Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 124275 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Annisa Halimatus Sa`diyah
"Kulit manggis mengandung senyawa α-mangostin yang memiliki aktivitas antioksidan dan antimikroba. Ekstraksi α-mangostin menggunakan deep eutectic solvent (DES) sebagai pelarut hijau untuk meminimalisasi masalah kesehatan akibat pelarut organik. Ekstrak α-mangostin dibuat dalam bentuk nanoemulgel yang efektif dalam aktivasi bahan kosmetik. Namun, studi mengenai bioaktivitas nanoemulgel ekstrak kulit manggis berbasis virgin coconut oil (VCO) dengan DES belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakterisasi tersebut melalui uji kandungan total fenolik, uji aktivitas antioksidan, dan antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis serta kemampuan penetrasi untuk aplikasi kosmetik. Formulasi nanoemulgel dibuat dengan variasi penambahan xanthan gum sebesar 0,0%, 0,1%, 0,3% dan 0,5%. Formula X5 mampu menghasilkan nanoemulgel stabil dan memiliki flux penetrasi tertinggi (122,6 ± 32,86 μg/cm2.h) meskipun kandungan fenolik yang terkandung rendah (17,452 g GAE/100 g DES ekstrak) sehingga memiliki aktivitas antioksidan lemah dan tidak memiliki aktivitas penghambatan terhadap S. epidermidis. Penambahan xanthan gum 0,5 % b mampu menunjukkan flux penetrasi α-mangostin tertinggi sehingga dapat direkomendasikan untuk aplikasi kosmetik. Penambahan DES ekstrak dalam formulasi nanoemulgel perlu ditingkatkan untuk meningkatkan konsentrasi α-mangostin.

Mangosteen pericarp contains α-mangostin compounds which have antioxidants and antimicrobial activity. α-mangostin extraction uses deep eutectic solvent (DES) as a green solvent to minimize health problems due to organic solvents and produced in nanoemulgel forms which is effective in activating cosmetic ingredients. However, studies on the bioactivity of nanoemulgel mangosteen pericarp extract based on virgin coconut oil (VCO) with DES have never been done. Therefore, this study aims to determine the characterization through the total phenolic content, antioxidant and antibacterial activity against Staphylococcus epidermidis bacteria and penetration ability for cosmetic application. Nanoemulgel formulations were made with variations in the addition of xanthan gum by 0.0%, 0.1%, 0.3% and 0.5%. Formula X5 is able to produce stable nanoemulgel and has the highest penetration flux (122.6 ± 32.86 μg/cm2.h) despite the low phenolic content (17.452 g GAE/100 g DES extract), so that it has weak antioxidant activity and has no inhibitory activity against S. epidermidis. The addition of 0.5% xanthan gum was able to show the highest α-mangostin penetration flux, so that it could be recommended for cosmetic applications. The addition of DES extract in nanoemulgel formulation needs to be increased to increase the concentration of α-mangostin.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Ananta
"Ekstraksi senyawa bioaktif menggunakan Deep Eutectic Solvent (DES) semakin masif digunakan karena memiliki toksisitas rendah, biodegradable, mudah disintesis, dapat diatur polaritas serta selektivitasnya sesuai kebutuhan, dan aman bagi lingkungan jika dibandingkan dengan pelarut organik. Sintesis DES dari pencampuran Hidrogen Bond Acceptor (HBA) dan Hidrogen Bond Donor (HBD) akan memberikan jenis yang beragam sehingga sulit untuk menentukan campuran DES yang akan memberikan hasil ekstraksi terbaik. Penelitian ini menggunakan mangostin sebagai representatif dari ribuan senyawa bioaktif dan difokuskan untuk mencari korelasi antara polaritas DES dengan hasil ekstraksi menggunakan Nile Red sebagai parameter kepolaran. Hipotesis dari korelasi tersebut akan diuji pada senyawa bioaktif lainnya yaitu (kuersetin, rutin, polifenol, fenolik), ekstraksi cair-cair (asam palmitat), dan ekstraksi cair-gas (CO2) Penelitian ini menggunakan data sekunder untuk mendapatkan data yang ekstensif terkait hasil ekstraksi senyawa bioaktif alfa-mangostin, kuersetin, rutin, polifenol, fenolik, asam palmitat, dan CO2 menggunakan DES dan data polar parameter Nile Red (Enr). Selanjutnya, akan dilakukan uji polaritas DES jika data polaritas yang tidak tersedia pada literatur. Hasil akhir menunjukkan adanya korelasi kuadratik yang ditunjukkan oleh kurva regresi maupun secara kuantitatif yang ditunjukkan dari nilai regresi kuadratik antara hasil esktraksi dengan polaritas DES.

