Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 163979 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Qusyairi Ridho Saeful Fitni
"Dalam beberapa tahun terakhir, keamanan data pada sistem informasi organisasi telah menjadi perhatian serius. Banyak serangan menjadi kurang terdeteksi oleh firewall dan perangkat lunak antivirus. Untuk meningkatkan keamanan, intrusion detection systems (IDS) digunakan untuk mendeteksi serangan dalam lalu lintas jaringan. Saat ini, teknologi IDS memiliki masalah kinerja mengenai akurasi deteksi, waktu deteksi, pemberitahuan alarm palsu, dan deteksi jenis serangan baru atau belum diketahui. Beberapa studi telah menerapkan pendekatan pembelajaran mesin (machine learning) sebagai solusi, dan mendapat beberapa peningkatan. Penelitian ini menggunakan pendekatan pembelajaran ensemble (ensemble learning) yang dapat mengintegrasikan manfaat dari setiap algoritma pengklasifikasi tunggal. Pada penelitian ini, dibandingkan tujuh pengklasifikasi tunggal untuk mengidentifikasi pengklasifikasi dasar yang digunakan untuk model ensemble learning. Kemudian dataset IDS terbaru dari Canadian Institute for Cybersecurity yaitu CSE-CIC-IDS2018 digunakan untuk mengevaluasi model ensemble learning. Hasil percobaan menujukan bahwa implementasi metode ensemble learning khususnya majority voting dengan tiga algoritma dasar (gradient boosting, decision tree dan logistic regression) dapat meningkatkan nilai akurasi lebih baik dibandingkan implementasi algoritma klasifikasi tunggal, yaitu 0,988. Selanjutnya, implementasi teknik pemilihan fitur spearman-rank order correlation pada dataset CSE-CIC-IDS2018 menghasilkan 23 dari 80 fitur, dan dapat meningkatkan waktu pelatihan model, yaitu menjadi 11 menit 4 detik dibanding sebelumnya 34 menit 2 detik.

In recent years, data security in organizational information systems has become a serious concern. Many attacks are becoming less detectable by firewall and antivirus software. To improve security, intrusion detection systems (IDSs) are used to detect anomalies in network traffic. Currently, IDS technology has performance issues regarding detection accuracy, detection times, false alarm notifications, and unknown attack detection. Several studies have applied machine learning approaches as solutions. This study used an ensemble learning approach that integrates the benefits of each single classifier algorithms. We made comparisons with seven single classifiers to identify the most appropriate basic classifiers for ensemble learning. Then the latest IDS dataset from the Canadian Institute for Cybersecurity, CSE-CIC-IDS2018, was used to evaluate the ensemble learning model. The experimental results show that the implementation of the ensemble learning method, especially majority voting with three basic algorithms (gradient boosting, decision tree and logistic regression) can increase the accuracy rate better than the implementation of a single classification algorithm, which is 0.988. Furthermore, the implementation of the spearman-rank order correlation feature selection technique in the CSE-CIC-IDS2018 dataset produced 23 of the 80 features, and could increase the model training time, which was 11 minutes 4 seconds compared to 34 minutes 2 seconds before."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diwandaru Rousstia
"Risiko serangan siber berbanding lurus dengan pertumbuhan aplikasi dan jaringan komputer. Intrusion Detection System (IDS) diimplementasikan agar dapat mendeteksi serangan siber dalam lalu lintas jaringan. Akan tetapi terdapat permasalahan pada pendeteksian serangan yang belum diketahui atau jenis serangan baru. Selain itu juga terdapat masalah kinerja tentang waktu deteksi, akurasi deteksi, dan false alarm. Dibutuhkan deteksi anomali dalam lalu lintas jaringan untuk mengurangi permasalahan tersebut dengan pendekatan machine learning. Pengembangan dan pemanfaatan IDS dengan machine learning telah diterapkan dalam beberapa penelitian sebagai solusi untuk meningkatkan kinerja dan evaluasi prediksi deteksi serangan. Memilih pendekatan machine learning yang tepat diperlukan untuk meningkatkan akurasi deteksi serangan siber. Penelitian ini menggunakan metode homogeneous ensemble learning yang mengoptimalkan algoritma tree khususnya gradient boosting tree - LightGBM. Dataset Communications Security Establishment dan Canadian Institute of Cybersecurity 2018 (CSE-CIC-IDS 2018) digunakan untuk mengevaluasi pendekatan yang diusulkan. Metode Polynom-fit SMOTE (Synthetic Minority Oversampling Technique) digunakan untuk menyelesaikan masalah ketidakseimbangan dataset. Penerapan metode spearman’s rank correlation coefficient pada dataset menghasilkan 24 fitur subset dari 80 fitur dataset yang digunakan untuk mengevaluasi model. Model yang diusulkan mencapai akurasi 99%; presisi 99,2%, recall 97,1%; F1-score 98,1%; ROC-AUC 99,1%; dan average-PR 98,1% serta meningkatkan waktu pelatihan model dari 3 menit 25,10 detik menjadi 2 menit 39,68 detik.

