Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 178515 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurul Shafira Daradjat
"

Pengolahan AAT meninggalkan residu berupa lumpur yang memiliki kandungan unsur logam yang cukup besar, yaitu Si (39,77%), Fe (33,19%), dan Al (12,73%). Hal ini mengindikasikan bahwa lumpur hasil pengolahan AAT yang selanjutnya akan disebut sebagai lumpur AAT dapat dimanfaatkan kembali menjadi koagulan untuk pengolahan air limbah domestik. Penelitian ini berfungsi untuk mengetahui kemampuan koagulan yang disintesis dari lumpur AAT dalam menurunkan konsentrasi COD dan TSS karena kedua parameter ini dinilai sebagai parameter yang penting dalam pengolahan limbah domestik sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik. Pada penelitian ini air limbah domestik yang menjadi sampel uji adalah air limbah domestik artifisial yang memiliki konsentrasi COD 285 mg/L dan konsentrasi TSS sebesar 245,31 mg/L. Setelah melewati proses asidifikasi mengunakan 20 tetes H2SO4 4M, diketahui bahwa koagulan lumpur AAT mengandung Si (43,66%), Fe (30,02%), dan Al (12,35%). Proses jar test kemudian dilakukan untuk menentukan dosis koagulan optimum. Pada proses ini digunakan rentang dosis koagulan sebesar 40 mg/L; 60 mg/L; 80 mg/L; 100 mg/L; 140 mg/L; 180 mg/L; dan 200 mg/L dengan dosis optimum koagulan sebesar 100 mg/L. Dosis koagulan lumpur AAT sebesar 100 mg/L tersebut dapat menurunkan konsentrasi COD sebesar 34,74% (186 mg/L) dan TSS sebesar 95,63% (10,73 mg/L) dari sampel air limbah domestik artifisial yang diuji. Walaupun konsentrasi COD masih belum memenuhi baku mutu, hasil penelitian ini dapat menggambarkan bahwa lumpur AAT memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan sebagai koagulan.

 

Kata kunci: Air limbah domestik, Koagulasi, Lumpur air asam tambang


The treatment AMD leaves residue in the form of sludge that contains large amounts of metal, namely Si (39,77%), Fe (33,19%) and Al (12,73%). This phenomenon indicates that the sludge produced from AMD treatment, which will be referred to as AMD sludge, can be reused as a coagulant for domestic wastewater treatment. This research aims to determine the capabilities that a AMD sludge-synthesized coagulant has in reducing COD and TSS concentration in domestic wastewater, due to both of the parameters being considered as important parameters in domestic wastewater treatment, as stated in the 2016 Indonesian Ministry of Environment and Forestry Regulation Number 68 regarding the Quality Standards for Domestic Wastewater. The domestic wastewater sample used in this research is an artificial domestic wastewater with a COD concentration of 285 mg/L and a TSS concentration of 245,31 mg/L. After adding 20 drops of H2SO4 4M and doing characterization, AMD sludge coagulant contains Si (43,66%), Fe (30,02%), dan Al (12,35%). A jar test is then performed in order to determine the optimal coagulant dosage. In this process, a coagulant dosage of 40 mg/L; 60 mg/L; 80 mg/L; 100 mg/L; 140 mg/L; 180 mg/L; and 200 mg/L was used with 100 mg/L being the optimal coagulant dosage. The AMD sludge containing the optimal coagulant dosage of 100 mg/L is found to be able to reduce COD concentration by 34,74% (186 mg/L) and TSS concentration by 95,63% (10,73 mg/L) from the tested domestic wastewater sample. Although the obtained COD concentration does not comply to the quality standards, the results of this research is able to illustrate the vast potential that the AMD sludge has as a coagulant.

 

Keywords: Acid Mine Drainage Sludge, Coagulation, Domestic Wastewater

 