Extraction of bioactive compounds using Deep Eutectic Solvent (DES) has emerged as a highly promising category of green solvents due to the low toxicity, biodegradable, easy to synthesize, and considered safe for the environment compared to organic solvents. The synthesis of DES from mixing Hydrogen Bond Acceptor (HBA) and Hydrogen Bond Donor (HBD) has provided various types, making it difficult to determine the DES mixture that will give the best extraction yield. This study used mangosteen as a representative of thousands of bioactive compounds and focused on finding the correlation between the polarity of DES and the extraction using Nile Red as a polarity parameter. The hypothesis of the correlation will be tested on other bioactive compounds (quercetin, rutin, polyphenols, phenolics), liquid-liquid extraction (palmitic acid), and liquid-gas extraction (CO2). This study uses secondary data to obtain extensive data regarding the extraction results of the bioactive compounds alpha-mangosteen, quercetin, rutin, polyphenols, phenolics, palmitic acid, and CO2 using DES and data on polar parameters Nile red (Enr). Furthermore, the polarity value of DES (Enr) will be carried out through experimental research if the polarity data are not available in the literature. The final result qualitatively shows that there is a quadratic correlation based on the curve as well as quantitatively which is indicated by the value of the quadratic correlation between the extraction yield and the polarity of DES (Enr)
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devin Halim
"Kuinolin adalah senyawa heterosiklik yang derivatnya memiliki berbagai aktivitas biologis seperti antibakteri dan antioksidan. Struktur kuinolin telah dibentuk dari prekursor isatin dan etil asetoasetat melalui reaksi Pfitzinger pada suasana asam. Dari turunan kuinolin tersebut dibentuk struktur kuinolin benzimidazol melalui reaksi tanpa pelarut dengan o-fenilendiamin. Selain itu, dibentuk senyawa turunan kuinolin hidrazon melalui reaksi dengan hidrazin hidrat diikuti aldehid aromatik. Sebagai variasi digunakan tiga jenis aldehid aromatik yaitu: benzaldehid, 4-hidroksibenzaldehid, dan trans-sinamaldehid. Keempat senyawa yang terbentuk dikarakterisasi menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT), uji titik leleh, FTIR, LC-MS, dan spektrofotometri UV-Vis. Uji aktivitas antioksidan dan antimikroba dilakukan untuk mengetahui bioaktivitas senyawa yang telah disintesis. Pengujian aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH sedangkan uji aktivitas antimikroba menggunakan metode difusi cakram. Hasil uji antioksidan menunjukkan aktivitas antioksidan yang lemah pada semua senyawa bila dibandingkan dengan asam askorbat. Senyawa 3, yang disintesis dari 4-hidroksibenzaldehid, memiliki aktivitas antioksidan paling baik dengan nilai IC50 sebesar 843,52 ppm. Nilai IC50 senyawa 1, 2, dan 4 berturut-turut adalah 4784,66; 4343,97; dan 3612,62 ppm. Uji antimikroba terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus menunjukkan bahwa semua senyawa yang disintesis tidak memiliki aktivitas antimikroba pada rentang konsentrasi uji 75–1000 ppm.

