Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 107620 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zari Rafida
"Skripsi ini membahas identitas waria santri di Pondok Pesantren Waria Al-Fatah, mulai dari terbentuknya identitas santri hingga pemahaman mereka mengenai identitas gender dan identitas santri yang melekat dalam diri mereka. Penulis menggunakan pendekatan etnografi dengan metode life history berupa wawancara mendalam dan observasi partisipasi terhadap empat waria santri yang terbagi menjadi dua kategori, yakni waria santri bukan pekerja seks dan waria santri pekerja seks. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa identitas waria santri terbentuk dari tahap identifikasi diri yang diawali dengan minat dan tujuan mereka menjadi santri hingga memunculkan pemahaman diri sebagai bagian dari pondok pesantren waria. Identitas merupakan sesuatu yang terus dikonstruksi dan direkonstruksi supaya dapat diakui sehingga waria santri cenderung mengelola public image-nya sebaik mungkin dihadapan orang lain.

This thesis discussed about the identity of santri in Pondok Pesantren Waria Al-Fatah, starting from the development of their santri identity to their own understanding of gender identity and the santri identity itself. I use ethnographical approach paired with life history methods where I did in depth interview and participant observation with four of the transgender santri which are devided into two categories, transgender santri non sex worker and transgender santri sex worker. The result shows that the identity of transgender santri are formed by the process of self identification based on their interest and goals for being a santri which the proceeded by the self realization as a part of pondok pesantren waria. Their identity is something they constantly construct and re construct to get the acceptance as a transgender santri, which means that they have to manage their public image when interacting with others."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yasmine Annisa Meiwindah
"Hate crime berupa penutupan paksa Pondok Pesantren Al-Fatah harus dialami oleh para santri waria yang berada di dalamnya. Hate Crime tersebut merenggut hak atas religious freedom dan freedom for expression yang dimiliki para santri waria. Hate crime yang  dilakukan oleh Front Jihad Islam tersebut dilatarbelakangi oleh anggapan terhadap para santri waria sebagai individu yang menyimpang dan menyalahi kodrat. Timbulnya anggapan tersebut tidak terlepas dari paham patriarki, heteronormativitas, serta stigma yang mengakar dalam masyarakat. Penutupan paksa yang terjadi menimbulkan respon dari para santri waria. Setelah mengalami trauma, mereka bangkit dan menunjukan kemampuan resistensinya. Skripsi ini bertujuan untuk menjelaskan bahwa para santri waria memiliki kemampuan untuk melawan dan berdaya terhadap hate crime yang dialami. Penelitian ini menggunakan teori queer criminology dengan teknik analisis naratif melalui kisah yang mereka tuturkan. Hasil analisis data menunjukkan bahwa budaya patriarki, heteronormativitas, serta stigma terhadap kelompok LGBTQ merupakan akar terjadinya hate crime terhadap santri waria. Penutupan paksa Pondok Pesantren tersebut justru membangun kemampuan resistensi santri waria untuk berdaya di tengah situasi yang diskriminatif.  Resistensi yang dilakukan didasari oleh agensi atau kesadaran para santri waria untuk mengubah kehidupannya menjadi lebih baik. Resistensi yang dilakukan menjadikan para santri waria sebagai penyintas hate crime berupa penutupan Pondok Pesantren Al-Fatah Yogyakarta.

