Round Nose bullets with a velocity of 274 m/s and Type II 9 mm Full Metal Jacketed bullets with a velocity of 334 m/s, in accordance with National Institute of Justice standards. The results of this simulation will produce a visual representation in three-dimensional form using Finite Element Analysis software. Based on the results of the simulation, 48 layers of fiberglass/epoxy can absorb the kinetic energy of a Special RN bullet amounting to 165.0 Joules and transmit kinetic energy of 7.8 Joules. 80 layers of fiberglass/epoxy can absorb the kinetic energy of a 9mm FMJ bullet amounting to 216.7 Joules and transmit kinetic energy of 23.7 Joules. The damage occurring to the fiberglass/epoxy is brittle fracture. The deformation observed in the bullets in both simulations shows that the front part of the bullets undergoes deformation into a conical shape."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Klemens
"Dalam penelitian ini dibuat pelat komposit berbahan dasar serat alami yaitu serat pisang abaca (Musa textilis), yang dipadukan dengan resin epoksi, dan keramik berkekuatan tinggi dengan metode hand lay up. Serat abaca dipilih karena memiliki kekuatan yang tinggi, ketersediannya di Indonesia dan harganya murah. Penelitian ini ditekankan pada peningkatan kekuatan keramik dengan mengganti keramik yang digunakan, sehingga, diharapkan mampu menahan terjangan peluru level IIIA. Bahan dasar keramik yang digunakan memiliki kadar Aluminum Oksida yang tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelat komposit dengan lima lapis anyaman serat pisang abacca dengan ketebalan 11,15mm yang digabungkan dengan satu lapis keramik mampu menahan peluru dari senjata Level IIIA, yaitu submachine gun pada jarak 5m.

This research is to make a composite panel from abaca fiber (Musa textilis), which combine with epoxy resin and ballistic ceramic using hand lay up method. Abaca fiber was chosen because it's cheap and easy to get. This research is consentrated in rising the strength of the ceramic with add more width to it, so, we hope it could absorb level IIIA projectiles. The ceramic used for this research is made from Aluminium Oxide with high concentration. The result of this research show that the composite panel from 5 layers abaca fiber with combined with ceramic could absorb level IIIA projectiles, which is submachine gun in 5m range."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51684
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Asep Handaya Saputra
"Rompi tahan peluru merupakan perlengkapan yang sangat penting bagi TNI dan POLRI untuk meningkatkan keselamatan dan moril personel saat menjalankan tugas. Sementara pemenuhan rompi tahan peluru masih membeli dari luar negeri dengan harga sangat mahal. Hal ini mendorong Balitbang Dephan membuat panel rompi tahan peluru dari keramik dikombinasi dengan kevlar, namun disamping berat panelnya masih tinggi yaitu 9 kg, juga harga kevlar yang sangat mahal dan masih diimport. sehingga, sudah saatnya Indonesia yang kaya akan sumber daya alam memproduksi rompi tahan peluru dari bahan yang mudah didapat, harganya murah, mudah dibuat, kuat dan ramah lingkungan. Bahan yang menjadi perhatian untuk menggantikan serat sintesis adalah serat alam diantaranya serat rami dan serat abacca.
Penelitian sebelumnya meneliti tentang serat alam rami dengan variasi tiga, empat dan lima lapis dikombinasikan dengan kawat stainless steel, dari uji balistik dapat menahan peluru level I (revolver .38 special), sementara penelitian jenis serat alam yang lain meneliti tentang serat alam abacca dengan dua, tiga dan empat lapis anyaman serat abacca, dan dapat menahan peluru level I namun belum dapat menahan peluru level II (pistol 9mm).
Dalam tesis ini dilakukan penelitian komposit dari serat alam abacca dan epoksi dengan metode hand lay up, dengan variasi lima, tujuh dan sembilan lapis anyaman serat abacca, setelah diuji balistik, ternyata semua dapat menahan peluru level I, tetapi tidak dapat menahan peluru level II. Selanjutnya supaya dapat menahan peluru level II, dibuat komposit dengan menambah satu keramik pada masing-masing komposit lima, tujuh dan sembilan lapis anyaman serat abacca, setelah uji balistik semuanya dapat menahan peluru level II. Disamping panel diatas, satu keramik tanpa serat dan resin diuji balistik dengan level I dan hasilnya keramik hancur, kemudian dua keramik direkat dengan epoksi dan diuji dengan level II, hasilnya keramik hancur. Selanjutnya dilakukan analisa kerusakan serat dan peluru, perhitungan energi balistik dan estimasi biaya pembuatan rompi tahan peluru.
