Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 196362 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Herlin Rachmasari
"

Pembangunan yang terus berkembang pesat menyebabkan luas permukaan sebagai resapan air berkurang sehingga infiltrasi alami ke dalam tanah berkurang. Muka air tanah terus menurun sehingga timbul masalah ketersediaan air dari segi kuantitas dan kualitas. Untuk menangani masalah tersebut, dapat diterapkan alternatif lain berupa pemanfaatan air hujan sebagai sumber air baku. Air hujan harus diolah terlebih dahulu sebelum dapat dimanfaatkan karena kualitasnya belum memenuhi baku mutu sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 Tahun 2010. Air hujan diolah dengan reaktor kombinasi dari media filter polypropylene dan lampu ultraviolet dengan variasi pada debit aliran (waktu kontak), yaitu debit 1400 L/jam (HRT pada unit filtrasi 0,62 s dan waktu kontak pada unit desinfeksi 6,43 s), 2250 L/jam (HRT pada unit filtrasi 0,39 s dan waktu kontak pada unit desinfeksi 4,00 s), dan 3000 L/jam (HRT pada unit filtrasi 0,29 s dan waktu kontak pada unit desinfeksi 3,00 s). Pengujian kontaminan berupa parameter zat organik (KMnO4), kekeruhan, TDS, pH, dan bakteri Escherichia coli. Dari hasil penelitian, variasi waktu kontak 1,2, dan 3 dapat menurunkan konsentrasi seluruh kontaminan hingga memenuhi baku mutu, dimana efisiensi penyisihan E. coli mencapai 100% pada seluruh variasi, TDS 9,30% pada variasi ke 1, kekeruhan 76% pada variasi ke 1, dan zat organik 95,56% pada variasi ke 1.


Development that continues to grow causes the surface area as water infiltration is reduced so that natural infiltration into the soil is reduced. The ground water level continues to decrease, causing water problems in terms of quantity and quality. To overcome this problem, an alternative can be used using rainwater as a source of raw water. Rainwater must be processed first before it can be used to improve the quality of the water, which does not meet the quality requirements according to Peraturan Menteri Kesehatan No. 492 Tahun 2010. Rainwater is treated with a combined reactor of polypropylene filter media and ultraviolet light with variations in flowrate (retention time), i.e. debit of 1400 L/h (HRT on the filtration unit is 0.62 s and contact time on the disinfection unit is 6.43 s), 2250 L/h (HRT on the filtration unit is 0.39 s and contact time on the disinfection unit is 4.00 s) and 3000 L/h (HRT on the filtration unit is 0.29 s and contact time on the disinfection unit is 3.00 s). Testing of contaminants in the form of parameters of organic matter (KMnO4), turbidity, TDS, pH, and Escherichia coli bacteria. From the results of the study, variations in retention time 1, 2, and 3 can reduce the concentration of contaminants to meet the qualifications, while the removal efficiency of E. coli reaches 100% in all variations, TDS 9.30% in variation 1, turbidity 76% in variation 1, and 95.56% organic matter in the variation 1.

 

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Anni Zahara Putri
"Air tanah dipandang sebagai salah satu sumber air baku yang sangat potensial dalam memenuhi kebutuhan air perorangan. Air tanah menjadi sumber air baku yang banyak dimanfaatkan sebagai air bersih dan air minum. Namun, pemanfaatan air tanah belum memenuhi standar air bersih yang aman sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 karena terjadinya penurunan kualitas air tanah. Penurunan kualitas air tanah dapat dipengaruhi oleh keberadaan sumber pencemar yang terlalu dekat dengan sumber air. Untuk mengetahui informasi terkait dengan kualitas air tanah, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas air tanah di kawasan gedung non fakultas UI dengan menganalis hubungan jarak sumur sumber air dengan sumber pencemar septic tank dan danau, serta mengetahui peta persebaran kualitas air tanah. Sampel air tanah dikumpulkan dari 34 sumur bor dan dilakuan pengujian secara in situ terkait parameter pH dan TDS, sedangkan parameter nitrat, mangan dan E. coli menggunakan teknik standar di laboratorium. Hasil analisis menunjukkan sebanyak 73,53% titik lokasi penelitian dengan meneliti lima parameter kualitas air menunjukkan kualitas air tanahnya belum sesuai standar peraturan. Rata- rata kualitas air tanah pada gedung non fakultas adalah sebagai berikut: pH (6,36), TDS (91,86 mg/L), nitrat (4,20 mg/L), mangan (0,82 mg/L), dan E. coli (5,01 CFU/100ml). Berdasarkan analisis statistik chi-square, jarak sumur dengan danau tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap keseluruhan parameter kualitas air. Sedangkan jarak sumur dengan septic tank memiliki hubungan yang signifikan terhadap parameter E. coli, namun tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap parameter pH, TDS, nitrat, dan mangan. Peta persebaran yang telah dikerjakan dengan penerapan Sistem Informasi Geografis (SIG) menggunakan teknik interpolasi spasial menunjukkan bahwa persebaran kualitas air tanah pada kawasan Kampus UI termasuk kedalam kategori risiko pencemaran rendah dengan luasan 2,36 km2 (92,44 %) dan risiko pencemaran sedang dengan luasan 0,19 km2 (7,56 %).