The risk of cyberattacks is directly proportional to the growth of applications and computer networks. An Intrusion Detection System (IDS) is implemented to detect cyber attacks in network traffic. However, there are problems detecting unknown attacks or new types of attacks. In addition, there are performance issues regarding detection time, detection accuracy, and false alarms. A machine learning approach takes anomaly detection in network traffic to reduce these problems. The development and utilization of IDS with machine learning have been applied in several studies to improve performance and evaluate attack detection predictions. Choosing the right machine learning approach is necessary to improve the accuracy of cyberattack detection. This research uses a homogeneous ensemble learning method that optimizes tree algorithms, especially gradient boosting tree - LightGBM. The Communications Security Establishment and Canadian Institute of Cybersecurity 2018 (CSE-CIC-IDS 2018) dataset evaluated the proposed approach. The Polynom-fit SMOTE (Synthetic Minority Oversampling Technique) method solved the dataset imbalance problem. The application of spearman's rank correlation coefficient method to the dataset resulted in 24 subset features of the 80 dataset features used to evaluate the model. The proposed model achieves 99% accuracy; precision 99.2%, recall 97.1%; F1-score 98.1%; ROC-AUC 99.1%; and an average-PR of 98.1% and increased the training time of the model from 3 minutes 25.10 seconds to 2 minutes 39.68 seconds."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bisyron Wahyudi
"ABSTRAK
Salah satu komponen penting dalam Sistem Monitoring Keamanan Jaringan adalah Intrusion Detection System IDS yang berfungsi untuk mendeteksi setiap potensi serangan yang mengancam keamanan jaringan. Keunggulan sebuah IDS ditentukan oleh kemampuannya untuk mendeteksi serangan siber secara akurat dan mudah beradaptasi terhadap perubahan lingkungan sistem yang terus berkembang. Sebuah IDS yang akurat mampu mendeteksi berbagai jenis serangan secara tepat dengan sedikit kesalahan deteksi false alarm .Penelitian ini merancang dan mengimplementasikan metode machine learning ke dalam IDS yang digunakan untuk mendeteksi serangan dalam jaringan sebenarnya secara akurat dan cepat. Dalam pengembangan model machine learning untuk IDS ini digunakan dataset KDDCUP rsquo;99 dan NSL-KDD. Dengan melakukan analisis pemilihan fitur diperoleh subset 28 fitur dari total 41 fitur dataset KDD yang paling relevan dan dapat diimplementasikan dalam jaringan sebenarnya. Dalam pengembangan model machine learning diperoleh hasil bahwa metode terbaik adalah menggunakan SVM.Pada tahap implementasi digunakan metode multi-stage detection yang memberikan hasil deteksi serangan yang lebih cepat dan akurat. Hasil ujicoba model IDS yang telah dikembangkan menggunakan metode machine learning dengan implementasi multi-stage detection mampu mendeteksi serangan dengan tingkat akurasi sampai 99,37 . Lebih jauh lagi, kecepatan proses deteksi meningkat dengan rata-rata 24 pada data testing dan rata-rata 10 pada lingkungan jaringan sebenarnya.

