Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165988 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Akhmad Yazid Nugraha
"Hubungan yang terjalin antara guru dengan siswa merupakan faktor terpenting yang membentuk teacher wellbeing O Connor, 2008. Akan tetapi, terdapat faktor penting lainnya yang dapat mempengaruhi teacher wellbeing guru, yang diperkirakan dipengaruhi oleh status kepegawaian guru (guru tetap dan guru honorer) (Setiyawan, 2017). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah hubungan guru- iswa dan status kepegawaian guru dapat memprediksi teacher wellbeing pada guru di jenjang sekolah menengah. Penelitian ini dilakukan pada guru sekolah menengah (N = 284; 65.8% Perempuan; M-usia = 38.58 tahun) dengan alat ukur berupa skala Teacher Subjective Wellbeing Questionnaire (TSWQ) yang dikembangkan oleh Renshaw, Long, dan Cook (2015) dan skala Student-Teacher Relationship Scale (STRS) yang dikembangkan oleh Aldrup, Klusmann, Lüdtke, Göllner, dan Trautwein 2018. Kedua alat ukur sudah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia dan memiliki hasil uji psikometrik yang baik. Diketahui bahwa hubungan guru siswa dan status kepegawaian guru sebagai prediktor terhadap teacher wellbeing sebagai variabel terikat menunjukkan hasil yang signifikan F2,281 = 78,118, p < .0005. Hasil ini menunjukkan bahwa hubungan guru siswa dapat memprediksi teacher wellbeing pada guru sekolah menengah secara positif dan status kepegawaian guru juga akan memprediksi teacher wellbeing pada guru jenjang sekolah menengah, dimana guru tetap memiliki teacher wellbeing yang lebih baik dibandingkan guru honorer.

The relationship that is bonded between teachers and their pupil is the most crucial factor of teacher wellbeing O Connor, 2008. However, there is another important predictor beside student-teacher relationship which could affect teachers wellbeing. Teachers employment status is regarded as another important predictor towards teacher wellbeing and it is shown as to whether the teacher is permanently employed or is a temporary teacher (Setiyawan, 2017). This research aims to see whether student-teacher relationship and teachers employment status could predict teacher wellbeing amongst teachers of secondary level of education. The subjects of this study were secondary teachers (N = 284; 65.8% Female; M-age = 38.58 years old). The instrument used in this research were Teacher Subjective Wellbeing Questionnaire (TSWQ) developed by Renshaw, Long, and Cook 2015 and Student Teacher Relationship Scale (STRS) developed by Aldrup, Klusmann, Lüdtke, Göllner, and Trautwein 2018. Both instruments were adapted to Bahasa Indonesia and showed having good psychometrical attributes. Multiple Regression Analysis were deployed to test both predictors and the result indicates both predictors successfully predict teacher wellbeing amongst secondary teacher F(2,281) = 78,118, p < .0005. The result indicates that student teacher relationship predicts teacher wellbeing positively and teachers employment status also predicts teacher wellbeing which permanent teachers show better teacher wellbeing than temporary teachers."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Utama Pramasta
"ABSTRAK
Terdapat pengaruh dari hubungan yang terjalin dari guru dengan siswanya terhadap bagaimana seorang guru mempersepsikan dirinya berkaitan dengan fungsi kesuksesan dan kesehatannya dalam pekerjaannya di sekolah atau biasa disebut dengan teacher well-being. Namun dalam pengaruh tersebut terdapat kaitan yang menarik dengan jenis kelamin guru pada jenjang sekolah menengah. Untuk itu peneliti ingin untuk melihat apakah jenis kelamin guru memoderasi pengaruh dari hubungan guru-siswa terhadap teacher well-being pada guru sekolah menengah. Alat ukur yang akan digunakan pada penelitian ini adalah Teacher Subjective Well-being Questionnaire (TSWQ) dan Student-Teacher Relationship Scale (STRS). Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 284 guru sekolah menengah yang terdiri dari guru laki laki dan perempuan. Hasil analisis statistik menggunakan macro PROCESS menyatakan hasil bahwa jenis kelamin memoderasi pengaruh dari hubungan guru-siswa terhadap teacher well-being (b3 = -0,272; t = -2,055; p = 0,041 [-0,533; -0,012]). Dengan demikian jenis kelamin pada guru memperkuat atau memperlemah pengaruh dari hubungan guru-siswa terhadap teacher well-being."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sukandi
