Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 84805 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Raden Gavin Coraggio Puntadewa
"Pengurangan pemakaian energi merupakan salah satu tujuan terbesar dari perkembangan ilmu pengetahuan saat ini. Salah satu sektor dimana pemakaian energi terus meningkat adalah pada sektor komersil, terutama pada bangunan rumah sakit. Ruang-ruang bersih di rumah sakit memiliki kondisi-kondisi tertentu seperti tekanan ruangan yang perlu diatur sedemikian rupa untuk dapat melakukan fungsinya dengan baik. Salah satu solusi untuk mengurangi energi yang dipakai oleh sistem HVAC pada rumah sakit yang tidak mengorbankan kondisi-kondisi yang perlu dipenuhi merupakan pengaplikasian air-to-air heat exchanger, terutama dalam bentuk heat pipe. Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara nilai heat recovery dan efektifitas yang dihasilkan oleh pemasangan Heat Pipe Heat Exchanger pada kondisi tekanan yang dibutuhkan oleh ruang isolasi dan ruang bersih rumah sakit. Hasil simulasi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa nilai heat recovery serta efektifitas performa HPHE memiliki peningkatan yang signifikan dalam kondisi tekanan ruangan non-netral. Nilai heat recovery tertinggi ditemukan pada 0,07 kg/s inlet mass flow evaporator, kondisi tekanan ruang negatif, suhu inlet evaporator 40 oC, dan suhu inlet kondenser 22 oC dengan nilai heat recovery 331,35 W, sementara kondisi tekanan netral pada 0,05 kg/s inlet mass flow evaporator, kondisi tekanan ruangan netral, suhu inlet evaporator 30 oC, dan suhu inlet kondenser 22 oC menghasilkan heat recovery terendah dengan nilai 97,38 W. Kondisi tekanan non-netral ditemukan untuk dapat menghasilkan kenaikan pada nilai heat recovery hingga 300% lebih tinggi daripada nilai heat recovery pada kondisi tekanan netral. Penemuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemakaian HPHE dapat lebih berpengaruh kepada upaya penghematan energi untuk ruangan tertentu seperti ruang isolasi dan ruang bersih rumah sakit dan bahwa penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk meningkatkan pemahaman tentang fenomena ini.

The reduction of energy use is one of the biggest goals of the development of science today. One such sector where energy consumption continues to increase is in the commercial sector, especially in hospital buildings. Clean rooms in hospitals have certain conditions such as room pressure that needs to be regulated in such a way as to be able to function properly. One proposed solution to reduce the energy used by HVAC systems in hospitals that do not sacrifice conditions that need to be met is the application of air-to-air heat exchangers, especially in the form of heat pipes. This study aims to find the relationship between the value of heat recovery and the effectiveness generated by the installation of the Heat Pipe Heat Exchanger on the pressure conditions required by hospital isolation and clean rooms. The simulation results that have been done show that the value of heat recovery and the effectiveness of HPHE performance have a significant increase in non-neutral room pressure conditions. The highest heat recovery value was found at 0,07 kg/s inlet mass flow evaporator, negative room pressure conditions, inlet evaporator temperature 40 oC, and condenser inlet temperature 22 oC with a heat recovery value 331,35 W, while at neutral pressure condition with 0,05 kg/s inlet mass flow evaporator, evaporator inlet temperature of 30 oC, and condenser inlet temperature of 22 oC results in a heat recovery value of 97.38 W. Non-neutral pressure conditions were found to produce an increase in heat recovery values up to 300% higher than the heat recovery value under neutral pressure conditions. The findings from this study indicate that the use of HPHE can be more influential on energy saving efforts for certain rooms such as isolation rooms and hospital clean rooms and that future research should be done to increase the understanding behind this phenomenon"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andre Raymond
"ABSTRAK
Jumlah infeksi nosokomial yang terjadi di negara maju dengan teknologi yang baik masih sangat banyak. Hal ini menggambarkan sulitnya mengontrol pergerakan partikel di udara. Oleh karena itu, sistem tata udara di rumah sakit harus dapat melindungi dan memberikan kenyamanan untuk orang yang berada di dalam rumah sakit. Ruang isolasi tekanan negatif adalah ruang dimana partikel penular penyakit dengan jumlah banyak berada. Oleh karena itu, sistem tata udara harus mencegah keluarnya partikel ini dari ruangan. Analisa yang dilakukan untuk melihat kinerja ruangan adalah dengan melakukan simulasi di software FloVent 8.2. Pada hasil perhitungan dan simulasi, terlihat bahwa kebutuhan ACH yang tidak cukup, nilai PMV dan PPD, yang melebihi standar dan pola aliran udara yang masih turbulen.