Dari hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa bila digunakan komposit dari serat saja, ataupun hanya dari keramik saja, tidak dapat menahan peluru level II, namun jika digabung antara komposit lima, tujuh dan sembilan lapis anyaman serat abacca dan keramik maka akan dapat menahan peluru level II.

Bullet proof vest is very important for army and police to increase morality and personal safety during carry out of duty. While bullet proof depend vest?s demand still buying from abroad. Because of that, Balitbang Dephan make a research to obtain bullet proof vest panel from ceramic combined with Kevlar. Beside the panel is still heavy at, 9 kg and also using kevlar fiber which is very expensive. Therefore Indonesia must find out alternatives material from natural resource to substitute kevlar fiber. Bullet proof vest from material must be easy to find, strong, easy fabrication and safe. Natural fiber as a candidate of panel materials are ramie and abacca (Musa textiles).
Previous research woven ramie fiber combine with stainless steel filament mesh 16, can proof projectile from refolver .38 (type I). While another natural fiber research is woven abacca fiber with two, three and four layer, have capabilities proof projectiles for type I, but still can?t proof projectile from hand gun 9mm (type II).
This Thesis research composite panels from woven abacca fiber and epoxy with hand lay up method, variation in layer?s number of abacca woven are five, seven and nine layers. After ballistic test, all of those have capabilities proof projectiles type I, but still can?t proof from projectiles type II. The next step, to make material from combine one layer ceramic for every composite in layer?s number of abacca woven are five, seven and nine layers, after ballistic test all of those have capabilities proof projectiles from type II. Beside above panels, both one ceramic ballistic test by type I and two ceramics with resin ballistic test by type II were broken. Fiber?s and projectiles deformation, estimation of production cost and calculation energy absobtion by material composite were analized.
The results show that material able proof the bullet proof type II are five, seven and nine layers of woven abacca combined with ceramic."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T21253
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sulthan Daffa Raihan
"Prosthesis merupakan alat kesehatan yang memiliki tujuan mengembalikan fungsi dari bagian tubuh yang hilang. Di indonesia, bahan socket prosthesis yang sering digunakan adalah komposit berpenguat fiberglass yang memiliki beberapa permasalahan dalam pemanfaatannya. Penggunaan serat rami dapat menjadi alternatif penguat pada komposit socket prosthesis. Penambahan carbon nanotube (CNT) pada komposit diketahui dapat meningkatkan sifat mekanik. Penelitian ini bertujuan memperoleh dampak kekuatan tekuk dari komposit serat rami-CNT untuk pemanfaatan socket prosthesis. Jumlah CNT pada komposit divariasikan sebesar 0%, 0,5%, 1%, dan 3%. Bentuk serat yang digunakan adalah bentuk chopped strand. Untuk meningkatkan kompabilitas, fungsionalisasi CNT digunakan dengan metode mild acid oxidation yang dilanjutkan dengan perlakuan permukaan silane coupling agent. Perlakuan alkaline treatment dilakukan pada serat untuk menghilangkan pengotor yang menutupi selulosa dari permukaan, yang kemudian diperlakukan silane coupling agent untuk meningkatkan ikatan serat dengan matriks. Uji yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji FTIR pada serat rami dan CNT untuk melihat beberapa gugus fungsi sebagai parameter keberhasilan perlakuan, dan uji tekuk dari komposit. Hasil uji tekuk memperlihatkan terjadinya penurunan kekuatan tekuk komposit sebesar 48,96%, 35,44%, dan 6,31 % pada penambahan CNT 0,5%, 1%, dan 3%. Hasil komposit yang didapatkan belum layak untuk diaplikasikan pada pemanfaatan socket prosthesis.

