Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17678 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Radhitya Abiyoga
"ABSTRAK
Pengalihan pergerakan orang menuju angkutan umum menjadi fokus utama Pemerintah Pusat melalui penataan ulang kawasan yang dilalui koridor transportasi massal melalui kawasan terpadu berbasis transit (Transit Oriented Development/TOD) dalam mengatasi permasalahan kemacetan di wilayah Jakarta pada khususnya dan wilayah Jabodetabek pada umumnya. Namun maraknya rencana pembangunan TOD di kawasan Jabodetabek khususnya di wilayah Jakarta menimbulkan kekhawatiran, apakah pembangunan kawasan berorientasi transit ini benar-benar dapat mengakomodir konsep dan prinsip TOD sepenuhnya atau maraknya pembangunan ini hanya sekedar bagian dari bisnis properti beberapa pihak saja. Pengaplikasian konsep TOD yang belum optimal disebabkan belum adanya sebuah alat yang dimiliki oleh pemerintah untuk mengidentifikasi apakah sebuah kawasan siap untuk dikembangkan menjadi kawasan berorientasi transit dan tindakan apa saja yang diperlukan untuk membuka potensi pengembangan kawasan berorientasi transit tersebut. Melalui studi literatur untuk menghasilkan variabel penelitian serta metode survei dan uji validitas serta uji reliabilitas dari pihak konseptor, akademisi, pakar, dan praktisi, penelitian pengembangan indikator kesiapan kawasan dalam pengembangan berorientasi transit ini mengembangkan 22 indikator yang menjadi dasar untuk melihat apakah sebuah kawasan sudah memenuhi unsur-unsur yang berorientasi transit dan apa saja yang harus dipersiapkan. Indikator tersebut dikembangkan menjadi sebuah instrumen penilaian yang terdiri dari 5 bagian yang merepresentasikan variabel penelitian dan terdiri dari 23 pertanyaan beserta pembobotannya.

ABSTRACT

ABSTRACT

ABSTRACT
In addressing congestion problems in Jakarta specifically and the Greater Jakarta area in general, the transfer of people to public transportation is the main target traversed by land transportation through transit-based areas (Transit Oriented Development/TOD). However, the rise of TOD development plans in the Greater Jakarta area especially in the Jakarta area concerned, whether the development of this transit-oriented area can really accommodate the complete TOD concepts and principles or the rise of this development can only be seen from the results of property research alone. The application of the TOD concept is not optimal causing the absence of a tool needed by the government to facilitate an area that is prepared to be developed into a transit-oriented area and what actions are needed to develop the potential development of the transit-oriented area. Through the study of literature to produce research variables and survey methods and validity tests as well as reliability testing of the drafter, academics, experts, and participants, development research is the basis for seeing whether an area meets the requirements not sure which is transit-oriented and what needs to be prepared. The indicator was developed into an instrument consisting of 5 sections representing research variables and consisting of 23 questions raised by the weighting."
2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Shafira Ridhatiana
"Manggarai merupakan salah satu kawasan yang pertumbuhan penduduknya meningkat pesat sehingga mengakibatkan kepadatan yang tinggi pada ruang kotanya. Ruang terbuka hijau dan ruang-ruang publik dapat dikatakan sangat kurang sehingga anak-anak dan remaja tidak memiliki tempat untuk bermain, bereksplorasi, dan belajar di lingkungan alam. Hal ini telah terbukti dengan adanya perpecahan, seperti tawuran anak-anak yang terjadi di Manggarai. Hal tersebut menandakan bahwa kurangnya edukasi yang diberikan secara baik kepada mereka. Oleh karena itu, penting untuk menghadirkan fasilitas yang dapat memberikan lingkungan yang interaktif dimana anak-anak dapat mengeksplorasi berbagai bidang dan aktivitas sesuai dengan usianya sehingga dapat merangsang kreativitas, berpikir kritis, dan menemukan bakat pada anak secara lebih dini agar terhindar dari dilema di masa depan. Dari konteks tersebut, dapat disimpulkan bahwa tugas akhir ini akan merancang sebuah children’s discovery center yang dapat mengarahkan anak-anak untuk mengidentifikasi potensinya.