ABSTRACT
Many nosocomial incfections in developed country with better technologies happened. This fact describes the difficult of controlling particle in the air. Hence, ventilation system in hospital must have the capability to protects and provides thermal comfort for people in the hospital. Airborne Infection Isolation room is a room in which many airbornes occured. Therefore, ventilation system has to prevents these airbornes escaping the room. Analytical method to measure the room performance is doing simulation with software FloVent 8.2. Based on calculation and simulation, ACH needs is not enough, PMV and PPD not in the standard range, and turbulent airflow "
2017
S69467
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
S36490
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mega Nurasa
"Yang dimaksud dengan Clean Room adalah suatu ruangan yang dibuat sedemikian rupa dan disesuaikan dengan keperluan dan tujuannya dengan batasan-batasan yang telah ditentukan untuk mengendalikan kotoran dan partikel-partikel yang ada di udara, disamping masalah tekanan, suhu dan kelembaban ruangan tersebut, juga penyaluran, bentuk serta kecepatan aliran udara dalam suatu ruangan yang dikondisikan. Pada industri semiconductor, clean room mempakan hal mutlak yang harus digunakan, ini dimaksudkan agar produk yang dihasilkan dapat terjaga kualitasnya. Bila terdapat kotoran pada ruangan, maka kualitas produk akan menjadi tidak baik. Kotoran atau partikel udara yang dimaksud pada Clean Room adalah partikel debu dengan ukuran 0,5 _m. Partikel udara ini tidak dapat disaring dengan filter biasa yang dipasang pada sistem tata udara. Filter yang dapat dipakai pada sistem tata udara tersebut adalah HEPA (High Efficiency Particulate Air) filter. HEPA filter ini memiliki effisiensi penyaringan yang sangat tinggi yaitu berkisar antara 99,91 % sampai dengan 99.99%. Dikarenakan effisiensi penyaringan yang sangat tinggi dari HEPA filter ini maka terjadi drop tekanan yang besar juga pada difuser sehingga untuk mengatasi hal tersebut kapasitas dari mesin pendingin menjadi lebih besar."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S37540
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Alvin Alvaro
"ABSTRAK
Sistem HVAC pada ruangan operasi sangat penting untuk gedung pleayanan kesehatan dan diharuskan berjalan memenuhi standar yang ada, kenyataannya dewasa ini banyak rumah sakit yang belum memenuhi standar ruang OK sehingga dokter dan pasien belum dapat melakukan aktifitas dengan nyaman. Selain itu banyak usaha untuk mengembangkan model dari koil pendingin, telah banyak model yang tersedia untuk berbagai macam keperluan, namun, beberapa penelitian menjelaskan bahwa model koil pendingin banyak yang terlalu kompleks, sehingga dibutuhkan koil pendingin yang simpel dan akurat. Penelitian ini bertujuan untuk merancang ulang sistem tata udara khususnya dibagian sistem pendingin cooling coil unit untuk mencapai kondisi ruangan yang sesuai standar dirumahsakit.. Dengan kolaborasi heat pipe heat exchanger sebagai pre-cooler, sistem pendingin diharapkan mampu membuat kondisi ruangan eksperimen memenuhi standar ASHRAE dan ISO Sistem pendingin yang di rancang merupakan circulating thermostatic water bath dengan direct chilling. Penelitian ini dilakukan dengan eksperimen temperatur udara masuk 28o C dan 30 o C, kecepatan udara 2.0 m/s, dan kecepatan aliran air 4 LPM. Hasil dari sistem pendingin rancangan menghasilkan kondisi ruangan yang memenuhi standar saat variasi temperatur 28 o C dan cooling load sebesar 0.905kW. variasi 30o C belum memenuhi standar dengan beban pendingin 0.948 kW. Hasil pengujian menunjukan koil pendingin akan lebih optimal apa bila dipasang dengan konfigurasi yang tepat.

