Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 149786 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Himamul A`La
"Tanah pasir yang ada pada wilayah pesisir memiliki karakteristik bergradasi seragam, lepas (tidak memiliki kohesi), serta memiliki nilai parameter kuat geser yang rendah. Oleh karenanya, tanah pasir yang ada pada wilayah pesisir tidak dapat dijadikan sebagai material timbunan (embankment). Penetapan beberapa daerah menjadi kawasan Taman Nasional memicu pengembangan penggunaan material perbaikan tanah yang ramah lingkungan dalam beberapa dekade terakhir. Penggunaan bioteknologi pada biosementasi untuk merekayasa material geoteknik terbukti dapat meningkatkan nilai parameter kuat geser dan menurunkan permeabilitas tanah perbaikan.
Metode biosementasi ini menggunakan enzim urease yang dicampurkan dengan larutan urea dan kalsium klorida. Penambahan tanah laterit menyebabkan penggunaan metode biosementasi menjadi efektif. Penggunaan material stabilisasi semen pada konsentrasi rendah diharapkan dapat menjaga biosementasi yang terbentuk terhadap penjenuhan air.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh biosementasi enzim urease, tanah laterit, dan semen terhadap kuat geser dan permeabilitas tanah pasir yang distabilisasi serta ketahanan biosementasi yang terbentuk terhadap penjenuhan air. Peningkatan nilai parameter kuat geser tertinggi didapatkan pada sampel yang diperbaiki dengan biosementasi enzim urease, tanah laterit, dan semen. Sampel ini juga memiliki ketahanan parameter kuat geser yang lebih baik terhadap penjenuhan air.

The sand soils in the coastal have characteristics of uniform grading, loose (no cohesion), and low shear strength parameter. Therefore, sand soil in the coastal cannot be used as material for embankment. The designation of some areas to become national park has increased the use of environmentally friendly soil improvement materials in last decades. Utilization of biotechnology in biosementation for engineer geotechnical materials had been proven to increase the shear strength parameters and reduce the permeability of improved soil.
This biosementation method used the urease enzyme mixed with a solution of urea and calcium chloride. Adding laterites maked the biosementation method more effective. Utilization of cement stabilizing materials at low concentrations was expected to maintain biosementation formed against saturation.
The purpose of this research was to determine the effect of biocementation of urease enzymes, laterites, and cement to the shear strength and permeability of stabilized sands and durability of biocementation formed against saturation. The highest increase in the shear strength parameters was obtained in samples that were improved by biocementation of urease enzyme, laterites, and cement. This sample also had has better shear strength parameters resistance to saturation.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nainggolan, Maxwel Joseph Henri
"Pemanfaatan bioteknologi dalam bidang geoteknik sudah mulai digunakan dalam beberapa tahun terakhir. Dalam penelitian ini digunakan Enzim Urease sebagai bahan stabilisasi pada tanah lempung serpih melalui metode biosementasi. Metode ini dilakukan dengan mencampurkan secara manual Enzim Urease dan juga dengan penambahan laterit sebesar 10 terhadap Tanah Clayshale. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji Triaxial CU terhadap sampel yang telah mengalami pemeraman selama 42 hari.
Hasil biosementasi menunjukkan terjadinya pengerasan sampel dengan dibuktikan dari hasil uji Triaxial CU yang mana adanya peningkatan kuat geser. Pada uji durabilitas dilakukan dengan cara visual menunjukkan adanya perbedaan setelah ditambahkan enzim urease. Nilai kuat geser yang dihasilkan variasi campuran enzim urease 10 Laterit lebih besar dibandingkan dengan tanpa laterit, namun nilai sudut geser mengalami peningkatan yang tidak signifikan. Oleh karena itu, pemeraman 28 hari dinilai cukup efektif dilakukan daripada tanah asli.

In recent years utilization of biotechnology in the field of geotechnical has started. The research involved the use of Urease Enzym as a stabilization material by biocementation method. This method is done manually by mixing Urease Enzyme and through additional 10 laterite soil to Clayshale. The test uses the Triaxial CU Consolidated Undrained test toward samples that undergone curing for 42 days.
