Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 135559 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fatima Vanessa
"Nyeri neuropatik dapat diatasi dengan menggunakan obat farmasi, namun penggunaannya mengandung efek samping yang merugikan tubuh. Terdapat alternatif obat berupa jamu berbahan dasar jahe merah (Zingiber officinale var rubrum), pala (Myristica fragrans), dan cengkeh (Syzygium aromaticum), yang jika digabungkan dapat berfungsi sebagai jamu penurun ketegangan saraf. Beberapa zat aktif yang dimiliki bahan baku jamu penurun ketegangan saraf adalah gingerol, miristisin, dan eugenol, yang terbukti memiliki aktivitas analgesik. Pada penelitian ini dilakukan pengujian aktivitas analgesik pada zat aktif dari jamu penurun ketegangan saraf secara in silicoyang mana hasilnya memperlihatkan adanya interaksi inhibisi zat aktif dari jamu penurun ketegangan saraf dan obat standar terhadap reseptor TRPV-1, dan dari perbandingan koefisien inhibisi didapatkan bahwa zat aktif miristisin aktivitas analgesiknya paling mendekati obat standar terhadap ID/3J9J, dan pada ID/3SUI didapati koefisien inhibisi zat aktif gingerol lebih baik dari obat atandar. Berdasarkan hasil analisis nilai ekonomi simulasi pabrik dengan kapasitas 43,27 kg/hari atau 72.072 kapsul/hari, didapatkan NPV sebesar IDR 27.160.061.376, IRR sebesar 65,05%, serta PBP dalam waktu 1,44 tahun dengan harga produk Rp 200.000/botol berisi 120 kapsul dan massa kapsul 0,6 gram.

Neuropathic pain can be overcome by using pharmaceutical drugs or surgical therapy, however, some use of pharmaceutical drugs to reduce neuropathic pain can have side effects for the body. There is an alternative in the form of herbal drink consists of nutmeg (Myristica fragrans), cloves (Syzygium aromaticum), and red ginger (Zingiber officinale var rubrum) which, when combined, can be functioned as a medicine to reduce nerve tension or neuropathic pain. In this research conducted an in silico analysis of analgesic activity on the active substances of herbal drink where the results showed inhibition interaction of active substances from herbal drink and standard medicine against the TRPV-1 receptor, and the inhibitioncoefficient showed that myristicin has analgesic activity closest to the analgesic activity from standard medicine on ID/3J9J, meanwhile on ID/3SUI the result is the inhibition coefficient of the gingerol were better than the standard medicine. Based on the results of economic analysis of the preliminary plant design simulation with a capacity of 43.27 kg/day or 72,072 capsules/day; the NPV is IDR 27.160.061.376, the IRR is 65,05%, and the PBP is on 1.44 years with the price of the product Rp 200.000/ bottle with 120 capsules, and each capsule weighted 0,6 gram."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prawira Winata
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dimana konsumen Indonesia membeli obat anti nyeri dan anti demam yang dijual bebas dan mengapa mereka membeli di tempat tersebut. Untuk memiliki bisnis yang berkelanjutan, maka sangat penting untuk memahami dimana konsumen Indonesia membeli obat anti nyeri dan anti demam yang dijual bebas. Kombinasi dari metode kualitatif dan kuantitatif digunakan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap masalah. Kualitatif menggunakan wawancara dengan responden diatas 18 tahun dan sudah pernah membeli dan menggunakan obat anti nyeri dan anti demam yang dijual bebas. Metode kuantitatif menggunakan survei kros seksional.
Dari penelitian ditemukan bahwa konsumen Indonesia masih memilih membeli di tempat khusus menjual obat dibandingkan dengan tempat yang secara umum menjual semua produk untuk obat anti nyeri dan anti demam yang dijual bebas. Tempat khusus menjual obat meliputi apotik, rumah sakit dan toko obat sedangkan tempat yang secara umum menjual semua obat termasuk obat meliputi warung dan mini/supermarket. Konsumen melihat tempat membeli tidak hanya sebagai tempat membeli namun juga berkontribusi pada pemberian informasi dan pengetahuan kepada masyarakat. Ada beberapa aspek terkait tempat yang menjadi alasan konsumen memilih tempat tertentu. Enam aspek meliputi jaminan keaslian obat, bantuan untuk memilih obat yang benar, bantuan untuk informasi yang terpercaya, kebebasan untuk melihat dan memegang obat sebelum membeli, kebebasan untuk memilih obat sendiri dan harga obat yang murah.
