Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 163486 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adella Djoniarti
"Paduan Aluminium-silikon banyak digunakan dalam industry otomotif. Namun dengan kadar Fe yang tinggi dapat membentuk fasa -Al5FeSi yang memiliki morfologi mikrostruktur plate-like. Mikrostruktur jenis ini memiliki efek yang tidak baik pada sifat mekanisnya, karena membuat material menjadi brittle. Penambahan Yb sebagai modifier agent untuk merubah mikrostruktur dan perilaku solidifikasi. Penilitian ini dilakukan dengan pengujian Differential Scanning Calometry menggunakan mesin STA dengan laju pendinginan dikontrol pada 10C/min. Perubahan pada fasa -Al5FeSi, dilakukan dengan pengamatan mikroskop optic (OM). Dengan mikroskop optic (OM), ditemukan bahwa morfologi pada fasa silikon eutektik dan fasa -Al5FeSi yang awalnya jarus kasar menjadi memendek dan terlihat halus. Ditambahkan pula penambahan Yb ini berpengaruh terhadap -Al menjadi halus, yang memberikan efek terhadap nilai secondary dendrit arm spacing semakin berkurang. Hasil didapat bahwa penambahan Yb dengan kadar 0,6wt% mengalami modifikasi/pemendekan fasa -Al5FeSi. Melebihi dari itu fasa mulai menjadi kembali kasar, maka dari itu perlu dilakukan penambahan terkontrol agar tidak terjadi pengasaran kembali pada fasa -Al5FeSi.

Aluminum-Silicon alloys are widely used in the automotive industry. However, with high Fe content, it can form -Al5FeSi phase which hase a plate-like microstructure morphology. This type of microstructure has a bad effect on it is mechanical properties, making the material become brittle. The addition of Yb as a modifier agent change the microstructure and solidification behavior. This research was carried out by testing differential scanning calometry using an STA engine with cooling rate are controlled at 10C/min. Changes of the -Al5FeSi are carried out by optical microscope (OM) observation. With an optical microscope, it was found that the morphology in the eutectic silicon phase and the -Al5FeSi which initially had to be coarse become short and finer plate-like. Yb addition is also added to the effect of -Al to be finer, which gives effect to the value of secondary dendrite arm spacing decreases. The result obtained that the addition of Yb with a level of 0,6 wt% experienced a modification/shortening of -Al5FeSi phase. Beyond that, the phase begins to become coarse again, therefore it is necessary to do a controlled addition to prevent coarsening of the -Al5FeSi phase."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Lutfianti Wiharjo
"

Paduan Al-Si digunakan dalam komponen otomotif karena sifatnya yang sangat baik. Namun, kandungan pengotor besi dianggap sebagai elemen paling merugikan karena mudah membentuk fasa intermetalik dengan Al dan Si seperti fasa β-Al5FeSi yang dapat menurunkan sifat mekanis paduan. Penambahan LTJ (Er) dan peningkatan laju solidifikasi diketahui dapat memodifikasi mikrostruktur paduan seperti a-Al (SDAS), silikon eutektik dan khususnya fasa intermetalik β-Al5FeSi. Studi ini meneliti efek penambahan Er (0,3%, 0,6%, dan 1%) dan laju pendinginan (10 oC/menit dan 30 oC/menit) terhadap perubahan morfologi fasa seperti rata-rata dan distribusi panjang fasa paduan sintetis Al7SiFe beserta mekanismenya. Analisa termal DSC dengan pengontrolan laju pendinginan menggunakan mesin STA. Selanjutnya, pengamatan mikrostruktur dengan mikroskop optik dan SEM yang dilengkapi dengan EDS digunakan untuk pemetaan unsur Al, Si dan Er. Hasil menunjukkan penambahan erbium sebesar 0,6% diketahui optimum dalam menghaluskan fasa β-Al5FeSi karena menghasilkan persen reduksi terbesar sehingga dihasilkan panjang fasa β-Al5FeSi terkecil. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa penambahan erbium yang tepat dan peningkatan laju pendinginan dapat memodifikasi fasa β-Al5FeSi dan fasa lain seperti SDAS dan silikon eutektik.