The result indicates that the sample is stiffening, proved by Triaxial CU test, with an increase of shear strengh. In the durability test performed by visual means showing the difference after added enzyme urease. Shear strength of mixture urease 10 laterite has a higher value but the shear angle value has an insignificant increase. Hence, it is known that the mixture increases the shear strength of the soil and the curing 28 days affected the results as well.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T50619
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moh. Azhar
"Telah dilakukan penelitian stabilisasi tanah dasar-yang berkadar air tinggi, menggunakan clean set cement sebagai bahan pencampur.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa terjadi per-baikan sifat fisis tanah, dan peningkatan daya dukung/kekutan tanah setelah dicampur dengan clean set cement dalam porsentase perbandingan taerat 3,5%; 7,0%; dan 10,5 %, serta di peram dalatn waktu 0 hari, 3 hari dan 7 hari.
Dengan demikian dapatlah dimengerti bahwa penggunaan clean set cement merupakan sal ah satu alter-natif untuk perbaikan tanah dasar."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Soil stabilization has been used for an extensive period . Various soil properties can be improved or altered by soil stabilization. There are several techniques available by which soil properties like strength, workability, permeability and volome changes can be improved or altered..."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Susilo Soepandji
"Pendahuluan
Latar Belakang Masalah
Dalam menunjang pembangunan salah satu infra stuktur pada pembangunan jangka panjang II, pembangunan jalan raya termasuk salah satu unsur panting dalam persiapan menuju tahap tinggal landas bagi bangsa Indonesia. Pembangunan jalan raya diatas tanah dasar masih termasuk pilihan yang paling murah bila dibandingkan dengan jalan layang yang memerlukan biaya mahal.
Tanah dasar merupakan bagian penting dari kontruksi jalan karena tanah ini mendukung seluruh kontruksi jalan beserta muatan lalu lintas diatasnya. Tanah dasar menentukan mahal tidaknya pembangunan jalan tersebut karena kekuatan tanah tersebut menentukan tebal tipisnya lapisan perkerasan. Tanah dasar dalam keadaan asli merupakan suatu bahan yang kompleks dan sangat bervariasi kandungan mineralnya. Pembangunan jalan raya tidak selalu berada diatas tanah dasar yang relatif baik, ada kemungkinan dibuat diatas tanah yang kurang baik. Akibatnya, tanah tersebut tidak dapat langsung dipakai sebagai lapisan dasar (subgrade). Oleh karena itu tanah dasar perlu dipersiapkan secara baik antara lain dengan perbaikan tanah. Stabilisasi tanah adalah alternatif yang dapat diambil untuk memperbaiki sifat-sifat tanah yang ada. Pada prinsipnya stabilisasi tanah merupakan suatu penyusunan kembali butir-butir tanah agar lebih rapat dan saling mengunci. Dengan kemajuan tehnologi saat ini sudah banyak dilakukan stabilisasi tanah dengan berbagai cara. Dalam penelitian ini dilakukan stabilisasi dengan bahan kimia, seperti geosta, Sistem Consolid, Fascrete.
Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bahan kimia yang digunakan terhadap sifat-sifat tanah."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Donny Sofyan Arifin
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T23280
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Dalam menunjang pembangunan salah satu infra struktur pada pembangunan jangka panjang II, pembangunan jalan raya termasuk salah satu unsur penting dalam persiapan menuju tahap tinggal landas bagi bangsa Indonesia. Pembangunan jalan raya diatas tanah dasar masih termasuk pilihan yang paling murah bila dibandingkan dengan jalan layang yang memerlukan biaya mahal. Tanah dasar merupakan bagian penting dari kontruksi jalan karena tanah ini mendukung seluruh kontruksi jalan beserta muatan lalu lintas diatasnya. Tanah dasar menentukan mahal tidaknya pembangunan jalan tersebut karena kekuatan tanah tersebut menentukan tebal tipisnya lapisan perkerasan. Tanah dasar dalam keadaan asli merupakan suatu bahan yang kompleks dan sangat bervariasi kandungan mineralnya, Pembangunan jalan raya tidak selalu berada diatas tanah dasar yang relatif baik, ada kemungkinan dibuat diatas tanah yang kurang baik. Akibatnya, tanah tersebut tidak dapat langsung dipakai sebagai lapisan dasar (subgrade). Oleh karena itu tanah dasar perlu dipersiapkan secara baik antara lain dengan perbaikan tanah. Stabilisasi tanah adalah alternatif yang dapat diambil untuk