ABSTRACT
An important component in Network Security Monitoring System is Intrusion Detection System IDS . IDS serves to detect any potential attacks that threaten network security. The reliability of an IDS is determined by its ability to detect cyber attacks accurately, and to dynamically adapt to ever-evolving system environment changes. An accurate IDS is able to detect different types of attacks appropriately with minimum false alarm.This research designs and implements machine learning method into IDS to detect actual network attacks accurately and quickly. In the development of machine learning model for IDS, KDDCUP 39;99 and NSL-KDD dataset are used. By performing feature selection analysis, a subset of 28 most relevant features of a total of 41 features of KDD dataset is obtained and can be implemented in the actual network. In the development of machine learning model it is found that the best method for our approach is by using SVM.In the implementation phase the proposed multi-stage detection method provides faster and more accurate attack detection. The experiments also show that combining machine learning method with multi-stage detection implementation improves detection accuracy up to 99.37 . Further, the proposed method increases the average speed of detection process up to 24 in data testing and up to 10 average in the real network environment."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
D2498
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Wafiyulloh
"Serangan jaringan semakin beragam seiring berkembangnya internet. Dalam menghadapi
serangan-serangan tersebut, diperlukan juga pengembangan sistem keamanan internet
terhadap pengguna salah satunya adalah IDS. Intrusion detection system (IDS) merupakan
sistem keamanan dalam mengawasi aktivitas jaringan yang berbahaya bagi pengguna.
Metode yang umum digunakan yaitu signature-based IDS. Signature-based IDS
menggunakan daftar serangan siber yang diketahui dalam menentukan jaringan berbahaya
atau normal. Akan tetapi, IDS hanya mengetahui serangan yang diketahui saja dan
membutuhkan input secara manual untuk mengubah daftar serangan sehingga tidak efektif
dalam mengatasi serangan yang tidak ketahui. Oleh karena itu, penelitian ini berfokus pada
pengembangan IDS dengan pendekatan machine learning menggunakan model autoencoder
untuk reduksi dimensi dan pengaruhnya terhadap model IDS. Autoencoder yang digunakan
pada penelitian ini terdapat 2 model yaitu non-symmetric deep autoencoder (NDAE) dan
modifikasi dari NDAE menggunakan metode variational autoencoder (VAE) yang disebut
sebagai V-NDAE, serta model PCA. Modifikasi NDAE bertujuan untuk mengambil
informasi penting dengan menggunakan distribusi probabilistik sehingga menjadi data yang
berkualitas untuk pelatihan model IDS. Pengujian reduksi dimensi dari model-model ini
dilakukan dengan melatih model IDS yaitu model random forest. Penelitian ini dilakukan
pada 2 dataset yang berbeda yaitu dataset CICIDS2017 dan dataset dari simulasi serangan
jaringan. Metrik yang digunakan adalah metrik accuracy, precision, recall, F-1 score, ROC
curve. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan terhadap dataset CICIDS2017, model
NDAE memiliki nilai rata-rata akurasi validasi sebesar 90.85% sehingga memiliki nilai yang
lebih besar daripada model V-NDAE yang memiliki nilai rata-rata akurasi validasi sebesar
87.65%. Pelatihan model NDAE menggunakan hyperparameter yang paling optimal yaitu
dengan optimizer RMSProp dan batch size sebesar 128. Pada pengujian terhadap dataset
dari simulasi serangan jaringan, model NDAE memiliki performa yang lebih baik daripada
model V-NDAE dan model PCA. Model NDAE memiliki nilai rata-rata akurasi validasi
sebesar 94.66% dan model V-NDAE memiliki nilai rata-rata akurasi validasi sebesar
66.32%. Pelatihan model NDAE menggunakan hyperparameter yang paling optimal yaitu
dengan optimizer Adam dan batch size sebesar 32.

The variety of network attacks increases as the internet evolves. In dealing with these attacks,
the development of an internet security system for users is necessary, one of which is IDS.
An intrusion detection system (IDS) is a security system designed to monitor network
activity that is dangerous for users. The commonly used method is signature-based IDS.
Signature-based IDS uses a signature database of known cyber attacks to determine whether
a network is dangerous or normal. However, this IDS only recognizes known attacks and
requires manual input to change the signature database of attacks, making it ineffective in
dealing with unknown attacks. Therefore, this research focuses on developing an IDS using
a machine learning approach, specifically using an autoencoder model for dimensionality
reduction and its impact on the IDS model. The models used in this research consists of a
non-symmetric deep autoencoder (NDAE), modification of NDAE using the variational
autoencoder (VAE) method, and PCA model. The modified NDAE can capture important
information from the latent distribution, which helps stabilize the training of the model.
