Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 149491 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Miranda Calista
"Transit Oriented Development (TOD) adalah konsep kota yang berorientasi transit yang mendorong masyarakatnya untuk lebih memilih kendaraan umum. Namun pembangunan kawasan TOD di Jakarta saat ini masih berpusat pada pembangunan hunian dekat stasiun. Hal itu menyebabkan peralihan esensi TOD menjadi TAD (Transit Adjacent Development) yaitu kawasan yang berdekatan namun tidak menimbulkan kegiatan transit. Campuran tata guna lahan adalah hal esensial di kawasan TOD karena keanekaragaman fungsi bangunan akan memengaruhi kegiatan transit masyarakatnya. Untuk memaksimalkan fungsi TOD, dibutuhkan informasi ridership per fungsi bangunan terhadap pemilihan moda transportasi. Fungsi bangunan yang ditinjau dalam penelitian ini adalah residensial dan perkantoran dan moda transportasi yang ditinjau adalah kereta, bus, dan kendaraan pribadi. Nilai ridership yang didapat akan berpengaruh terhadap perencanaan kawasan TOD. Kemudian, diperlukan juga strategi pengembangan untuk meningkatkan nilai ridership kereta agar tujuan dari kawasan tersebut tercapai dan memaksimalkan fungsi kawasan TOD. Dibutuhkan teknik pengumpulan data berupa survei dan studi kasus dalam literatur dan benchmarking untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan yang nantinya akan diolah secara matematis dan naratif untuk mencapai tujuan dari penelitian ini. Dari hasil pengolahan data, didapatkan bahwa nilai ridership moda transportasi untuk kawasan residensial adalah 47.1% untuk kereta, 11.8% untuk bus dan 41.2% untuk kendaraan pribadi dan untuk kawasan perkantoran adalah 43.8% untuk kereta, 18.8% untuk bus dan 37.5% untuk transportasi pribadi. Dari hasil survei dan studi literatur didapatkan rekomendasi sistem perkeretaapian untuk meningkatkan ridership kereta yang didasari oleh 3 faktor yaitu ketepatan waktu, kenyamanan dan aksesibilitas dari dan menuju stasiun.Transit Oriented Development (TOD) adalah konsep kota yang berorientasi transit yang mendorong masyarakatnya untuk lebih memilih kendaraan umum. Namun pembangunan kawasan TOD di Jakarta saat ini masih berpusat pada pembangunan hunian dekat stasiun. Hal itu menyebabkan peralihan esensi TOD menjadi TAD (Transit Adjacent Development) yaitu kawasan yang berdekatan namun tidak menimbulkan kegiatan transit. Campuran tata guna lahan adalah hal esensial di kawasan TOD karena keanekaragaman fungsi bangunan akan memengaruhi kegiatan transit masyarakatnya. Untuk memaksimalkan fungsi TOD, dibutuhkan informasi ridership per fungsi bangunan terhadap pemilihan moda transportasi. Fungsi bangunan yang ditinjau dalam penelitian ini adalah residensial dan perkantoran dan moda transportasi yang ditinjau adalah kereta, bus, dan kendaraan pribadi. Nilai ridership yang didapat akan berpengaruh terhadap perencanaan kawasan TOD. Kemudian, diperlukan juga strategi pengembangan untuk meningkatkan nilai ridership kereta agar tujuan dari kawasan tersebut tercapai dan memaksimalkan fungsi kawasan TOD. Dibutuhkan teknik pengumpulan data berupa survei dan studi kasus dalam literatur dan benchmarking untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan yang nantinya akan diolah secara matematis dan naratif untuk mencapai tujuan dari penelitian ini. Dari hasil pengolahan data, didapatkan bahwa nilai ridership moda transportasi untuk kawasan residensial adalah 47.1% untuk kereta, 11.8% untuk bus dan 41.2% untuk kendaraan pribadi dan untuk kawasan perkantoran adalah 43.8% untuk kereta, 18.8% untuk bus dan 37.5% untuk transportasi pribadi. Dari hasil survei dan studi literatur didapatkan rekomendasi sistem perkeretaapian untuk meningkatkan ridership kereta yang didasari oleh 3 faktor yaitu ketepatan waktu, kenyamanan dan aksesibilitas dari dan menuju stasiun.Transit Oriented Development (TOD) adalah konsep kota yang berorientasi transit yang mendorong masyarakatnya untuk lebih memilih kendaraan umum. Namun pembangunan kawasan TOD di Jakarta saat ini masih berpusat pada pembangunan hunian dekat stasiun. Hal itu menyebabkan peralihan esensi TOD menjadi TAD (Transit Adjacent Development) yaitu kawasan yang berdekatan namun tidak menimbulkan kegiatan transit. Campuran tata guna lahan adalah hal esensial di kawasan TOD karena keanekaragaman fungsi bangunan akan memengaruhi kegiatan