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nova Amanda
"ABSTRAK
Salah satu limbah yang dihasilkan dari area pertambangan batubara adalah lumpur dalam jumlah yang besar dengan kandungan logam yang tinggi. Lumpur ini merupakan presipitat hasil pengolahan air asam tambang dan sering kali dibuang ke landfill, terakumulasi dan berpotensi menyebabkan masalah lingkungan. Melalui penelitian ini, dilakukan pemanfaatan lumpur AAT sebagai adsorben kandungan pencemar pada air limbah domestik berupa fosfat. Penelitian ini diawali dengan uji karakterisasi adsorben dari lumpur AAT menggunakan XRF, XRD, SEM-EDS, SAA dan pHpzc guna mengetahui komposisi kimia, komposisi mineralogi, struktur morfologi, luas permukaan spesifik dan pH adsorben dengan muatan nol, diikuti dengan eksperimen adsorpsi dalam sistem batch. Hasil karakterisasi sampel menunjukkan bahwa adsorben dari lumpur AAT didominasi oleh unsur silika dalam bentuk quartz, besi dan aluminum, serta dengan didasari oleh metode BET dan drift, diketahui bahwa luas permukaan spesifik lumpur AAT serta pHpzc berturut-turut adalah 22,60±0,199 m2 g dan 4,85. Konsentrasi adsorben, waktu kontak dan pH optimum yang diperoleh melalui eksperimen adsorpsi masing-masing adalah pada 10gL-1, 120 menit dan 5±0,1. Isoterm adsorpsi fosfat oleh lumpur AAT paling baik dijelaskan dengan model Freundlich (R2=0,964) yang memiliki nilai KF dan 1 n sebesar 0,971 (mg g-1)(L mg-1)1 n dan 0,699. Kemudian, kinetika adsorpsi penelitian ini mengikuti model pseudo-second-order dimana nilai k2 dan qe berturut-turut adalah 0,332 g mg.menit dan 1,216 mg g. Berdasarkan hasil pemodelan, disimpulkan bahwa mekanisme reaksi adsorpsi yang terjadi adalah secara kimia (chemisorption). Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa lumpur AAT memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai material adsorben dalam menyisihkan kontaminan fosfat pada air limbah.

ABSTRACT
One of the wastes produced by coal mining area, is the voluminous sludge, laden with metals. This sludge is the product of acid mine drainage treatment and oftenly disposed to the landfill, accumulated and potentially causing environmental problems. This study was conducted by utilizing acid mine drainage sludge as contaminant adsorbent from domestic wastewater, which was phosphate. The experiment started by characterization of sludge using XRF, XRD, SEM-EDS, SSA and pHpzc to determine the chemical composition, minerology, morphology structure, specific surface area and value of pH where the surface of material has zero charge, followed by adsorption experiment in batch system. The results of sample characterizations showed that acid mine drainage sludge was dominated by silica in quartz form, iron and aluminium, and also by using BET and drift method, it has been known that the specific surface area and pHpzc of the sample were 22.60±0.199 m2 g and 4.85, respectively. The optimum adsorbent concentration, contact time and pH were obtained through the adsorption experiments at 10gL-1, 120 min and 5±0,1. The phoshate adsorption isotherm for acid mine drainage sludge was best described by Freundlich model (R2=0.964) with value of KF and 1 n found to be 0.971 (mg g-1)(L mg-1)1 n and 0.699. Furthermore, the kinetic adosrption of this study followed pseudo-second-order model where the value of k2 and qe were 0.332 g mg.menit and 1.216 mg g. Based on the modelling results, it could be concluded that the adsorption mechanism were happened to be chemisorption. The experiment results suggested that acid mine drainage sludge could potentially be utilized as adsorbent material to remove phosphate contaminant in wastewater.
"
2019
T55162
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irene Yulianto
"ABSTRAK
Lumpur air asam tambang merupakan produk samping yang dihasilkan dari pengolahan air asam tambang dengan teknologi pengolahan aktif. Lumpur ini berasal dari hasil pengendapan zat besi dan memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai adsorben aktif untuk menyisihkan kandungan fosfat dari air limbah domestik. Melalui penelitian ini, akan dilakukan uji adsorpsi fosfat menggunakan adsorben yang diaktivasi dengan H2O2 untuk menyisihkan fosfat dari air limbah domestik. Adsorpsi isoterm, kinetik dan sistem pH dilakukan dengan kondisi optimum yang didapatkan dari uji fosfat oleh lumpur AAT tanpa aktivasi. Hasil akan dibandingkan dengan proses adsorpsi yang menggunakan lumpur air asam tambang sebagai adsorben. Hasil karakterisasi kimia melalui uji XRF menunjukkan adanya perubahan konsentrasi untuk unsur Si, Al, dan Fe masing-masing sebesar 7,33%, 1,49% dan 7,03%. Hasil karakterisasi fisika melalui uji BET menunjukkan adanya peningkatan luas permukaan, volume pori dan ukuran pori adsorben masing-masing sebesar 19,51 m2/g, 0,0635 cm3/g, dan 142,694 nm. Pengaruh pada kemampuan adsorpsi ditunjukkan oleh adanya perbedaan persentase penyisihan fosfat dengan lumpur AAT tanpa aktivasi. Perbedaan persentase untuk adsorpsi isoterm, kinetik dan sistem pH adalah masing-masing sebesar 22,03%, 28,24%, dan 18,23%.