Urutan untuk preferensi tempat membeli obat anti nyeri dan anti demam yang dijual bebas meliputi apotik, rumah sakit, toko obat, warung dan mini/supermarket. Pemilihan tempat ini didorong oleh enam aspek terkait tempat tersebut. Tempat khusus menjual obat memiliki kekuatan pada aspek jaminan keaslian obat, bantuan membeli obat yang benar dan informasi yang terpercaya. Sedangkan tempat yang menjual semua produk memiliki kekuatan pada aspek kebebasan untuk melihat dan memegang obat sebelum membeli, kebebasan untuk memilih obat sendiri dan harga obat yang murah. Ada faktor-faktor yang tidak diteliti pada penelitian ini seperti lokasi tempat, kemudahan akses ke tempat dan batasan waktu yang dimiliki konsumen. Penelitian disarankan untuk diperluas hingga ke luar Jakarta agar dapat menjangkau ke tempat menjual yang lebih tradisional dibandingkan tempat menjual yang modern di Jakarta.

The purpose of this research is to examine where do Indonesia consumers buy their analgesic antipyretics OTC drug and why do they choose that place. To have a sustainable business in Indonesia, it is important to understand the channel preferred by the consumer to buy analgesic antipyretics OTC. Combination of both qualitative and quantitative method is used to have holistic understanding of the problem. Qualitative is using multiple interviews with respondent above 18 years old and has experience with buying and using analgesic antipyretics OTC drug. The quantitative method uses cross sectional survey.
The research discovered that Indonesia consumers still prefer to buy in specialized channel compare to mass channels for analgesic antipyretics OTC drug. Specialized channel consists of pharmacy, hospital and drug store while mass channels consist of retails and mini/supermarket. Consumers see the channel not only as a place to buy but also contribute to support on the information and knowledge. There are attributes relate to place that is search by the consumers. The six attributes are assurance of authentic drug, assisting for getting the right drug, assisting for giving trusted information, freedom to see and touch the drug before buying, freedom to choose own drug and cheap drug price.
The channel preference for analgesic antipyretics OTC drug is as follow : pharmacy, hospital, drug store, retail and super/mini market. The preference of the channel is driven by six attributes relate to channel that is search by the consumer. Specialized channel has strength for attributes such as assurance of authentic drug, assisting for getting the right drug and for giving trusted information while mass channels has strength for attributes such as freedom to see and touch the drug before buying, freedom to choose own drug and cheap drug price. Some limitations are, more extrinsic, factors such as channel location, the ease with which a channel that can be accessed, and time constraints are not included in the study. Another limitation due to scope in Jakarta. It is encourage to expand the research outside Jakarta to reach more traditional outlet compare to modern outlet in Jakarta.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marosta Widigarka
"Neuropati adalah kerusakan saraf. Pada penelitian ini akan membahas neuropati kranial trigeminal neuralgia dan neuropati diabetik. Penderita neuropati banyak yang tidak puas dengan pengobatan pada umumnya karena kontrol nyeri yang tidak komplit dan menimbulkan efek samping seperti pusing, mual, dan muntah. Karena itu dibutuhkan penanganan alternatif yang tidak memiliki efek samping berupa jamu turun tegang saraf yang mengandung cengkeh (Syzygium aromaticum), jahe (Zingiber officinale), dan pala (Myristica fragrans). Nyeri neuropati berhubungan dengan kerusakan jaringan dan menghasilkan proses inflamasi, demikian juga cedera saraf dapat menyebabkan reaksi inflamasi. Pada penelitian ini jamu turun tegang saraf akan diuji secara in silico dengan metode docking yang menghasilkan interaksi inhibisi 6-gingerol, myristicin, dan eugenol terhadap enzim COX-1 dengan afinitas energi ikatan sebesar -6,86 kcal/mol, -5,70 kcal/mol, dan -6,10 kcal/mol dan koefisien inhibisi sebesar 9,40 μM, 66,49 μM, dan 33,61 μM; terhadap enzim COX-2 dengan afinitas energi ikatan sebesar -6,77 kcal/mol, -5,51 kcal/mol, dan -5,75 kcal/mol dan koefisien inhibisi sebesar 10,82 μM, 92 μM, dan 60,96 μM. Pra perancangan pabrik jamu turun tegang saraf yang menghasilkan pabrik yang layak investasi dengan PBP sebesar 1,42 tahun. Pemodelan reaksi enzimatik inhibisi non kompetitif pada jamu turun tegang saraf menghasilkan kemampuan inhibisi yang mendekati flurbiprofen dan berpotensi sebagai anti inflamasi.