Dimensionality reduction testing for both models is performed by training an IDS model,
specifically a random forest model. This research is conducted on two different datasets: the
CICIDS2017 dataset and a dataset from network attack simulations. The evaluation metrics
used are accuracy, precision, recall, F-1 score, and ROC curve. Based on the testing
performed on the CICIDS2017 dataset, the NDAE model achieves an average validation
accuracy of 90.85%, which is higher than the average validation accuracy of 87.65% for the
V-NDAE model and PCA model. The NDAE model's training is done using the most optimal
hyperparameters, specifically the RMSProp optimizer and a batch size of 128. In the testing
on the dataset from network attack simulations, the NDAE model outperforms the V-NDAE
model and PCA model. The NDAE model achieves an average validation accuracy of
94.66%, while the V-NDAE model achieves an average validation accuracy of 66.32%. The
NDAE model's training is done using the most optimal hyperparameters, specifically the
Adam optimizer and a batch size of 32.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahra Rubena Putri
"Meningkatnya jumlah pengguna internet saat ini memberikan banyak dampak pada kehidupan manusia, karena internet menghubungkan banyak perangkat setiap hari. Perkembangan ini membawa berbagai dampak positif maupun dampak negatif. Salah satu dampak negatifnya adalah adanya aktivitas berbahaya yang dapat menyerang jaringan. Intrusion detection system merupakan sebuah sistem manajemen keamanan pada jaringan komputer. Data yang dimiliki intrusion detection system mempunyai fitur yang cukup banyak tetapi tidak semua fitur yang ada relevan dengan data yang digunakan dan jika data tersebut diolah akan memakan waktu yang cukup lama. Oleh karena itu, diperlukan pemilihan fitur untuk meningkatkan akurasi serta memperpendek waktu pembelajaran.
Beberapa metode pembelajaran sudah pernah diterapkan untuk menyelesaikan masalah intrusion detection system, seperti Na ? ve Bayes, Decision Tree, Support Vector Machines dan Neuro-Fuzzy Methods. Metode pemilihan fitur yang digunakan untuk skripsi ini adalah metode Chi-Square. Setelah dilakukan pemilihan fitur, akan didapatkan hasil berupa sebuah dataset baru yang kemudian akan diklasifikasi menggunakan metode Extreme Learning Machines. Hasilnya menunjukkan setelah dilakukan pemilihan fitur dengan metode Chi-Square, tingkat akurasi akan meningkat serta waktu yang dibutuhkan algoritma pembelajaran untuk menyelesaikan metode tersebut menjadi semakin singkat.

The increasing rates of internet users nowadays must be give much impacts to our lifes, because the internet things can connect more devices every day. This growth carriers several benefits as well as can attack the network. Intrusion detection system IDS are used as security management system. IDS can be used to detect suspicious activity or alert the system. IDS involves large number of data sets with several different features but not all features are relevant with the data sets and it takes long computational time to solve IDS data sets. Therefore, it has to do feature selection to remove the irrelevant features, to increase the accuracy and to shorten the computational time for the learning methods.