ABSTRACT
Acid mine drainge sludge is by-product from acid mine drainage treatment that formed by iron deposition. This sludge has a potential to be used as an active adsorbent to remove phosphate from domestic wastewater. The adsorbent that will be used in this research is acid mine drainage sludge activated by hydrogen peroxide. Optimum condition from adsorption isotherm, kinetics and pH system by acid mine drainage will be used for this study and the result will be compared. The result of XRF test shows that concentration of Si, Al, and Fe shifted about 33%, 1,49% and 7,03%, respectively. The result of BET test shows that surface area, pore volume, and pore size of the active adsorbent increased about 19,51 m2/g, 0,0635 cm3/g, and 142,694 nm, respectively. The effect on adsorption process is shown by the difference of phosphate removal percentation between active adsorbent and acid mine drainage sludge. The difference of removal percentation for adsorpsion isotherm, adsorption kinetics, and adsorption with pH system are 22,03%, 28,24%, and 18,23%, respectively."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunisa Vaditasari
"Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) di Indonesia selalu menghasilkan residu lumpur yang sebagian besar langsung dibuang ke badan air tanpa pengolahan terlebih dahulu. Salah satu upaya untuk mengurangi lumpur yang dibuang ke badan air adalah dengan memanfaatkan kembali lumpur ke dalam proses Koagulasi-Flokulasi-Sedimentasi (KFS). Dalam aplikasi pada penelitian ini, pemanfaatan lumpur dilakukan dengan lima variasi yaitu penentuan dosis optimum koagulan, dosis optimum lumpur, dosis lumpur pada dosis optimum koagulan, dan dosis koagulan pada dosis optimum lumpur. Setelah seluruh variasi dilakukan dilanjutkan dengan identifikasi variabel bebas yang signifikan melalui full factorial design.
Metode yang digunakan adalahjartest menggunakan air baku Sungai Ciliwung dan lumpur IPAM Cibinong serta koagulan alum (Al2(SO4)3). Pada kajian penentuan dosis optimum koagulan divariasikan mulai dari 10 ppm - 50 ppm. Pada kajian penentuan dosis lumpur terlebih dahulu dilakukan uji karakteristik lumpur yang menentukan lumpur yang akan digunakan. Variasi pemanfaatan kembali lumpur dimulai dari 1%-10% dengan interval 1% dalam volume 500 mL beaker glass. Dalam setiap variasi yang dilakukan, dihitung parameter-parameter yang mempengaruhi kajian tersebut antara lain kekeruhan, suhu, pH, KMnO4, Fe, dan Koliform total.Lumpur yang tepat digunakan berupa lumpur sedimentasi Kombinasi paling tepat adalah variasi ke-5 dengan kombinasi dosis optimum lumpur sebesar 5% dan dosis koagulan 37.5 ppm. Penyisihan kekeruhan berturut-turut 97.46% & 97.23%, KmnO4 18.23% & 13.3%, Fe 84% & 85.74%, serta koliform total sebesar 98.86% dengan pH 6.69 dan suhu 27.5°C.
Hasil ini didukung dengan identifikasi variabel bebas dengan metode full factorial design dimana hasil paling signifikan dalam menyisihkan kekeruhan dan koliform total adalah interaksi antara koagulan dan lumpur dan dalam menyisihkan KmnO4 dan Fe adalah dosis koagulan. Pemanfaatan kembali lumpur tidak dapat mengurangi pemakaian koagulan, namun dapat meningkatkan efisiensi penyisihan kontaminan.

