Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 194646 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fitri Wiyati
"Infrastruktur hijau merupakan teknologi untuk mengelola air hujan yang mampu mengendalikan limpasan. Penelitian ini bertujuan untuk menilai efektifitas dan efisiensi infrastruktur hijau dalam pengurangan volume dan debit puncak limpasan hujan pada tipikal daerah perkotaan. Lokasi penelitian ini adalah Kelurahan Baru, Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur yang berada di sub DAS Cijantung. Praktik infrastruktur hijau yang disimulasikan yaitu bioretensi, constructed wetlands dan vegetative swales. Pemodelan sebaran spasial penempatan infrastruktur hijau menggunakan GITBoLA menunjukkan potensi sebaran bioretensi sebesar 15,88%, constructed wetlands dan vegetative swales masing-masing seluas 4,42%. Hasil analisis SWMM menunjukkan bioretensi mampu mengendalikan debit puncak limpasan sebanyak 23,47% dengan kemampuan mengontrol volume limpasan 222 liter/m2 sedangkan constructed wetlands mereduksi debit puncak sebesar 5,91% dengan kemampuan mengontrol volume 197 liter/m2 dan vegetative swales mereduksi debit puncak sebesar 2,11% dengan mengontrol volume 70 liter/m2. Luas optimum dari kombinasi penggunaan bioretensi dan constructed wetlands sebesar 17,6%. Nilai present value dari biaya infrastruktur hijau sebesar Rp. 55,26 milyar, lebih rendah dibandingkan infrastruktur konvensional dengan saluran drainase dengan present value sebesar Rp. 57,39 milyar. Sehingga dari segi ekonomi, infrastruktur hijau efisien untuk diterapkan.

Green infrastructure is a technology for managing stormwater to control runoff. This study aims to assess the effectiveness and efficiency of green infrastructure in reducing the volume and peak runoff in typical urban areas. The study area is Baru Village, East Jakarta, which is in the Cijantung sub-watershed. The simulated green infrastructure practices are bioretention, constructed wetlands and vegetative swales. The green infrastructure siting modeling using GITBoLA shows a potential bioretention distribution of 15.88%, constructed wetland and vegetative swales of 4.42% respectively. The results of the SWMM analysis show bioretention control peak discharge as much as 23.47% with the ability to control runoff volume 222 liters/m2 while constructed wetland reduces peak discharge by 5.91% with the ability to control 197 liter/m2 volume and vegetative swales reduce peak discharge by 2.11% and controlling the volume of 70 liters/m2. The optimum area of the combination use of bioretention and constructed wetlands is 17.6%. Present value of green infrastructure costs Rp. 55.26 billion, lower than conventional infrastructure with drainage channels with a present value of Rp. 57.39 billion. From an economic perspective, green infrastructure is efficient to implement."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Ario Nugroho
"ABSTRAK
Perkembangan pesat DKI Jakarta menyebabkan menurunnya fungsi hidrologis kota akibat meningkatnya lahan terbangun dan berkurangnya area resapan air. Diperlukan upaya konservasi air dengan meningkatkan infiltrasi air ke tanah dan menurunkan limpasan air permukaan dengan pendekatan pembangunan berbasis Low Impact Development LID dengan penerapan infrastruktur hijau. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penempatan infrastruktur hijau yang sesuai dengan kriteria kesesuaian lahan dan menganalisa efektifitasnya serta optimasi penerapannya pada daerah tangkapan air DTA kawasan perkotaan Jakarta, dengan mengambil studi kasus di Kelurahan Tanjung Barat, Jakarta Selatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemodelan penempatan infrastruktur hijau dengan menggunakan BMP Siting Tools BST dan ArcGIS, analisa efektifitas dengan perhitungan koefisien aliran dan aliran limpasan. Kemudian untuk optimasi pengembangan infrastruktur hijau dilakukan wawancara dengan pemangku kepentingan terkait potensi dan kendala penerapan infrastruktur hijau di lokasi penelitian. Dari hasil pemodelan diketahui bahwa infrastuktur hijau yang dapat diterapkan adalah bioretensi dan rain barrels. Penggunaan infrastruktur hijau tersebut efektif dalam menurunkan nilai koefisien aliran dan menurunkan debit limpasan sebesar 83 . Sementara itu, dari hasil optimasi diketahui bahwa untuk meningkatkan fisibility dari penerapan infrastruktur hijau dapat dilakukan upaya sebagai berikut, yaitu penyesuaian terhadap rencana tata ruang kota , meningkatkan partisipasi masyarakat, menjaga laju perubahan lahan terbangun, memaksimalkan lahan ruang publik, dan membangun integrasi infrastruktur hijau dengan sistem drainase dalam pengelolaan limpasan air hujan.