Groundwater is seen as one of the most potential sources of raw water in meeting individual water needs. Groundwater is a source of raw water which is widely used as clean water and drinking water. However, the utilization of ground water has not met the standard of safe clean water in accordance with the Minister of Health Regulation Indonesia Number 32 of 2017 due to a decrease in groundwater quality. The decline in groundwater quality can be influenced by the presence of pollutant sources that are too close to water sources. To find out information related to groundwater quality, this study aims to determine the quality of groundwater in the area of non-faculty UI buildings by analyzing the relationship between the distance of water wells and the pollutant sources of septic tanks and lakes, as well as knowing the distribution map of groundwater quality. Groundwater samples were collected from 34 boreholes and tested directly in the field regarding pH and TDS parameters, while nitrate, manganese and E. coli parameters used standard laboratory techniques. The results of the analysis showed that 73.53% of the research location points by examining five water quality parameters showed that groundwater quality did not meet regulatory standards. The average groundwater quality in non-faculty buildings is as follows: pH (6.36), TDS (91.86 mg/L), nitrate (4.20 mg/L), manganese (0.82 mg/L), and E. coli (5.01 CFU/100ml). Based on the chi-square statistical analysis, the distance between the well and the lake does not have a significant relationship with all water quality parameters. While the distance between the well and the septic tank has a significant relationship to the parameters of E. coli, but does not have a significant relationship to the parameters of pH, TDS, nitrate, and manganese. The distribution map that has been done with the application of Geographic Information Systems (GIS) using spatial interpolation techniques shows that the distribution of groundwater quality in the UI Campus area is included in the category of low pollution risk with an area of 2.36 km2 (92.44%) and moderate pollution risk with an area of 0.19 km2 (7.56%)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Klemens Ryan Rajendra Wisnuaji
"Air hujan merupakan salah satu sumber air yang dapat dimanfaatkan sebagai air bersih. Diperlukan pengolahan terlebih dahulu sebelum air hujan dapat dikonsumsi yang salah satu tekniknya adalah pemanenan air hujan. Teknik filtrasi merupakan metode pengolahan air dengan mengalirkan air melewati beberapa media yang disusun, teknik ini merupakan salah satu cara peningkatan kualitas air hujan. Media yang digunakan berupa zeolit, karbon aktif, dan pecahan genting. Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah menganalisis kualitas limpasan air hujan setelah melewati reaktor filter dengan variasi perbedaan ketebalan lapis dan ukuran butir. Dari hal tersebut, dilakukan analisis terkait dengan perbedaan dan tingkat hubungan yang dihasilkan dari variasi media filter terhadap kualitas limpasan air hujan yang dihasilkan. Penelitian ini menggunakan reaktor filter dengan dimensi kedalaman media 36 cm, lebar 15 cm, dan Panjang 15 cm. reaktor filter terdiri dari 3 buah dengan reaktor 1 sebagai variabel kontrol untuk membandingkan reaktor 2 dengan ketebalan lapis yang berbeda dan reaktor 3 dengan ukuran butir yang berbeda. Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa reaktor 3 dengan variasi ukuran butir memiliki kemampuan paling baik dalam meningkatkan kualitas limpasan air hujan. Dihasilkan rerata efektivitas penyisihan pada reaktor 3 sebesar 45,9 % pada besi terlarut, 11,5 % pada KMnO4, dan 82,7 % pada fecal coliform. Selain itu, didapatkan perbedaan signifikan pada ketiga sampel karena memiliki nilai signifikansi < 0,05 pada parameter pH dan tidak ada perbedaan siginifikan pada parameter besi terlarut, KMnO4, dan fecal coliform Berdasarkan uji korelasi, didapatkan bahwa reaktor 3 merupakan reaktor dengan tingkat hubungan terbaik yaitu pH sebesar (r = 0,429), besi terlarut sebesar (r = 0,997), KMnO4 sebesar (r = 0,939), dan fecal coliform sebesar (r = 0,686).