Manggarai is one of the areas where population growth is increasing rapidly, resulting in high density in the city. It can be said that green open spaces and public spaces are lacking, so children and teenagers do not have a place to play, explore, and learn in the natural environment. This has been proven by the existence of divisions, such as the children's brawl that occurred in Manggarai. This indicates that there is a lack of proper education given to them. Therefore, it is important to provide facilities that can provide an interactive environment where children can explore various fields and activities according to their age so that they can stimulate creativity, critical thinking and discover talents in children early to avoid dilemmas in the future. From this context, it can be concluded that this final assignment will design a children's discovery center that can direct children to identify their potential.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Raisa Alda Hairiah
"SymbioSa Communal Living (Co-Living) merupakan sebuah proyek perancangan yang didasari oleh konsep rumah modern di mana para penghuni saling berinteraksi dan bersosialisasi secara komunal karena kesamaan minat ataupun pekerjaan. Dengan pendekatan kualitatif berupa studi literatur dan data survey, program-program ruang dipilih untuk memenuhi kebutuhan penghuni, baik yang terikat secara komunal, maupun ruang dengan kepentingan privasi. Konsep communal living ini juga dijadikan sebagai jawaban atas kebutuhan tempat tinggal di Kawasan Berorientasi Transit (TOD) Sawah Besar yang telah dirancang. Proyek SymbioSa ini dirancang menyesuaikan dengan tema kawasan, menawarkan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan oleh karakter pekerja di kawasan TOD, seperti ruang-ruang komunal yang digunakan bersama (dapur, ruang makan, ruang workshop), sampai dengan konsep kamar pribadi yang melindungi privasi dan produktivitas.

SymbioSa Communal Living (Co-Living) is a design project based on the concept of a modern home where inhabitantsinteract and socialize communally because of similar interests or jobs. With a qualitative approach in the form of literature studies and survey data, spatial programs are selected to answer the needs of inhabitants, both those who are communally bound, as well as spaces with privacy interests. The concept of communal living is also used as an answer to the housing needs in the Transit Development Oriented Area (TOD) Sawah Besar that has been designed before. The SymbioSa project is designed according to the concpet of the area, offering the facilities needed by the character of workers in the TOD area, such as communal spaces that are shared (kitchen, dining room, workshop room), to the concept of private rooms that protect privacy and productivity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Helen Rosabella Arianto
"Manggarai Community Center hadir sebagai wadah bagi masyarakat kampung wadas dan masyarakat pendatang yang akan tinggal disekitar daerah TOD manggarai untuk memiliki ruang publik yang dapat mewadahi berbagai-macam kegiatan kemasyarakatan. Hal ini dikarenakan Mangarai akan berkembang menjadi kawasan TOD dimana berdasarkan data kependudukan, kepadatan penduduk di kawasan manggarai sendiri telah mencapai kurang lebih 42 ribu orang per km2. Sehingga dengan padatnya penduduk dalam kawasan tersebut menyebabkan keterbatasan ketersediaan lahan yang berujung pada minimnya ruang publik yang dapat mewadahi kegiatan kemasyarakatan. Bangunan ini diharapkan dapat mewadahi kegiatan komunal masyarakat sekitar, seperti: tempat kumpul bagi masyarakat, rapat RT/RW, bakti sosial, posyandu, bukber, acara kebersamaan warga, pemilu, donor darah dan lain sebagainya. Fasilitas yang ditawarkan dalam bangunan antara lain, ruang serbaguna, ruang membaca dan belajar, meeting room, ruang komunal dan mushola.

The Manggarai Community Center is a space designed for the residents of Kampung Wadas and newcomers who will live in the TOD Manggarai area to have a public space that can accommodate various community activities. This is because Manggarai will develop into a TOD area where, based on population data, the population density in the Manggarai area itself has reached approximately 42,000 people per km2. As a result, the dense population in the area has led to limited land availability, resulting in a lack of public spaces that can accommodate community activities. This building is expected to be able to accommodate communal activities for the surrounding community, such as: a gathering place for the community, RT/RW meetings, social services, posyandu, bukber, community events, elections, blood donation and so on. The facilities offered in the building include a multipurpose room, a reading and study room, a meeting room, a communal room and a mushola.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Syafitri
"Skripsi ini membahas bagaimana sense of community warga kampung kota di kawasan Transit Oriented Development (TOD). Sense of community dapat dipahami sebagai pengalaman seseorang dalam komunitas yang melibatkan rasa kepemilikan dalam pemukiman. Komunitas yang dibahas berbentuk kampung kota, pemukiman perkotaan utama di Indonesia. Dalam skripsi ini, penerapan TOD di Indonesia yang diiringi pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) dibahas dari segi komunitas. Hal ini dilakukan karena konsep awal TOD adalah mengenai komunitas berkelanjutan yang tersedia melalui integrasi penggunaan lahan dengan transportasi. Skripsi ini menggunakan metode kualitatif, yaitu kajian literatur dan studi kasus berupa observasi dan wawancara. Studi kasus dilakukan terhadap dua kampung kota di Tanah Abang, Jakarta Pusat, yang berada dalam kawasan perencanaan TOD di sekitar MRT Jakarta. Tulisan ini menghasilkan pemahaman bahwa dalam membentuk sense of community warga Kampung Kota di kawasan TOD, daerah hunian yang memiliki peran yang paling penting, diikuti dengan daerah ruang publik, pemberhentian transit, dan perkantoran.