transit masyarakatnya. Untuk memaksimalkan fungsi TOD, dibutuhkan informasi ridership per fungsi bangunan terhadap pemilihan moda transportasi. Fungsi bangunan yang ditinjau dalam penelitian ini adalah residensial dan perkantoran dan moda transportasi yang ditinjau adalah kereta, bus, dan kendaraan pribadi. Nilai ridership yang didapat akan berpengaruh terhadap perencanaan kawasan TOD. Kemudian, diperlukan juga strategi pengembangan untuk meningkatkan nilai ridership kereta agar tujuan dari kawasan tersebut tercapai dan memaksimalkan fungsi kawasan TOD. Dibutuhkan teknik pengumpulan data berupa survei dan studi kasus dalam literatur dan benchmarking untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan yang nantinya akan diolah secara matematis dan naratif untuk mencapai tujuan dari penelitian ini. Dari hasil pengolahan data, didapatkan bahwa nilai ridership moda transportasi untuk kawasan residensial adalah 47.1% untuk kereta, 11.8% untuk bus dan 41.2% untuk kendaraan pribadi dan untuk kawasan perkantoran adalah 43.8% untuk kereta, 18.8% untuk bus dan 37.5% untuk transportasi pribadi. Dari hasil survei dan studi literatur didapatkan rekomendasi sistem perkeretaapian untuk meningkatkan ridership kereta yang didasari oleh 3 faktor yaitu ketepatan waktu, kenyamanan dan aksesibilitas dari dan menuju stasiun.

Transit Oriented Development (TOD) is a transit-oriented city concept that encourages people to use public transportation. However, the development of the TOD area in Jakarta is currently still centered on the construction of residential buildings near the station. This causes the transition of the essence of TOD to TAD (Transit Adjacent Development), which is an area that is close together but does not cause transit activities. Mixed land use is essential in the TOD area because the diversity of building functions will affect the transit activities of the community. To maximize the TOD function, an information of the transportation mode choice is needed for each building. The building functions reviewed in this study are residential and office buildings and the modes of transportation reviewed are trains, buses and private vehicles. The ridership value obtained will affect the TOD area planning. Then, development strategies are also needed to increase the train ridership value so that the objectives of the area are achieved and maximize the function of the TOD area. Data collection techniques are needed in the form of surveis and case studies in the literature and benchmarking to obtain the required information which will be processed mathematically and narratively to achieve the objectives of this research. From the results of data processing, it was found that the ridership value of the mode of transportation for residential areas is 47.1% for trains, 11.8% for buses and 41.2% for private vehicles and for office areas is 43.8% for trains, 18.8% for buses and 37.5% for private transportation . From the survei results and literature studies, it is found that the railroad system recommendation to improve train ridership is based on 3 factors: punctuality, comfort and accessibility of station access and egress.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasan
"Transit Orientasi Development (TOD) adalah jenis pengembangan perkotaan yang memaksimalkan jumlah tempat tinggal,bisnis dan rekreasi dalam jarak berjalan kaki dari transportasi umum. Semakin padatnya kota Jakarta mendorong pemerintah atau pengembang untuk membuat kawasan TOD. TOD yang dibuat harus mencakup semua aspek tempat tinggal, bisnis dan rekreasi tidak seperti sekarang yang didominasi oleh apartemen. Penelitian ini diharapkan dapat memaksimalkan fungsi TOD tersebut. Memaksimalkan fungsi TOD dapat dilakukan dengan meningkatnya ridership. Penelitian ini juga bertujuan untuk membuat pengguna beralih menggunakan transportasi umum kereta untuk menuju ke pertokoan dan hotel. Teknik pengumpulan data berupa survey dan wawancana akan digunakan dalam menyelesaikan penelitian ini. Hasil penelitian menunjukan bahwa jenis properti hotel lebih banyak menggunakan MRT/KRL dibandingkan dengan jenis properti pertokoan. Selain itu saran strategi perpindahan moda transportasi diberikan berdasarkan hasil benchmarking yang disesuaikan dengan masukan dari pada pengguna, saran strategi berfokus pada 3 faktor utama yaitu waktu, kenyamanan, dan biaya.