Al-Si alloys are used in automotive components because of their excellent properties. However, the iron impurity content is considered as the most detrimental because it can easily form an intermetallics with Al and Si such as the β-Al5FeSi phase which can decrease the mechanical properties. The addition of RRE (Er) and increase of cooling rate are known to modify the microstructures such as a-Al (SDAS), eutectic silicon and β-Al5FeSi phase. This study investigated the effects of Er addition (0,3%, 0,6%, and 1%) and cooling rate (10 oC/min and 30 oC/min) to the phase morphological changes such as the average and phase length distribution in Al7SiFe synthetic alloys and their mechanism. The thermal analysis of DSC by controlling the cooling rate used an STA machine. The microstructure were identified by OM and SEM equipped with EDS for mapping elements of Al, Si and Er. The results indicated that the addition of 0,6% Er was effectively refined the β-Al5FeSi because of the largest percent reduction that the smallest β-Al5FeSi phase length was obtained. It can be concluded that the appropriate addition of erbium and increase of cooling rate can modify β-Al5FeSi and other phases such as SDAS and eutectic silicon.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muammar Hawary
"Paduan aluminium silikon banyak digunakan dalam berbagai aplikasi industri, khususnya industri otomotif. Namun, kehadiran unsur besi dapat menyebabkan terbentuknya senyawa intermetalik yang dapat menurunkan sifat mekanis paduan. Modifikasi senyawa intermetalik dapat dilakukan dengan meningkatkan laju pendinginan dan penambahan unsur tertentu, salah satunya logam tanah jarang. Pada penelitian ini, digunakan simultaneous thermal analysis untuk mengamati pengaruh laju pendinginan terhadap pembentukan fasa intermetalik beta pada paduan AlFe7Si dengan penambahan lantanum sebanyak 0,3%, 0,6%, dan 1%. Mikroskop optik juga digunakan untuk mengamati hasil mikrostruktur dari paduan. Hasil menunjukkan bahwa penambahan La yang optimum adalah pada konsentrasi 0,3% dalam mengurangi ukuran fasa intermetalik beta.

Aluminium silicon alloys are widely used in several industrial applications, especially in automotive industry. However, the presence of iron could cause the formation of intermetallic compounds which would reduce the mechanical properties of the alloy. Modification of intermetallic compounds can be done by increasing the solidification rate and adding certain elements, for example, rare earth elements. In this study, simultaneous thermal analysis was used to find out the effect of cooling rate on the formation of beta intermetallic phase in AlFe7Si alloy added with lanthanum at 0,3%, 0,6%, and 1%. Optical microscopy was also used to observe the microstructure of this alloy. Results showed that the optimum addition of lanthanum was at 0,3% to reduce the size of beta intermetallic phase.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noni Aslikhah Mustika Pratiwi
"Paduan aluminium sangat sering digunakan untuk komponen pada industri otomotif, penerbangan, dan juga elektronik. Salah satunya adalah paduan aluminium silikon yang sering ditemukan dalam industri otomotif. Sifat silikon yang memiliki kemampuan cor yang baik menjadi salah satu alasan silikon banyak digunakan sebagai
paduan. Namun, adanya kandungan unsur besi yang tinggi dalam paduan Al-Si menyebabkan presipitasi fasa intermetalik beta, adanya fasa intermetalik beta dapat mengurangi sifat mekanik paduan, yang disebabkan oleh morfologi β-Al5FeSi yang berbentuk seperti jarum. Modifikasi morfologi β-Al5FeSi dapat dilakukan untuk mengurangi pengaruh dari fasa intermetalik beta dengan menambahkan unsur pemodifikasi dan dengan meningkatkan laju pendinginan. Dalam penelitian ini, analisis ermal simultan digunakan untuk mengetahui pengaruh laju pendinginan (10°C min-1) pada pembentukan fasa intermetalik beta dalam paduan Al-1Fe-7Si yang ditambahkan dengan yttrium pada 0.3, 0.6, dan 1%. Mikroskop optik juga digunakan untuk melihat struktur mikro dari paduan aluminium ini. Selain itu, juga dilakukan pengujian SEMEDX
untuk melihat unsur yang terkandung dan fasa yang terbentuk dalam paduan. Berdasarkan hasil analisis gambar yang diperoleh, terlihat bahwa terjadi pengurangan ukuran fasa intermetalik beta sebagai hasil dari penambahan unsur tanah jarang yttrium.