This thesis discusses the sense of community among kampung kota dwellers in the Transit-Oriented Development (TOD) area. Sense of community can be understood as an someone's experience within a community that involves a sense of belonging in the settlement. The community discussed here takes the form of kampung kota, the primary urban settlement in Indonesia. In this thesis, the implementation of TOD in Indonesia, that is accompanied by the development of Mass Rapid Transit (MRT), is discussed in the context of community. It is because the original concept of TOD revolves around sustainable communities created through the integration of land use and transportation. The methods used in this research are literature review and case study that involves observation and interview. The case study is conducted in two kampung kota locations in the Tanah Abang, Central Jakarta, which are within the TOD planning zone of the Jakarta MRT. The findings provide the understanding that in the TOD zone, residential areas play the most significant role in forming a sense of community of kampung kota dwellers, followed by public spaces, transit stops, and offices."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasan
"Transit Orientasi Development (TOD) adalah jenis pengembangan perkotaan yang memaksimalkan jumlah tempat tinggal,bisnis dan rekreasi dalam jarak berjalan kaki dari transportasi umum. Semakin padatnya kota Jakarta mendorong pemerintah atau pengembang untuk membuat kawasan TOD. TOD yang dibuat harus mencakup semua aspek tempat tinggal, bisnis dan rekreasi tidak seperti sekarang yang didominasi oleh apartemen. Penelitian ini diharapkan dapat memaksimalkan fungsi TOD tersebut. Memaksimalkan fungsi TOD dapat dilakukan dengan meningkatnya ridership. Penelitian ini juga bertujuan untuk membuat pengguna beralih menggunakan transportasi umum kereta untuk menuju ke pertokoan dan hotel. Teknik pengumpulan data berupa survey dan wawancana akan digunakan dalam menyelesaikan penelitian ini. Hasil penelitian menunjukan bahwa jenis properti hotel lebih banyak menggunakan MRT/KRL dibandingkan dengan jenis properti pertokoan. Selain itu saran strategi perpindahan moda transportasi diberikan berdasarkan hasil benchmarking yang disesuaikan dengan masukan dari pada pengguna, saran strategi berfokus pada 3 faktor utama yaitu waktu, kenyamanan, dan biaya.