Rainwater is one source of water that can be used as clean water. Preliminary processing is required before rainwater can be consumed, one of the techniques is rainwater harvesting. Filtration technique is a water treatment method by flowing water through several arranged media, this technique is one way to improve the quality of rainwater. The media used are zeolite, activated carbon, and tile shards. The aim of the research was to analyze the quality of rainwater runoff after passing through the filter reactor with variations in layer thickness and grain size. From this, an analysis is carried out related to the differences and the level of relationship resulting from variations in filter media to the quality of the resulting rainwater runoff. This study used a filter reactor with dimensions of 36 cm depth, 15 cm width and 15 cm length. filter reactor consists of 3 pieces with reactor 1 as the control variable to compare reactor 2 with different layer thickness and reactor 3 with different grain sizes. The results of this study found that reactor 3 with grain size variations had the best ability to improve the quality of rainwater runoff. The average removal effectiveness in reactor 3 was 45.9% for dissolved iron, 11.5% for KMnO4, and 82.7% for fecal coliform. In addition, there were significant differences in the three samples because they had a significance value of <0.05 in the pH parameter and there were no significant differences in the parameters of dissolved iron, KMnO4, and fecal coliform. Based on the correlation test, it was found that reactor 3 was the reactor with the best relationship level. pH (r = 0.429), dissolved iron (r = 0.997), KMnO4 (r = 0.939), and fecal coliform (r = 0.686)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Nur Syamsiah
"Saringan pasir lambat merupakan salah satu jenis filtrasi yang sangat efektif dalam meningkatkan kualitas air serta relatif mudah dalam pengoperasian dan perawatannya. Filtrasi ini akan bekerja lebih efektif apabila beban pencemar yang masuk tidak terlalu tinggi, dimana salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan pengolahan awal berupa sedimentasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas dari proses sedimentasi dan SPL dalam menurunkan kekeruhan dan zat organik air Danau Mahoni UI, serta menganalisis pemenuhan kualitas efluennya terhadap standar baku mutu air minum (Permenkes No. 492 tahun 2010). Penelitian ini berskala laboratorium, dimana alat yang digunakan berupa drum air berkapasitas ±150 liter dengan media zeolit (ES = 1 mm), pasir silika (ES = 0,2 mm; UC = 3), dan kerikil 3/8 inch. Unit SPL ini dioperasikan dengan sistem intermittent dan alirannya yaitu downflow (gravitasi). Pengujian kualitas efluen SPL dilakukan pada waktu tinggal jam ke-2 ,4, 22, dan 24. Proses sedimentasi selama 1 jam menghasilkan efisiensi penyisihan kekeruhan dan zat organik masing-masing sebesar 6,85% - 12,01% dan 4,39% - 10,98%. Sedangkan unit SPL dapat menyisihkan kekeruhan dan zat organik dengan efisiensi masing-masing sebesar 38,22% - 49,88% dan 1,68% - 18,51%, dimana waktu detensi paling optimal yaitu 24 jam. Secara keseluruhan, nilai kekeruhan hasil SPL telah memenuhi standar baku mutu air minum, sedangkan konsentrasi zat organiknya masih belum memenuhi standar baku mutu air minum (Permenkes No. 492 tahun 2010). Dapat disimpulkan bahwa unit SPL aliran gravitasi dengan media pasir silika dan zeolit cukup efektif dalam menyisihkan kekeruhan, namun tidak efektif dalam menyisihkan zat organik.