ABSTRACT
The HVAC system in the operating room is very important for health care buildings and is required to meet the existing standards, in fact today many hospitals have not met the OK room standards so doctors and patients have not been able to perform activities comfortably. In addition, there have been many attempts to develop models of cooling coils, many models are available for a variety of purposes, however, some studies have suggested that many cooling coil models are too complex, requiring a simple and accurate cooling coil. This study aims to redesign the air conditioning system especially in the cooling coil cooling unit system to achieve the standard room condition in hospital. With the collaboration of heat pipe heat exchanger as pre cooler, the cooling system is expected to make the experimental room condition meet the standard of ASHRAE and ISO The cooling system that is designed is a circulating thermostatic water bath with direct chilling. This research was conducted with experiments of air temperature of 28 o C and 30 o C, 2.0 m s air velocity, and water flow rate of 4 LPM. The results of the design cooling system has met the standard room conditions at 28 o C and cooling load at 0.905kW. the 30 o C variation has not met the standard with a cooling load of 0.948 kW. The test results show the cooling coil will be more optimal what when installed with the right configuration."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aliefka Satria Kusumah
"Rumah sakit mengonsumsi sejumlah besar energi, terutama pada sistem HVAC karena persyaratan khusus yang harus dipenuhi untuk memastikan bahwa kondisi lingkungannya sehat, nyaman dan aman. Maka dari itu, untuk mengurangi konsumsi listrik tanpa mengorbankan kenyamanan dan pada saat yang bersamaan juga meningkatkan kualitas udara dalam ruangan, pemanfaatan Heat Pipe Heat Exchanger (HPHE) tipe-U disarankan. Sebuah studi eksperimental dilakukan untuk menyelidiki kinerja termal heat pipe yang berbentuk U dalam memulihkan panas udara buangan dari simulator ruang. HPHE tipe-U terdiri dari beberapa heat pipe tipe-U berbentuk tabung dengan air sebagai fluida kerja dan disusun staggered hingga dua baris. Diameter luar setiap pipa panas adalah 10 mm dan panjang 720 mm dengan tanpa fin. Serangkaian percobaan dilakukan untuk mengetahui pengaruh suhu udara masuk. Pengaruh jumlah baris pipa panas dan kecepatan udara juga diselidiki. Percobaan menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu udara masuk, semakin efektif kinerja HPHE tipe-U. Kapasitas pendinginan sistem telah meningkat. Hal ini ditunjukkan oleh penurunan suhu udara yang masuk ke koil pendingin sebesar 1,73 °C dengan efektifitas 7,64%. Hasil ini dicapai ketika menggunakan 12 HPHE tipe-U yang disusun staggered, kecepatan udara 1,5 m/s, dan suhu udara masuk evaporator 45 °C. Ketika kecepatan udara 2,5 m/s, sistem mencapai jumlah pemulihan panas terbesar yaitu 2190,425 kJ/jam.

Hospitals consume large amounts of energy, especially in HVAC systems because special requirements must be met to ensure that the environmental conditions are healthy, comfortable and safe. Therefore, to reduce electricity consumption without sacrificing comfort and at the same time also improve indoor air quality, the use of U-type Heat Pipe Heat Exchanger (HPHE) is recommended. An experimental study was conducted to investigate the thermal performance of U-shaped heat pipes in recovering exhaust air heat from the space simulator. The U-type HPHE consists of several tubular U-type heat pipes with water as working fluid and is arranged staggered up to two row. The outer diameter of each heat pipe is 10 mm and the length is 720 mm with no fin. A series of experiments were carried out to determine the effect of the incoming air temperature. The effect of the number of hot pipe lines and air velocity was also investigated. The experiment shows that the higher the temperature of the inlet air, the more effective the U-type HPHE is. System cooling capacity has increased. This is indicated by a decrease in the temperature of the air entering the cooling coil by 1.73 ° C with an effectiveness of 7.64%. This result was achieved when using 12 type-U HPHE which were arranged staggered, air velocity 1.5 m/s, and air temperature entering the evaporator 45 ° C. When the air velocity is 2.5 m/s, the system reaches the largest amount of heat recovery, which is 2190.425 kJ/hour."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yohanes Gunawan
"