Water Treatment Plant (WTP) in Indonesia always produce sludge residuals that are directly discharged into the water body without being processed first. One of the measures to reduce sludge that is discharged into the water bodies is to reuse sludge in coagulation-floculation-sedimentation (K-F-S) processes. In the application of this study, sludge resirculation is conducted with five variations which are the optimum dosage of coagulant, the optimum dosage of sludge, sludge dosage at optimum dosageof coagulant, coagulant dosage at optimum dosage of sludge. After all variations conducted, continue with identification of significant independent variables using full factorial method.
The method used is jartest using raw water from Ciliwung River and Sludge from IPAM Cibinong with alum coagulant (Al2(SO4)3). In studies deterimining the optimum coagulant dose varied 10 ppm - 50 ppm. In determining optimum dose of sludge first tested the sludge characteristics to determine the sludge that will be used. Sludge reuse varied from 1%-10% with 1% intervalin500 mL volume of beaker glass. Parameters tested from each variations are turbidity, temperature , pH, KMnO4, Fe, and Total Coliform. Sludge use is sedimentation sludge. The most appropriate combination is the fifth variation with 5% sludge optimum dosage and coagulant optimum dosage 37.5 ppm. Allowance turbidity removal were 97/46% & 97.23%, KMnO4 18.23% & 13.3%, Fe minerals 84% & 85.74%, and total coliform 98.86% with pH 6.69 and temperature 27.5°C.
This result is supported by independent variables identification with full factorial design method which the most significant in removing turbidiy and total coliform in water is interactions between coagulant and sludge and in removing KMnO4 and Fe is coagulant dosage. Sludge reuse cannot reduce coagulant dosage, but able to improve contaminant removal efficiency.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52998
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridwan Hariasya
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
TA501
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Meutia Putri Mulya
"Limbah domestik yang berasal dari air mencuci pakaian mengandung COD dan fosfat yang tinggi. Air yang tercemar ditandai dengan COD yang tinggi. Sedangkan fosfat yang tinggi dapat menyebabkan eutrofikasi. Untuk mengurangi konsentrasi COD dan fosfat dapat dilakukan dengan menggunakan karbon aktif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penurunan konsentrasi COD dan fosfat dilihat dari waktu tinggalnya. Dari hasil uji sampel diketahui bahwa konsentrasi COD dan fosfat akan berkurang dengan bertambahnya waktu tinggal. Jika dilihat dari garis trendline, penurunan konsentrasi COD berlangsung dengan cukup cepat. hal tersebut dilihat dari bentuk trendline yang sedikit landai. Nilai korelasi (r) untuk COD rata-rata berada diatas 0,8. Hal tersebut menandakan hubungan yang sangat kuat antara waku tinggal dengan penurunan konsentrasi COD. Untuk fosfat, penurunannya cukup cepat. Hal tersebut dapat dilihat dari bentuk trendline yang cukup curam. Sedangkan nilai korelasi fosfat rata-rata berada diatas 0,8. Hal tersebut menandakan hubungan yang sangat kuat antara waku tinggal dengan penurunan konsentrasi fosfat. Dari hasil pengukuran persentase removal didapatkan waktu tinggal optimum untuk COD adalah 95 - 110 detik. Pada penelitian ini belum diketahui waktu tinggal optimumnya, karena membutuhkan waktu yang lebih dari 2 jam.

Domestic wastewater from clothes washing water contains high COD and phosphate. Contaminated water is characterized by high COD. While high phosphate can cause eutrophication. To reduce the concentration of COD and phosphate can be done by using activated carbon. This study aims to determine the decrease in the concentration of COD and phosphate seen from retention time. From the results of the sample test is known that the concentration of COD and phosphate will decrease with increasing residence time. If seen from the trendline, a decrease in the concentration of COD runs quite fast. It is seen from the slightly sloping trendline. Average correlation values (r) for COD is above 0,8. This indicates a very strong relationship between retention time and decreased concentration of COD. For phosphate, the decreased concentration is quite rapid. This can be seen from the form of a fairly steep trendline. While the average correlation value of phosphate is above 0.8. This indicates a very strong relationship between retention time and decreased concentration of phosphate. From the measurement results obtained optimum residence time, percentage removal of COD is optimum for 95-110 seconds. In this study the optimum residence time for phosphate is not known, because it takes more than 2 hours."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S53807
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Varentia Zahrah Novita
"ABSTRAK
Air asam tambang (AAT) mengandung berbagai logam berat dengan konsentrasi yang tinggi serta derajat keasaman (pH) yang rendah, yang berkisar antara 2-4. Sampel air yang digunakan dalam penelitian ini adalah air asam tambang buatan, dengan variasi konsentrasi logam berat Cu sebesar 5 dan 7 mg l dengan desain pH 4, dimana pH tersebut menggambarkan karakteristik asli dari air asam tambang. Penelitian ini menggunakan waktu penelitian selama 7 hari untuk pengukuran parameter pH dan kandungan Cu dengan interval waktu 24 jam, serta hari ke-14. Pengujian pH akan dilakukan dengan menggunakan alat pHmeter sedangkan kandungan Cu dalam air asam tambang dan tanaman akan diukur menggunakan Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS). Hasil yang didapatkan pada penelitian ini menunjukkan bahwa tumbuhan Pistia stratiotes mampu menggerakkan pH air asam tambang artificial dari 4 menjadi 7,3. Tumbuhan ini juga mampu menurunkan konsentrasi Cu dalam air asam tambang artificial sebesar 92,45 untuk konsentrasi awal 5,3 mg l serta 88 untuk konsentrasi awal 7,5 mg l dalam waktu 14 hari, dengan waktu kontak untuk penghilangan konsentrasi secara maksimum terjadi pada hari ke-3. Sedangkan pada sampel air asam tambang asli, Pistia stratiotes hanya dapat menggerakan pH dari 4 menjadi 5 serta mengurangi konsentrasi logam Cu dengan efisiensi penyisihan sebesar 23,21 dalam 14 hari