ABSTRACT
The rapid urbanization of Jakarta city has resulted in the decreasing of the hydrological function of the city due to the increase of impervious land cover and the reduced water catchment area. Water conservation efforts are needed by increasing water infiltration and reducing surface water runoff with the Low Impact Development LID approach with green infrastructure GI implementation in the urban catchment area. This research takes a case study in Tanjung Barat Sub district, South Jakarta, which acts as one of water catchment area of Jakarta. The aims of this study is to determine the placement of GI in accordance with the criteria of land suitability, and analyze the effectiveness and optimation of its application.. The method used in this research is the modeling of GI placement using BMP Siting Tools BST and ArcGIS. The effectiveness analysis with the calculation of flow coefficient and flow of runoff. While for the optimization of GI development, conducted interviews with stakeholders related to the potential and constraints of the implementation of GI in the research location. From the results of modeling known that GI that can be applied is bioretention and rain barrels. The use of GI is effective in lowering the flow coefficient and reducing runoff discharge by 83 .. Meanwhile, from the optimization analysis, it is known that to improve the fisibilities of GI implementation, the following efforts can be made, namely adjustment to urban spatial planning, increasing community participation, keeping pace of land change, public space utilization., and building GI integration with a drainage system in the management of rainwater runoff."
2018
T51129
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sylvira Ananda Armansyah
"ABSTRAK
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi di kota tidak diimbangi dengan penyediaan infrastruktur yang memadai. Kawasan revitalisasi pantai utara Jakarta yang berbatasan langsung dan menerima dampak dari pengembangan reklamasi pantai di utara Jakarta digunakan sebagai model pembangunan yang didasarkan pada pendekatan ekologis.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji konsep infrastruktur perkotaan berkelanjutan di kawasan revitalisasi pantai utara Jakarta, yang merupakan pendekatan yang mengintegrasikan modal komunitas kota, kebutuhan infrastruktur kota dan komponen kota ekologis. Untuk menganalisis hubungan antar variabel, dilakukan analisis multivariat adaptasi dari Structural Equation Modeling (SEM) untuk menganalisis hubungan antara variabel kompleks dan simultan. Variabel laten komponen kota ekologis bersama dimensi ekonomi dan sosial diuji kembali melalui uji keberlanjutan metode Multidimensional Scaling (MDS) dengan software RAP-ECOCITY (Rapid Appraisal for Ecological City) yang merupakan adaptasi dari RAP-FISH (Rapid Appraisal for Fisheries). Faktor yang mempengaruhi keberlanjutan terdiri dari tata guna lahan, jaringan prasarana, bangunan/pemukiman, serta sumber daya air. Nilai indeks keberlanjutannya adalah 56,27 yang mencerminkan infrastruktur kota di kawasan revitalisasi pantai utara Jakarta cukup berkelanjutan secara multidimensi dimana dimensi ekonomi sangat berkelanjutan dan dimensi sosial cukup berkelanjutan; sedangkan dimensi ekologi kurang berkelanjutan. Atribut sensitif yang menjadi faktor pengungkit dari dimensi ekologi adalah kepadatan penduduk atau jumlah penghuni dalam satu rumah dan keterjangkauan terhadap pelayanan angkutan umum, dari dimensi ekonomi adalah laju pertumbuhan ekonomi dan inflasi, sedangkan dari dimensi sosial adalah tingkat partisipasi sekolah dan jumlah pengangguran terbuka.