Transit Orientation Development (TOD) is a city development concept that maximize the number of residentials, businessess, and recreations within walking distance from the public transportation. As jakarta becomes more crowded, governments or developers are pushed to create TOD area. The TOD concept that is going to be made must consist every aspect such homes, businesses, and recreations different with the existing which dominated by the apartments. This research is hoped to be able to maximize the function of the TOD. Maximizing the functions of TOD can be done by increasing the ridership. This research also aims to make the private transportation users shift to the public train to go to shop matters and hotels. Data collection techniques for this research are in form of surveys and interviews. The results showed that the type of hotel property uses more MRT / KRL compared to the type of shopping property. In addition, the advice on transportation mode transfer strategy is given based on the results of benchmarking which are adjusted to the input from the user, the strategy recommendation focuses on 3 main factors namely time, comfort, and cost."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Athaya Sekar Ayu
"Kemacetan lalu lintas dan polusi udara merupakan masalah transportasi di Jakarta yang sudah lama tidak kunjung usai. Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mulai mengubah paradigma Car Oriented Development menjadi Transit Oriented Development dalam mencapai transportasi berkelanjutan. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pun kemudian mengamanatkan PT MRT Jakarta sebagai pengelola kawasan TOD, salah satunya di Blok M. Dalam penyelenggaraannya, PT MRT Jakarta dapat menerapkan manajemen strategis. Tujuan dalam penelitian ini adalah menganalisis hasil dari manajemen strategis dalam penyelenggaraan transportasi umum berbasis sustainable transportation melalui TOD di Blok M. Penelitian ini menggunakan teori manajemen strategis oleh Wheelen dan Hunger (2012). Berlandaskan pendekatan post-positivist, verifikasi teori pada penelitian ini dilakukan berdasarkan pengumpulan data kualitatif melalui wawancara mendalam terhadap 7 informan, observasi, dan studi kepustakaan. Berdasarkan hasil penelitian, hasil dari manajemen strategis penyelenggaraan transportasi umum berbasis sustainable transportation melalui transit oriented development di kawasan TOD Blok M masih belum optimal. Strategi dan program yang telah dilakukan dinilai sebagai upaya yang cukup baik, akan tetapi belum sesuai dengan prinsip sustainable transportation dan TOD. Hal tersebut ditunjukkan dari kualitas beberapa transportasi umum yang kurang baik, kurang memadainya jalur pejalan kaki dan jalur sepeda beserta fasilitasnya, dan kurangnya hunian terjangkau.