ABSTRACT
Acid mine drainage (AMD) contains high concentration of various heavy metals and low level of pH, ranging between 2-4. The water samples used for this research are artificial AMD, with varying concentration levels of copper ranging between 5 and 7 mg l, and also an actual AMD. The pH level is designed to be 4, where the designed pH level illustrates the actual characteristics of an AMD. The data for this research-pH and copper level-are taken every 24 hours for 7 days, with an additional data taken 14 days after the beginning of the research. This research shows that exposure of both the artificial AMD and actual AMD cause physiological effects to Pistia stratiotes, indicated by chlorosis of the plant starting from day 3 of the research. Furthermore, the result of this research illustrates that Pistia stratiotes is able to alter the artificial AMDs pH level from 4 to 7,3 in 14 days. This plant is also capable of reducing the copper content as much as 92,45 and 88,00 with initial concentrations of 5,3 mg l and 7,5 mg l respectively in 14 days, with peak removal at day 3. On the other hand, Pistia stratiotes is only able to alter the actual AMDs pH level from 4 to 5 and reduce the copper content with the removal efficiency of 23,21 in 14 days.
"
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Ekaputri Hidayat
"ABSTRAK
Salah satu solusi alternatif untuk mengurangi limbah abu di landfill adalah dengan memanfaatkan abu layang batu bara dalam menyisihkan ion logam pada limbah cair, terutama di air asam tambang (AAT). Dalam penelitian ini, zeolit disintesis dari abu layang batu bara menggunakan metode dua tahap; metode hidrotermal dan fusi. Abu layang batu bara dan zeolit yang dihasilkan kemudian dikarakterisasi dan digunakan sebagai adsorben Zn dan Cu pada AAT. Percobaan adsorpsi dilakukan dengan menggunakan metode batch dalam larutan AAT sintetis untuk mempelajari parameter yang berpengaruh seperti efek variasi dosis adsorben, waktu kontak, konsentrasi polutan, kompetisi kation, isoterm dan kinetika adsorpsi, serta regenerasi adsorben. Zeolit yang disintesis dalam penelitian ini menghasilkan zeolit jenis hidroksi sodalit, yang meningkatkan luas permukaan. Diperoleh dari percobaan adsorpsi menunjukkan bahwa efisiensi penyisihan Zn dan Cu oleh zeolit sintetis masing-masing adalah 95,2 dan 98,2 dalam kondisi pH 3, konsentrasi polutan awal 100 ppm, waktu kontak optimal 120 menit, dan dosis adsorben 12 dan 15 g L. Selanjutnya, pola adsorpsi kedua ion logam mengikuti model isoterm Langmuir dan model kinetika pseudo-second-order, dengan kapasitas penyerapan maksimum 18,3 dan 11,9 mg g untuk adsorpsi Zn dan Cu. Studi desorpsi menunjukkan kurang efektifnya penggunaan NaCl, HSO, dan HNO sebagai agen desorpsi untuk pemulihan logam dari proses adsorpsi. Hasil penelitian ini menunjukkan hidroksi sodalit yang disintesis dari abu layang batu bara memiliki potensi besar sebagai bahan yang ekonomis dan berkelanjutan untuk menghilangkan ion logam pada limbah AAT.