Transit Orientation Development (TOD) is a city development concept that maximize the number of residentials, businessess, and recreations within walking distance from the public transportation. As jakarta becomes more crowded, governments or developers are pushed to create TOD area. The TOD concept that is going to be made must consist every aspect such homes, businesses, and recreations different with the existing which dominated by the apartments. This research is hoped to be able to maximize the function of the TOD. Maximizing the functions of TOD can be done by increasing the ridership. This research also aims to make the private transportation users shift to the public train to go to shop matters and hotels. Data collection techniques for this research are in form of surveys and interviews. The results showed that the type of hotel property uses more MRT / KRL compared to the type of shopping property. In addition, the advice on transportation mode transfer strategy is given based on the results of benchmarking which are adjusted to the input from the user, the strategy recommendation focuses on 3 main factors namely time, comfort, and cost."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Subekti Sulistyaningrum
"ABSTRAK
Tantangan perkotaan di kota Depok mencakup pertumbuhan penduduk 5 pertahun, peningkatan kendaraan bermotor 9 pertahun, sedangkan peningkatan ruas jalan 0,7 per limatahun, menyebabkan kemacetan lalu lintas yang parah dan menurunkan kualitas hidup. Permasalahan transportasi kota Depok memerlukan integrasi kebijakan antara transportasi dan tata-guna lahan. Dalam Perda Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015 tentang RTRW Kota Depok Tahun 2012-2032, pasal 24 : ldquo;sistem jaringan transportasi perkeretaapian meliputi pengembangan keterpaduan layanan antar dan intra moda yang berbasis pada Transit Oriented Development TOD rdquo;. Berdasarkan peraturan tersebut, penelitian bertujuan menganalisis level TOD melalui indikator-indikator baik spasial menggunakan GIS/ArcGIS maupun non spasial dalam area radius 800meter jarak perjalanan kaki dari titik transit, dinamakan area buffer di 3 tiga stasiun : Depok Baru, Pondok Cina dan Universitas Indonesia. Metode penelitian kuantitatif studi kasus ini berjalan selama 3 tiga bulan termasuk pengolahan data. Data primer diperoleh dari pengamatan lapangan, dokumentasi foto-foto, data pengguna dari aplikasi software Kereta Commuterline Indonesia KCI dan pemetaan kota Depok, sedangkan data sekunder bersumber pada statistik tahunan BPS di Depok, buku, literatur dan informasi lainnya. Hasil analisis mengkategorikan level titik transit potensial bagi pengembangan TOD di kota Depok.

ABSTRACT
Depok city facing urban problems including population growth 5,0 peryear the highest 7,34 in 2015 , increasing vehicles 9,0 peryear, road growth 0,7 per 5years, causing traffic congestion in hours and decrease a quality of life, need policy of integration between transportation and land use plan. Depok City Regional Regulation of Spatial Planning 2012 2032 No. 1 2015 article 24 ldquo the railway transportation network system includes the development of integration inter and intra modal services based on Transit Oriented Development TOD rdquo . Based on regulation, the purpose of this research is analyzing TOD level by measuring spatial indicators based on GIS ArcGIS and non spatial indicators. The core area of TOD was defined as 800 meters 10 minutes walking distance named buffer area at station Depok Baru, Pondok Cina and University of Indonesia. Using study case quantitative methode, research conducted in 3 three months including processing data. Primary data were gathered by turn field area buffer, documentation photos, mapping dan application software data of passanger from Kereta Commuterline Indonesia KCI . Secondary data were gathered by using books, literature, Depok statistics report yearly. Analysis will categorize the level of potential TOD development in Depok.
"
2018
T49025
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Radifan Halif
"Sejalan dengan meningkatnya aktivitas ekonomi, populasi, dan pekerja di Jakarta, terdapat kekhawatiran terhadap keberlanjutan di kota tersebut. Dengan meningkatnya jumlah kendaraan bermotor, kemacetan lalu lintas yang parah terjadi, yang menyebabkan warganya menghabiskan hampir 22 hari yang sia-sia menunggu dalam kemacetan lalu lintas. Selain itu, partikel debu halus tahunan di Jakarta empat hingga lima kali lebih tinggi dari pedoman WHO dan semakin memburuk karena pandemi COVID-19, di mana orang menjadi lebih enggan menggunakan transportasi umum. Pemerintah Provinsi Jakarta telah mengakui bahwa pembangunan jalan saja tidak akan pernah menyelesaikan masalah dan telah melakukan beberapa perbaikan pada infrastruktur publiknya. Seperti MRT Jakarta, BRT Jakarta, LRT Jabodebek, dan KRL Commuter Line diperkenalkan dan ditingkatkan untuk mendorong penggunaan transportasi umum. Dengan semua moda transportasi yang telah diterapkan, sebuah konsep bernama Transit-Oriented Development diperkenalkan untuk mengintegrasikan berbagai jenis transportasi untuk mengembangkan komunitas yang utuh dan dinamis yang dirancang untuk berpusat pada fasilitas transit. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari masterplan Transit-Oriented Development di bawah PT Integrasi Transit Jakarta untuk dianalisis menggunakan standar dan prinsip tertentu. Indikator dari Institute for Transportation & Development Policy (ITDP) dan Indikator Kesiapan Kawasan Berorientasi Transit (Iskandar et al., 2021) akan digunakan untuk mengevaluasi TOD. Dengan menganalisa dan mengevaluasi masterplan tersebut, didapatkan hasil bahwa kelima masterplan TOD tersebut masih memerlukan perbaikan, khususnya masterplan Lebak Bulus. Ada aspek yang hilang atau kurang dari penilaian ITDP dan kesiapan TOD. Perbaikan diusulkan untuk dimasukkan dalam rencana induk masa depan