ABSTRAK
High economic growth in the city was not balanced with the provision of adequate infrastructure. Development of waterfront revitalization area north of Jakarta which is immediately adjacent to and receive the impact of the development on the north coast Jakarta reclamation is used as a model of development based on the ecological approach.
This study is aiming to examine the concept of sustainable urban infrastructure in the revitalization of the northern coast of Jakarta, which is an approach that integrates city community capital, the infrastructure demands of the city and the city ecological components. The relationship between the components is analyzed using Structural Equation Modeling (SEM) which is a multivariate analysis that analyzes the complex relationship between variables simultaneously. Obtained latent variables along with sosial and economic dimensions are re-tested through sustainability test methods Multidimensional Scaling (MDS) with the RAP-Ecocity software (Rapid Appraisal for Ecological City) which is an adaptation of the RAP-FISH (Rapid Appraisal for Fisheries). The factors influencing the sustainability consists of land use, the network infrastructure, building and water resources. The sustainability index is 56,27 which reflects the revitalization of the city's infrastructure in the northern coast of Jakarta is relatively sustainable with several characteristics multidimensionally. In term of economic dimension is very sustainable, in term of the social dimension is fair sustainable, but in term of ecological dimension is less sustainable. Sensitive attributes which are factors that determining the sustainability levers of ecological dimension is the population density or the number of occupants in the house and affordability of public transport services, the economic dimension is the rate of economic growth and inflation, while the social dimension is school participation rates and unemployment."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhila Shabrina Putri
"Kampung kota (urban kampung) merupakan permukiman di tengah kota dengan komunitas yang memperlihatkan karakteristik 'rentan' dan adaptif secara bersamaan. Rentannya eksistensi kampung kota bersumber dari tekanan internal maupun eksternal yaitu (1) keterbatasan komunitas dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari seperti kelangkaan air bersih dan ketersediaan fasilitas sanitasi serta (2) ancaman yang timbul secara tiba-tiba dari luar komunitas seperti penggusuran, relokasi, dan bencana seperti kebakaran. Namun rentannya keberadaan kampung kota diperkuat dengan adaptasi yang dilakukan secara komunal sebagai bentuk respon penduduk kampung terhadap tekanan yang ada. Penelitian ini membahas tentang adaptasi spasial penduduk kampung kota sebagai respon terhadap tekanan dalam aspek pemenuhan kebutuhan sehari-hari yaitu penyediaan air bersih dan fasilitas sanitasi. Metode kualitatif yang digunakan dalam kajian ini terdiri dari observasi lapangan terhadap adaptasi spasial komunitas, serta wawancara dengan penduduk lokal untuk mendapatkan pemahaman lebih mendalam mengenai adaptasi yang dilakukan dari sudut pandang mereka. Kajian ini menggunakan panduan Resilience Assessment untuk mempelajari kerentanan, adaptasi, serta resiliensi kampung kota. Panduan ini mencakup model siklus adaptif untuk mempelajari perubahan yang terjadi dalam kampung kota, terdiri empat fase yaitu: eksploitasi, konservasi, pelepasan, dan reorganisasi. Fase pada siklus adaptif mencakup tantangan jangka pendek (kebakaran dan penggusuran) dan jangka panjang (penyediaan air bersih dan fasilitas sanitasi) yang dihadapi kampung kota dalam kesehariannya. Kapasitas adaptif yang dimiliki kampung kota memperlihatkan potensi adanya resiliensi komunitas yang dapat dikembangkan dan diterapkan pada kehidupan kota dengan skala lebih besar.