Traffic congestion and air pollution are transportation problems in Jakarta that have not been resolved for a long time. Therefore, the Provincial Government of DKI Jakarta has begun to change the paradigm of Car Oriented Development to Transit Oriented Development in achieving sustainable transportation. The Provincial Government of DKI Jakarta then mandated PT MRT Jakarta as the manager of the TOD area, one of which is in Blok M. In its implementation, PT MRT Jakarta can apply strategic management. The purpose of this study is to analyze the results of strategic management in the implementation of sustainable transportation-based public transportation through TOD in Blok M. This research uses strategic management theory by Wheelen and Hunger (2012). Based on a post-positivist approach, theory verification in this study was carried out based on collecting qualitative data through in-depth interviews with 7 informants, observation, and literature study. Based on the results of the research, the results of the strategic management of public transportation based on sustainable transportation through transit oriented development in the TOD Blok M area are still not optimal. The strategies and programs that have been carried out are considered a fairly good effort, however, they are not yet in accordance with the principles of sustainable transportation and TOD. This is shown by the poor quality of some public transportation, inadequate pedestrian and bicycle paths and their facilities, and lack of affordable housing."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Ivan Aji Saputro
"Transit-Oriented Development (TOD) adalah salah satu konsep perencanaan kota yang berfokus pada keberlanjutan. Penelitian ini menganalisis pengaruh hunian vertikal dan faktor-faktor pendorong dalam pemilihan moda transportasi, dengan tujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi para pelaku perjalanan dalam memilih antara transportasi massal dan kendaraan pribadi. Menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dan studi eksploratif, penelitian ini melibatkan responden yang dianggap ahli dalam pemilihan moda transportasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa keselamatan (28,3%) merupakan faktor utama dalam pemilihan moda transportasi, diikuti oleh faktor keamanan (23,3%), kehandalan (12,3%), kenyamanan (11,7%), kebersihan (10,2%), aksesibilitas (8,4%), dan biaya (5,8%). Berdasarkan faktor-faktor tersebut, kendaraan pribadi (74,4%) lebih dipilih dibandingkan dengan kendaraan umum (25,6%).

Transit-Oriented Development (TOD) is a city planning concept that focuses on sustainability. This research analyzes the influence of vertical housing and driving factors in choosing transportation modes, with the aim of identifying factors that influence travelers in choosing between mass transportation and private vehicles. Using the Analytic Hierarchy Process (AHP) method and exploratory studies, this research involved respondents who were considered experts in choosing transportation modes. The results of the analysis show that safety (28.3%) is the main factor in choosing a mode of transportation, followed by safety factors (23.3%), reliability (12.3%), comfort (11.7%), cleanliness (10, 2%), accessibility (8.4%), and cost (5.8%). Based on these factors, private vehicles (74.4%) are preferred compared to public transportation (25.6%)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Petrus Aldo Meisto
"Dalam beberapa tahun terakhir, penelitian tentang faktor-faktor yang mendorong moda transportasi aktif dalam perjalanan sekolah telah menjadi perhatian di sudut pandang publik dan akademik karena terkait dengan kesehatan. Namun, pilihan mode perjalanan untuk perjalanan sekolah di negara-negara berkembang masih belum jelas sejauh ini. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk membangun metode yang representatif untuk memahami bagaimana siswa sekolah dasar berperilaku pada pilihan mode perjalanan ke sekolah berdasarkan transportasi aktif. Metode yang digunakan adalah Theory of Planned Behavior. Analisis data menggunakan metode Structural Equation Modeling untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel laten. Hasil penelitian menunjukkan pada moda berjalan kaki, faktor kemampuan dominan mempengaruhi niat siswa. Sedangkan pada moda bersepeda, perilaku menjadi faktor yang paling mempengaruhi niat siswa. Upaya yang dapat dilakukan dalam peningkatan intensi siswa bertransportasi aktif adalah peningkatan persepsi mereka akan sumberdaya dan pengetahuan mengenai perilaku tersebut. Resiko dan kesulitan dalam berperilaku juga harus diminimalisir.