Hate crime in the form of the forced closure of the Al-Fatah Islamic Boarding School experienced by santri waria who are in it. The hate crime took away the right to religious freedom and freedom for expression that belongs to santri waria. The hate crime by the Front Jihad Islam was motivated by the perception of santri waria as individuals who deviate and violate nature. Those assumption is inseparable from patriarchy, heteronormativity, and the stigma rooted in society. The forced closure occurred a response from santri waria. They did not give up. After experiencing trauma, they show their resistance abilities. This research aims to explain that santri waria have the ability to empowered against hate crimes in the form of the closure of Islamic boarding schools. This research uses the theory of queer criminology with narrative analysis techniques through the stories they tell. The results of the data analysis show that the patriarchal culture, heteronormativity and the stigma against LGBTQ groups is the root cause of hate crimes against santri waria. They shows the resistance ability to be empowered in a discriminatory situation. The resistance carried out was based on agency or the awareness of santri waria to change their lives for the better. The resistance then made the santri waria as survivors of hate crime."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fiska Imani Hapsari
"Waria atau transpuan sudah sejak lama dikenal di Indonesia. Sebagai manusia, mereka memiliki hak untuk beribadah kepada Tuhan. Komunitas transpuan kemudian memberi wadah kepada sesamanya untuk memenuhi kebutuhan spiritualitas mereka dengan mendirikan Pondok Pesantren Waria Al-Fatah Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan pondok pesantren waria periode 2016-2023. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan penelitian deskriptif. Lebih lanjut, pengumpulan data dalam penelitian dilakukan melalui wawancara. Selain itu, data juga diperoleh melalui studi pustaka seperti buku, jurnal, artikel, maupun video. Peneliti akan menggunakan teori pendekatan gender dan HAM (Hak Asasi Manusia) serta teori pesantren untuk menyelesaikan tulisan ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pondok Pesantren Waria Al-Fatah Yogyakarta merupakan pondok pesantren yang unik karena santrinya merupakan para transpuan dan pondok pesantren ini tidak memiliki masjid serta asrama seperti pesantren pada umumnya. Pesantren ini juga tidak dipimpin oleh kyai melainkan transpuan itu sendiri. Berbagai gejolak yang terjadi di pesantren ini tidak membuat eksistensi mereka redup. Banyak hal positif yang justru mereka dapatkan setelah adanya konflik.

Waria or transwoman have long been recognized in Indonesia. As humans, they have the right to worship God. The transwoman community then provided a place for their fellow human beings to fulfill their spiritual needs by establishing Al-Fatah Waria Boarding School Yogyakarta. This study aims to find out the development of transwoman Islamic boarding school 2016-2023 period. The method used in this research is a qualitative method with descriptive research. Furthermore, data collection in the study was conducted through interviews. In addition, data is also obtained through literature studies such as books, journals, articles, and videos. The researcher will use the theory of gender and human rights approaches as well as the theory of boarding school to complete this paper. The results showed that Al-Fatah Waria Boarding School Yogyakarta is a unique boarding school because its students are transwoman and this boarding school does not have a mosque and dormitories like other boarding schools. This boarding school is also not led by a kyai but the transwoman. The various conflicts that occur in this boarding school do not make their existence dim. They got many positive things after the conflict.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Roy Obet
"ABSTRAK
Waria ada dalam kehidupan masyarakat. Sebagai seorang waria tentunya akan dihadapkan dengan persoalan hidup yang berkaitan dengan bagaimana mereka mengungkapkan identitas dirinya (coming out) sebagai waria dan merepresentasikan identitasnya tersebut. Nilai dan norma patriarkhi serta heteroseksual yang dipegang teguh oleh sebagian masyarakat di Indonesia memiliki kecenderungan untuk menolak kehadiran kaum waria. Namun, tidak bisa dipungkiri jika peran serta jumlah waria dalam masyarakat terus berkembang, begitu juga dengan pergerakan yang mereka lakukan untuk mendapatkan pengakuan identitas di masyarakat dan juga di negara. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana peran modalitas dalam representasi identitas kewariaan serta bagaimana waria membangun self identity-nya. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif peneliti ingin melihat bagaimana modalitas berperan dalam reprsentasi identitas pada waria dalam kehidupannya sehari hari. Metode yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah wawancara mendalam. Representasi identitas pada waria ternyata dipengaruhi oleh peran modalitas yang mereka miliki. Modal tersebut bisa saja merupakan modal ekonomi, sosial, budaya (kultural) dan juga simbolik. Dengan kata lain, modal memainkan peran dalam representasi identitas waria di dalam sebuah arena. Selain itu juga penerimaan dari aktor-aktor yang bereperan dalam kehidupan sehari hari mereka akan sangat dibutuhkan juga.

ABSTRACT
Waria (trangender male to female) is a part of society. Warias face several problems rWaria ada dalam kehidupan masyarakat. Sebagai seorang waria tentunya akan dihadapkan dengan persoalan hidup yang berkaitan dengan bagaimana merekaelated to how they express and represent their identity (coming out) as a waria. Values and norms in patriach and heterosexual system that strongly hold by society in Indonesia tend to reject the existence of waria. However, the role and number of waria are increasing day by day, and the movement to gain the acceptance in the society as well. With qualitative approach, the author wants to know how the capital plays in identity representation of waria in daily life. Methods used for datas collection are deep interview and observation. Identity representation of warias is actually affected by the capital they have. The capital itself can be economic, social, cultural and symbolic. In other words, capital plays a role in waria?s identity representation in a field of life. Moreover, the acceptance from the main actor that take plays in their daily life will also be needed."