Aluminum alloys are mostly used for components in automotive industry,
aerospace, and also electronic. One of aluminum alloys that mostly use is aluminum silicon alloy which can find in automotive industry. Properties of silicon which has good castability cause the reason of silicon mostly found in aluminum alloy. However, the
existence of high content of iron element in Al–Si alloys lead to precipitation of beta intermetallic phase that will decrease mechanical properties caused by morphology of β- Al5FeSi that shaped called needle-likes. Modification morphology of β-Al5FeSi can be done to reduce the effect of beta intermetallic phase by adding element modifier and increasing solidification cooling rate. In this study, simultaneous thermal analysis was used to find out the effect of cooling rate (10°C min-1) on beta intermetallic phase formation in Al–1Fe-7Si alloy added with yttrium at 0.3, 0.6, and 1 wt%. Optical microscopy also used to characterized the microstructure of this aluminium alloy. SEMEDX
also used in this experiment in order to know element of the alloy and phase thatformed during solidification. Image analysis results represented the reduction in size of beta intermetallic phase as a result of the rare earth element addition.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heza Yusriyyah
"Penggunaan aluminium dan logam paduannya di dunia industri terus mengalami peningkatan pada era modernisasi saat ini. Dengan penggunaan aluminium dan paduannya yang meningkat, menuntut manusia untuk mempelajari dan melaksanakan rekayasa guna memenuhi kebutuhan hidup terutama dalam hal teknologi. Namun dalam paduan Al-Si terbentuk fasa intermetalik β-Al5FeSi yang berdampak buruk terhadap sifat mekanik paduan dan belum bisa dihilangkan. Penggunaan modifier dan peningkatan laju pendinginan merupakan cara untuk mengurangi dampak fasa tersebut. Logam tanah jarang merupakan logam yang efektif dalam modifikasi fasa β-Al5FeSi. Sedangkan logam Dysprosium sampai sekarang belum digunakan sebagai modifier β- Al5FeSi. Penelitian ini akan diamati pengaruh penambahan logam tanah jarang Dysprosium (0,3%, 0,6% dan 1%) dan laju pendinginan 10 oC/menit juga 30 oC/menit terhadap morfologi fasa intermetalik beta pada paduan AlFe7Si. Kemudian dilakukan karakterisasi dengan pengontrolan laju pendinginan Simultaneous Thermal Analysis dan pengamatan mikrostruktur Optical Microscope. Hasil penelitian menunjukkan penambahan logam Dy optimum pada kosentrasi 1%Dy mampu mengurangi ukuran SDAS, mampu untuk mengurangi fasa β-Al5FeSi, dan merubah morfologi fasa silikon eutektik. Sehingga dapat disimpulkan penambahan Dy dapat menyebabkan pengurangan ukuran fasa intermetalik β dan silikon eutektik.

Nowadays the usage of aluminium and it alloys in industrial continues to increase in the modern era. Along the use of aluminum and its alloys is increased, it requires humans to learn and implement techniques to meet the needs, especially in terms of technology. However, in the Al-Si alloy, intermetallic phase of β-Al5FeSi is formed which has a disadvantages on mechanical porperties of the alloys also cannot be removed. The used of modifier and increased the cooling rate are ways to reduce the impact of the intermetallic. Rare earth metals are effective in the β-Al5FeSi phase modification. Whereas Dysprosium has not been used as a modifier of β-Al5FeSi. This research will observe the effect of the rate earth metal addition especially Dysprosium (0.3%, 0.6% and 1%) and the cooling rate of 10 oC / min also 30 oC / min on the morphology of the beta intermetallic phase on AlFe7Si alloys. The caracterization is done by controlling the cooling rate with Simultaneous Thermal Analysis and Optical Microscope to observe the microstructure. The results showed the addition of the optimum Dy metal at a concentration of 1 %Dy was able to reduce the size of the SDAS, able to reduce the size of β-Al5FeSi phase, and change the morphology of the eutectic silicon phase. It can be concluded that the addition of Dy can cause a reduction in the size of intermetallic phase β and eutectic silicon."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofiyah
"