"Motivasi belajar siswa SMK Negeri di Kabupaten Indramayu merupakan hal yang menentukan keberhasilan dalam proses dan hasil belajar, dimana lulusannya nanti diharapkan dapat bersaing dalam dunia kerja. Pentingnya motivasi belajar siswa ini mendorong guru untuk meningkatkan kemampuan mengajarnya sehingga mencegah terjadinya penurunan motivasi belajar siswa yang disebabkan oleh guru yang kurangmampu dalam proses pengajaran.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis seberapa besar pengaruh kemampuan mengajar guru terhadap motivasi belajar siswa SMK Negeri di Kabupaten Indramayu. Berdasarkan Teori Motivasi dari McClelland dan Herzberg, bahwa motivasi adalah keinginan untuk melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan standar yang tertinggi atau keinginan untuk berhasil dan sukses dalam suasana persaingan, pengakuan terhadap kemampuan dan prestasi, kesempatan untuk maju, tanggungjawab, serta berhubungan dengan lingkungan dimana kegiatan itu dilakukan. Motivasi belajar siswa di dalam kelas sangat dipengaruhi oleh kemampuan mengajar guru.
Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatif dengan menggunakan mixmethod, yaitu data kuantitatif yang didapatkan dianalisis kemudian dilakukan Focus Group Discussion terhadap hasil analisis tersebut. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuisioner untuk kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis linear sederhana. Pengujian hipotesis penelitian menggunakan uji koefisien regresi dengan uji F.
Hasil uji koefisien regresi dengan uji F menunjukkan bahwa variabel bebas kemampuan mengajar guru secar a signifikan mempengaruhi variabel terikat motivasi belajar siswa SMK Negeri di Kabupaten Indramayu. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dapat dilakukan dengan meningkatkan kemampuan mengajar dari guru-gurunya.

SMK students' motivation in the District of Indramayu is a decisive success in the process and outcomes of learning, where graduates will be expected to compete in the world of work. The importance of students 'motivation is encouraging teachers to improve teaching so as to prevent the decline in students' motivation caused by poor teachers in the teaching process.
This study aims to analyze how much influence the ability of teachers to teach to students' motivation SMK Indramayu district. Based on the theory of McClelland and Herzberg motivation, that motivation is the desire to carry out tasks in accordance with the standards of the highest or the desire to succeed and succeed in an atmosphere of competition, in recognition of ability and achievement, opportunity for advancement, responsibility, and correspond to the environment in which the activity was performed. Students' motivation in the classroom is strongly influenced by the ability of teachers to teach.
This research is using a mix-explanative method, the quantitative data obtained were analyzed later conducted Focus Group Discussion on the results of the analysis. The data was collected through questionnaires for deployment then analyzed using simple linear analysis techniques. Testing research hypotheses using regression coefficient test with F test.
The results of the regression coefficient test with F test showed that the ability of teachers to teach independent variables significantly influence the dependent variable SMK students' motivation in the District of Indramayu. From these results it can be concluded that in order to enhance students' learning motivation can be done by improving the teaching skills of teachers.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2011
T29838
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Irsyad Farhah
"Hubungan yang baik antara guru dengan siswanya dapat mempengaruhi well-being pada guru. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat peran moderasi dari pengalaman guru mengajar pada hubungan kedekatan guru dengan siswanya terhadap well-being guru. Hubungan kedekatan guru-siswadiukur dengan menggunakan Student-Teacher Relationship Scale (STRS) milik Aldrup (2018), sedangkan well-being guru diukur dengan alat ukur Teacher Subjective Well-Being Questionnaire (TSWQ) milik (Renshaw et al., 2015). Responden dalam penelitian ini berjumlah 289 orang yang merupakan guru pada jenjang sekolah menengah (SMP,SMA/Sederajat). Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi sederhana. Hasil uji hipotesis pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat peran dari pengalaman guru mengajar dalam memperlemah atau memperkuat hubungan kedekatan guru-siswaterhadap well-being guru. Namun, hasil uji korelasi pada penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara hubungan kedekatan guru-siswa dan well-being guru.