Urban kampung is an urban settlement with a community that indicates the characteristics of “vulnerability” and adaptability at the same time. The vulnerabilities of their existence rely from internal and external pressures which consists of (1) chronic stresses which are community’s limitations of their daily needs fulfillment such as water scarcity and sanitation facilities, and (2) acute shocks which are sudden threats that emerges from outside the community such as eviction, relocation, and disasters (arson). Simultaneously their vulnerabilities is strengthened by communal adaptations as a respond of kampung residents towards these internal and external pressures/ threats. This paper discusses spatial adaptations done by residents of Kampung Muka, North Jakarta as a respond to clean water provision and sanitation facilities as their basic daily needs. Qualitative methods consist of site observation of community spatial adaptation along with interview with the locals to gain a deeper understanding about the adaptation from their perspectives are used to investigate the community. We employ Resilience Assessment as a guiding tool to study vulnerabilities, adaptations, and resilience of urban kampung. This guide incorporates adaptive cycle model to study how the system changes over time, following a pattern of four phases: exploitation, conservation, release and reorganization. These phases incorporates both long-term (relocation and arson) and short-term challenges (provision of clean water and sanitation facilities) faced by kampung residents on their daily basis from historical and current point of view. Adaptive capacity shown in urban kampung indicates potential resilience in their community which can be developed and implemented in a larger urban scale."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Safarudin Surya
"Berjalan kaki merupakan salah satu kegiatan transportasi jarak dekat bagi mahasiswa Universitas Indonesia. Evaluasi jalur pejalan kaki ini diperlukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keinginan mahasiswa untuk berjalan kaki, mengetahui kondisi infrastruktur pejalan kaki yang ada di UI. Penelitian ini menggunakan survey pengamatan langsung dan menggunakan kuesioner yang ditujukan kepada mahasiswa Universitas Indonesia.
Hasil analisis pada variabel berdasarkan penilaian responden untuk infrastruktur pejalan kaki, menunjukkan bahwa variabel fasilitas adalah yang paling berpengaruh kuat, dengan nilai signifikansi dibawah 0,01. Sedangkan bagi keinginan untuk berjalan kaki, variabel kehandalan merupakan variabel yang paling berpengaruh kuat dengan nilai signifikansi dibawah 0,01.

Walking is one of the short distance transportation activities for students of Universitas Indonesia. Knowing the existing condition of the current pedestrian infrastructure, factor in to the evaluation of the pedestrian pathways. This evaluation is necessary to determine the factors that influence the willingness of students to walk. This study uses survey and direct observation through the questionnaire given to the students of Universitas Indonesia.
The results of the analysis based on the respondents' assessment variables for pedestrian infrastructure, indicates that the variable most influential is the facility itself, with a significance value below 0.01. As for the desire to walk away, the reliability of the walk way is the most influential variable with the significance values below 0.01."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56705
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hari Suharto
"ABSTRAK
Masih banyak penduduk di Provinsi DKI Jakarta yang kekurangan air bersih. Potensi air yang berasal dari 13 sungai, waduk, situ dan air hujan di Provinsi DKI Jakarta dapat dimanfaatkan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengoptimasi pengembangan infrastruktur air bersih untuk meningkatkan ketersediaan air bersih pada masyarakat DKI Jakarta. Pemrograman linier digunakan untuk mengoptimasi pengembangan infrastruktur air bersih. Pemrograman linier menggunakan metode simpleks karena variabel terdiri dari empat variabel yaitu Sea Water Reverse Osmosis (SWRO), Brackish Water Reverse Osmosis (BWRO), Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR), Microhydraulic. Hasil dari pemprograman linier menghasilkan biaya minimum sebesar Rp. 2.779.588.000.000 dengan kapasitas 3235 liter/detik.