Neuropathy is nerve damage. This research will discuss trigeminal neuralgia and diabetic neuropathy. Many neuropathy sufferers are dissatisfied with medication in general due to incomplete pain control and side effects. Because of that, alternative handling is needed that does not have side effects in the form of neural tension-reducing herb consists of ginger (Zingiber officinale), cloves (Syzygium aromaticum), and nutmeg (Myristica fragrans). Neuropathic pain is related to tissue damage and produces an inflammatory process, as well as nerve damage, which can cause inflammation. In this study, in-silico test is done by the docking method that tested 6-gingerol, myristicin, and eugenol against the COX-1 enzyme with the results of affinity energy bond of -6.86 kcal/mol, -5,70 kcal/mol, and -6.10 kcal/mol and inhibition coefficient of 9.40 μM, 66.49 μM, and 33.61 μM; against COX-2 enzymes with the results of affinity energy bond of -6.77 kcal/mol, -5.51 kcal/mol, and -5.75 kcal/mol and inhibition coefficient of 10.82 μM, 92 μM, and 60 .96 μM. The preliminary design of the neural tension-reducing herb factory resulted in an investment-worthy factory with PBP of 1.42 years. Modeling of non-competitive enzymatic reactions on the active substances of neural tension-reducing herb resulted the ability to inhibit inflammation similar to flurbiprofen and could be used as an anti inflammatory."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jauda Hanoon
"Latar Belakang Operasi sesar meningkat di Indonesia dan dikaitkan dengan nyeri sedang-berat, sehingga memerlukan manajemen nyeri yang efektif untuk mencegah dampak negatif. Mengidentifikasi regimen analgesik, durasi operasi, dan anestesi yang optimal dapat meningkatkan hasil, tetapi studi tentang nyeri pascaoperasi akut dan faktor terkait di Indonesia masih terbatas. Metode Desain kohort observasional retrospektif digunakan, dengan sampel pasien yang menjalani operasi sesar di RSCM pada tahun 2021. Data mengenai kejadian nyeri akut sedang-berat (VAS ≥ 4), regimen analgesik, anestesi, dan durasi operasi diolah dari rekam medis dan kemudian dianalisis. Hasil 55 pasien diikutsertakan dalam analisis. 5 (9%) mengalami nyeri pascaoperasi akut sedang-berat. Analisis uji Fisher terhadap hubungan antara skor VAS ≥ 4 dengan regimen analgesik (p=0,053), anestesi (p=1,000), dan durasi operasi (p=1,000) tidak ditemukan signifikan. Kesimpulan Penelitian prospektif lebih lanjut dengan ukuran sampel yang besar diperlukan untuk memberikan kesimpulan mengenai pengaruh regimen analgesik, anestesi, dan durasi operasi terhadap nyeri pascaoperasi akut pada pasien operasi caesar.