A good relationship between teachers and students can influence the well-being of teachers. This study was conducted to determine whether there is a moderating role of the teaching experience of the teacher in the relationship between the teacher and his students towards the teacher's well-being. The teacher-student closeness relationship was measured using Aldrup's (2018) Student-Teacher Relationship Scale (STRS), while the teachers well-being was measured by the teacher's Subjective Well-Being Questionnaire (TSWQ) measuring instrument (Renshaw et al., 2015). Respondents in this study totaled 289 people who were teachers at the secondary school level (junior high school, high school / equivalent). The analysis technique used is simple regression analysis. The results of hypothesis testing in this study indicate that there is no role of the teaching experience of teachers in weakening or strengthening the close relationship between teacher-student and teacher well-being. However, the results of the correlation test in this study indicate that there is a positive relationship between the teacher-student closeness relationship and the teachers well-being.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kasyfiyullah
"ABSTRAK
Pendidikan merupakan hal krusial dalam kehidupan manusia. Salah satu tujuan pendidikan adalah proses pendewasaan manusia melalui transmisi pengetahuan. Proses transmisi pengetahuan merupakan proses sosial yang terjadi dalam interaksi sosial. Termasuk pendidikan formal di Madrasah. Secara sederhana, proses sosial dalam pendidikan Madrasah terjadi dalam interaksi dua elemen di Madrasah yaitu Guru dan Murid. Dewasa ini, guru menghadapi banyak permasalahan dalam proses interaksi di Madrasah. Salah satunya adalah perilaku siswa yang tidak terkontrol dan gaduh. Guru semakin dituntut untuk kreatif menghadapi siswa dan mampu membangun keadaan yang kondusif demi terbangunnya proses belajar yang baik.
Berangkat dari permasalahan perilaku siswa yang tidak terkontrol, kajian ini memotret mengenai proses relasi kuasa antara guru dan siswa menggunakan perspektif teori otoritas. Kajian ini merupakan kajian Antropologis dengan metode penelitian Auto-ethnografi bertempat di Madrasah Ibtidaiyah Al Wathoniyah 19. Kajian ini memperlihatkan bagaimana guru membangun otoritas di dalam kelas sebagai bentuk kontrol terhadap siswa dan respon siswa atas otoritas guru dalam interaksi keduanya. Dari potret yang dipaparkan tersebut bisa terlihat bahwa gaya interaksi Guru menghadapi siswa mempengaruhi respon siswa dalam menghadapi Guru di Madrasah. “you gotta give respect to receive respect”.

ABSTRACT
Education is a crutial thing in human life. One of the education goal is human maturation process throug h knowledge transmition. This is a social process which takes place in social interaction, included the formal education in Madrasah. Simply, social process in Madrasah education occurs in two elements in Madrasah, i.e. teachers and students. Todays, teachers are facing many problems in interaction process in Madrasah. One of them is students`s rowdy and uncontrolled deportment. Teachers are required to be more creative in dealing with students and be able to build up a conducive condition for a good learning process.