2015
S62184
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Aisyah
"[Tesis ini membahas pengaruh kebijakan pemerintah terhadap kebijakan perusahan Kurabo Group di Jepang, khususnya kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan ketenaga kerjaan dan kesetaraan gender dalam perusahaan dan perubahan pandangan karyawan dan karyawati perusahaan Kurabo Group terhadap perubahan pembagian tugas secara gender di Jepang. Dengan metodologi wawancara, angket dan kajian pustaka, penelitian ini menemukan bahwa kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan perusahaan di Jepang tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap pengambilan keputusan kebijakan dalam perusahaan. Karena itu, perusahaan masih memiliki pengaruh yang kuat dalam mengubah masyarakat. Para pekerja pun beradaptasi sedemikian rupa dengan perubahan yang ada sehingga pandangan mereka terhadap pembagian tugas berdasarkan gender yang lebih egaliter pun terlihat posit if meskipun sebagian besar masih tidak bisa lepas dari konsep-konsep pembagian tugas berdasarkan gender yang mengikat.;This study examine the influence government's laws and regulations to Kurabo Group's labor force and gender equality related policy, as well as the change of worker's attitude toward the changes of gender division of labor in Japan. This study found that government's laws and regulations do not have a significant impact to a company's policy makers' decision. Hence, companies in Japan still have stronger influence to change the society. In the other hand, workers have adapted to the existing socio-demographic changes and showed a positive attitude toward the change of gender labor division to the more egalitarian one. Although most of them still cannot be free from traditional concept of gender labor division., This study examine the influence government's laws and regulations to Kurabo Group's labor
force and gender equality related policy, as well as the change of worker's attitude toward the
changes of gender division of labor in Japan. This study found that government's laws and
regulations do not have a significant impact to a company's policy makers' decision. Hence,
companies in Japan still have stronger influence to change the society. In the other hand,
workers have adapted to the existing socio-demographic changes and showed a positive
attitude toward the change of gender labor division to the more egalitarian one. Although
most of them still cannot be free from traditional concept of gender labor division.]"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2015
T43529
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Masthuriyah Sa'dan
Yogyakarta: Suka Press, 2022
305.3 MAS s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rika Saraswati
Jakarta: Convention Watch & UI dengan NZAID, 2000
345 Sav p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Novie Yektiningsih
"ABSTRAK
Peran jender merupakan peran yang dilaksanakan oleh Iakl-lakl dan
perempuan karena jenis kelamin mereka berbeda, peran ini tidak sama sesuai
mlai dan norma sosial-budaya yang mengkonstrukslkannya.
Kebutuhan praktls jender adalah kebutuhan yang muncul dalam keseharfan,
sedangkan kebutuhan strategis jender merupakan upaya jangka panjang dan
berkaltan dengan upa ya memperbaiki posisi sosial perempuan.
Saat pendapafzn keluarga tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar,
maka perempuan akan bekerja untuk menambah keuangan keiuarga.
Perempuan berpendidikan tinggi akan bekerja di sektor fomral, sedangkan
perempuan yang berpendidikan relalif rendah akan terserap di selctor
informal. Penelitian ini akan melihat upaya peningkatan tzaraf hidup
pembatik tulis melalui peran jender yang berlaku dalam komunitas tensebut,
dengan menggunakan metode Diskusi Kelompok Terarah (Focused Group
Discussion, FGD) dan Pnoses Hirarki Analitik (Analyticai Hierarchy Process,
AHP).