Introduction Cesarean deliveries are rising in Indonesia and are associated with moderate-severe pain, requiring effective pain management to prevent negative impacts. Identifying optimal analgesic and anaesthesia regimens, and surgery duration could improve outcomes, but studies on acute postoperative pain and related factors in Indonesia remain limited. Method A retrospective observational cohort design was utilised, with a sample of patients who underwent caesarean sections in RSCM in the year 2021. Data regarding the incidence of moderate-severe acute pain (VAS ≥ 4), analgesic regimen, anaesthesia, and surgery duration was extracted from medical records and subsequently analysed. Results 55 patients were included in the analysis. 5 (9%) experienced moderate-severe acute postoperative pain. Fisher test analysis of the association between VAS ≥ 4 score and analgesic regimen (p=0.053), anaesthesia (p=1.000), and surgery duration (p=1.000) was not found to be statistically significant. Conclusion Further prospective studies with large sample sizes are needed to provide conclusions regarding the effect of analgesic regimen, anaesthesia, and surgery duration on acute postoperative pain in caesarean section patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rima Melati
"Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di puskesmas tidak terlepas dari peran apoteker dalam menjalankan pelayanan kefarmasian. Dalam pelaksanaan pelayanan kefarmasian, obat merupakan hal terpenting dan menjadi komponen tak tergantikan. Dalam rangka mewujudkan ketersediaan obat yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat, diperlukan adanya formularium puskesmas. Formularium Puskesmas selalu dilakukan pemberharuan mengikuti formularium nasional. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perubahan daftar obat pada kelas terapi analgesik, antipiretik, antiinflamasi non steroid, antipirai dalam formularium puskesmas kecamatan Palmerah dari periode sebelumnya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan data primer dari Formularium Puskesmas Kecamatan Palmerah periode tahun 2020 dan formularium nasional 2022. Berdasarkan hasil penelitian terdapat obat yang dimasukkan dalam formularium puskesmas tahun 2022 dan ada yang dikrluarkan dari formularium puskesmas sebelumnya. Obat yang dimasukkan yaitu seperti paracetamol suppositoria 125 mg pada kelas terapi analgetic, antipiretik, antiinflamasi, dan antipirai, amiodaron 50mg/mL, Klonidin 150 mg pada kelas terapi kardiovaskular. Dan obat yang dikeluarkan dari formularium sebelumnya yaitu seperti digoksin tablet 0,25 mg, propanolol 10 mg, telmisartan tablet 40 mg dan 80 mg, spironolakton tablet 25 mg, dan simvastatin tablet 10 mg (pada kelas terapi kardiovaskular).

The delivery of health services at the Public health center is inseparable from the role of pharmacists in carrying out pharmaceutical services. In the implementation of pharmaceutical services, drugs are the most important thing and become an irreplaceable component. In order to realize the availability of quality and affordable medicines for all levels of society, it is necessary to have a Public health center formulary. The Public health center formulary is always updated to follow the national formulary. The purpose of this study was to determine changes in the list of drugs in the analgesic, antipyretic, non-steroidal anti-inflammatory, antipyretic therapy class in the formulary of the Palmerah Health Center from the previous period. This study used a descriptive method using primary data from the 2020 Palmerah Subdistrict Health Center Formulary and the 2022 National Formulary. Based on the results of the study, there were drugs included in the 2022 Public health center formulary and some were excluded from the previous Public health center formulary. The drugs included were paracetamol suppository 125 mg in the class of analgesic, antipyretic, anti-inflammatory and antipyretic therapy, amiodarone 50 mg/mL, clonidine 150 mg in the class of cardiovascular therapy. And the drugs removed from the previous formulary were digoxin tablets 0.25 mg, propranolol 10 mg, telmisartan tablets 40 mg and 80 mg, spironolactone tablets 25 mg, and simvastatin tablets 10 mg (in the cardiovascular therapy class)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ferlita Feliana