In Indonesia, most commonly used prosthesis socket material is fiberglass reinforced composites that have several problems in their utilization. Ramie fiber can be an alternative reinforcement in prosthesis socket composites. The aim of this study is to obtain effect in the flexural strength of composite ramie-CNT fiber for socket prosthesis utilization. The amount of CNT in composites varied by 0%, 0.5%, 1%, and 3%. The form of fiber used is chopped strand. To improve compatibility, CNT functionalized with mild acid oxidation method followed by surface treatment of silane coupling agent. Alkaline treatment is carried out on fiber to remove impurities that cover cellulose from the surface, which is then treated by silane coupling agent to increase fiber bond with matrix. Tests carried out in this study are FTIR test on ramie fiber and CNT to see some functional groups as success parameters of the treatment, and bending test of the composite. The results of flexural test showed a decrease in flexural strength of the composite by 48.96%, 35.44%, and 6.31% on the addition of CNT 0.5%, 1%, and 3%. The composite results obtained are not yet feasible to be applied to the use of socket prosthesis."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arini Shafia Afkari
"Komposit berpenguat serat alam dikembangkan oleh para peneliti dan industri sebagai salah satu solusi untuk mengurangi penggunaan serat sintetis sebagai penguat bahan komposit. Serat kenaf Sumberejo merupakan salah satu serat alam yang melimpah di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sifat mekanik dan termal komposit laminat epoksi berpenguat serat kenaf Sumberejo yang dipabrikasi menggunakan metode Vacuum Assisted Resin Infusion (VARI). Serat dengan perlakuan alkali disusun dengan orientasi 0o/0o/0o/0o dan 0o/90o/0o/90o. Pengukuran densitas, pengujian mekanik, dan Thermo Gravimetric Analysis (TGA) dilakukan pada epoksi dan komposit. Hasil uji mekanik menunjukkan bahwa kuat tarik, lentur, dan tekan komposit epoksi berpenguat serat kenaf Sumberejo dengan orientasi serat 0o/0o/0o/0o lebih tinggi daripada komposit dengan orientasi serat 0o/90o/0o/90o, dengan nilai masing-masing (96,61 ± 10,18) MPa, (131,01 ± 6,60) MPa, dan (71,96 ± 5,50) MPa. Pengamatan Scanning Electron Microscope (SEM) menunjukkan bahwa komposit memiliki daya rekat serat-matriks yang baik. Suhu degradasi maksimum kedua komposit adalah 357 oC. Mengacu pada Standar Nasional Indonesia 01-4449-2006, kedua komposit dikelompokkan sebagai Papan Serat Kerapatan Tinggi tipe T2 45.

Natural fiber reinforced composites have been developed by researchers and industries as a solution to reduce the use of synthetic fibers as composite reinforcements. Sumberejo kenaf fiber is one of the abundant natural fibers in Indonesia. This study aimed to analyze the mechanical and thermal properties of Sumberejo kenaf fiber reinforced epoxy laminated composites fabricated using Vacuum Assisted Resin Infusion (VARI) method. The alkaline-treated fibers were arranged in the orientation of 0o/0o/0o/0o and 0o/90o/0o/90o. Density measurement, mechanical testings, and thermo gravimetric analysis (TGA) were carried out on epoxy and the composites. The results of the mechanical test showed that the tensile, flexural, and compression strengths of Sumberejo kenaf fiber reinforced epoxy composites with 0o/0o/0o/0o fiber orientation were higher than those of the composites with 0o/90o/0o/90o fiber orientation, with the values of (96.61 ± 10.18) MPa, (131.01 ± 6.60) MPa, and (71.96 ± 5.50) MPa, respectively. Scanning Electron Microscope (SEM) observations showed that the composites had good fiber-matrix adhesion. The maximum degradation temperature of the two composites is 357 oC. According to the Indonesian National Standard 01-4449-2006, the two composites were classified as T2 45 High Density Fiberboard."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Freza Elnan Ramadhanya