Based on students` uncontrolled deportment, this study captured the power relation between teachers and students using the perspective of theory of authority. This study is antropological study by using Auto-ethnography research methode, which is located in Madrasah Ibtidayah Al Wathoniyah 19. This study shows how teachers build their authority in their class room as a form of a control toward their students and as students responses of teachers authority in their interaction. Based on these explanations, it shows that the way of teachers interaction in dealing with their students affects students responses in dealing with their teachers in Madrasah. “you gotta give respect to receive respect”"
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhil Mahendra Wardana
"Membangun kepercayaan diri dalam mengajar memerlukan wellbeing yang baik. Studi sebelumnya menjelaskan ada faktor di lingkungan sekolah yang mempengaruhi subjective wellbeing seorang guru salah satunya Student-teacher relationship. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Student-teacher relationship dan Teacher’s Subjective Wellbeing di sekolah inklusif. Partisipan merupakan 55 guru (19 pria & 36 Wanita; M = 32.16, SD = 7.223) yang mengajar di Sekolah dasar inklusif. untuk mengukur student-teacher relationship, peneliti menggunakan Student-teacher relationship scale short form dan teacher’s subjective wellbeing diukur menggunakan Teacher’s Subjective Wellbeing: Teacher Subjective Wellbeing Questionnaire. Hasil perhitungan spearman correlation menunjukan tedapat hubungan positif yang signifikan antara student-teacher relationship dan teacher’s subjective wellbeing (r 3.48, p< 0,05). Hal ini menunjukan bahwa Artinya jika guru memiliki perspesi positif terhadap hubungan yang dimiliki dengan murid, maka semakin baik persepsi subjective wellbeing yang ia miliki. Penelitian ini menunjukkan pentingnya peranan menjaga hubungan yang baik antara guru dan siswa agar guru merasa sejahtera mengajar di sekolah dasar inklusif.

Building self-confidence in teaching requires good well-being. Previous studies have explained that there are factors in the school environment that affect the subjective well-being of a teacher, one of which is the student-teacher relationship. This study aims to determine the relationship between Student-teacher relationship and Teacher's Subjective Wellbeing in inclusive schools. The participants were 55 teachers (19 male & 36 female; M = 32.16, SD = 7,223) who teach in inclusive primary schools. To measure student-teacher relationship, researchers used Student-teacher relationship scale short form and teacher's subjective well-being was measured using Teacher's Subjective Wellbeing: Teacher Subjective Wellbeing Questionnaire. The results of the Spearman correlation calculation show that there is a significant positive relationship between student-teacher relationship and teacher's subjective well-being (r 3.48, p < 0.05). This shows that this means that if the teacher has a positive perception of the relationship he has with his students, the better his subjective well-being perception will be. This study shows the importance of the role of maintaining a good relationship between teachers and students so that teachers feel prosperous teaching in inclusive elementary schools."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bella Sepvrita
"ABSTRAK
Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa pengajaran adalah aktivitas yang kompleks. Untuk memberikan materi dengan baik, dibutuhkan beberapa strategi hebat. Namun, metode tersebut tidak dapat digeneralisasikan dan diterapkan pada semua jenis siswa. Meskipun didokumentasikan bahwa beberapa cara pengajaran telah berhasil meningkatkan kualitas sesi belajar mengajar, masih ada kesenjangan antara teori dan praktik. Memperkuat hubungan antara siswa dan guru datang sebagai salah satu dari beberapa cara untuk menciptakan pengajaran yang efektif. Dengan mengadakan Sharing Session, peneliti berusaha untuk melibatkan hubungan antara guru dan siswa. Memiliki 15 sampai 20 pertemuan di tiga kelas Bahasa Inggris Umum di Euro Management Indonesia, peneliti berharap dapat melihat keefektifan metode ini. Oleh karena itu, makalah penelitian ini menganalisis dampak Sharing Session dalam membuat kedekatan antara guru dan peserta didik dengan memunculkan pengamatan peneliti di lapangan. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa kelas yang melakukan sharing session di setiap pertemuan memiliki hubungan yang lebih positif daripada dua kelas lainnya. Akhirnya, beberapa saran dan beberapa rekomendasi mengenai penelitian masa depan di bidang ini telah disampaikan. Kata kunci: Sharing Session. Hubungan Guru - Siswa. Bahasa Inggris sebagai Bahasa Asing.