Quinoline and its derivatives are known to possess various biological activities such as antibacterial and antioxidant activity. In this work, quinoline moiety was formed from isatin and ethyl acetoacetate by Pfitzinger reaction under acidic conditions. Quinoline benzimidazole derivative was synthesized from quinoline derivative and o-phenylenediamine via solvent-less reaction. In addition, quinoline hydrazone derivatives were formed by the reaction of quinoline derivative with hydrazine hydrate and aromatic aldehyde. Benzaldehyde, 4-hydroxybenzaldehyde, and trans-cinnamaldehyde were used separately as aromatic aldehyde in this experiment. The four compounds formed were characterized by thin-layer chromatography (TLC), melting point measurement, FTIR, LC-MS, and UV-Vis spectrophotometry. The synthesized compounds were evaluated for their antimicrobial and antioxidant activity. Antioxidant and Antimicrobial activity were evaluated by DPPH assay and disc diffusion method, respectively. All compounds showed weak antioxidant activity compared to ascorbic acid. Compound 3 showed the best antioxidant activity (IC50 = 843.52 ppm). The IC50 values ​​for compounds 1, 2, and 4 were 4784.66, 4343.97, and 3612.62 ppm, respectively. All synthesized compounds did not have any antimicrobial activity against Escherichia coli and Staphylococcus aureus in a concentration range of 75–1000 ppm."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monica Wijaya
"Senyawa bioaktif yang berasal dari tanaman sirsak atau Annona muricata telah lama diteliti dan terbukti bersifat antikanker, selain itu juga bersifat antiparasit, insektisida, anticacing, antibakteri, dan antivirus. Senyawa bioaktif, yang diekstrak dari daun sirsak, bernama annonaceous acetogenin dan telah berhasil dilakukan analisa secara kualitatif. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan ekstrak yang kaya akan annonaceous acetogenin melalui maserasi daun sirsak yang sudah kering dengan pelarut etanol 95%, fraksinasi, dan kolom kromatografi. Senyawa annonaceous acetogenin yang terbukti larut dalam fraksi metanol 90% (Fraksi F005) dari tahapan fraksinasi dianalisis dengan LC-MS (Liquid Chromatography-Mass Spectroscopy) dengan adanya senyawa yang berat molekulnya 612 dan BST (Brine Shrimp Lethality Test) dengan nilai LC50 (Lethal Concentration) di bawah 1000 ppm. Dari kolom kromatografi terhadap fraksi F005 didapatkan 12 botol di antara 15 botol yang terbukti mengandung annonaceous acetogenin dari analisis TLC (Thin Layer Chromatography), LCMS, dan BST, dan selanjutnya dianalisis dengan HPLC untuk mengetahui banyaknya campuran senyawa yang terkandung di dalamnya.

Bioactive compound from soursop plants or Annona muricata has been investigated for a long time and proven to act as an anticancer, furthermore as parasiticidal, insecticidal, antibacterial, and antiviral. This bioactive compound, which is extracted from soursop leaves, is annonaceous acetogenin and suceeded in qualitative analysis. This aim of research is to get a rich content of annonaceous acetogenin by macerate the soursop leaves with ethanol 95%, fractinate, and isolate with column chromatography. Annonaceous acetogenin is proven to be soluble in methanol 90% fraction (Fraction F005) from fractination step which analyzed using LC-MS (Liquid Chromatography-Mass Spectroscopy) with 612 for its molecular weight and BST (Brine Shrimp Lethality Test) with LC50 below 1000 ppm. From column chromatography for fraction F005, it gave 12 bottles among all 15 bottles which are proven to contain annonaceous acetogenin by analyzing them using TLC (Thin Layer Chromatography), LC-MS, and BST, furthermore by HPLC to give knowledge about the mixture of compounds contained in them."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1216
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Atsarina Dianati Chaidir
"ABSTRAK
Kulit manggis mengandung zat bioaktif α-mangostin yang mempunyai efek baik untuk kesehatan kulit. Natural Deep Eutectic Solvents (NADES) dapat digunakan untuk mengekstrak α-mangostin dari kulit manggis, dan aman digunakan untuk sediaan topikal (melalui kulit). Sistem nanoemulgel mampu meningkatkan stabilitas sediaan. Pada penelitian yang telah dilakukan, sediaan nanoemulgel diformulasikan menggunakan NADES hasil ekstraksi kulit manggis dan akuades sebagai fasa air, Virgin Coconut Oil sebagai fasa minyak, surfaktan HLB 10, xanthan gum sebagai pengental, dan phenoxyethanol sebagai pengawet. Dilakukan variasi rasio massa xanthan gum sebanyak 0%, 0,1%, 0,3%, dan 0,5% dan variasi rasio massa NADES hasil ekstraksi kulit manggis sebanyak 1%, 3%, 5%, dan 8%, untuk memperoleh nanoemulgel yang memiliki kestabilan yang tinggi. Pengujian kandungan senyawa bioaktif, stabilitas, karakteristik, dan organoleptik pada sediaan nanoemulgel dilakukan, dan didapatkan hasil bahwa nanoemulgel stabil diperoleh dengan formulasi X5. X5 memiliki hasil uji stabilitas visual tidak menunjukkan adanya destabilisasi, uji accelerated stability test menyatakan stabil selama 1 tahun, uji stabilitas Freeze-Thaw 4 siklus menunjukkan stabil terhadap perubahan suhu dan masuk dalam rentang keberterimaan pH sediaan topikal. Berdasarkan hasil uji karakteristik dan organoleptik, nanoemulgel X5 tidak mengalami perubahan yang besar dari segi pH, viskositas, ukuran droplet, potensial zeta dan sifat fisiknya selama 15 hari masa pengamatan.