Slow sand filter is a type of filtration that is very effective in improving water quality and is relatively easy to operate and maintain. This filtration will work more effectively if the incoming pollutant load is not too high, therefore one way that can be done is by pretreatment in the form of sedimentation. This study aims to analyze the effectiveness of the sedimentation process and SSF in reducing turbidity and organic matter of Mahoni Lake water, as well as to analyze the fulfillment of the effluent quality against drinking water quality standards (Permenkes No. 492 of 2010). This research is on a laboratory scale, where the tools used are water drums with a capacity of ±150 liters with zeolite (ES = 1 mm), silica sand (ES = 0.2 mm; UC = 3), and 3/8 inch gravel. This SSF unit is operated with an intermittent system and downflow (gravity). SSF effluent quality testing was carried out at detention time of 2, 4, 22, and 24 hours. The sedimentation process for 1 hour resulted in an efficiency of removing turbidity and organic matter of 6.85% - 12.01% and 4.39% - 10.98%. While the SSF unit can remove turbidity and organic matter with the respective efficiency of 38.22% - 49.88% and 1.68% - 18.51%, where the most optimal detention time is 24 hours. Overall, the turbidity value of the SPL results has met the drinking water quality standards, while the concentration of organic substances still does not meet the drinking water quality standards (Permenkes No. 492 of 2010). It can be concluded that the downflow SSF unit with silica sand and zeolite is quite effective in removing turbidity, but not effective in removing organic substances."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atika Yulliana Sari
"ABSTRACT
Meningkatnya luas permukaan kedap air seperti lahan parkir menyebabkan berkurangnya infiltrasi alami ke dalam tanah sehingga berdampak pada meningkatnya volume limpasan air hujan. Limpasan air hujan mengandung berbagai macam polutan seperti logam berat, nutrien, organik maupun sedimen. Konsentrasi logam berat dan nutrien amonia yang terkandung dalam limpasan di lahan parkir mobil FTUI telah melebihi baku mutu berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001, yaitu Pb, Zn dan NH3 masing ndash;masing 0,73 mg/L, 0,39 mg/L dan 3,7 mg/L. Bioretensi merupakan salah satu LID yang dapat mengolah limpasan air hujan. Untuk meningkatkan efisiensi penyisihan pada bioretensi, maka dilakukan kombinasi pada media filter. Penelitian menggunakan 3 reaktor bioretensi skala pilot berukuran 30 30 80 cm3 dan tanaman Iris pseudacorus untuk mengetahui efisiensi penyisihan Pb, Zn dan NH3. Variasi komposisi media filter yang terdiri dari pasir kuarsa dan zeolit dibedakan pada setiap reaktor dengan perbandingan 1:3, 1:1, 3:1 berurut dari reaktor 1,2, dan 3. Setelah 5 kali pengaliran synthetic runoff dengan konsentrasi berbeda, hasil menunjukkan bahwa variasi konsentrasi influen memiliki pengaruh yang kecil yaitu 20-40 terhadap persentase penyisihan logam berat dan amonia. Rata-rata efisiensi penyisihan bioretensi 1, 2 dan 3 berturut ndash;turut yaitu 91, 78, 83 untuk Pb, 88, 95, 94 untuk Zn dan 97, 98, 96 untuk NH3. Kombinasi media filter pasir kuarsa dan zeolit terbukti meningkatkan efisiensi penyisihan sebesar 11,5 untuk NH3, 18 Pb dan 20 Zn yang dibandingkan dengan penelitian sebelumnya. Tanaman menyerap polutan sebesar 18 dengan akar menyerap 9-14 kali lebih besar daripada daun, sedangkan media filter menyerap 70 polutan. Bioretensi dengan komposisi 35 pasir kuarsa, 40 zeolit, 10 tanah dan 10 kompos serta Iris pseudacorus diusulkan sebagai kombinasi media filter dengan kinerja terbaik untuk peningkatan efisiensi penyisihan.