memperbaiki sifat-sifat tanah yang ada. Pada prinsipnya stabilisasi tanah merupakan suatu penyusunan kembali butir-butir tanah agar lebih rapat dan saling mengunci. Dengan kemajuan teknologi saat ini sudah banyak dilakukan stabilisasi tanah dengan berbagai cara. Dalam penelitian ini dilakukan stabilisasi dengan bahan kimia GEOSTA-A, Clean Set Cement Type CS-10, Consolide C444, Supercement dan Borresperse CA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bahan kimia yang digunakan terhadap sifat-sifat tanah. Selain itu untuk mengetahui pengaruh bahan tersebut terhadap kekuatan tanah dasar. Tanah yang akan di teliti adalah tanah sensitif pada lapisan yang tidak dalam dan tanah gambut."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Umar Alfaruqi Abdurrahman
"Tanah lunak merupakan salah satu jenis tanah yang sering kali menimbulkan permasalahan jika tidak dilakukan perencanaan yang baik. Salah satu alternatif untuk meningkatkan daya dukung tanah lunak adalah dengan memanfaatkan material bambu sebagai cerucuk dan matras pada pondasi struktur bangunan. Material bambu memiliki keunggulan yaitu jumlah yang melimpah, murah, umur panen singkat, ramah lingkungan, gaya buoyancy yang dapat dioptimalkan. Pada penelitian ini dilakukan perbandingan penurunan tanah antara metode analitis, elemen hingga dengan pengamatan instrumentasi lapangan pada suatu bangunan dermaga di tepi sungai Kapuas, Pontianak yang memanfaatkan cerucuk matras bambu sebagai perkuatan struktur pondasinya. Deposit tanah pada lokasi tersebut didominasi oleh tanah lunak hingga ketebalan 28 m dengan muka air tanah yang dangkal. Analisis penurunan dilakukan menggunakan metode analitis dan metode elemen hingga. Konstruksi struktur revetment dibuat secara bertahap mengikuti hasil observasi alat instrumentasi lapangan. Pada metode analitis penurunan elastis tanah dimodelkan sebagai material elastik sedangkan pada perhitungan penurunan konsolidasi menggunakan teori konsolidasi 1 dimensi. Pada analisis elemen hingga, lapisan tanah dimodelkan sebagai Mohr-Coulomb. Cerucuk bambu dimodelkan sebagai elastic-plastic spring. Matras bambu dimodelkan elastic beams. Dari hasil observasi instrumentasi dan perhitungan metode analitis dan elemen hingga didapatkan bahwa bangunan revetment dengan struktur cerucuk matras bambu memberikan kestabilan dari kelongsoran dan kegagalan daya dukung. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan bambu sebagai struktur cerucuk dan matras untuk perkuatan tanah lunak dapat dilakukan dan mampu memberikan tambahan daya dukung untuk tanah lunak.

Soft soil is one type of soil that often causes problems if proper planning is not carried out. An alternative method to improve the bearing capacity of soft soil is by utilizing bamboo materials as piles and mattress in the foundation of a building structure. Bamboo material is chosen because of its advantages such as abundance, affordability, short harvesting period, environmental friendly, and buoyancy optimization. In this study, a comparison of settlement was conducted between analytical method, finite element method, and field instrumentation observations on a wharf structure along the Kapuas River in Pontianak, which utilizes bamboo mattress piles as soil reinforcement. The soil deposit at the site is predominantly soft soil up to 28 m for the thickness with shallow groundwater levels. Settlement analyses were performed using analytical method and finite element method. The construction of the revetment structure was done gradually following observations from instrumentation. In the calculation of elastic settlement using analytical methods, the soil is modelled as an elastic material whereas in the calculation of consolidation settlement the soil is modelled using one dimensional consolidation theory. In the finite element method, the soil layers were modelled as Mohr-Coulomb materials. Bamboo piles were modelled as elastic-plastic springs, while bamboo mattress were modelled as elastic beams. From the instrumentation observations and analytical and finite element method, it was found that the revetment structure with bamboo pile and mattress provided stability against sliding and failure of bearing capacity. Thus, it can be concluded that the use of bamboo as piles and mattresses for reinforcing soft soil can be carried out and provides additional support for soft soil."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cheng, Y.M.
London: Routledge, 2008
624.151 36 CHE s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>