In recent years, research on factors that encourage active modes of transportation in school travel has been concern in public and academic viewpoints because it is related to health. However, the choice of travel modes for school trips in developing countries are still unclear so far. The main objective of this study is to establish arepresentative method for understanding how elementery school students behave in the choice of travel to school mode based on active transportation. The method used is Theory of Planned Behavior. Data analysis uses the structural Equation Modeling to determine the effect of each laten variables. The results showed that in walking mode, the dominant ability factor influenced students intentions. While in the mode of cycling, behavior becomes a factor that most influances students intentions. The effort that can be made in increasing the intention of active transport students is to increase their perception of resources and knowledge about these behaviors. Risk and difficulties in behaving must also be minimised."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T53196
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bernard Elpetino Ibrahim
"ABSTRAK
Kontrantor konstruksi proyek pengadaan LRT Jabodebek selain berfungsisebagai pelaksana juga merupakan investor proyek. Untuk menjamin terlaksanyaproyek pengadaan ini, maka kontraktor berinvestasi dalam pengembangan wilayahsekitar stasiun untuk meningkatkan kapasitasnya sebagai kontraktor. Pengembanganwilayah dilakukan dengan pendekatan transit oriented development TOD yangmengintegrasikan pengembangan wilayah dan sistim transit LRT. TOD yangsuskses memiliki karakteristik ndash; karakteristik TOD yang memungkinkan tercapainyakeuntungan keuntungan seperti pemasukan tambahan dari pengembangan propertidan meningkatnya penngunaan sistim transit . Derdasarkan temuan awal, ditemukangap pada desain TOD eksiting. Studi Value Engineering dilakukan untukmemetakan fungsi objek penelitian. Dengan melakukan studi kasus terhadapbenchmark, dilakukan pengembangan terhadap desain TOD eksisting. Hasilnya,diajukan desain pengembangan konseptual TOD untuk LRT Jabodebek sebagaialternatif pengembangan properti konvensional agar proyek pengembangkan bisamenikmati manfaat dari penerapan TOD.

ABSTRACT
In the case of Jabodebek LRT Construction Project, the contractor aside fromconducting construction also invest as an investor. To increase its capacity, thecontractor develops transit oreinted developments TOD properties around thetransit stations. Successful TOD developments around the world exhibitscharacteristic that leads to potential revenue increase from property developmentand increasing transit use. With gaps diecovered in current TOD designs, Valueengineering study is conducted to develop design beterment. Utilising benchmarkcase studies, TOD conceptual designs are produced and proposed as an alternativeto the conventional development for the case of TOD developments for JabodebekLRT."
2018
T51104
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shanen Patricia Angelica
"Kinerja pelayanan transit di DKI Jakarta masih membutuhkan peningkatan pada beberapa aspek pelayanan seperti keandalan, kenyamanan dan keamanan suatu moda transportasi. Atas dasar permasalahan tersebut, penelitian ini membahas tentang kinerja pelayanan transit di Kawasan TOD Dukuh Atas, Jakarta. Dalam pengukurannya, penelitian ini menggunakan delapan dimensi terkait kinerja pelayanan transit dari Eboli dan Mazzulla (2011) yaitu rute dan karakteristik, keandalan pelayanan, kenyamanan dan kebersihan, biaya, informasi, keamanan serta keselamatan, layanan pelanggan dan lingkungan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode pengumpulan data mix-method yaitu melalui wawancara dan penyebaran kuesioner kepada 100 orang responden. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi pengguna transportasi publik terhadap kinerja pelayanan transit di Kawasan TOD Dukuh Atas termasuk kedalam kategori “Baik”. Meski begitu, terdapat beberapa temuan seperti keluhan mengenai halte TransJakarta yang terlalu jauh, keterlambatan moda transjakarta, kepadatan penumpang pada jam sibuk dan ketiadaan petugas di dalam moda TransJakarta.