In conjecture with the increase of economic activity, population, and workers in Jakarta, the sustainability concern persists in the city. With the growing number of motorized vehicles, severe traffic congestion occurs, leading to their citizens spending almost 22 worthless days waiting in traffic jams. In addition, the annual fine dust particle in Jakarta was four to five-time higher than the WHO guidelines and already further worsened due to the COVID-19 pandemic, where people become more reluctant to use public transport. The Jakarta state government has already acknowledged that the development of roads alone will never solve the issue and has made several improvements to its public infrastructure. The likes of MRT Jakarta, BRT Jakarta, LRT Jabodebek, and the KRL Commuter Line were introduced and improved to encourage the use of public transport. With all the transportation modes that have been implemented, a concept named Transit-Oriented Development was introduced to integrate different kinds of transportation to develop a whole and vibrant communities designed to be centered on transit facilities. This research aims to study the Transit-Oriented Development masterplan under PT Integrasi Transit Jakarta to be analyzed using specific standards and principles. Indicators from the Institute for Transportation & Development Policy (ITDP) and the Transit-Oriented Areas Readiness Indicators (Iskandar et al., 2021) will be used to evaluate the TOD. By analyzing and evaluating the master plan, The result shows that the five TOD master plan still needs improvement, especially the Lebak Bulus mater plan. There are missing or lacking aspects from the ITDP scoring and TOD readiness perspective. An improvement was proposed to be included in the future master plan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agatha Vania Salim
"Kendala fiskal yang dialami pemerintah dalam penyediaan fasilitas transit yang memadai menjadi pendorong akan butuhnya sumber pendanaan lain. Land value capture (LVC) dapat menjadi salah satu alternatif sumber pembiayaan bagi pemerintah dan/atau transit agency. Akan tetapi, di Indonesia, mekanisme-mekanisme Land Value Capture belum dimaksimalkan potensinya. Selain itu, di Indonesia, atau di negara manapun, belum terdapat sebuah platform yang dapat digunakan sebagai sarana penerapan land value capture. Oleh sebab itu, penelitian ini berupaya untuk menentukan persentase keuntungan yang dapat ditarik oleh pemerintah dan potensi pendapatan yang dapat diterima oleh pemerintah atau transit agency lewat mekanisme LVC berbasis pajak atau iuran. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dengan persentase increment sebesar 5.8%, pemerintah sudah dapat menutup 53.8% dari biaya investasi MRT Jakarta Fase I. Dari hasil tersebut, penulis mengajukan tarif pajak sebesar 0.3% dan 0.1% untuk properti residensial yang berada pada radius 100 m-400 m dan 400 m-700 m dari stasiun transit. Tarif sebesar 2.5% dan 2.4% dapat dikenakan pada properti-properti komersial yang berada pada radius 0 m-300 m dan 300 m-600 m. Lewat penelitian ini diajukan pula sebuah skema land value capture berbasis pajak yang dapat diimplementasikan melalui aplikasi ponsel berbasis pasar properti. Melalui aplikasi tersebut, pemerintah dapat memberikan tagihan pajak kepada wajib pajak, dan wajib pajak dapat melihat dan membayar tagihan tersebut hanya dengan sentuhan jari.