Indonesia kaya akan energi panas bumi sehingga pemanfaatannya perlu ditingkatkan untuk mendukung diversifikasi energi yang ramah lingkungan. Dengan menggunakan heat pipe sebagai perangkat transfer panas dalam pemanfaatan langsung energi panas bumi untuk pengeringan diharapkan akan mengatasi beberapa kendala dalam usaha meningkatkan penggunaan energi tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki kinerja termal dari penggunaan heat pipe heat exchanger (HPHE) sebagai alat transfer panas dari fluida panas bumi temperatur rendah ke udara panas untuk pengeringan. Komoditas yang dipilih untuk percobaan adalah daun teh. Simulator fluida panas bumi (air panas) menggunakan air yang dipanaskan dengan pemanas berkapasitas 9000 Watt dan dialirkan dengan pompa. Heat pipe yang digunakan memiliki panjang 700 mm dengan diameter luar 10 mm, fluida kerja dalam heat pipe menggunakan air dengan filling ratio 50%, jumlah heat pipe yang digunakan adalah 42 buah yang sebagai HPHE. Untuk menambah luas bidang perpindahan panas, di sisi kondensor HPHE dipasang fin dengan jumlah 181 pcs. Fin terbuat dari aluminium dengan ketebalan 0,105 mm dengan ukuran 76 x 345 mm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai efektifitas HPHE terbesar yaitu 79,59 % didapat ketika menggunakan temperatur air panas 60°C, dan kecepatan udara inlet 0.2 m/s. Efektifitas HPHE terkecil yaitu 66% didapat ketika menggunakan temperatur air panas 40°C, dan kecepatan udara inlet 0.6 m/s. Model matematika Page adalah model terbaik untuk merepresentasikan perilaku pelayuan daun teh PTPN VII, sehingga penggunaan HPHE pada pemanfaatan langsung energi panas bumi temperatur rendah untuk pelayuan daun teh, dapat diterima dan layak untuk digunakan.


Indonesia is rich in geothermal energy and needs to be improved to support environmentally friendly energy diversification. Using heat pipes as a heat transfer device in direct use of geothermal energy for drying is expected to overcome several challenges in increasing energy use. The purpose of this study was to test the thermal performance of the use of a heat pipe heat exchanger (HPHE) as a means of transferring heat from low enthalpy geothermal fluid to hot air for drying. The agricultural product that has been choosen is tea leaves. The geothermal fluid (hot water) simulator uses heated water with a capacity of 9000 Watts and is flowed by a pump. The heat pipe used has a length of 700 mm with an outer diameter of 10 mm, a hot working fluid pipe using water with a filling ratio of 50%, the number of heat pipes used is 42 pieces which are HPHE. To increase the heat replacement area, fins are installed on the side of the HPHE condenser with 181 pcs. Fin is made of aluminum with a thickness of 0.105 mm with a size of 76 x 345 mm. The results showed the greatest effectiveness of HPHE was 79.59% obtained by compilation using 60° C hot air temperature, and inlet air velocity of 0.2 m / s. The effectiveness of HPHE which was increased by 66% was obtained using a hot air temperature of 40 ° C, and an inlet air velocity of 0.6 m / s. Page`s mathematical model is the best model to represent the protection of the tea leaves of the PTPN VII variety, using HPHE in direct use of low temperature geothermal energy for tea leaves, is acceptable and useful to use.