The performance of public transit service in DKI Jakarta province still needs some improvement in several aspects of service such as reliability, comfort and security of transport modes. Based on the issues, this study examined the service performance of public transit in the TOD Area of Dukuh Atas, Jakarta. For measuring the results, this study uses eight dimensions of public transit performance from Eboli and Mazzulla (2011) namely routes and security, service, comfort and cleanliness, cost, information, security, and safety, customer service and the environment. This study uses a quantitative approach with mixedmethod data collection through interviews and distributing questionnaires to 100 respondents. The result of this study shown that the perceptions of public transportation users towards performance of transit service in the Dukuh Atas TOD Area is included in the “Good” category. However, there are several issues such as the distance of the TransJakarta bus stop, delays in the TransJakarta service, crowdednessness of passengers during rush hours and the absence of officers in the TransJakarta."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lusi Aprianti
"Tingginya tingkat pengguna infrastruktur berbasis rel seperti Kereta Api dan KRL mempengaruhi pemerintah untuk terus mengembangkan pembangunan infrastruktur rel. Terbukti adanya 23 rencana proyek pembangunan rel pada tahun 2015-2019 yang salah satunya adalah proyek pembangunan Light Rail Transit (LRT) Jabodebek. Banyaknya proyek pembangunan infrastruktur tidak didukung oleh ketersediaan dana pembangunan, dari keseluruhan total dana pembangunan infrastruktur, pemerintah hanya dapat membantu pengeluaran hanya sebesar 28.
Untuk itu diperlukan sumber dana baru agar kebutuhan dalam proses pembangunan, operasi dan pemeliharaan LRT dapat terpenuhi. Model Land Value Capture dapat menjadi solusi pendanaan karena mengacu pada ide bahwa semua porsi kenaikan lahan yang timbul akibat adanya infrastruktur publik harus dikembalikan.
Penelitian ini menghasilkan variabel yang berpengaruh terhadap nilai properti residensial yaitu variabel luas bangunan, jarak ke stasiun LRT, kedekatan dengan mall, taman dan sekolah favorit. Berdasarkan hasil tersebut, didapatkan persamaan model hedonic price sebagai berikut: Ln Harga = 15.098 + 0.839 Mall + 0.335 Taman + 0.141 Jarak LRT(0-400) + 0.123 Jarak.

The high level of use against rail such as Railways and, that affects the government to increase rail infrastructure development. There were 23 plans for rail construction project between 2015-2019, one of them is the Jabodebek Light Rail Transit (LRT) project. The large number of infrastructure development projects is not supported by sufficient funding, in fact the government just only expenditure about 28 from the total budget.
For this reason, a new source of funds is needed for process of building, operating and maintaining LRT. Land Value Capture can be a solution because it refers the idea about all of land value uplift which araising from infrastructure must be returned to public.
This study produces variables that discuss the value of residential property such as building area, distance to LRT stations, proximity to malls, parks and favorite schools. Based on these results, the hedonic price equation model is obtained as follows: Ln Price = 15,098 + 0.839 Mall + 0.335 Parks + 0.141 LRT Distance (0-400) + 0.123 LRT Distance (400-800) + 0.110 LRT Distance (800-1000) + 0.228 in Building + 0,460 Schools.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Berry Chaerul Basyir
"ABSTRAK
Kebutuhan akan properti hunian di kota Jakarta terus meningkat, terutama bagi MBR Masyarakat Berpenghasilan Rendah . Keberadaan RUSUNA Rumah Susun Sederhana seharusnya dapat menjawab permasalahan itu akan tetapi beberapa RUSUNA yang sudah dibangun pemilihan lokasinya kurang tepat karena memiliki aksebilitas dan sarana transportasi yang tidak terjangkau. Pengembangan Kawasan TOD Transit-Oriented Development di kota Jakarta seharusnya dapat menjawab permasalahan tersebut. Keberadaan hunian MBR berupa RUSUNA pada Kawasan transit seharusnya menjadi perhatian karena mereka lebih membutuhkan hunian serta transportasi umum. Keberadaan mereka akan memaksimalkan penggunaan angkutan masal dan menjauhkan kawasan transit dari eklusifitas, serta keberlanjutan dari Kawasan TOD tetap terjaga. Permasalahan dari pembangunan RUSUNA TOD terletak pada mahalnya harga tanah dan biaya kosntruksi serta belum adanya peraturan atau regulasi terkait, Sehingga pengembang atau pengelola TOD enggan untuk mengembangkannya. Dari permasalahan tersebut muncullah pertanyaan penelitian Apakah keberadaan RUSUNA pada TOD diperlukan, mengingat kondisi pasar berpenghasilan rendah dan pengguna kawasan TOD mendukung adanya pengembangan RUSUNA pada kawasan tersebut. Penelitian ini menggunakan metode campuran, dimana metode kuantitatif dengan menyebar kuesioner kepada pekerja di Kawasan Lebak Bulus dan pengguna angkutan masal KRL dan Bus Transjakarta, dan metode kualitatif melalui wawancara responden, para ahli dan stakeholder terkait.