ABSTRACT
Increasing impervious surface areas such as parking lots cause a reduction in natural infiltration into the soil, resulting in an increase in stormwater runoff volume. Stormwater runoff contains a variety of pollutants such as heavy metals, nutrients, organic and sediments. The concentration of heavy metals and nutrients ammonia contained in stormwater runoff in FTUI rsquo s car park has exceeded the quality standard of Government Regulation No. 82 of 2001, such as Pb, Zn and NH3 approximately 0,73 mg L 0,39 mg L and 3,7 mg L, respectively. Bioretention is one of the LID that can affecting treat stormwater runoff. To increase removal efficiency on bioretention, a combination of filter media is applied. Observation was conducted on a pilot scale using three reactor each 30 30 80 cm3 and Iris pseudacorus as plant to determine removal efficiency of Pb, Zn and NH3. Variation of filter media composition consists of quartz sand and zeolite with ratio 1 3, 1 1, 3 1, on bioretention 1, 2 and 3, respectively. After 5 times running of synthetic runoff with different concentration, the results showed that variations in influent concentrations has a small effect of 20 40 on the removal efficiency of heavy metals and ammonia. The average removal efficiency of bioretention 1, 2 and 3 for Pb was 91, 78, 83, respectively, followed 88, 95, 94 for Zn and 97, 98, 96 for NH3. The combination of quartz sand and zeolite as filter media proved to increase the removal efficiency by 11,5 for NH3, 18 Pb and 20 Zn compared to previous research. The plants absorb pollutants by 18 with roots absorbing 9 14 times larger than leaves, while filter media absorbing 70 pollutants. Bioretention with a combination of filter media with composition of 35 quartz sand, 40 zeolite, 10 soil, 10 compost and Iris pseudacorus is proposed to have best performance to increasing removal efficiency. "
2018
Spdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elin Sumarlin
"Saringan pasir lambat merupakan salah satu metode pengolahan air yang telah digunakan sejak awal abad 19. Walaupun tergolong sederhana, metode ini efektif dalam menghilangkan kontaminan dalam air. Keefektifan tersebut tidak terlepas dari proses kimia, fisika, dan biologis yang terjadi di dalamnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat kehandalan saringan pasir lambat dalam mereduksi kontaminan dari air permukaan seperti kekeruhan, besi, mangan, TSS, dan TDS. Sumber air yang digunakan berasal dari waduk resapan dan Danau Mahoni Universitas Indonesia. Penelitian dilakukan selama dua bulan setelah melewati ripening time selama 1 bulan. Adapun desain reaktor yang digunakan adalah reaktor skala rumah tangga menggunakan tanki bervolume 150 liter. Media yang digunakan terdiri dari dua lapisan pasir silika dengan ukuran efektif (ES) masingmasing 0,2 dan 0,45 mm, serta koefisien keseragaman (UC) 3 dan 2,2. Sebagai media pendukung (underdrain) digunakan kerikil berukuran 3/8 inchi. Pengoperasian saringan pasir lambat dilakukan secara intermittent dengan tiga variasi waktu tinggal yaitu 2 jam, 24 jam, dan 48 jam. Berdasarkan hasil pengukuran laboratorium diketahui bahwa efisiensi penyisihan kekeruhan berkisar 64,59 ? 95,41%, penyisihan besi berkisar 70,83 ? 98,44%, penyisihan mangan berkisar 0 ? 100%, dan TSS berkisar 75 ? 100%. Sementara itu, TDS tidak dapat disisihkan.

Slow sand filter is one method of water treatment that has been used since the early 19th century. Although relatively simple, this method is effective in removing contaminants in the water. Effectiveness of the treatment can not be separated from the chemical, physical, and biological process that occurring in it. The objectives of this research were to see the reliability of slow sand filter to reduce contaminants from surface water such as turbidity, iron, manganese, TSS, and TDS. The source of water used comes from Mahoni Lake and Recharge Pond Universitas Indonesia. The study was conducted over two months after the ripening time for 1 month. The reactor design used is the scale reactor household uses 150 liters of tank volume. The medium used is composed of two layers of silica sand with effective size (ES) of each 0,2 and 0,45 mm, and the uniformity coefficient (UC) of 3 and 2,2. As a supporting medium (underdrain) used gravel with size 3/8 inches. Operation of the slow sand filter intermittently performed with three variations of residence time is 2 hours, 24 hours, and 48 hours. Based on the results of laboratory measurements is known that the turbidity removal efficiency ranged from 64,59 ? 95,41%, iron ranged from 70,83 ? 98,44%, manganese range 0 ? 100 %, and TSS ranges from 75 ? 100 %. Meanwhile, TDS can't removed."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S54522
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danny Sigit Ramadhan