FGD
Dari Hasil FGD, diketahui bahwa mayontas pembatik berpendidikan
rendah dan memiliki suami yang bekerja sebagai tukang/ buluh. Jika
sedang bekerja, pendapatan suami adalah Rp. 20.000,- perharinya. Tapi
seringkali suami terpaksa tinggai dlmmah selama berbulan-bulan karena
tidak mendapat pekerjaan. Jika suami tidak bekerja, maka pendapatan
kaum pembatik yang menjadi bantalan ekonomi keluarga. Padahal
produktivitas mereka terbatzs 3 lembar kain (tapih) perbulan dan harga jual
Rp. 70.000 - Rp 120.000, dengan demikian keuntungan bersih yang dicapai
tidak iebih dari 150.000,-
Beberapa pembatik mulai melakukan spesialisasi dengan
menyerahkan tahap-tahap bertentu dalam pengolahan kain batik untuk
dikerjakan oleh rekan sesama pembatik. Hasilnya cukup menggembimkan,
produktivitas meningkat hingga 60%, yaitu S lembar tapih perbulan. Meski
demikian penambahan produktivims ini belum dibarengi dengan
peningkatan permintaan. Akibatnya pembatik kurang termotivasi untuk
menekuni pekerjaannya.
Kecilnya skala usaha membuat pembatik tidak memisahkan
manajemen keuangan usaha dengan keuangan keluarga. Akibatnya saat
keluarga menghadapi kebutuhan mendesak, produksi terhenti karena dana
yang tersedia dialokasikan untuk mencukupi kebutuhan tersebut. Jika
kekurangan modal, pembatik akan meminjam dan rekan sesama pembatik
ataupun sanak famili. Pilihan int dirasakan Iebih praktis, tanpa mengikut
sertakan lembaga keuangan yang dianggapnya memniki prosedur berbellt.
Sebagai mata pencahanan, IKRT Batik Tegalan masih dipandang
sebelah mat:a. Penyebabnya antara Iain tidak jelasnya a1okasi waktu dan
produktivitas yang menurun saat pembatik memiliki anak balita. Meski
pembatik tidak merasakan adanya beban ganda akibat beragam peran yang hams dllakukan, sikap ini dlsebabkan sistem sosial yang beriaku
menempatkan perempuan sebagai penanggung jawab urusan rumah
tangga. Sama halnya dengan pekerjaan rumah tangga lain, batik dianggap
sebagai umsan perempuan.
Hubungan antar pembatik juga kurang harmonis. Hal ini terutama
disebabkan keberadaan kelompok dalam komunitas batik yang tidak banyak
berfungsi. Padahal jlka dimanfaalkan secara malcimal, kelompok dapat
menjadi jembatan informasi antar pembatik, antara pembatik dengan
pemennlah (berkaitan dengan berbagai program/ kebijakannya) dan antara
pembatik dengan konsumen. Menilik sisi psikologis perempuan yang nelatif
Iebih mudah bersosialisasi, maka manajemen kelompok yang balk akan
membuat pembatik dapat sallng memotlvasi.
AHP
Tahap selanjutnya, hasil FGD yang diperbandingkan dengan berbagai
penelitlan serupa kemudian menjadi input bagi hirarki backward pmcess
dalam tahap AHP. Hirarki backward proces dari peningkatan taraf hidup
perempuan pembatik terdiri alas lima level. Level Pertama mempakan
tujuan utama (GOAL) yang lngln dlcapal, adalah Penlngkatan Taraf Hidup
Perempuan Pembatik Tulis Tegalan melalul Pelan Jender. Level 2 adalah
Skenasio, ada 3 (tiga) altematif skenarlo (berupa pendekatan-pendekatan
atas peran jender para pembatik) yang yang dapat dilakukan untuk
mencapai GOAL, yaitu: (1) Meningkatkan kesejahteraan keluarga, (2)
Melestarikarl budaya Iokal, (3) Pemberdayaan perempuan. Level 3 adalah
Kendala, ada 4 (empat) kendala besar dalam melaksanakan skenario
untuk mencapai tujuan, yaitu: (1) Keterbatasan modal, (2) 'l'ldak adanya
informasi pasar yang lebih Iuas, (3) Beban ganda penempuan, (4)
Manajemen kelcmpok yang tidak berfungsi. Level 4 adalah Pelaku, secara
garis besar ada 4 pelaku yang terlibat dalam proses ini, yaitu: (1)
Pemerintah Kota Tegal, (2) Lembaga Keuangan atau perbankan, (3)
Pembatjk, (4) Masyarakat. Level 5 adalah Kebijakan, ada 5 alternatif
kebijakan yang dapat dilakukan, yaitu: (1) Pelatihan Teknls, (2) Membuka
akses ke pasar yang lebih Iuas, (3) Kemudahan plnjaman modal, (4)
Pelatihan manajernen usaha berbasis pola usaha perempuan, (5) Kemitraan
dengan designer.