"
2019
T53057
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irfan Zidny
"In tropical countries like Indonesia, maintaining comfortable and healthy indoor environments is a significant challenge due to high temperatures and humidity levels. This issue is particularly critical for the Fast-Moving Consumer Goods (FMCG) industry, where specific room ambient conditions are necessary to ensure product safety and quality, especially during processes like beverage filling. This research delves into integrating heat pipes into HVAC systems to improve energy efficiency in regards to ensuring clean room conditions during beverage filling processes. With hopes to align with the United Nations Sustainable Development Goals (SDGs). The research employed two-row U-shaped heat pipes with a wick structure made of sintered copper, filled with water at a 50% ratio. The U-shaped HPHE facilitates both precooling and reheating processes. The evaporator section absorbs heat from incoming air, reducing the compressor's workload. After passing through the cooling coil, the air temperature rises again due to heat release at the condenser side of the HPHE, reducing the energy needed for reheating during dehumidification. Initial characterization of the heat pipe was conducted with an inlet air temperature of 45°C and an air velocity of 1.4 m/s. Our experiments revealed a peak temperature increase of 6.4°C on the condenser side, resulting in a 20.7% reduction in relative humidity. The temperature drop on the evaporator side was 0.7°C. Maximum energy savings of 304.44 W were achieved at this inlet temperature with an air velocity of 2.2 m/s. To understand the performance under lower temperature conditions, further tests were conducted at inlet temperatures of 30°C, 35°C, and 40°C. These variations demonstrated the versatility of the U-shaped HPHE in improving dehumidification efficiency across a range of operating conditions. The highest effectiveness observed was 21.04%, showcasing the potential of U-shaped HPHEs in enhancing energy efficiency in HVAC systems.

Di negara-negara tropis seperti Indonesia, menjaga lingkungan dalam ruangan yang nyaman dan sehat merupakan tantangan besar karena suhu tinggi dan tingkat kelembapan yang tinggi. Masalah ini sangat penting bagi industri barang konsumen cepat saji (Fast-Moving Consumer Goods atau FMCG), di mana kondisi ruangan tertentu diperlukan untuk memastikan keamanan dan kualitas produk, terutama selama proses pengisian minuman. Penelitian ini mendalami integrasi pipa panas ke dalam sistem HVAC untuk meningkatkan efisiensi energi dalam menjaga kondisi ruangan bersih selama proses pengisian minuman. Dengan harapan untuk selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Perserikatan Bangsa-Bangsa (SDGs). Studi ini menggunakan pipa panas berbentuk U dengan struktur sumbu yang terbuat dari tembaga sinter, diisi dengan air pada rasio 50%. HPHE berbentuk U ini memfasilitasi proses pendinginan awal dan pemanasan ulang. Bagian evaporator menyerap panas dari udara yang masuk, mengurangi beban kerja kompresor. Setelah melewati koil pendingin, suhu udara naik kembali karena pelepasan panas di sisi kondensor HPHE, mengurangi energi yang dibutuhkan untuk pemanasan ulang selama dehumidifikasi. Karakterisasi awal pipa panas dilakukan dengan suhu udara masuk 45°C dan kecepatan udara 1,4 m/s. Eksperimen ini mengungkapkan peningkatan suhu puncak sebesar 6,4°C di sisi kondensor, menghasilkan pengurangan kelembapan relatif sebesar 20,7%. Penurunan suhu di sisi evaporator adalah 0,7°C. Penghematan energi maksimum sebesar 304,44 W dicapai pada suhu udara masuk ini dengan kecepatan udara 2,2 m/s. Untuk memahami kinerja pada kondisi suhu yang lebih rendah, pengujian lebih lanjut dilakukan pada suhu udara masuk 30°C, 35°C, dan 40°C. Variasi ini menunjukkan fleksibilitas HPHE berbentuk U dalam meningkatkan efisiensi dehumidifikasi di berbagai kondisi operasi. Efektivitas tertinggi yang diamati adalah 21,04%, menunjukkan potensi HPHE berbentuk U dalam meningkatkan efisiensi energi di sistem HVAC."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kukuh Tri Margono
"

Kopi merupakan salah satu komoditas utama Indonesia yang bersaing di pasar dunia. Namun, produksi kopi di Indonesia masih menghadapi beberapa hambatan. Salah satu masalah utama dari produksi kopi adalah pengeringan. Selama ini proses pengeringan masih menggunakan cara konvensional yaitu menggunakan panas dari cahaya matahari. Akan tetapi, cuaca yang tidak menentu menjadi salah satu faktor terhambatnya proses pengeringan. Oleh karena itu, diperlukan sebuah sumber energi yang dapat menghasilkan panas dan tidak bergantung pada musim/cuaca. Energi yang mungkin digunakan adalah energy panas bumi. Panas bumi entalpi rendah (T<90oC) umumnya digunakan untuk kegiatan sehari seperti mandi, memasak, dan menghangatkan rumah.