"Air hujan dapat digunakan sebagai alternatif penyediaan air bersih daerah perkotaan. Namun, didalam air hujan terdapat polutan yang akan mempengaruhi air hujan yang akan digunakan. Filter multimedia merupakan salah satu alat yang dapat mengolah air hujan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas efluen yang berasal dari filter multimedia, mengetahui reaktor dengan penyisihan terbaik, serta mengetahui pengaruh kombinasi ketebalan media filter terhadap parameter yang di uji. Penelitian ini menggunakan tiga kombinasi filter multimedia yang secara urut terdiri dari media ijuk, karbon aktif, zeolit dan pasir silika. Pengambilan sampel dilakukan dua kali pada menit ke-10, menit ke-20 dan menit ke-30 dengan aliran kontinu. Parameter uji penelitian yaitu pH, nitrat, kekeruhan, dan total coliform. Terdapat tiga kombinasi ketebalan filter multimedia dengan perbandingan ketebalan ijuk;zeolit;karbon aktif;pasir silika masing-masing pada reaktor I yakni 25:25:25:25; pada reaktor II yakni 35:30:20:15; dan pada reaktor III 15:20:30:35. Penelitian ini dilakukan melalui dua eksperimen dengan perbedaan waktu satu minggu. Kombinasi ketebalan media membantu meningkatkan kualitas terhadap semua parameter terkecuali parameter kekeruhan. Reaktor terbaik terdapat pada reaktor III dengan rerata nilai efisiensi sebesar 39,2% yang terdiri dari 1% pH, 70,4% nitrat, dan 85,5% total coliform. Sedangkan pada eksperimen kedua reaktor III dengan rerata nilai efisiensi sebesar 35,6% yang terdiri dari 53% nitrat dan 88,1% total coliform. Secara umum, pada eksperimen pertama dan eksperimen kedua kombinasi ketebalan media memberikan pengaruh signifikan pada penyisihan polutan di beberapa parameter.

Rainwater can be used as an alternative to providing clean water in urban areas. However, in rainwater there are pollutants that will affect the rainwater to be used. Multimedia filters are one of the tools that can treat rainwater. This study aims to determine the quality of effluent derived from multimedia filters, find out the reactor with the best allowance, and find out the effect of the combination of filter media thickness on the parameters tested. This study used three combinations of multimedia filters consisting of coax media, activated carbon, zeolite and silica sand. Sampling is carried out twice in the 10th minute, the 20th minute and the 30th minute with a continuous flow. The test parameters of the study are pH, nitrate, turbidity, and total coliform. There are three combinations of multimedia filter thicknesses with a ratio of the thickness of ijuk;zeolite;activated carbon;silica sand each in reactor I which is 25:25:25:25; in reactor II i.e. 35:30:20:15; and on reactor III 15:20:30:35. The study was conducted through two experiments with a time difference of one week. The combination of media thickness helps to improve the quality of all parameters except turbidity parameters. The best reactor is found in reactor III with an average efficiency value of 39.2% consisting of 1% pH, 70.4% nitrate, and 85.5% total coliform. Meanwhile, in the second experiment reactor III with an average efficiency value of 35.6% consisting of 53% nitrate and 88.1% total coliform. In general, in the first experiment and the second experiment the combination of media thickness exerted a significant influence on the removal of pollutants in some parameters."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gina Juliana
"Sebagian besar PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) di Indonesia membuang lumpur hasil produksi langsung ke badan air. Pembuangan lumpur langsung ke badan air dapat menyebabkan kontaminasi biota air akibat zat kimia yang terkandung dalam lumpur. Selain itu, hal tersebut dapat memperburuk kualitas air baku PDAM yang menyebabkan masalah lain bagi PDAM, diantaranya adalah fluktuasi kekeruhan dan tingginya kandungan senyawa organik pada air baku. Guan, Chen, & Shang (2005) menyatakan bahwa lumpur IPAM yang dapat digunakan sebagai koagulan dan memberikan peningkatan penyisihan SS dan COD. Pemanfaatan kembali lumpur IPAM sebagai koagulan pendukung menjadi salah satu solusi aplikatif bagi PDAM yang belum memiliki Instalasi Pengolahan Lumpur. Metode yang digunakan adalah jartest menggunakan koagulan alum (Al2(SO4)3) dengan matriks air baku Sungai Ciliwung dan air sintetis metilen biru. Pada matriks air baku terdapat 4 variasi, yaitu efek konsentrasi koagulan alum, konsentrasi lumpur alum, kombinasi koagulan alum dan lumpur alum, serta konsentrasi kekeruhan inisial. Setelah seluruh variasi dilakukan dilanjutkan identifikasi variabel bebas yang signifikan dengan desain full faktorial. Sedangkan pada matriks air sintetis biru metilen dilakukan efek konsentrasi koagulan alum, konsentrasi lumpur alum, dan konsentrasi lumpur alum kering. Hasil karakterisasi lumpur IPAM dibandingkan dengan Peraturan Pemerintah No 82/2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran, hasilnya nilai TSS, BOD, COD, Fe, dan Total koliform melebihi baku mutu. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa lumpur IPAM Citayam harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke badan air. Kombinasi antara koagulan alum dan lumpur alum dapat menyisihkan kekeruhan sampai 94%, dengan nilai kekeruhan akhir 6,98 NTU. Nilai tersebut melebihi kriteria effluen sedimentasi di IPA Citayam, yaitu 2,52 NTU. Pada matriks air sintetis metilen biru, lumpur IPAM dapat menyisihkan COD sebesar 94% dengan konsentrasi lumpur alum 2%.