Many researches about learning method to solve intrusion detection system problem have been done to develop and test the best model from various classifiers, such as Na ve Bayes, Decision Tree, Support Vector Machines, and Neuro Fuzzy Methods. For this thesis, the feature selection methods will be used is Chi Square methods to reduce dimentionality of IDS data sets. The new IDS data sets with the best selected features are obtained afterwards, and then these new data sets will be classified with Extreme Learning Machines methods. The result denotes that Extreme Learning Machines classification methods provides better accuracy level while combined with Chi Square feature selection.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Henri Erasmus Ndolu
"Dengan perkembangan teknologi informasi yang pesat saat ini, serangan siber terhadap jaringan semakin meningkat dan menyebabkan kerugian finansial yang signifikan. Oleh karena itu, sistem deteksi intrusi (IDS) berbasis anomali menggunakan pembelajaran mesin menjadi salah satu pendekatan untuk mendeteksi serangan siber. Tetapi, penggunaan algoritma tunggal dalam IDS memiliki kekurangan dalam mendeteksi jenis serangan yang memiliki kelas minoritas dalam dataset. Selain itu, penggunaan dataset yang tidak seimbang dan tidak mencerminkan kondisi saat ini juga mempengaruhi kinerja IDS. Untuk meningkatkan kinerja IDS, diusulkan metode hibrid dengan menggunakan Long Short Term Memory (LSTM) dan Random Forest (RF), dengan dataset terbaru CIC-CSE-IDS2018. Dalam pembentukan model hibrid, model lapisan satu menggunakan LSTM untuk klasifikasi biner, mengklasifikasikan aliran data sebagai data normal atau data serangan. Data normal diklasifikasikan kembali dengan model lapisan dua dan data serangan diklasifikasikan kembali dengan model lapisan tiga. Jika hasil model lapisan dua diklasifikasikan sebagai data normal, maka merupakan hasil akhir, dan jika diklasifikasikan sebagai data serangan maka diklasifikasikan kembali dengan model lapisan tiga secara multikelas menggunakan RF. Hasil klasifikasi multikelas lapisan tiga merupakan hasil akhir dari model hibrid ini. Berdasarkan pengujian dan analisis, model hibrid dengan evaluasi terbaik di peroleh menggunakan dataset dengan rasio 3 : 1. Model hibrid ini mencapai hasil klasifikasi multi kelas dengan accuracy 99,7618%, precision 99,1901%, recall 96,8809% dan f1-score 97,9508%.

With today's rapid development of information technology, cyber attacks against networks are increasing and causing significant financial losses. Therefore, an anomaly-based intrusion detection system (IDS) using machine learning is one approach to detecting cyber attacks. However, the use of a single algorithm in IDS has drawbacks in detecting types of attacks that have a minority class in the dataset. In addition, the use of unbalanced datasets that do not reflect current conditions also affects IDS performance. To improve IDS performance, a hybrid method is proposed using Long Short Term Memory (LSTM) and Random Forest (RF), with the latest CIC-CSE-IDS2018 dataset. In the hybrid model, the layer one model uses LSTM for binary classification, classifying the data stream as normal data or attack data. Normal data is reclassified by layer two model and attack data is reclassified by layer three model. If the result of the second layer model is classified as normal data, then it is the final result, and if it is classified as attack data then it is reclassified with the third layer model in a multiclass manner using RF. The results of the three layer multiclass classification are the final results of this hybrid model. Based on testing and analysis, the hybrid model with the best evaluation was obtained using a dataset with a ratio of 3:1. This hybrid model achieved multiclass classification results with 99.7618% accuracy, 99.1901% precision, 96.8809% recall and f1-score 97.9508%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuri Prihantono
"

Pemanfaatan Intrusion Detection System (IDS) untuk mengamankan infrastruktur jaringan internet masih memiliki masalah yang belum terselesaikan, yaitu kurangnya akurasi deteksi serangan sehingga mengakibatkan terjadinya permasalahan false positif dan banyaknya alarm palsu. Salah satu pendekatan yang banyak digunakan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi dalam implementasi IDS adalah dengan menggunakan pendekatan machine learning. Pada penelitian ini, penulis mengusulkan sistem yang menggunakan pendekatan machine learning untuk mendeteksi serangan jaringan dan mengirim peringatan serangan. Dataset CSE-CICIDS2018 dan Model-Based Feature Selection digunakan untuk mengevaluasi kinerja delapan algoritma klasifikasi dalam mengidentifikasi serangan jaringan guna menentukan algoritma terbaik. Hasilnya, Model XGBoost dipilih sebagai model yang memberikan hasil kinerja algoritma terbaik dalam perbandingan model machine learning ini, dengan tingkat akurasi untuk klasifikasi two-class sebesar 99%, dan multi-class sebesar 98,4%.