"ABSTRAK
Trigeminal neuralgia adalah nyeri pada sebagian wajah yang melibatkan nervus trigeminus. Penyakit ini dapat memberikan efek signifikan terhadap kualitas hidup penderitanya, seperti kehilangan berat badan, isolasi, bahkan depresi. Sebanyak 50% penderita trigeminal neuralgia tidak puas dengan pemberian obat-obatan farmasi karena pengobatan yang diberikan tidak efektif dan menimbulkan berbagai efek samping, seperti pusing dan gangguan gastrointestinal (sakit perut, mual, muntah). Oleh karena itu perlu dicari obat alternatif yang lebih ramah terhadap badan manusia yaitu jamu yang berbahan herbal. Menurut Penelitian Tristantini dkk., tanaman seperti cengkih (Syzygium aromaticum), jahe (Zingiber officinale), dan pala (Myristica fragrans) dapat digabungkan dan diramu sebagai jamu penurun ketegangan saraf. Ekstrak jamu tersebut diketahui mengandung berbagai senyawa fenolik dengan aktivitas antioksidan yang umumnya juga terdapat pada obat-obatan yang digunakan dalam terapi pengobatan trigeminal neuralgia seperti carbamazepine, lamotrigine, dan oxcarbazepine. Formulasi jamu dapat dibuat melalui metode ekstraksi refluks dengan menggunakan pelarut air pada suhu 80oC selama 90 menit yang merupakan suhu dan waktu terbaik ekstraksi jamu. Sementara ekstraksi bahan jamu yaitu pala dan jahe dibuat dengan ekstraksi menggunakan pelarut air, etanol, maupun campuran dari keduanya serta variasi suhu. Penggunaan metode pelarut air-etanol dengan perbandingan 50:50 pada suhu 70oC menghasilkan kadar fenolik tertinggi dari ekstrak pala dan jahe sebesar 23,13 mgGAE/g sampel. Pada penelitian ini dilakukan pengujian untuk mengkaji aktivitas antioksidan dari Jamu Penurun Ketegangan Saraf dengan menggunakan metode DPPH yang menghasilkan nilai IC50 sebesar 234,75 μg/ml.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chriscavin Jitas Putra
"ABSTRAK
Nyeri adalah efek yang dihasilkan dalam keadaan sadar ketika rangsangannya sampai di otak dimana rangsangan berasal dari impuls saraf yang dihasilkan oleh rangsangan berbahaya. Analgesik adalah sekelompok golongan obat yang berperan dalam meredakan rasa sakit. Penemuan jamu oleh Rd Soenarto Mertowardojo pada tahun 1899 bahwa Pala (Myristica fragrans), Cengkeh (Syzygium aromaticum) dan Jahe merah (Zingiber officinale Rubrum)dapat digabungkan dan diramu sebagai jamu penurun ketegangan  saraf. Jamu penurun ketegangan saraf dibuat dengan metode reflux selama 90 menit dilanjutkan dengan dekoksi hingga volume mencapai 125 mL. Terdapat 3 dosis jamu yang dibuat yakni 0,1625 mL, 0,325 mL dan 0,650 mL. Penelitian jamu turun tegang saraf menggunakan hewan uji berupa mencit putih galur Mus muculus sebanyak 5 ekor per kelompok uji. Hewan tersebut dikelompokkan menjadi 5 kelompok yakni kontrol negatif, kontrol positif, dosis 1, dosis 2 dan dosis 3. Mencit kemudian diinjeksikan dengan asam asetat (acetic-induced Writhing Test) yang menyebabkan mencit merasakan nyeri dan menggeliat. Total gerakan geliat kemudian didata dan dianalisa per setiap kelompok uji. Total rerata geliat paling sedikit terdapat pada kontrol positif dengan rerata (1,00-1,22) diikuti oleh dosis 2 (0,325 mL/20g BB) dengan rerata (1,40-1,34) diikuti oleh dosis 3 (0,650 mL/20g BB) dengan rerata (1,80-1,30) dan dosis 1 (0,1625 mL/20g BB) dengan rerata (4,00-4,18). Pengujian total fenolik pada bahan tunggal jahe (Zingiber officinale Rubrum) dilakukan dengan mengekstraksi bahan tunggal jahe menggunakan ekstraksi reflux dengan variasi suhu 60oC, 70oC dan 80oC dan pelarut 0% etanol, 25% etanol dan 50% etanol. Hasil ekstraksi kemudian diteteskan folin 0,4 mL, 4,6 mL aquadest dan 4 mL larutan Na2CO3. Larutan kemudian diuji kadar absorbansinya dan didapatkan hasil terbaik kandungan fenolik terdapat pada suhu 80oC dan pelarut etanol 50% yakni 37,08 ppm.