Most of Drinking Water Treatment Plant (DWTP) in Indonesia discharge their sludge directly to water body without any treatment. Chemicals that contained in sludge can affect aquatic life. It worsen raw water quality which causes other problems, including turbidity fluctuations and high content of organic compounds in raw water. It has been found that both SS and COD removal efficiencies could be improved by addition of alum sludge (Guan, Chen, & Shang, 2005). Reuse of alum sludge as a coagulant aid can be one of a solution for sludge treatment and disposal. Jar test were performed with alumunium sulphate as a coagulant (Al2(SO4)3) with Ciliwung River raw water and methylene blue synthetic water. There are 4 variations for the raw water, the effect of alum coagulant concentration, alum sludge concentration, combination alum coagulant and alum sludge, and  initial turbidity concentration. After all variations are carried out, the identification of significant independent variables is followed by a full factorial design. Whereas in the methylene blue synthetic water, only the effects of alum coagulant concentration, alum sludge concentration, and dry alum sludge concentration were carried out. The results of the characterization of IPAM sludge were compared with Government Regulation (PP No.82/2001). TSS, BOD, COD, Fe, and Total Coliform in alum sludge exceeded the quality standards. Thus, it can be concluded that the Citayam DWTP sludge must be processed first before being discharged into the water body. The combination of alum coagulant and alum sludge can remove turbidity to 94%, with turbidity value of 6.98 NTU. This value exceeds the sedimentation effluent criteria at Citayam DWTP, which is 2.52 NTU. In methylene blue synthetic water, alum sludge can remove COD by 94% with 2% alum sludge concentration."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luqman Ash-Shiddiqie
"Air hujan yang turun di perkotaan telah terkontaminasi oleh polutan udara hasil kegiatan industri dan transportasi. Pemanenan air hujan melalui atap juga memberikan pengaruh terhadap kualitas limpasan air hujan yang ditampung. Teknik filtrasi merupakan salah satu cara yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kualitas air hujan. Media filter zeolit, karbon aktif, dan keramik diketahui mampu meningkatkan kualitas limpasan air hujan yang dipanen. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas limpasan air hujan melalui variasi susunan zeolit, karbon aktif, dan keramik. Kemudian, menganalisis perbedaan variasi susunan zeolit, karbon aktif, dan keramik dalam meningkatkan kualitas limpasan air hujan, serta menganalisis tingkat hubungan antara variasi susunan zeolit, karbon aktif, dan keramik terhadap kualitas limpasan air hujan. Penelitian ini menggunakan tiga housing filter berukuran 10 inci yang diposisikan sejajar dengan cartridge reactor berukuran 10 inci berisikan media filter. Penelitian dilakukan pada reaktor filtrasi dengan objek penelitian variasi susunan media filter. Isi media filter pada ketiga housing filter akan berlainan pada setiap konfigurasi. Konfigurasi pada penelitian ini terdiri dari tiga susunan, yaitu Susunan I (Zeolit – Karbon Aktif – Keramik), Susunan II (Karbon Aktif – Keramik – Zeolit), dan Susunan III (Keramik – Zeolit – Karbon Aktif). Pengambilan sampel dilakukan enam kali dengan parameter uji kekeruhan, pH, mangan, dan total koliform. Hasil penelitian ini menunjukkan efektivitas penyisihan maksimum kekeruhan, mangan, dan total koliform serta peningkatan maksimum pH dimiliki oleh Susunan I dengan efektivitas penyisihan kekeruhan sebesar 51,78%, mangan 100%, dan total koliform 77,14%, serta peningkatan pH sebesar 21,05%. Rerata efektivitas penyisihan Susunan I, Susunan II, dan Susunan III untuk kekeruhan adalah 32,31%, -108,93%, dan 17,41%, mangan 45,83%, 30%, dan 87,5%, serta total koliform 67,93%, 