ABSTRACT
The need for residential property in Jakarta continues to increase, especially for MBR Low Income Society . The existence of RUSUNA Public Vertical Housing should be able to answer the problem but some RUSUNA already built the location election is inappropriate because it has accessibility and transportation facilities that are not reachable. The development of TOD Transit Oriented Development area in Jakarta should be able to answer the problem. The existence of MBR occupancy in the form of RUSUNA in transit area should be a concern because they need more occupancy and public transportation. Their existence will maximize the use of mass transport and keep the transit area from exclusivity, and the sustainability of the TOD Area is maintained. The problem of RUSUNA TOD development lies in the high price of land and the cost of construction and the absence of regulation or related regulation, so the developer or manager of TOD is reluctant to develop it. From these problems came the question of research Whether the existence of RUSUNA in TOD is necessary, given the low income market conditions and users of the TOD region in support of the development of RUSUNA in the region. This study uses a mixed method, where quantitative methods by spreading questionnaires to workers in Lebak Bulus area and mass transit users KRL and Bus Transjakarta, and qualitative methods through interview respondents, experts, and relevant stakeholders."
2018
T50679
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferizka Padmashinta
"PT. MITJ (Moda Integrasi Transportasi Jabodetabek) ingin menciptakan sebuah kawasan TOD (Transit Oriented Development) yang mengintegrasikan berbagai moda transportasi publik sebagai pemicu tranformasi ruang kota. Pada pembangunan MRT fase 2, kawasan Mangga Besar menjadi salah satu area yang akan dilalui oleh jalur MRT. Place making, sebagai salah satu prinsip perancangan TOD, diterapkan pada desain masterplan kawasan Mangga Besar yang dimaksudkan untuk menambah tujuan destinasi dari pengembangan MRT fase 2. Dari masa ke masa, kawasan Mangga Besar, khusunya area THR Lokasari, merupakan area pusat kuliner dan hiburan malam yang berkontribusi besar terhadap perekonomian masyarakat di kawasan tersebut. Melalui hasil pengolahan masterplan kelompok UNO, House of Scent dengan fungsi retail & inkubator terbentuk sebagai salah satu konsep socio-cultural shift untuk mengaburkan stigma ‘red district’ pada kawasan Mangga Besar sekaligus mengangkat pemasukan ekonomi kawasan dengan memberikan pilihan lain kepada masyarakat setempat untuk sumber mata pencaharian.

PT. MITJ (Moda Integrasi Transportasi Jabodetabek) wants to create TOD (Transit Oriented Development) area that integrates various mode of public transformation as a trigger for urban spatial transformation. In phase 2 of the MRT construction, the Mangga Besar area is one of the areas that will be passed by the MRT line. Place making, as one of the TOD design principles, is applied to the master plan design for Mangga Besar area which is intended to add as a destination objectives area of the MRT phase 2 development. From time to time, the Mangga Besar area, especially the THR Lokasari area, has been a culinary and nightlife center that has contributed greatly to the economy of the community in the area. Through the processing of UNO group's master plan, the House of Scent with a retail & incubator function was formed as one of the concepts of a socio-cultural shift to blur the 'red district' stigma in the Mangga Besar area while at the same time uplifting regional economic income by providing other options to the local community livelihood resources. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>