ABSTRACT
Mangosteen skin contains bioactive substances α-mangostin which is good for skin health. Natural Deep Eutectic Solvents (NADES) can be used to extract α-mangostin from mangosteen peel, safe for topical preparations (through the skin). The nanoemulgel system can increase its stability. In this research, nanoemulgel preparations were formulated using mangosteen extract and aquades as water phase, Virgin Coconut Oil as an oil phase, HLB 10 surfactant, xanthan gum as thickener, and phenoxyethanol as preservative. Variation of mass ratio of xanthan gum was done by 0%, 0.1%, 0.3%, and 0.5% and variation of mass ratio of NADES results of mangosteen peel extraction was done by 1%, 3%, 5%, and 8%, to obtain high stability nanoemulgel. Testing of bioactive compound content, stability, characteristics, and organoleptics in nanoemulgel preparations was carried out. The results of stable nanoemulgel obtained from X5 formulation,with the result of visual stability test showed no destabilization, accelerated stability test stated stable for 1 year, Freeze-Thaw 4 cycle stability test showed stable to temperature changes and suitable for topical preparations. Based on the results of characteristic and organoleptic tests, nanoemulgel X5 did not experience a large change of pH, viscosity, droplet size, zeta potential and physical properties during 15 days observation.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofnie M. Chairul
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2002
T40195
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahra Alika Salsabila
"ABSTRAK
In the skin care industry, topical medications with high levels of antioxidants and High skin penetration is the ideal that all formulators desire. However, more antioxidant content in the oil phase has been
lead to less stability. To answer this problem and find the right balance of antioxidant benefits and stability, formulation nanoemulgel is made by combining mangosteen nanoemulsion with hydrogels that incorporate antioxidants into the aqueous phase. The nanoemulsion
made from a mixture of distilled water and a naturally occurring eutectic solvent based on betaine (NADES) as the water phase and virgin coconut oil (RCO) as the oil phase. 6 nanoemulgel formulation samples were made and observed. Extraction yield is 5.26% g -mangostin/g mangosteen powder and 0.86% g -mangostin/g nanoemulgel. All
the xanthan gum sample was stable while the Carbopol 934 sample underwent separation in the accelerated stability test. Sample XG 1, with 1% xanthan gum, reported to have an IC50 of 16.97 ppm from the DPPH antioxidant test and the amount of cumulative 101.57 g/cm2 released in an in-vitro penetration assay using . cells Franz diffusion. This sample also found the highest score with a score of 39.6 / 45 in
customer survey. This proves that the use of RCO as the oil phase
and NADES as the aqueous phase to formulate a topical nanoemulgel that stable and high penetration with mangosteen extract is very possible and optimized using 1% xanthan gum.