Fase intermetalik beta yang terbentuk dalam paduan aluminium-silikon memiliki efek merusak pada sifat mekaniknya. Untuk meningkatkan sifat mekaniknya, teknik penyempurnaan dan modifikasi β-Al5FeSi dan Si eutektik digunakan. Studi ini meneliti efek penambahan gadolinium (Gd) dengan penambahan 0%, 0,3%, 0,6%, dan 1,0% pada karakteristik mikrostruktur paduan AlFe7Si. Penelitian ini menggunakan optical emission spectrocopy, optical microscopy, scanning electron microscopy, energy diffraction spectrum, dan simultaneous thermal analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan Gd dapat mengurangi ukuran fasa β-Al5FeSi serta fasa silikon eutektik dan meningkatkan morfologinya. Penambahan 0,6% berat Gd menunjukkan efek terbaik pada pengurangan fase β-Al5FeSi dan fasa silikon eutektik. Secondary dendrite arm spacing (SDAS) juga tereduksi dengan penambahan Gd.


Beta intermetallic phases formed in the aluminium-silicon alloys has a detrimental effect on their mechanical properties. To improve its mechanical properties, the refinement and modification techniques of β-Al5FeSi and Si eutectic were used. The current study investigated the effects of gadolinium (Gd) addition (0, 0.3, 0.6, and 1.0 wt%) on microstructural characteristics of AlFe7Si alloy. It was studied by means of optical emission spectrocopy, optical microscopy, scanning electron microscopy, energy diffraction spectrum and simultaneous thermal analysis. The results showed that the addition of Gd obviously reduced the sizes of the β-Al5FeSi phase as well as eutectic silicon phase and improved their morphologies. The addition of 0,6 wt% Gd shows the best effect on reducing the β-Al5FeSi phase and eutectic silicon phase. The secondary dendrite arm spacing is also reduced by the addition of Gd.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kalvin Saputra Irawan
"Alumunium merupakan material yang umum digunakan dalam industri otomotif dan penerbangan. Namun dalam paduan Al-Si akan membentuk fasa intermetalik β-Al5FeSi yang berdampak buruk terhadap sifat mekanik paduan, tetapi belum bisa dihilangkan. Penambahan modifier dan peningkatan laju pendinginan merupakan cara mengurangi dampak fasa tersebut. Logam tanah jarang merupakan logam yang efektif dalam modifikasi fasa β-Al5FeSi. Sedangkan logam neodimium sampai sekarang belum ada digunakan sebagai modifier β-Al5FeSi.
Penelitian ini akan diamati pengaruh penambahan logam tanah jarang neodimium (0,3%, 0,6% dan 1%) dan laju pendinginan (5, 10 dan 30 oC/menit) terhadap morfologi fasa intermetalik beta pada paduan Al7Si1Fe. Kemudian dilakukan karakterisasi dengan pengontrolan laju pendinginan Simultaneous Thermal Analysis, pengamatan mikrostruktur Optical Microscope dan Scanning Electron Microscope, dan penembakan fasa yang terbentuk dengan Energy Diffraction Spectrum.
Hasil penelitian menunjukkan penambahan logam Nd optimum pada kosentrasi 1%Nd untuk mengurangi fasa β-Al5FeSi dan 1%Nd untuk merubah morfologi fasa silikon eutektik, sedangkan laju pendinginan 30oC/menit menghasilkan ukuran fasa β-Al5FeSi maupun silikon eutektik paling halus yang disebabkan fenomena undercooling pada paduan. Sehingga dapat disimpulkan peningkatan laju pendinginan dan penambahan Nd dapat menyebabkan pengurangan ukuran fasa intermetalik β dan silikon eutektik.