ABSTRACT
There are still many people in Jakarta that lack of clean water . Clean water sources are limited but if the excess rain water , but not water . Potential water from 13 rivers, reservoirs , and ponds in Jakarta can be used as a source of raw water . The purpose of this study was to optimize the development of water infrastructure to improve the availability of clean water in Jakarta people . Linear programming is used to optimize the development of water infrastructure . Linear programming using the simplex method for variable consists of four variables: Sea Water Reverse Osmosis (SWRO), Brackish Water Reverse Osmosis (BWRO) , Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) , Microhydraulic . Results of linear programming to produce a minimum fee of Rp . 2.779.588.000.000 with a capacity of 3235 liters / sec"
2016
T45912
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meliala, Evry Biaktama
"Infrastruktur mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pembangunan infrastruktur air minum dan infrastruktur jalan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia dengan menggunakan data panel dari 26 provinsi tahun 2000-2009. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, dalam penelitian ini dipertimbangkan faktor tambahan yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu kualitas Pemerintah, kapasitas fiskal dan kondisi geografis. Menggunakan infrastruktur fisik sebagai variabel independen, penelitian ini menunjukkan bahwa infrastruktur air minum dan infrastruktur jalan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pada penelitian ini terlihat juga bahwa desentralisasi mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi dimana pertumbuhan ekonomi cenderung lebih tinggi setelah penerapan desentralisasi di tahun 2001.
Dengan mempertimbangkan kualitas Pemerintah, penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kualitas Pemerintah maka pertumbuhan ekonomi juga semakin tinggi. Ketika mempertimbangkan kapasitas fiskal, penelitian ini menunjukkan bahwa untuk infrastruktur air minum, kapasitas fiskal berkorelasi positif dengan pertumbuhan ekonomi. Sedangkan, untuk infrastruktur jalan, meskipun menunjukkan pengaruh positif dan signifikan dalam semua tingkat kapasitas fiskal, elastisitas infrastruktur jalan menunjukkan pengaruh yang lebih tinggi untuk provinsi dengan kapasitas fiskal menengah dan rendah dibandingkan dengan provinsi dengan kapasitas fiskal tinggi. Dengan membagi provinsi menjadi 5 kelompok besar berdasarkan kondisi geografis, penelitian ini menunjukkan bahwa infrastruktur air minum dan infrastruktur jalan mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap pertumbuhan ekonomi. Infrastruktur air minum menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan di wilayah Jawa-Bali, Kalimantan dan NTB, NTT, Maluku, Papua namun tidak signifikan di wilayah Sumatera dan Sulawesi. Sedangkan infrastruktur jalan menunjukkan pengaruh positif dan signifikan di semua wilayah. Lebih lanjut, penelitian ini menunjukkan bahwa infrastruktur jalan mempunyai pengaruh terbesar di Provinsi Kalimantan dan NTB, NTT, Maluku dan Papua.