Untuk memanfaatkan panas bumi yang ada, digunakan sebuah teknologi penghantar panas yang disebut Heat Pipe. Heat pipe merupakan salah satu penghantar panas dengan memanfaatkan perubahan fasa suatu material. Heat pipe yang digunakan dalam penelitian bentuk straight dengan konfigurasi stagger. Variasi pada penelitian ini adalah temperatur (50, 60, 70 oC) dan kecepatan udara (0,2; 0,4; 0,6 m/s).

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengeringan paling cepat terjadi pada temperatur 70oC dan kecepatan 0,6 m/s. sedangkan paling lambat terjadi pada temperatur 50oc dan kecepatan 0,2 m/s. Hal ini membuktikan bahwa temperatur dan kecepatan udara berbanding lurus dengan laju pengeringan.

 


Coffe is one of the main Indonesia’s commodity which compete in international market. But, Indonesia’s coffee production still face some problem. One of the main problem is for drying process. All this time, mostly coffee producers use conventional method by using heat source from sunlight. However, uncertain weather become one of factor which slow down drying process. Therefore, an energy source that can produce heat and independent to weather is needed. Energy which is possible to be used for those criteria is geothermal energy. Low enthalpy geothermal energy usually used for daily activity such as bathing, cooking, and warming of house.

Heat pipe as a heat conductor technology is used for utilization of geothermal energy. Heat pipe is a heat conductor which use phase changing material Untuk memanfaatkan panas bumi yang ada, digunakan sebuah teknologi penghantar panas yang disebut Heat Pipe. Heat pipe merupakan salah satu penghantar panas dengan memanfaatkan perubahan fasa suatu material. Straight heat pipe with staggered configuration is used for this experiment. Temperature (50, 60, 70 oC) and air speed (0.2, 0.4, 0,.6 m/s) are variations for the experiment.

The result shows that drying process with temperature 70oC and 0.6 m/s air speed is the fastest while the slowest is at 50oC and air speed 0.2 m/s. This result prove that drying process is directly proportional with temperature and air speed.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Andika Putra Kusuma
"ABSTRAK
Dalam operasional rumah sakit, ruang operasi menjadi salah satu ruang yang cukup vital, karena tidak semua tindakan pengobatan dapat dilakukan dengan pendekatan yang konservatif (penggunaan obat), tetapi terdapat juga kondisi yang memerlukan tindakan operatif, seperti tindakan pengangkatan rahim dan pembedahan. Untuk menunjang tindakan tersebut, ruang operasi memiliki komponen dan karaktersitik sarana&prasarana yang berbeda. Sebagai rumah sakit yang baru berdiri, RSUI membutuhkan suatu SOP pemeliharaan & perawatan terhadap komponen sarana & prasarana yang ada, baik komponen struktur, arsitektur, mekanikal, elektrikal, dan peralatan biomedik untuk menjamin keselamatan dari pasien. Selain itu, SOP juga memberi kejelasan apa, siapa, dan kapan aktivitas pemeliharaan&perawatan tersebut dilaksanakan. Terdapat komponen yang terdiri dari 7 komponen arsitektur, 1 komponen struktur, 20 komponen mekanikal, 9 komponen elektrikal, dan 20 komponen peralatan biomedik yang dikembangkan untuk menjadi SOP. Faktor risiko dan mitigasinya pun dimasukan ke dalam komponen SOP, untuk menghindari dampak yang dapat membahayakan nyawa pasien atau menggangu jalannya operasional Ruang Operasi RSUI.

ABSTRACT
In hospital operations, the operating room is one of the vital room, because not all treatment of medicine can be carried out with a conservative approach (drug use), but there are also conditions that require operative measures, such as removal of the uterus and surgery. To support these actions, the operating rooms has different components and characteristics of facilities & infrastructure. As a newly established hospital, RSUI requires an SOP for maintenance & maintenance of existing facilities & infrastructure components, both structural, architectural, mechanical, and biomedical equipment to ensure the safety of patients. In addition, the SOP also gives clarity, who, and when the maintenance activities are carried out. There are 57 components consisting of 7 architectural components, 1 structural component, 20 mechanical components, 9 electrical components, and 20 biomedical equipment components developed to become SOPs. The risk factors and mitigation are included in the SOP component, to avoid impacts that could endanger the lives of patients or disrupt the operation of the RSUI Operating Room."
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>