ABSTRACT
One of the alternative solution to reduce ash waste in landfills is by utilizing coal fly ash for the removal of metal ion in wastewater, especially acid mine drainage (AMD). In this study, zeolite was synthesized from coal fly ash using a two-step method, hydrothermal and fusion method. The coal fly ash and the zeolite product were characterized physically and were used for the removal of Zn and Cu in AMD. The adsorption experiment was carried out using batch method in synthetic AMD solution to study the influential parameters such as adsorbent dosage, contact time, metal concentration, competing cations, adsorbent isotherms and kinetics, and regeneration of adsorbent. The zeolite synthesized in this study resulted hydroxylsodalite zeolite type, which increased the surface area. It was revealed from the adsorption experiment that the removal efficiency of Zn and Cu respectively was 95,2 and 98,2 under the conditions of pH 3, initial metal concentration 100 ppm, optimum contact time 120 minutes, and adsorbent dose 12 and 15 g L respectively. Furthermore, the Langmuir isotherm model and the kinetics model of pseudo-second-order fitted the adsorption data better, with the maximum sorption capacity of 18,3 and 11,9 mg g for the adsorption of Zn and Cu respectively. The desorption study using NaCl, HSO, and HNO as desorption agent was not found to be effective for the metal recovery from the adsorption process. The result of this study indicate hydroxylsodalite synthesized from coal fly ash has great potential as an economical and sustainable material for the removal of metal ions in wastewater, such as AMD.
"
2019
T55158
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Uswatun Hasanah
"ABSTRAK
Pengolahan air asam tambang (AAT) yang memiliki kandungan logam berat tinggi dapat memanfaatkan abu layang yang merupakan limbah B3 pembakaran batu bara di PLTU. Penelitian ini mengekstraksi abu layang dengan penambahan Na2CO3, kalsinasi, dan aktivasi asam klorida untuk meningkatkan Al3+, Fe2+, dan Fe3+. Abu layang sebelum dan setelah ekstraksi dikarakterisasi untuk mengetahui kandungan kimia dan mineralogi yang berpotensi sebagai koagulan. Percobaan ini diujikan dengan AAT artifisial untuk menganalisis efektivitas koagulasi dalam mereduksi kekeruhan dan Cu dengan parameter waktu pengendapan, pH, dan dosis koagulan. Jar test dilakukan dengan pengadukan cepat 200rpm selama 5 menit dan pengadukan lambat 45rpm selama 10 menit yang dilakukan dalam tiga tahap variasi yaitu waktu pengendapan, pH, dan dosis koagulan untuk mengetahui kondisi optimum masing-masing parameter. Dari penelitian ini diketahui bahwa reduksi kekeruhan dan Cu pada AAT artifisial optimum pada kondisi pH awal 8, waktu pengendapan 15 menit, dosis koagulan 100mg/L untuk mereduksi kekeruhan dengan 99% penyisihan dan kondisi akhir sebesar 1,19NTU, serta dosis koagulan 50mg/L untuk mereduksi Cu dengan 58% penyisihan dan konsentrasi akhir sebesar 1,98mg/L. pH akhir sampel turun setelah dikoagulasi menjadi 7,25. Penelitian ini menunjukkan bahwa ekstraksi abu layang dengan HCl berpotensi sebagai koagulan untuk mereduksi kekeruhan dan Cu pada AAT.

ABSTRACT
Acid mine drainage (AMD) which has high heavy metal content can utilize fly ash which is a hazardous waste from coal combustion at the power plant. In this study, fly ash was extracted with the addition of Na2CO3, calcination, and activation of hydrochloric acid to increase Al3+, Fe2+, and Fe3+. Fly ash before and after extraction is characterized to determine the chemical and mineralogical content that has the potential as a coagulant. This experiment used artificial AMD to analyze the effectiveness of coagulation in reducing turbidity and heavy metal Cu with parameters of settling time, pH, and coagulant dose. The jar test is carried out with a rapid stirring of 200rpm for 5 minutes and a slow stirring of 45rpm for 10 minutes which divided into three stages namely, deposition time, pH, and coagulant dose to determine the optimum conditions of each parameter. From the experiments it was found that the reduction of turbidity and heavy metal Cu on AMD artificial is optimum under initial pH conditions 8, settling time of 15 minutes, coagulant dose of 100mg/L to reduce turbidity by 99% removal and final condition of 1.19NTU, and coagulant dose 50mg/L to reduce heavy metal Cu with 58% removal and a final concentration of 1.98mg/L. The final pH sample drops after being coagulated to 7.25. This study indicates that the extraction of fly ash with hydrochloric acid has the potential as a coagulant to reduce turbidity and heavy metal Cu in AMD."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>