Utilization of the Intrusion Detection System (IDS) to secure internet network infrastructure still has unresolved problems, namely the lack of attack detection accuracy, resulting in false positives and many false alarms. One approach that is widely used to overcome the problems that occur in the implementation of IDS is to use a machine learning approach. In this study, the authors propose a system that uses a machine learning approach to detect network attacks and send attack warnings. The CSE-CICIDS2018 dataset and Model-Based Feature Selection were used to evaluate the performance of eight classifier algorithms in identifying network attacks to determine the best algorithm. As a result, the XGBoost model was chosen as the model that gives the best algorithm performance results in this machine learning model comparison, with an accuracy rate of 99% for two-class classification and 98.4% for multi-class.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jihan Maharani
"Saat ini, penyusupan pada suatu sistem jaringan sering sekali terjadi. Gangguan tersebut dapat dicegah atau dideteksi salah satunya dengan menggunakan Intrusion Detection System. Intrusion Detection System sangat diperlukan untuk melindungi jaringan dan menghalangi serangan. Pada penelitian ini, dibahas pengklasifikasian data Intrusion Detection System menggunakan Multi-Class Support Vector Machine dengan pemilihan fitur Information Gain dengan data yang digunakan yaitu KDD-Cup99. Sebagai hasil, akan dibandingkan nilai akurasi model IDS menggunakan Support Vector Machine dengan dan tanpa pemilihan fitur serta percobaan pengaplikasian model untuk klasifikasi pada data unseen dengan model yang sudah didapat dengan menggunakan 8 fitur dan data training sebesar 80.

Nowadays, the intrusions often occur in a network system. One of ways that Intrusions can be prevented or detected is by using Intrusion Detection System. Intrusion Detection System indispensable to protect the network and to prevent the intrusions. In this paper, the author will discuss about the classification IDS data using Multi Class Support Vector Machine with feature selection using Information Gain and for the data used KDDCup99 Data Set. As a result, it will be compared the accuracy between IDS model using Support Vector Machine with and without feature selection and the application of model has been obtained from the experiment using eight features and 80 data training to unseen data.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabil Mafaza
"Penggunaan internet telah mengubah hidup dan perilaku manusia. Internet yang awalnya hanya dimanfaatkan segilintir orang, berubah menjadi sebuah hal yang banyak orang manfaatkan. Perubahan perilaku manusia terlihat dalam cara manusia berkomunikasi, belajar, sampai menikmati konten hiburan. Namun, di balik manfaatnya, internet membawa bahaya yang merugikan banyak pihak. Bahaya tersebut timbul dalam bentuk serangan siber. Untuk mengatasi serangan siber, banyak perangkat keras dan lunak yang digunakan, salah satunya adalah intrusion detection system (IDS). Akan tetapi, IDS tidak dapat mendeteksi serangan baru akibat sifat pendeteksiannya yang rule-based. Penelitian ini bertujuan untuk menambah kemampuan IDS dalam mendeteksi serangan siber dengan menggunakan model machine learning (ML), khususnya autoencoder, untuk mendeteksi serangan siber dalam lalu lintas jaringan. Autoencoder digunakan untuk meng-encode lalu lintas jaringan, kemudian men-decode/merekonstruksi hasil encode. Lalu lintas jaringan akan dideteksi sebagai serangan siber apabila perbedaan hasil rekonstruksi dengan lalu lintas jaringan asli melebihi ambang tertentu. Berdasarkan testing yang dilakukan, model autoencoder paling optimal adalah model yang di-train dengan dataset yang dipisah menjadi dense dan sparse berdasarkan nilai quantile 70% fitur tot_l_fwd_pkt dan tot_l_bwd­_pkt, dilakukan feature selection menggunakan random forest dengan nilai importance 0,2, menggunakan activation function ReLU, dan menggunakan empat layer encoder dan decoder serta jumlah neuron 16, 8, 4, 2, 1, 2, 4, dan 16. Model autoencoder untuk dataset dense terbaik memiliki F1-score 84% (lalu lintas benign) dan 83% (lalu lintas malicious), trainable parameter berjumlah 830, dan ukuran model sebesar 71 KB. Sementara, model autoencoder untuk dataset sparse terbaik memiliki F1-score 71% untuk lalu lintas benign dan malicious, trainable parameter berjumlah 890, dan ukuran model sebesar 72 KB.