Aluminum are widely used in automotive industry and aerospace structural application. Al-Si alloy can form intermetallic β-Al5FeSi phase that cause undesirable effect on mechanical properties. The addition of modifier and increase the cooling rate is a way to reduce the effect of the phase. Rare earth elements are effective to modified β-Al5FeSi phase. However, neodymium have been used as a modifier β-Al5FeSi.
This study will observed the effect of addition rare earth metal neodymium (0.3%, 0.6% and 1%) and cooling rate (5, 10 and 30 ° C / min) on morphology of intermetallic beta phase of Al7Si1Fe alloy. Futher, characterized by controlling the cooling rate by Simultaneous Thermal Analysis, observation of microstructure by Optical Microscope and Scanning Electron Microscope, and microchemical analysis by Energy Diffraction Spectrometer.
The results showed that the addition of Nd optimum concentration of 1% can reduce β-Al5FeSi phase and change silicon eutectic phase morphology, whereas the cooling rate of 30 ° C / min produces finer structure morphology of β-Al5FeSi phase or silicon eutectic due to the phenomenon of undercooling on the alloy. In conclusion, increasing the cooling rate and Nd addition can decrease the size of intermetallic β phases and silicon eutectic.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S66582
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nida Fauziah
"Paduan aluminium silikon merupakan material logam yang sangat luas penggunaannya di dunia industri, salah satunya dalam insdustri otomotif dan dirgantara. Namun adanya unsur pengotor seperti besi menyebabkan membentuk senyawa kompleks intermetalik. Senyawa tersebut sangat berbahaya terhadap sifat mekanik yang dihasilkan serta mengganggu proses manufaktur lainnya, seperti ekstrusi. Unsur tersebut belum bisa dihilangkan, namun dapat dimodifikasi untuk mengurangi bahaya yang ditimbulkan. Beberapa unsur efektif untuk memodifikasi fasa - termasuk tanah jarang salah satunya samarium.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh laju pendinginan dan penambahan logam tanah jarang Sm terhadap morfologi fasa - yang terbentuk pada paduan Al-7 Si-1 Fe. Penelitian ini dilakukan melalui pengujian Differential Scanning Calorimetry menggunakan mesin STA dengan laju pendinginan dikontrol pada 5 oC/min, 10 oC/min dan 30 oC/min. Untuk mengetahui perubahan pada fasa intermetalik, dilakukan pengamatan menggunakan Optical Microscope dan Scanning Electron Microscope.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju pendinginan yang semakin cepat efektif mengurangi ukuran fasa, eutektik silikon, dan ukuran SDAS. Hasil optimum untuk pada modifikasi fasa beta terjadi pada penambahan 0,6 Sm.. Untuk itu, penambahan Sm dilakukan secara terkontrol agar tidak terjadi pengasaran kembali fasa pada komposisi yang terlalu besar.

Aluminium silicon alloy are widely material used in industry including automotive and aerospace industry due to its excellent properties such as high fluidity, low shrinkage, corrosion resistance, and relative high strength. However, the presence of impurity element impurity such as iron causing the formation of intermetallic phase which is harmfull on for mechanical properties and problem in other manufacture process such as extrusion. Iron element can not be removed, nevertheless it can be modified through the addition of rare earth element.
The objective in this study are investigate the effect of cooling rate and rare earth element Sm addition to the intermetallic phase morphology of Al 7 Si 1 Fe alloys. Differential Scanning Calorimetry with STA machine at cooling rate of 5 oC min, 10 oC min dan 30 oC min. Furthermore, the modification result of intermetallic phase was observed by Optical Microscope and Scanning Electron Microscope.
The result showed that high cooling rate effective for reducing intermetallic phase, eutectic Si and SDAS. In addition, optimum modification was achieved by adding 0,6 Sm. Addition 1 Sm phase become coarser. Inconclusion, increasing of cooling rate effective for reducing phase, eutectic silicon, and secondary dendrite arm spacing size, although the addition should be controlled to prevent coarsening of phase.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S66219
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alif Zharfan Athallah Mz
"Umumnya kabel tembaga yang biasa dijumpai pada kehidupan sehari-hari, namun ada jenis kabel yang lain biasa digunakan yaitu berbahan dasar Al 6061. Pada kali ini digunakannya penambahan logam tanah jarang berupa Lanthanum dan Samarium. Kemudian akan dibandingkan keefektifannya menggunakan pengujian LPR, Konduktivitas Listrik, dan SEM berikut EDX. Ditujukan dengan hasil uji yang memiliki sifat korosi yang lebih baik dan konduktivitas yang tinggi Pada penelitian ini menggunakan logam tanah jarang sebagai grain refinement yaitu berupa Lanthanum dan Samarium. Menggunakan sebanyak 5 sampel yaitu, 0.5% La; 0,5% Sm ; 0,25% La + 0,25% Sm, Paduan Al 6061 tanpa tambahan La & Sm tanpa dicor ulang, dan paduan Al 6061 yang dilakukan cor ulang. Didapat hasil dari penelitian kali ini, pada paduan Al-0,5 La paling tinggi konduktivitasnya sebesar 2.084.866,323 S/m dibandingkan dengan paduan lain termasuk pada paduan Al 6061 murni yang tidak ditambahkan logam tanah jarang. Pada laju korosi yang terendah pada paduan Al- 0,5 Sm, dimana diperoleh nilai laju korosinya adalah sebesar 0,0013 mm/tahun dibandingkan dengan paduan lain termasuk pada paduan Al 6061 murni yang tidak ditambahkan logam tanah jarang.