ABSTRACT
Pain is an effect that is produced in a conscious state when the stimulus reaches the brain where stimulation comes from nerve impulses produced by dangerous stimuli. Analgesics are a group of drugs that play a role in relieving pain. Plants contain various chemical compounds with properties that are partially known. The discovery of herbal medicine by Rd. Soenarto Mertowardojo in 1899 that Nutmeg (Myristica fragrans), Cloves (Syzygium aromaticum) and Red ginger (Zingiber officinale Rubrum) can be combined and mixed as herbs drop tense nerves. The nerves dropped by the reflux method for 90 minutes followed by decoction until the volume reached 125 mL. There are 3 doses of herbal medicine made namely 0.1625 mL, 0.325 mL and 0.650 mL. The study of nerve-dropping herbs using test animals in the form of white strain Mus muculus mice as many as 5 per test group. The animals are grouped into 5 groups: negative control, positive control, dose 1, dose 2 and dose 3. Mice are then injected with acetic-induced Writhing Test which causes mice to feel pain and stretch. The total amount of stretching was the least in the positive control with a mean (1.00 ± 1.22) followed by a dose of 2 (0.325 mL/20 g BB) with a mean (1.40 ± 1.34) followed by a dose of 3 (0.650 mL/20g BB) with mean (1.80 ± 1.30) and dose 1 (0.1625 mL/20g BB) with a mean (4.00 ± 4.18). Testing of total phenolic in a single ingredient of ginger (Zingiber officinale Rubrum) was carried out by extracting a single ingredient of ginger using reflux extraction with a temperature variation of 60C, 70C and 80C and a solvent of 0% ethanol, 25% ethanol and 50% ethanol. The extraction results were then dropped by 0.4 mL folin, 4.6 mL aquadest and 4 mL Na2CO3 solution. The solution was then tested for the absorbance level and  the best results of phenolic content is showed at 80C and 50% ethanol solvent which is 37,08 ppm."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Hasanah
"Antikonvulsan merupakan obat yang digunakan untuk mengobati konvulsi/kejang yang terjadi pada manusia. Antikonvulsan ini menekan aktivitas sistem saraf pusat dan meningkatkan aksi GABA yang menghambat neurotransmitter sehingga mencegah terjadinya kejang. Sebagian tanaman telah diketahui mengandung berbagai senyawa kimia yang memiliki khasiat baik bagi kesehatan manusia. Berdasarkan hal tersebut, ditemukan ramuan herbal yang terdiri dari campuran antara cengkih (Syzygium aromaticum L.), pala (Myristica fragrans L.), dan jahe merah (Zingiber officinale var rubrum) oleh Raden Soenarto Mertowardojo. Ramuan herbal tersebut dipercaya secara empirik sebagai jamu penurun ketegangan saraf yang mengandung fenolik dengan aktivitas antikonvulsan. Pengujian aktivitas antikonvulsan dilakukan secara in vivo pada mencit jantan galur ddY terinduksi striknin dalam 6 kelompok pengujian, yaitu kontrol negatif (aquades), kontrol positif I (fenobarbital i.p.), kontrol positif II (fenobarbital p.o.) dosis I (jamu 0,325 mL/40 g BB), dosis II (jamu 0,65 mL/40 g BB), dan dosis III (jamu 1,3 mL/40 g BB). Aktivitas antikonvulsan jamu dalam 250 mL pelarut dengan metode refluks diuji berdasarkan kemampuan memperpanjang onset kejang, mempercepat durasi kejang dan meningkatkan proteksi. Analisis data menunjukkan bahwa jamu dosis III (1,3 mL/40 g BB) paling baik dalam memperpanjang onset kejang, mempercepat durasi kejang dan meningkatkan proteksi secara signifikan. Pengujian total fenolik dilakukan melalui ekstraksi 10 g bahan jamu dalam 250 mL pelarut secara refluks dengan variasi suhu dan komposisi pelarut (Suhu 60oC, 70oC, 80oC dan pelarut air:etanol 100:0; 75:25; 50:50). Total fenol tertinggi diperoleh pada suhu 80oC dan komposisi pelarut air:etanol 50:50.
Anticonvulsants are drugs used to treat convulsions that occur in humans. These anticonvulsants suppress the activity of the central nervous system and increase the action of GABA which inhibits neurotransmitters so as to prevent the occurrence of seizures. Some plants have been known to contain various chemical compounds that have good properties for human health. Based on this, herbal concoctions were made consisting of a mixture of cloves (Syzygium aromaticum L.), nutmeg (Myristica fragrans L.), and red ginger (Zingiber officinale var rubrum) by Raden Soenarto Mertowardojo. The herbal ingredients were trusted empiric as a nerve tension-lowering herb containing phenolic with anticonvulsant activity. Testing of anticonvulsant activity was carried out in vivo on striknin-induced male mice with ddY strain in 6 test groups, namely negative control (distilled water), positive control I (phenobarbital ip), positive control II (fenobarbital po) dose I (herbal medicine 0.325 mL / 40 g BB), dose II (herbal medicine 0.65 mL / 40 g BB), and dose III (herbal medicine 1.3 mL / 40 g