ABSTRACT
AbstractNumerous studies have shown that teaching is a complex activity. To deliver the material at its best needs some great strategies. However, those methods cannot be generalized and applied to all kinds of students. Although it is documented that several ways of teaching have succeed to improve the quality of teaching and learning session, there is still a gap between theory and practice. Strengthening the relationship between students and teachers come as one of the several ways to create effective teaching. By having Sharing Session, the researcher strives to engage the relationship between teacher and students. Having 15 to 20 meetings in three General English classes in Euro Management Indonesia, researcher hopes to see the effectiveness of this method. Therefore, this research paper analyses the impact of sharing session in making a closeness between teacher and learners by eliciting observations of researchers in the field. The finding of this research shows that the class that do sharing session in every meeting has more positive rapport than the other two classes. Finally, several suggestions and some recommendations regarding future research in this area have been highlighted.Key words Sharing Session. Teacher ndash Student Rapport. English as Foreign Language."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Erlida
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara teacher autonomy dan teacher engagement pada guru sekolah dasar. Teacher autonomy yang diukur meliputi pemilihan aktivitas dan kelengkapan pengajaran, peraturan atau standar-standar dalam kelas, perencanaan (termasuk urutan/rangkaian) instruksional, dan pengambilan keputusan atau pembuatan kebijakan melalui 18 item Teaching Autonomy Scale (TAS). Teacher engagement yang diukur meliputi dimensi kognitif, dimensi emosional, dimensi sosial kepada siswa, dan dan dimensi sosial kepada rekan guru menggunakan 16 item Engaged Teacher Scale (ETS). Partisipan penelitian ini adalah 84 orang guru sekolah dasar negeri di Jakarta. Berdasarkan teknik analisis korelasi Pearson Product Moment, tidak ditemukan hubungan positif yang signifikan antara teacher autonomy dan teacher engagement

This study conducted to investigate the correlation between teacher autonomy and teacher engagement in elementary school teachers. Teacher autonomy consists of the selection of activities and teaching materials, regulations or standards in the classroom, instructional planning (including order/sequence), and decision-making or policy-making which measured by 18 items of Teaching Autonomy Scale (TAS). Teacher engagement was measured by 16 items Engaged Teacher Scale (ETS) which consist of four dimensions, that is cognitive engagement, emotional engagement, social engagement: students, and social engagement: colleagues. Participants of this study were 84 public elementary schools teachers in Jakarta. Based on Pearson Product Moment analysis, no significant positive correlation was found between teacher autonomy and teacher engagement"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S64904
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia Huwae
"ABSTRAK
Matematika, sangat panting namun sering dikeluhkan sebagai bidang studi yang tersukar dibanding bidang studi yang lain oleh murid. Para peneliti pun melaporkan bahwa matematika memang tidak mudah. Karena itu, betapa bangganya murid kalau ia berhasil menyelesaikan tugas matematika dengan baik. Namun banyak murid begitu takut, cenderung alergi, tidak senang atau malah benci pada matematika. Ketakutan, ketidaksenangan dan kebencian itu kadang-kadang ditujukan pula pada guru matematika. Adapun kesulitannya murid tidak mungkin mengabaikan bidang studi matematika. Gurupun tidak mungkin mengajarkan matematika hanya kepada murid yang menyukai dan atau yang dapat melakukan tugas-tugas matematika.
Suatu suasana belajar yang babas dari rasa takut, yang hangat dan memberi rasa aman perlu diciptakan oleh guru dan murid. Namun guru sebagai orang yang diakui otoritasnya yang harus memulai. Mengawalinya adalah dengan membina suatu hubungan guru-murid yang harmonis. Dasarnya adalah komunikasi yang efektif. Apa yang dapat kita lakukan untuk membantu guru ?
Suatu program dengan nama "Program Pembinaan Dan Pelatihan Keterampilan Interaktif" dicanangkan.
Penekanannya pada afeksi tetapi tidak mengabaikan koknisi,yang menuntut guru berpikir tetapi juga melibatkan perasaan sebelum dimanifestasikan ke dalam tingkah laku.Penelitian eksperimental yang dirancang dengan menggunakan disain prates pascates kelompok acak ini, ingin menguji pengaruh program tersebut terhadap sikap guru untuk berkomunikasi secara efektif dengan murid. Melalui hasil analisis data yang menggunakan analisis kovarians terbukti program tersebut di atas meningkatkan sikap guru untuk berkomunikasi secara efektif dengan murid pada guru yang mengikutinya. Peningkatan sikap itu sama baik pada guru wanita mupun pada guru pria. Disamping itu, tidak terdapat hubungan yang berarti antara 'peningkatan sikap guru' itu dengan 'masa pengabdian sebagai guru' maupun dengan 'usia guru'.