Generally, copper cables are commonly found in everyday life, but there is another type of cable that is commonly used, namely made from Al 6061. At this time, the addition of rare earth metals in the form of Lanthanum and Samarium was used. Then it will be compared its effectiveness using LPR, Electrical Conductivity, and SEM tests following EDX. Aimed at the test results that have better corrosion properties and high concentration In this study using rare earth metals as grain refiners, namely in the form of Lanthanum and Samarium. Using as many as 5 samples, namely 0.5% La; 0.5% Sm ; 0.25% La + 0.25% Sm, Al 6061 alloy without additional La & Sm without being recorched, and Al 6061 alloy re-cast. The results obtained from this research, in Al-0.5 La alloys, the highest conductivity was 2.084.866,323 S/m compared to other alloys including pure Al 6061 alloys which were not added rare earth element. At the lowest corrosion rate in Al-0.5 Sm alloy, where the corrosion rate value is obtained is 0.0013mm/year compared to other alloys including pure Al 6061 alloys which were not added rare earth metals.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dzulfikar Rakhman
"Korosi pada dunia industri dan infrastruktur sangat dihindari. Oleh karena itu diperlukan pencegahan terjadinya korosi atau menghambat laju korosi. Metode yang sering digunakan adalah anoda korban. Pada penelitian ini berfokus pada pengaruh penambahan unsur disporsium (Dy) sebesar 0,1; 0,3; 0,5 wt% terhadap mikrostruktur dan sifat korosi paduan Al-5Zn-0,5Sn sebagai kandidat material anoda korban. Sampel dibuat menggunakan proses pengecoran dengan electric resistant mini furnace, kemudian dilakukan karakterisasi dengan OES, OM, dan SEM EDX. Kemudian dilakukan uji polarisasi dan EIS menggunakan alat CorrTest dengan software CS Studio5, NaCl 3,5% sebagai larutan elektrolitnya dan SCE sebagai reference electrode (RE). Hasilnya menunjukkan semakin halusnya ukuran butir dengan bertambahnya kandungan disporsium (Dy). Kemudian nilai OCP yang dihasilkan berkisar antara -1,1792 V hingga -1,1443 V sehingga tidak memenuhi standar logam tanah jarang sebagai kandidat anoda korban. Di sisi lain, paduan dengan penambahan kandungan disporsium (Dy) menunjukkan laju korosi yang semakin tinggi.

Corrosion in industry and infrastructure is highly avoided. Therefore, it is necessary to prevent corrosion or inhibit the rate of corrosion. The method that is often used is sacrificial anode. This study focuses on the effect of the addition of the element dysprosium (Dy) of 0,1; 0,3; 0,5 wt% on microstructure and corrosion properties of Al-5Zn-0,5Sn alloy as a candidate sacrificial anode material. Samples were made using a casting process with an electric resistant mini furnace, then characterization was carried out with OES, OM, and SEM EDX. Then polarization and EIS tests were carried out using CorrTest with CS Studio5, NaCl 3,5% as electrolyte solution and SCE as reference electrode (RE). The result shows the finer grain size with increasing dysprosium (Dy). Then the results of OCP values ranged from -1,1792 V to -1,1443 V, so they are not in accordance with the standard of rare earth metals as sacrificial anode candidates. On the other hand, alloys with addition of dysprosium (Dy) showed a higher corrosion rate."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>