ABSTRACT
Dalam industri perawatan kulit, obat topikal dengan tingkat antioksidan tinggi dan penetrasi kulit yang tinggi adalah ideal yang diinginkan oleh semua formulator. Namun, lebih banyak kandungan antioksidan dalam fase minyak telah
menyebabkan stabilitas yang lebih rendah. Untuk menjawab masalah ini dan menemukan keseimbangan yang tepat antara manfaat antioksidan dan stabilitas, formulasi nanoemulgel dibuat dengan menggabungkan nanoemulsi manggis dengan hidrogel yang menggabungkan antioksidan ke dalam fase air. nanoemulsion
dibuat dari campuran air suling dan pelarut eutektik alami berdasarkan betaine (NADES) sebagai fase air dan minyak kelapa murni (RCO) sebagai fase minyak. 6 sampel formulasi nanoemulgel dibuat dan diamati. Hasil ekstraksi adalah 5,26% g -mangostin/g bubuk manggis dan 0,86% g -mangostin/g nanoemulgel. Semua
sampel xanthan gum stabil sedangkan sampel Carbopol 934 mengalami pemisahan pada uji stabilitas dipercepat. Sampel XG 1, dengan gom xanthan 1%, dilaporkan memiliki IC50 sebesar 16,97 ppm dari uji antioksidan DPPH dan jumlah kumulatif 101,57 g/cm2 yang dilepaskan dalam uji penetrasi in-vitro menggunakan . difusi sel Franz. Sampel ini juga menemukan skor tertinggi dengan skor 39,6/45 in
survei pelanggan. Hal ini membuktikan bahwa penggunaan RCO sebagai fase minyak dan NADES sebagai fase air untuk memformulasi nanoemulgel topikal yang stabil dan penetrasi tinggi dengan ekstrak manggis sangat dimungkinkan dan dioptimalkan dengan menggunakan 1% xanthan gum.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hayuning Widiastuti
"Opheodesoma grisea merupakan timun laut dari Family Synaptidae dengan pertahanan fisik yang minim sehingga lebih mengandalkan metabolit sekunder sebagai pertahanan kimiawi. Metabolit sekunder yang dimiliki salah satunya dapat berpotensi sebagai antifeedant yang mampu mencegah organisme tersebut dimakan oleh predatornya. Penelitian dilakukan untuk menganalisa aktivitas antifeedant ekstrak kasar Opheodesoma grisea terhadap ikan Gymnocorymbus ternetzi, menganalisa toksisitas ekstrak kasar Opheodesoma grisea terhadap ikan Gymnocorymbus ternetzi dan larva Artemia salina, serta mengkategorikan mode pertahanan kimiawi Opheodesoma grisea terhadap ikan Gymnocorymbus ternetzi. Sampel Opheodesoma grisea yang diuji berasal dari Perairan Pulau Pramuka sebanyak 10 individu dan diekstrak secara maserasi menggunakan metanol. Ekstrak yang dihasilkan memiliki persentase rendemen ekstrak kasar dan konsentrasi fisiologis berturut-turut sebesar 4,62% dan 24,74 mg/mL. Nilai dosis efektif (ED50) pada uji antifeedant sebesar 1,380 mL menunjukkan ekstrak Opheodesoma grisea bersifat palatable. Hasil pengujian ikhtiotoksisitas menghasilkan nilai Weighted Mean (WM) = 2 yang artinya ekstrak Opheodesoma grisea memiliki toksisitas rendah. Hasil pengujian Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) menunjukkan LC50 ekstrak Opheodesoma grisea sebesar 174,735 ppm yang tergolong toksisitas sedang sehingga adanya potensi pertahanan kimiawi dari Opheodesoma grisea terhadap predatornya. Hasil uji antifeedant dan ikhtiotoksisitas mengkategorikan mode antipredator pada Opheodesoma grisea termasuk ke dalam Weak Responses (WR).

Opheodesoma grisea is a sea cucumber from the Family Synaptidae with minimal physical defenses, relying more on secondary metabolites as chemical defenses. One of the secondary metabolites it possesses has the potential to act as an antifeedant, preventing the organism from being consumed by its predators. The study was conducted to analyze antifeedant activity of crude extract from Opheodesoma grisea on Gymnocorymbus ternetzi fish, analyze toxicity of crude extract from Opheodesoma grisea on Gymnocorymbus ternetzi fish and Artemia salina larvae, and categorize chemical defense mode of Opheodesoma grisea on Gymnocorymbus ternetzi fish. The Opheodesoma grisea samples, consisting of 10 individuals, were collected from Pramuka Island and extracted using methanol through maceration. The resulting extract had a crude extract yield percentage of 4,62% and a physiological concentration of 24,74 mg/mL. The effective dose (ED50) in the antifeedant test was determined to be 1,380 mL, indicating that the Opheodesoma grisea extract is palatable. The ichthyotoxicity test resulted in a Weighted Mean (WM) value of 2, indicating that the Opheodesoma grisea extract has low toxicity. The Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) showed an LC50 value of 174,735 ppm, indicating moderate toxicity and has the potential chemical defense for Opheodesoma grisea against its predators. The antifeedant and ichthyotoxicity test results categorized the antipredator mode in Opheodesoma grisea to Weak Responses (WR)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Arifianti
"ABSTRAK
Nitrogen merupakan salah satu unsur dalam manur ayam atau kotoran ayam yang dapat mencemari lingkungan. Nitrogen dalam bentuk gas amonia, nitrat dan nitrit dapat mencemari udara dan air. Tetapi nitrogen sendiri merupakan salah satu unsur hara yang penting bagi tumbuhan, sehingga pada pengolahan manur sebagai pupuk, kandungan nitrogen pada manur perlu diperhatikan.