Para guru yang mewakili 58 SMP yang juga mewakili setiap kecamatan di wilayah D.K.I. Jakarta, merasakan relevansi, kepentingan dan manfaat dari program ini dan menganjurkan untuk mengikut-sertakan juga guru-guru bidang studi yang lain.
Program-program seperti ini mungkin pernah dilaku-Ran. Penelitian eksperimen mungkin Baru pertama kali, jadi tentunya perlu penyempurnaan dari segi materi, proses dan konteks melalui penelitian-penelitian lanjutan. Mengingat relevansinya, pentingnya dan manfaatnya bagi para guru dan murid serta hasil penelitian yang menunjukkan adanya peningkatan sikap guru untuk berkomunikasi secara efektif dengan murid, maka saran-saran yang antara lain dapat dikemukakan adalah bahwa program seperti ini dapat dilaksanakan untuk pra-layanan pendidikan, sebagai suatu upaya pembinaan tenaga kependidikan khususnya guru sebelum menjalankan tugasnya di lapangan.
"
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meifaliana Osman
"Penelitian ini membahas proses penyampaian dan penerimaan pesan dalam kegiatan belajar-mengajar, melihat bagaimana cara yang dilakukan guru ketika memberikan berbagai informasi kepada siswanya. Melalui penjelasan yang terarah, guru dapat memperkecil kesalahpahaman atau ketidakmengertian siswa dalam menerima/menguasai materi pelajaran yang dapat menghambat prestasi belajar. Penelitian ini dilakukan melalui metode Pengamatan dan Wawancara dengan tipe penelitian kualitatif deskriptif. Melalui komunikasi dua arah, Interaksi guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, dapat mengetahui sejauhmana materi pelajaran dapat diterima dan dimengerti siswa. Analisis data dilakukan terhadap cara penyampaian materi pelajaran oleh guru dan proses penerimaan materi yang diberikan kepada siswa. Berdasarkan hasil analisis tersebut, harapan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu dapat memperkecil kesalah pahaman antara pesan yang disampaikan dan interpretasi pesan yang diterima siswa. Proses Belajar Mengajar (PBM) sebagai media dalam proses penyampaian dan penerimaan pesan dimana guru bertindak sebagai sumber informasi/komunikator dan siswa sebagai penerima informasi/komunikan. Temuan yang diperoleh dalam penelitian ini, cara yang digunakan guru dalam menyampaikan materi pelajaran adalah sama (ceramah/instruksional) tetapi perbedaan sikap guru mempengaruhi proses penerimaan pesan bagi siswa.
Hasil penelitian dari pengamatan dan wawancara dengan guru dan siswa, dapat disimpulkan sebagai berikut:
Dari cara dan sikap guru dalam menyampaikan materi pelajaran, pada dasarnya cara yang dilakukan guru "lama" yaitu ceramah/ instruksional. Bila cara yang dilakukan guru lebih variatif dalam penyampaiannya serta sikap guru lebih menyenangkan dan memotivasi siswa untuk berpikir kreatif ( tidak textbook) maka siswa dapat lebih konsentrasi dalam proses penerimaan pesan/materi pelajaran. Pada tingkat pemahaman materi, penyampaian materi yang abstrak dijelaskan ke dalam hal yang lebih kongkrit. Penggunaan bahasa yang jelas dan mudah dimengerti (memperjelas kata-kata kiasan), membantu siswa untuk lebih memahami materi. Sehingga kesalahpahaman atau ketidak mengertian siswa dalam menjawab pertanyaan guru, bukan karena siswa mempunyai kemampuan menghafal.
Dari hasil penelitian ini, dapat direkomendasikan untuk diadakan penelitian lanjutan mengenai kemampuan siswa dalam menyampaikan pendapat, ide atau gagasan yang lebih kreatif baik di tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama maupun di Sekolah Menengah Atas/ umum untuk lebih mengembangkan diri dan mempunyai kemampuan berkomunikasi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12139
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>