BB). The anticonvulsant activity of herbs in 250 mL of solvent with the reflux method was tested based on the ability to extend seizure onset, accelerate the duration of seizures and increase the rate of protection. Data analysis showed that herbal dosage III (1.3 mL / 40 g BB) is best for extend seizure onset, accelerate the duration of seizures and significantly increase the rate of protection. Total phenolic testing was carried out by extracting 10 g of herbal ingredients in 250 mL of solvent by reflux with variations in temperature and solvent composition (Temperature 60oC, 70oC, 80oC and water solvents: ethanol 100: 0; 75:25; 50:50). The highest total phenol was obtained at 80oC and the water solvent composition: 50:50 ethanol."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nabilla Larasati Karlinda
"ABSTRAK
Nyeri neuropatik merupakan nyeri saraf yang pengobatannya masih memiliki efek samping bila digunakan untuk jangka panjang. Regulasi dan modulasi sistem imun dibutuhkan untuk mengurangi reaksi inflamasi yang memicu timbulnya nyeri tersebut. Imunomodulator merupakan zat yang dapat membantu meregulasi atau memodulasi sistem imun tubuh sehingga tercapai keseimbangan imun. Tanaman  jahe (Zingiber officinale Roscoe), cengkih (Syzygium aromaticum L.), dan pala (Myristica fragrans Houtt) telah diketahui mengandung senyawa fenolik yang berkhasiat sebagai anti-inflamasi dan imunomodulator. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya aktivitas imunomodulator jamu penurun ketegangan saraf yang terdiri dari gabungan ketiga bahan tersebut serta untuk mengetahui pengaruh jenis pelarut dan suhu ekstraksi terhadap kandungan total fenolik dari salah satu bahan jamu yaitu cengkih. 25 ekor mencit Balb/c dibagi ke dalam lima kelompok: kelompok normal diberi pakan dan minum, kontrol (+) diberikan imboost 0,39 mL/20 g BB, kelompok dosis 1 diberikan jamu 0,1625 mL/20 g BB, kelompok dosis 2 diberikan jamu 0,325 mL/20 g BB, dan kelompok dosis 3 diberikan jamu 0,65 mL/20 g BB. Setelah diberi jamu secara oral selama 28 hari, mencit dikorbankan untuk diambil organ hati dan limpa serta serum protein dan albumin. Pemberian jamu penurun ketegangan saraf menunjukkan adanya peningkatan total serum protein namun pengaruh terhadap serum albumin dan bobot organ limfoid tidak menunjukkan perbedaan bermakna dengan kelompok normal dan kontrol positif. Perlakuan dengan jamu dosis 1, dosis 2, dan dosis 3 tidak berpengaruh terhadap gambaran histopatologi limpa namun jamu dosis 2 dan dosis 3 menyebabkan kelainan jaringan hati berupa kongesti. Penentuan kandungan total fenol ekstrak cengkih dilakukan menggunakan metode Folin-Ciocalteu. Hasil menunjukkan bahwa suhu ekstraksi 80°C dengan pelarut etanol 50% menghasilkan kandungan total fenol tertinggi yaitu sebesar 30,13 mg GAE/g.

ABSTRACT
Neuropathic pain is nerve pain whose treatment still has side effects when used for the long term. Regulation and modulation of the immune system is needed to reduce the inflammatory reaction that triggers the onset of the pain. Immunomodulators are substances that can help regulate or modulate the bodys immune system to achieve immune balance. Ginger (Zingiber officinale Roscoe), cloves (Syzygium aromaticum L.), and nutmeg (Myristica fragrans Houtt) have been known to contain phenolic compounds that are efficacious as anti-inflammatory and immunomodulatory agents. This study aims to prove the immunomodulatory activity of neuropathic pain reducing herbs consisting of a combination of the three ingredients and to determine the effect of the type of solvent and extraction temperature on the total phenolic content of one of the herbal ingredients, which is clove. 25 Balb/c mice were divided into five groups: normal group fed and drinking, positive control was given imboost 0,39 mL/20 g BB, group dose 1 was given herbs 0,1625 mL/20 g BB, group dose 2 was given herbs 0,325 mL/20 g BW, and group 3 dose was given herbs 0,65 mL/20 g BB. After being given herbs orally for 28 days, mice were sacrificed for liver and spleen also serum protein and albumin. The administration of neuropathic pain reducing herbs showed a significant increase in total protein but the effect on serum albumin and the weight of lymphoid organs did not show significant differences compare to normal group and positive control. Treatment with herbs dose 1, dose 2, and dose 3 did not affect the histopathology of the spleen but dose 2 and dose 3 cause liver tissue abnormalities in the form of congestion. Determination of the total phenol content of clove extract was carried out using the Folin-Ciocalteu method. The results showed that the extraction temperature of 80°C with 50% ethanol solvent produced the highest total phenol content of 30,13 mg GAE/g."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>