Sebagian besar hilangnya nitrogen pada manur ayam karena terbentuknya gas amoma. Temperatur ruangan merupakan salah satu faktor yang dapat mempercepat penguapan gas amonia. Apabila pada tempat penyimpanan manur terlewati aliran air, maka nitrogen dalam manur akan semakin berkurang karena garam-garam nitrat dan nitrit yang ada akan terbawa oleh aliran air.
Berbagai cara dilakukan untuk mengurangi kehilangan nitrogen pada manur ayam akibat terbentuknya gas amonia. Di negara-negara maju digunakan zeolit, jerami dan garam-garam kalsium untuk mengurangi terbentuknya gas amoma. Pada penelitian ini digunakan kapur untuk mengurangi kehilangan nitrogen.
Penentuan kadar nitrogen dalam manur ayam dilakukan dengan metode Kjedahl dan dianalisis dengan spektrofotometer. Parameter lain yang diukur pada penelitian ini berupa kadar air, pH, kadar fosfor clan kalium pada manur ayam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadar nitrogen pada manur yang menggunakan kapur dan manur kontrol, dimana kadar nitrogen dengan menggunakan kapur sedikit lebih tinggi dari manur kontrol. Sedangkan kadar air pada manur yang ditambah kapur, lebih rendah dari kadar air manur kontrol. Penambahan kapur memberikan peningkatan pH sedikit lebih tinggi selama beberapa hari pengamatan dibandingkan dengan manur kontrol. Kadar kalium dan fosfor dalam manur tidak memperlihatkan penurunan yang berarti, karena kalium dan fosfor tidak terdekomposisi selama manur mengalami dekomposisi."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Nursya`bani
"Gas alam merupakan bahan bakar bersih yang lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan batubara dan minyak bumi. Salah satu teknologi yang dapat digunakan untuk menyimpan gas alam adalah adsorbed natural gas (ANG). ANG memanfaatkan kemampuan adsorpsi material adsorben seperti karbon aktif untuk menyimpan gas alam. Karbon aktif dibuat dengan menggunakan cangkang kelapa sawit melalui tahapan karbonisasi dan aktivasi. Karbonisasi dilakukan pada suhu 400 oC dan dilanjutkan dengan tahapan aktivasi untuk membuka pori. Aktivasi kimia dilakukan dengan larutan H3PO4, sementara aktivasi fisika dilakukan dengan menggunakan gas N2. Yield yang didapatkan pada penelitian ini adalah sebesar 27,56%. Untuk meningkatkan kemampuan adsorpsi, dilakukan juga impregnasi menggunakan MgO yang divariasikan pada konsentrasi 0,5% b/b, 1% b/b, dan 2% b/b. Karbon aktif dengan hasil terbaik adalah karbon aktif termodifikasi MgO 1% b/b dengan luas permukaan sebesar 1604,00 m2/g. Karbon aktif yang dihasilkan diuji kapasitasnya dalam menyimpan gas alam. Kapasitas adsorpsi gas alam terbesar didapatkan oleh karbon aktif termodifikasi MgO 1% b/b pada suhu 28 oC dan tekanan 9 bar yang mampu mencapai 0,027 kg/kg.

Natural gas is a cleaner fuel that is more environmentally friendly than coal and oil. One of the technologies that can be used to store natural gas is adsorbed natural gas (ANG). ANG utilizes the adsorption ability of adsorbent materials such as activated carbon to store natural gas. Activated carbon is made using palm shells through the stages of carbonization and activation. The carbonization was carried out at 400 oC and followed by an activation step to open the pores. Chemical activation was carried out with H3PO4 solution, while physical activation was carried out using N2 gas. Yield obtained from this experiment is 27.56%. To increase adsorption ability, impregnation was also carried out using MgO with variation of concentration of 0.5% w/w, 1% w/w, and 2% w/w. Activated carbon with the best results was activated carbon with 1% w/w MgO modification with a surface area of 1604.00 m2/g. The activated carbon produced then tested for its capacity to store natural gas. The largest natural gas adsorption capacity was obtained by activated carbon modified with 1% MgO w/w at temperature 28 oC and pressure 9 bar which was able to reach 0.027 kg/kg.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>