Kuesioner' AHP dibagikan kepada 13 orang expert yang dipercaya
mengetahui permasalahan yang berkaltan dengan upaya peningkatan taraf
hidup pembatik Kota Tegal. Dalam penghitungan persepsi skala Iokal, total
expert dibagi menjadi empat unsur. Keempatnya memberikan jawaban balk
dengan tlngkat lnkonsistensi dibawah 0,1, yaltu unsur Pemerintah (0,02),
unsur Pembatik (0.02), unsur Lembaga Keuangan/ Perbankan (0.03) dan
unsur Masyarakat (0.05).
Dalam skala priorltas Iokal, rnasing-masing unsur memberikan
persepsi yang bervariasi. Unsur Pemerintah memprionlaskan skenario:
peningkalan kesejahtelaan keluarga (0.561), kendalaz keterbatasan modal
(0.486), pelaku: Pemkot Tegal (0.463) dan kebijakan: kemudahan
pinjaman modal (O.2S6). Unsur Pembatik memprlonlaskan skenario:
peningkamn kesejahteraan keluarga (0.561), kendala: liclak adanya
informasl pasar yang lebih Iuas (0362), pelaku: Pemkot Tegal (O.522) dan
kebijakan: pelalihan manajemen dan pola usaha perempuan (0.242). Unsur Lembaga Keuangan/ Perbanksan memprioritaslcan skenarlo: pemberdayaan
perempuan (0.653), kendala: tidak adanya informasi pasar yang Iebih luas
(0.353), pelaku: Pemkot Tegal (0.350) dan kebijakan: pelaljhan teknis
(0.281). Unsur Masyarakat memprioriliaskan skenario: peningkalian
kaejahteraan keluarga (O.593), kendala: keterbatasan modal (0.499),
pelaku: Pemkot Tegal (0.461) dan kebljakan: kemudahan plnjaman modal
(0.333).
Sedangkan dalam priodtas global dimana pemenntah sebagai
pengambil kebijakan memiliki bobot 20%, maka persepsi yang dihasilkan
memprioritaskan skenario: peningkatan kesejahteraan keluarga (0.S23),
kendala: keterbatasan modal (0.458), pelakuz Pemkot Tegal (0,474) dan
kebijakan: kemudahan plnjaman modal (0253). Persepsi global ini memlliki
tingkat inkonslstensi 0.03.
Kesirnpulan Penelitian
Secara umum, keberadaan komunltas pembaljk bukan hanya untuk
melestarikan tradisi lokal, namun yang Iebih penting Iagi, membatik
merupakan altematif pekerjaan bagi para perempuan yang tidak memillki
kesempalan untuk bekerja di sektor formal. Stagnasl usaha batik Tegalan
sesungguhnya tirnbul kanena kebljakan yang dlbuat tidak tepat sasaran.
Bebefapa kesimpulan yang clapat: diambil setelah melakukan
penelitjan adalah:
1. Pemerintah masih mempunyai porsi terbesar sebagai pihak yang
bertanggung jawab dan dapat meningkatkan taraf hidup pembatik
Tegalan. Meski Lembaga Keuangan/ Bank juga dapat berperan
dalam pengembangan IKRT Batik, namun patut dlpertlmbangkan
kondisi psikologis pembatik yang tidak terblasa berhubungan
dengan Perbankan.
2. Ketidak sesuaian persepsi antara Pemerintah dan Masyarakat
menjadikan kebijakan yang diberikan tidak menyentuh akar
permasalahan. Pemerintah (clan institusi lain pendukungnya)
menganggap kendala terbesar adalah permodalan, maka
kebijakan yang muncul Iebih diprioritaskan pada pernberian modal
Pembatik justru menganggap kendala yang Iebih penting adalah
kurangnya lnformasi pasar, sehingga selain pelatihan manajemen
yang berbasis pola usaha perernpuan, kebijakan Iain yang
diharapkan adalah membuka pasar yang Iebih luas. Akibat ketidak
sesuaian ini, maka suntikan modal dari Pemerintah tidak
menambah output produksi. Penyebabnya, pembatik tidak
mengetahui pasar Iain untuk menyalurkan kelebihan produksinya.