"Perkembangan industri kendaraan tempur terus berkembang dan mendukung Indonesia sebagai negara dengan kekuatan militer terkuat se-Asia Tenggara tahun 2023. Material yang umumnya digunakan sebagai kendaraan tempur adalah baja HSLA AISI 4140, karena memiliki sifat mekanis dan ketahanan balistik yang baik. Namun, densitas material masih cenderung tinggi sehingga mempengaruhi mobilitas dan konsumsi bahan bakar. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari komposit laminat sebagai material substitusi, dengan variasi jumlah lapisan serat karbon dan perlakuan 70% cold rolling pada matriks aluminium. Laminasi komposit dilakukan dengan metode hand lay-up menggunakan adesif resin epoksi. Pengujian balistik level 2 dan level 3 dilakukan terhadap masing-masing komposit laminat menunjukkan kegagalan delaminasi, fiber breakage, bulging, shear plugging, dan petalling. Ketahanan balistik terbaik diraih oleh sampel tanpa cold rolling dan lapisan serat karbon terbanyak. Penambahan lapisan serat karbon mengurangi fraksi volume aluminium sehingga didapat massa komposit yang lebih ringan. Karakterisasi mikrostruktur serta pengujian kekerasan dan tarik menunjukkan bahwa cold rolling memberikan efek strain hardening yang signifikan pada aluminium namun reduksi ketebalan keseluruhan menyebabkan kurangnya penyerapan energi balistik. Maka, perlu disesuaikan antara faktor jumlah lapisan serat karbon yang mempengaruhi densitas dan cold rolling matriks aluminium yang mempengaruhi ketebalan keseluruhan komposit laminat.

Development of armor vehicle industries continues to grow and supports Indonesia as 2023’s strongest country with military forces in Southeast Asia. HSLA AISI 4140 is generally used as armor material regarding its favorable mechanical properties and ballistic resistance. However, its high density affects mobility and fuel consumption. This study aims to learn laminate composite as substitute material, which varies number of carbon fiber layers and 70% cold rolling of aluminum matrix. Hand lay-up lamination method will be conducted by epoxy resin as adhesive. Ballistic testing level 2 and level 3 on each laminate composite then shows delamination, fiber breakage, bulging, shear plugging, and petalling as failure mode. Highest ballistic performance is achieved by non-rolled aluminum and most carbon fiber layered composite. Addition of carbon layers decreases aluminum’s volume fraction that leads to more lightweight composite. Microstructure characterization, hardness and tensile testing show significant strain hardening effect on aluminum after cold rolling, but great reduction in composite thickness causes less ability in distributing ballistic energy. In conclusion, number of carbon layers and aluminum cold rolling reduction must be adjusted in order to reach most optimal density and overall thickness of laminate composite."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Ekaditya Albar
"Pelat bipolar merupakan komponen penting di dalam Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell (PEMFC) yang berfungsi untuk mengumpulkan dan memindahkan elektron dari anoda ke katoda. Pelat bipolar berbasis komposit terdiri dari grafit sintetis (MERCK) dan carbon black sebagai filler serta resin epoksi dan hardener sebagai binder. Carbon black dibuat dari pembakaran serabut kelapa pada suhu 500°C dan 900°C dalam kondisi inert. Pembahasan utama pada penelitian ini adalah menganalisis pengaruh variasi komposisi ukuran partikel carbon black sebagai variabel pertama dan lama pencampuran grafit dan carbon black dalam media air sebagai variabel kedua, terhadap distribusi sifatsifat pelat bipolar PEMFC berbasis komposit epoksi/grafit. Komposisi ukuran partikel carbon black hasil milling dengan rotary ball mill selama 2 hari berbanding 4 hari pada penelitian ini, yaitu 5:95, 10:90, 15:85 dan 20:80. Lama pencampuran antara grafit dan carbon black divariasikan dari 1 jam, 2 jam, 3 jam dan 4 jam dengan alat hand mixer di dalam media air. Pelat bipolar dicetak dengan metode compression molding dengan tekanan 55 MPa selama 4 jam pada suhu 100oC. Karakterisasi pelat bipolar meliputi pengujian konduktivitas listrik, pengujian fleksural, pengujian densitas, pengujian porositas, analisis gugus fungsional dengan FTIR dan pengamatan permukaan patahan fleksural menggunakan FE-SEM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi optimal ukuran partikel carbon black hasil milling 2 hari dan 4 hari dengan perbandingan 15:85 pada lama pencampuran 3 jam dalam media air menghasilkan pelat bipolar dengan karakteristik nilai konduktivitas tertinggi sebesar 1.06 S/cm, kekuatan fleksural 48.38 MPa, densitas 2.50 gr/cm3 dan porositas 0.70%.