This paper examines the impact of water supply infrastructure which is considered as public utilities and road infrastructure which considered as public works on economic growth in Indonesia. In this paper, I use balance panel data including 26 provinces from year 2000 to 2009. Using physical infrastructure as independent variable, the result provide clear evidence that water supply and road infrastructure are significant and positively impact on growth.
The implementation of decentralization system in 2001 also shows positive result, which means that growth is higher after decentralization implemented. In this paper, I also look at the impact of these two infrastructure based on government quality, fiscal capacity and geographic condition. Considering for government quality, the result shows that high quality of government shows higher impact of these two infrastructures on growth. When considering for the fiscal capacity, this research found that higher fiscal capacity associated with higher impact of water supply infrastructure on growth. While, for road infrastructure, even though shows positive and significant impact in all level of fiscal capacity, the elasticity of road infrastructure are higher in medium and low fiscal capacity province than in high fiscal capacity provinces. Dividing province into 5 big regions based on geographic condition, it shows that the impacts of infrastructure are different across regions. Water supply sector shows significant impact only in region Java-Bali, Kalimantan and NTB, NTT, Maluku, Papua while it is not significant in region Sumatera and Sulawesi. Road infrastructure is positively and significantly impact on growth in all provinces. The highest road infrastructure impact is in Kalimantan and NTB, NTT, Maluku and Papua."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Estiqomah
"Infrastruktur memiliki peranan penting dalam meningkatkan mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang pesat. Infrastruktur air minum dan sanitasi merupakan kebutuhan dasar bagi manusia yang dapat dapat memperbaiki kondisi kesehatan, meningkatkan kualitas hidup, dan memberikan perlindungan lingkungan. Adanya kesenjangan antar wilayah maka dibutuhkan adanya pemetaan infrastruktur sehingga dapat mengetahui prioritas pembangunan. Indikator penilaian didapatkan dengan studi literatur. Pemetaan infrastruktur didapatkan dengan kuesioner yang diolah dengan metode AHP.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan peringkat kota sebagai berikut; Surabaya, Banda Aceh, Banjarmasin, Denpasar, Medan, Yogyakarta, Jakarta, Mamuju, Palembang, Makassar, Mataram, Pontianak, Jayapura, Jambi, Bandung, Padang, Semarang, Serang, Ternate, Bengkulu, Manokwari, Pangkal Pinang, Kendari, Palangkaraya, Bandar Lampung, Samarinda, Pekanbaru, Gorontalo, Tanjung Pinang, Kupang, Ambon, Manado.

Infrastructures have important roles in escalating and preserving rapid economic growth. Drinking water and sanitation infrastructure are basic human needs which can mend heatlh condition, increase quality of life and provide environment protection. Nevertheless, there are disparities in drinking water and sanitation infrastructure in Indonesia. Therefore, the need for mapping drinking water and sanitation infastructure is expected to determine the pattern of development and improvement of future drinking water and sanitaion infrastructure. Literature studies are used as sources for scoring selected indicators. The weight of each indicators is acquired by questionaires.
The result of this research indicates the rank of capital of provinces as follows; Surabaya, Banda Aceh, Banjarmasin, Denpasar, Medan, Yogyakarta, Jakarta, Mamuju, Palembang, Makassar, Mataram, Pontianak, Jayapura, Jambi, Bandung, Padang, Semarang, Serang, Ternate, Bengkulu, Manokwari, Pangkal Pinang, Kendari, Palangkaraya, Bandar Lampung, Samarinda, Pekanbaru, Gorontalo, Tanjung Pinang, Kupang, Ambon, Manado.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S60067
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laila Juwita Hendriani
"ABSTRAK
Infrastruktur diperlukan terutama dalam upaya meningkatkan perekonomian suatu wilayah yang meliputi jalan, listrik dan jaringan air bersih. Keberadaan infrastruktur secara umum dapat memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini membahas peran infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi regional secara keseluruhan, pertumbuhan sektor industri dan sektor jasa kota-kota di propinsi Jawa Timur dengan analisis ekonometrika menggunakan data panel pada periode tahun 2000-2012. Variabel terikat yang digunakan adalah PDRB secara keseluruhan, nilai tambah sektor industri, dan nilai tambah sektor jasa. Sedangkan variabel bebasnya adalah panjang jalan, energi listrik yang terjual, dan jumlah produksi air yang terjual. Variabel kontrol yang digunakan yaitu kenaikan BBM tahun 2005 dan angkatan kerja. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara keberadaan infrastruktur dan angkatan kerja dengan pertumbuhan ekonomi.