Pemasaran terhenti, perputaran modalpun terhambat.
3. Prloritas kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Iebih difokuskan
pada sisi penawaran (supply side) akibatnya pembatik menjadi
obyek kebijakan karena skillnya dianggap kurang dan menjadi
penyebab tidak munculnya market clearing di pasar batik.
4. Sebaglan besar para pengrajin masih menganggap kegiatannya
hanya sebagai pengisi waktu luang, sehingga motlvasi untuk
mengembangkan usahanya sangat terbatas.
5. Apablla kebljakan yang ditempuh adalah bantuan/ kemudahan
permodalan, dalam-hal ini tentu saja pernberi kredit harus yakin bahwa membatik merupakan kegiatan yang bernilai ekonomis.
Aspek jender dalam pemenuhan kebutuhan ini adalah dengan
memperhatikan kesulitan yang ?khas" perempuan seperti
kepemilikan kolateral dan pola usaha yang khas} sehingga kredit
yang diberlkan dapat sesuai dengan kondisi pengusaha IKRT Inl.
y 6. Upaya peningkatan taraf hidup perempuan pembatik seharusnya
benar-benar merupakan kebijakan yang bersifat partisipatif. Untuk
itu karakter pembatik yang tidak dapat dilepaskan dari kultur Iokal
harus difahami oleh para pembuat kebijakan.
Saran dan Rekomendasi Kebijakan
1. Upaya melibatkan Lembaga Keuangan/ Bank sebaiknya difasilitasi
oleh Pemerlntah Kota Tegal, karena walau bagai mana pun
Perbankan tetap memillki orientasi keuntungan dalam menjalankan
usahanya. Dengan jaminan ataupun pengakuan pemerintah pada
Perbankan terhadap industri kerajinan batik, maka BUMD ini akan
dapat memberikan kredit Iunak yang sesual dengan karakteristik
sosial-budaya mereka.
2. Langkah awal menuju profesionalitas dapat dimulai dengan
pembukuan keuangan usaha yang terpisah dari keuangan keluarga.
Laporan ini dapat menjadi pertimbangan saat melakukan
perrnohonan kredit usaha kecil ke Perbankan. Sedangkan secara
umum beban ganda dapat dlatasi dengan kerja bersama dalam
kelompok.
3. Sisi penawaran yang selama ini menjadi fokus pengembangan IKRT
Batik sebaiknya juga diimbangi oleh sisi permintaannya (demand
side). Kerjasarna dengan designer dapat memecahkan masalah ini,
karena pembatik tidak hanya dapat mempelajari trend, tapi juga
mendapatkan pangsa pasar dan sarana promos! produk.
4. Bantuan modal, pelatihan teknls serta pelatihan manajemen yang
selama ini diadakan oleh Disperinclag Kota Tegal akan lebih baik
lagi jika mempertimbangkan pola usaha bersama/ kelompok,
dengan pertimbangan nllai budaya dan tradisi yang berlaku dalam
komunitas tersebut.
5. Membangun pengertian masyarakat di setiap kesempatan bahwa
batik rnemiliki misi budaya, sehingga tidak hanya menjadi
tanggung ja :ab perempuan saja.
6. Pendekatan pemberdayaan perempuan akan sangat bermanfaat
bagi pengembangan IKRT Batik karena masalah yang dihadapi
sangat spesifik dan kompleks. Langkah strategis yang perlu
dilakukan adalah melibatkan kaum perempuan dalam setiap proses
pengammtan kebijakan di Ilngkungan mereka, misalnya melalui
Musrenbangkel, bukan hanya sebagal wakll dari organisasi khas
perempuan seperti PKK, tapi sebagai pengusaha kecil yang
berpotensi.
7. Para pengambil kebijakan sebaiknya mengembangkan wawasan
dan pengetahuan mengenai pemberdayaan perempuan, khususnya
IKRT yang dijalankan oleh pengusaha perempuan. Pengembangan
wawasan bukan hanya bagi dinas atau kantor tertentu saja.

"
2006
T34542
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Endras Iswarini
Jakarta: KAPAL Perempuan, 2010
324.34 SRI k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>