Fiscal constraints that are experienced by the government in providing adequate transit facilities became the driving force in exploring other means of financing. Land value capture (LVC) can be an alternative source of financing for the government and/or transit agency. However, in Indonesia, the potential of land value capture have not been fully tapped. In addition, in Indonesia, or in any other country for that matter, there is no online platform that can be used as a tool for implementing land value capture. Therefore, this study aims to determine the incremental rate that can be captured by the local government and the potential revenue that can be generated through tax/fee-based LVC. It turns out that a 5.8% value capture rate can recover 53.8% of the total investment made by the government to deliver the first phase of MRT Jakarta project. Based on the result, we propose a tax rate of 0.3% and 0.1% for residential properties within the radius of 100 m-400 m and 400 m-700 m from transit station, respectively. A tax rate of 2.5% and 2.4% for commercial properties within the radius of 0-300 m and 300-600 m, respectively, is also proposed. A digital platform in the form of property market-based application is then proposed to help implement a tax-based land value capture mechanism. The proposed application can be a very useful tool for government to issue tax billing based on property transaction data, and facilitate payment of proposed tax with only the touch of the users' fingertips.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sandra Gisela Tandiono
"Istora-Senayan merupakan kawasan yang didaulat dengan basis transit-oriented development oleh Peraturan Gubernur Nomor 99 Tahun 2020 tentang Panduan Rancang Kota Kawasan Pembangunan Berorientasi Transit Istora dan Senayan. Tidak lupa, kawasan Istora-Senayan berhasil mendapatkan TOD Index sebesar 0,68 yang berada di atas rata-rata overall TOD Index kategori MRT Jakarta. Namun, di balik pencapaian tersebut, masih diperlukan peningkatan dalam ranah kualitas, seperti dari segi aksesibilitas, keandalan, tarif, dan lain sebagainya. Penilaian kualitas layanan transit transportasi antarmoda perlu dilakukan sebagai landasan evaluasi sehingga tercipta kawasan TOD yang mengedepankan kenyamanan pengguna. Penelitian ini merupakan penelitian univariat dengan menggunakan teori transit service quality oleh Eboli dan Mazzula (2011) yang dielaborasi oleh teori Nathanail (2008). Terdapat delapan dimensi pada teori transit service quality, yakni route and service characteristics, reliability, comfort and cleanliness, fare, information, safety and security, customer service, dan environmental protection. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data mixed method, yaitu dengan memperoleh data kuantitatif dan kualitatif melalui survei, observasi langsung, dan wawancara. Survei dilakukan secara daring menggunakan Google Form dengan menjaring sebanyak 130 responden. Selain itu, dilakukan pula wawancara mendalam dengan pihak-pihak yang berkaitan dengan penyelenggaraan transit transportasi antarmoda di kawasan Istora-Senayan, seperti Kementerian Perhubungan, Pemerintah Daerah, operator layanan transit transportasi antarmoda, ahli atau pengamat transportasi publik, praktisi, dan responden pengguna jasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi pengguna jasa transit transportasi antarmoda terhadap kualitas layanan transit transportasi antarmoda di Istora-Senayan berada dalam kategori “tinggi”. Namun, terdapat beberapa temuan mengenai kualitas transit transportasi antarmoda di kawasan Istora-Senayan yang patut mendapat perhatian, seperti aksesibilitas (dimensi rute dan karakteristik wilayah), peningkatan manajemen waktu tempuh (dimensi reliabilitas), manajemen kepadatan penumpang (dimensi kenyamanan dan kebersihan), dan keberadaan petugas yang sigap melayani pengguna di jam sibuk (dimensi pelayanan pelanggan).

Istora-Senayan is an area designated as a transit-oriented development based on Governor Regulation Number 99 of 2020 on the Guidelines for the Design of the Istora and Senayan Transit-Oriented Development Area. It is worth noting that the Istora-Senayan area has achieved a TOD Index of 0.68, which is above the average overall TOD Index for the MRT Jakarta category. However, behind this achievement, there is still a need for improvement in terms of quality, such as accessibility, reliability, fares, and others. The assessment of intermodal transit service quality needs to be conducted as a basis for evaluation to create a TOD area that prioritizes user comfort. This research is a univariate study that utilizes the transit service quality theory by Eboli and Mazzula (2011), elaborated by Nathanail's theory (2008). There are eight dimensions in the transit service quality theory, namely route and service characteristics, reliability, comfort and cleanliness, fare, information, safety and security, customer service, and environmental protection. This study uses a mixed-method data collection technique, obtaining quantitative and qualitative data through surveys, direct observations, and interviews. The survey was conducted online using Google Forms, capturing 130 respondents. In addition, in-depth interviews were conducted with relevant parties involved in the provision of intermodal transit transportation services in the Istora-Senayan area, such as the Ministry of Transportation, local government, intermodal transit transportation service operators, public transportation experts or observers, practitioners, and service users. The research findings indicate that the perception of intermodal transit transportation service quality by users in the Istora-Senayan area falls into the "high" category. However, there are several findings regarding the quality of intermodal transit transportation in the Istora-Senayan area that deserve attention, such as accessibility (route and service characteristics), improving travel time management (reliability), passenger density management (comfort and cleanliness), and the presence of responsive staff during peak hours (customer service). "
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>