 

 

 


Infrastructure is absolutely necessary, especially in an effort to improve the economy of a region which includes roads, electricity and sanitation. The existance of infrastructure in general can be a positive impact on economic growth. This research discusses the contribution of infrastructure on regional economic growth, industrial sector growth, and services sector growth in urban area in East Java provinces with econometric analysis using panel data in the period 2000 to 2012. Dependent variable used are overall Gross Regional Domestic Product (GDRP), industrial sector added value, and services sector added value. Independent variable used are the length of road, the number of sold electricity energy, and the number of sold water production. Control variable used are the oil price increasing on 2005 and labor force. Result of this study can be concluded that there is a positive relationship between infrastructure existance and labor force with economic growth.

 

"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T52418
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fia Retnawati
"Pesatnya perkembangan teknologi beserta tingkat penggunaannya membawa dampak positif di berbagai bidang kehidupan manusia, namun juga dapat membawa dampak negatif bagi kelestarian lingkungan. Bidang ICT adalah salah satu penyumbang emisi karbon dunia, data pengukuran pada tahun 2007 menyebutkan bahwa 2% dari total emisi karbon dunia berasal dari sektor ini. Pengurangan emisi karbon di bidang ICT dapat dilakukan dengan penerapan Green Networking, yaitu implementasi infrastruktur jaringan berbasis pada teknologi ramah lingkungan. Virtualisasi adalah metode kunci dari solusi green networking ini.
Salah satu metode virtualisasi adalah virtualisasi desktop yang dikenal juga dengan istilah thin client. Thin client adalah model infrastruktur jaringan tersentralisasi dimana seluruh proses dalam jaringan dibebankan pada server sementara dumb terminal di sisi user dikonfigurasi dengan perangkat seminimal mungkin (setiap terminal hanya terdiri dari display monitor, keyboard dan mouse) sebatas bertugas sebagai media input (keystroke dan mouseclick) dan output (display).
Pengimplementasian jaringan thin client pada penelitian ini dibangun dalam skala laboratorium. Kinerja jaringan dan kemampuan penyediaan layanan yang dapat dinikmati user menjadi sorotan dalam implementasi model thin client, untuk itu dilakukan uji kinerja jaringan dari segi rataan beban (load average), penggunaan sumber daya memori (memory usage) dan penggunaan prosesor (CPU usage) agar dapat diketahui pola penggunaan infrastruktur jaringan selama user melakukan aktivitas penggunaan aplikasi lightweight, mediumweight dan heavyweight.
Selain itu dilakukan juga penghitungan konsumsi energi dan emisi CO2 untuk melihat dampak virtualisasi jaringan terhadap angka emisi CO2 secara riil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa emisi CO2 pada infrastruktur thin client 77.35% lebih rendah dibandingkan emisi CO2 infrastruktur komputer desktop konvensional emisi CO2.

The rapid technology developments and utilization generates positive impact in many areas of human life but also has obvious downside on environmental sustainability. ICT has become one of the contributors to global carbon emissions. According to report provided by Climate Group in 2007, 2% of total global carbon emissions come from ICT sector. Reducing carbon emissions in the field of ICT can be done with application of Green Networking, namely the implementation of network infrastructure based on eco-friendly technologies.
One of the methods of virtualization is desktop virtualization which also known by the term thin client. Thin client is a centralized network infrastructure model where the entire process in a network depend highly on server while the terminal on the user merely served as a input (keystroke and mouseclick) and output (display) media and are arranged with minimum configuration (each terminal only consists of display monitor, keyboard and mouse).
In this research, the thin client network implementation is developed in university laboratory scale. Network performance and service delivery analysis are necessary in the implementation of thin client infrastructure model, performance test and result analysis would be deployed to Network performance and service delivery analysis are necessary in the implementation of thin client infrastructure model, performance test and result analysis measuring load average, memory usage and CPU usage are deployed to map utiilization pattern of user activities in using lightweight, mediumweight and heavyweight application.
This research also covers energy consumption and carbon emisision measurement of the implemented thin client network to analize the technology virtualization effects on carbon emission in small scale network implementation. Result showed that CO2 emission generated by thin client network is 77.35% lower than CO2 emission of conventional desktop computer network.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S391
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>