The use of the internet has transformed human lives and behavior. Initially utilized by a few, the internet has become an essential tool for many. This transformation is evident in how people communicate, learn, and enjoy entertainment content. However, alongside its benefits, the internet also poses significant risks in the form of cyber attacks. To combat these threats, various hardware and software solutions, including intrusion detection systems (IDS), are employed. Traditional IDS, however, struggle to detect new attacks due to their rule-based nature. This research aims to enhance IDS capabilities in detecting cyber attacks by using machine learning (ML) models, specifically autoencoders, to detect cyber attacks in network traffic. Autoencoders encode network traffic and then decode/reconstruct the encoded data. Network traffic is identified as a cyber attack if the reconstruction error exceeds a certain threshold. Based on the testing conducted, the most optimal autoencoder model was trained on a dataset split into dense and sparse categories based on the 70% quantile values of the tot_l_fwd_pkt and tot_l_bwd_pkt features. Feature selection was performed using random forest with an importance threshold of 0.2, employing the ReLU activation function, and using four encoder and decoder layers with neuron counts of 16, 8, 4, 2, 1, 2, 4, and 16. The best autoencoder model for dense dataset achieved an F1-score of 84% for benign traffic and 83% for malicious traffic, with 830 trainable parameters and a model size of 71 KB. Meanwhile, the best autoencoder model for sparse dataset achieved an F1-score of 71% for both benign and malicious traffic, with 890 trainable parameters and a model size of 72 KB."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldo Sultan Manneken
"Dalam pelaksanaan distribusi listrik yang dilakukan PT.”X” terhadap pelanggan PT. “X”, terdapat susut energi listrik yang terjadi baik secara teknis maupun non teknis. Susut energi listrik ini mengakibatkan kerugian yang cukup besar bagi PT.”X” setiap tahunnya. Dalam upaya untuk mengatasi dan mengurangi susut energi non teknis, PT.”X” mengadakan kegiatan P2TL dimana pada kegiatan ini, petugas P2TL akan melakukan pengecekan pada pelanggan PT.”X” yang terindikasi melakukan susut energi non teknis. Namun, dalam pelaksanaan kegiatan P2TL, PT.”X” masih melakukan proses penentuan target operasi P2TL secara manual. Untuk membantu kinerja PT.”X” dalam melakukan kegiatan P2TL, diperlukan pendekatan lain dalam melakukan penentuan target operasi P2TL. Penelitian ini akan melakukan pendekatan berbasis machine learning dengan metode supervised learning untuk melakukan deteksi pencurian tenaga listrik. Terdapat tiga algoritma yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu: Naïve bayes, Naïve bayes dengan AdaBoost, dan logistic regression. Dalam penelitian ini, dataset yang digunakan adalah dataset pemakaian bulanan 423.216 pengguna listrik PT.”X” pascabayar selama 49 bulan yaitu sejak bulan Agustus tahun 2018 hingga bulan Agustus tahun 2022. Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata akurasi model yaitu Naïve bayes sebesar 53%, Naïve bayes dengan AdaBoost sebesar 64%, dan logistic regression sebesar 75%. Algoritma logistic regression menunjukkan performa paling baik dibandingkan dengan kedua algoritma lainnya yaitu rata-rata precision score 74%, rata-rata F1 score 59% dan rata-rata recall score adalah 60%.

In the implementation of electricity distribution carried out by PT. “X”-to-PT.”X” customers, there are losses in electrical energy that occur both technically and non-technically. This loss of electrical energy results in substantial losses for PT.”X” every year. To overcome and reduce non-technical energy losses, PT.”X” holds P2TL activities where in this activity, P2TL officers will check PT.”X” customers who are suspected of carrying out non-technical energy losses. However, in carrying out P2TL activities, PT.”X” is still carrying out the process of determining P2TL operational targets manually. To assist PT. “X”'s performance in carrying out P2TL activities, another approach is needed in determining P2TL operational targets. This research will use a machine learning-based approach using supervised learning method to detect electricity theft. There are three algorithms that will be used in this study, namely: naïve bayes, naïve bayes with AdaBoost, and logistic regression. In this study, the dataset used is the monthly usage dataset of 423,216 postpaid PT.”X” electricity users for 49 months, from August 2018 to August 2022. The results of this study show that the average accuracy of the model by naïve bayes is 53%, naïve bayes with AdaBoost is 64%, and logistic regression is 75%. The logistic regression algorithm shows the best performance compared to the other two algorithms, where the average precision score is 74%, the average F1 score is 59% and the average recall score is 60%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>