Bipolar plate is one of main components in Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell (PEMFC) that collects and transfers electron from anode to cathode. Bipolar plate composites consist of syntetic graphite (MERCK) and carbon black (CB) as filler material. Epoxy resin and hardener was used as binder material of the composite. Carbon black was prepared from combustion of palm fiber in 500 and 900°C through inert atmosphere. The main discussion in this research is to investigate the influence of variations in composition of carbon black particle size and mixing time of graphite and carbon black to the distribution of properties of PEMFC bipolar plates based on graphite/epoxy composite. Particle size composition ratio of milled carbon black in 2 days and 4 days are 5:95, 10:90, 15:85 and 20:80. Variation in mixing time of graphite and carbon black are 1 hour, 2 hours, 3 hours and 4 hours with water as mixing media. Characterization of bipolar plate material includes electrical conductivity test. flexural test, density and porosity measurement, functional groups analysis using FTIR and fracture surface examination using FE-SEM. The optimum composition was obtained in ratio of 2 days milled-CB : 4 days milled-CB in range of 15:85 and 3 hours mixing time using water. The optimum electrical conductivity, flexural strength, density and porosity were respectively: 1.06 S/cm, 48.38 MPa, 2.50 gr/cm3 and 0.70%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T33734
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanang Masruchin
"Pada penelitian ini telah dikembangkan komposit berbasis polimer polipropilena (PP) dengan penguat serat alam yaitu serat sisal dan serat sabut kelapa. Bentuk morfologi serat alam divariasikan dalam bentuk bulk (chopped) dan berbentuk single of fiber melalui proses pulping. Jenis polimer yang digunakan adalah homopolimer dan kopolimer. Komposit yang dihasilkan dikarakterisasi untuk memperoleh komposit dengan kekuatan optimum tanpa mengesampingkan nilai ketangguhan-nya. Perlakuan panas dilakukan terhadap komposit serat alam pada suhu 70°, 100° dan 130°C selama 20 jam.
Dari penelitian ini diketahui bahwa sifak mekanis polimer PP dapat ditingkatkan dengan penambahan serat alam. Serat sisal memiliki sifat mekanis yang lebih baik jika dibandingkan dengan serat sabut kelapa, hal ini dibuktikan dengan nilai kuat tarik, struktur mikro, derajat kristalinitas dan stabilitas terhadap panas. Dari analisa FE-SEM, perubahan bentuk serat menjadi pulp dapat meningkatkan dispersi serat dalam matrik polimer, namun hal ini hanya meningkatkan kuat tarik dan kuat tekuk. Nilai kuat tarik, kuat tekuk, modulus dan impak komposit pada penelitian ini dapat ditingkatkan dengan tetap mempertahankan bentuk morfologi bulk (chopped) dari serat alam dengan penambahan EPDM 2.5% berat dan perlakuan panas pada 130°C. Mekanisme peningkatan ketangguhan komposit disebabkan oleh pembentukan kristal β-phase PP serta mekanisme fiber pull out dari serat alam bentuk chopped pada matrik polimer. Polimer homopolimer memberikan performa komposit yang lebih baik jika dibandingkan dengan kopolimer.

The aim of this study is to develop polypropylene (PP) composite reinforced with sisal and coconut fibers. The effect of fiber morphology in term of bundles (chopped) and single of fibers (pulp), as well as types of polymer (homopolymer and copolymer) were manufactured to obtain high strength and high toughness composites. Composites were annealed at 70°, 100° and 130°C.
From this study, it is reported that sisal fiber is superior to coconut fibers as reinforcing agents. It is not necessary to convert the bundles into pulp. Optimum composite could be obtained by annealed the composites of 40% weight sisal chopped reinforced PP at 130°C by addition of EPDM 2.5% wt in the presence of PP-g-MA 5% wt. The formation of β-phase crystallization of PP revealed from XRD analysis and fiber pull out mechanism take responsible for the improvement of the high toughness of composite. Homopolymer gave best performance as matrix compared to copolymer for strength and toughness composites.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T31260
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>