72,28%, dan 60,51%. Sedangkan, rerata efektivitas peningkatan Susunan I, Susunan II, dan Susunan III untuk pH adalah 10,7%, 10,3%, dan 12,52%. Berdasarkan uji komparatif diperoleh nilai signifikansi (p) < 0,05 pada seluruh parameter, yang berarti variasi susunan menghasilkan perbedaan pada kualitas limpasan air hujan. Berdasarkan uji korelasi, ketiga susunan tidak memiliki hubungan yang signifikan (p > 0,05) terhadap parameter kekeruhan, pH, dan mangan, namun memiliki hubungan yang signifikan (p < 0,05) terhadap parameter total koliform. Susunan I memiliki hubungan yang terbaik terhadap parameter uji, dengan hubungan yang sangat kuat pada parameter total koliform (r = 0,986), hubungan yang kuat pada parameter mangan (r = -0,674), hubungan yang sedang pada parameter kekeruhan (r = -0,449), serta hubungan yang lemah pada parameter pH (r = 0,314).

Air pollutants from industrial and transportation activities contaminate the rainwater that falls in urban areas. Rainwater harvesting through the roof also affects the quality of the collected rainwater runoff. The filtration technique is one way that can be applied to improve the quality of rainwater. Zeolite, activated carbon, and ceramic filter media can improve the quality of harvested rainwater runoff. This study aims to analyze the quality of rainwater runoff through variations in the zeolite, activated carbon, and ceramic arrangement. Then, analyze the differences in the zeolite, activated carbon, and ceramic arrangement in improving the quality of rainwater runoff, and analyze the relationship between variations in the zeolite, activated carbon, and ceramic arrangement on the quality of rainwater runoff. This study uses three 10-inch factory housing filters in a parallel position—each housing filter filled with a 10-inch cartridge reactor containing filter media. The researcher conducted the study in a filtration reactor, with the object of study being variations in the filter media arrangement. The content of the filter media in the three filter housings will vary with each configuration. The configuration in this study consisted of three arrangements, namely Arrangement I (Zeolite – Activated Carbon – Ceramic), Arrangement II (Activated Carbon – Ceramic – Zeolite), and Arrangement III (Ceramic – Zeolite – Activated Carbon). Sampling was carried out six times with parameters tested for turbidity, pH, manganese, and total coliform. The results of this study indicated the effectiveness of the maximum removal of turbidity, manganese, and total coliforms as well as the maximum increase in pH owned by Arrangement I with the effectiveness of removing turbidity by 51.78%, manganese by 100%, and total coliforms 77.14%, and increasing pH by 21.05%. The average effectiveness of the removal of Arrangements I, II, and III for turbidity is 32.31%, -108.93%, and 17.41%, manganese 45.83%, 30%, and 87.5%, and total coliforms 67.93%, 72.28%, and 60.51%. Meanwhile, the average effectiveness of increasing Arrangement I, Arrangement II, and Arrangement III for pH is 10.7%, 10.3%, and 12.52%. Based on the comparative test, a significance value (p) <0.05 was obtained for all parameters, which means that variations in the arrangement resulted in differences in the quality of rainwater runoff. Based on the correlation test, the three arrangements did not have a significant relationship (p > 0.05) to turbidity, pH, and manganese parameters. However, they had a significant relationship (p < 0.05) to the total coliform parameter. Arrangement I had the best relationship to the parameters, with a very strong relationship on the total coliform parameter (r = 0,986), strong relationship on the manganese parameter (r = -0,674), medium relationship on the turbidity parameter (r = -0,449), then weak relationship on the pH parameter (r = 0,314).

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>