Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 211772 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gilang Delia Revorina
"

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang sebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang terinfeksi virus dengue dari penderita kepada orang lain. Penyakit ini endemik lebih dari 100 negara beriklim tropis dan sub tropis di belahan dunia. Sekitar 1,8 miliar (lebih dari 70%) dari populasi yang berisiko terkena demam berdarah di seluruh dunia tinggal di negara-negara Asia Tenggara dan Wilayah Pasifik Barat, salah satunya Indonesia. Pada tahun 2016, DKI Jakarta ditetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit DBD, dengan jumlah penderita sebanyak 22.697 kasus dan Incidence Rate (IR) sebesar 220.8 per 100.000 penduduk. Kota Jakarta Barat menjadi salah satu wilayah dengan tingkat kejadian DBD tertinggi dibandingkan dengan kota lain di DKI Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis spasial kejadian DBD di Kota Jakarta Barat tahun 2015-2019 dengan mempertimbangkan beberapa faktor seperti demografi, iklim, dan angka bebas jentik. Desain studi yang digunakan pada penelitian ini yaitu studi ekologi dengan pendekatan analisis spasial dan analisis korelasi untuk melihat kekuatan hubungan antara kejadian DBD dengan faktor kepadatan penduduk, iklim, dan angka bebas jentik. Secara spasial kejadian DBD cenderung terjadi di wilayah dengan tingkat kepadatan tinggi dan ABJ rendah. Secara statistik, analisis korelasi menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kepadatan penduduk, kelembanam udara, dan curah hujan dengan kejadian DBD. Sedangkan suhu udara dan angka bebas jentik menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan terhadap kejadian DBD di Kota Jakarta Barat. Dari 56 kelurahan di Jakarta Barat, terdapat 53 kelurahan yang tergolong tingkat kerawanan tinggi, dan 3 kelurahan tergolong kategori kerawanan sedang terjadinya kasus DBD. Tingginya masalah kasus DBD di Jakarta Barat membuat Dinas Kesehatan sebaiknya meningkatkan upaya atau perencanaan serta optimalisasi pemberdayaan masyarakat dalam pemberantasan kasus DBD.

Kata kunci:

Demam Berdarah Dengue (DBD), Kepadatan Penduduk, Iklim, ABJ, Analisis Spasial.


Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) is an infectious disease transmitted by Aedes aegypti and Aedes albopictus mosquitoes who infected with dengue virus. DHF have been affecting more than 100 tropical and sub-tropical countries in the world. Around 1.8 billion (more than 70%) of the population at risk of dengue fever worldwide live in countries of Southeast Asia and the Western Pacific Region, including Indonesia. In 2016, DKI Jakarta was assigned the status of outbreak of DHF, with a total of 22,697 cases and an incidence rate (IR) of 220.8 per 100,000 population. West Jakarta is one of the regions with the highest DHF incidence rate compared to other cities in DKI Jakarta. This study aims to determine the spatial analysis of the incidence of dengue in West Jakarta in 2015-2019 by considering several factors such as demographics, climate, and larval free index. This study uses an ecological study with a spatial analysis approach and correlation analysis to see the strength of the relationship between the incidence of DHF with factors of population density, climate, and larvae free index. Spatially the incidence of DHF tends to occur in areas with high density and low larvae free index. Statistically, correlation analysis shows that there is a significant relationship between population density, air humidity, and rainfall with the incidence of DHF. Meanwhile, there is no significant correlation between the air temperature and larvae free index with the incidence of DHF in West Jakarta. Result shows that from 56 urban villages in West Jakarta, there are 53 urban villages that are categorized as high vulnerability, and 3 urban villages categorized as medium vulnerability. The high problem of dengue cases in West Jakarta makes the authorities should increase efforts or planning and optimize community empowerment in eradicating dengue cases.

Keywords:

Dengue Haemorrhagic Fever (DHF), Population Density, Climate, Larvae Free Index, Spatial Analysis.

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Virli Andani Harnelis
"Demam berdarah dengue (DBD) ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegepty dan Aedes albopictus betina yang terinfeksi virus dengue (DENV). Selama masa pandemi COVID-19, jumlah kasus DBD di dunia internasional maupun nasional mengalami penurunan, begitupun Kota Jakarta Timur. Kendati demikian, Kota Jakarta Timur merupakan kota dengan kasus DBD tertinggi di Provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor iklim dengan jeda waktu 0 (non-time lag), 1 (time lag 1), dan 2 (time lag 2) bulan, kepadatan penduduk, dan angka bebas jentik (ABJ) dengan kejadian DBD di Kota Jakarta Timur pada saat sebelum dan selama masa pandemi COVID-19 tahun 2018-2021. Data dianalisis menggunakan uji beda ≥ 2 rata-rata, uji korelasi, dan analisis spasial. Secara statistik, terdapat perbedaan rata-rata incidence rate (IR) DBD dan ABJ yang signifikan antara tahun 2018-2021 (p = 0,000; p = 0,011). Selain itu uji korelasi menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara curah hujan time lag 1 (p = 0,002; r = 0,041) dan time lag 2 (p =0,000; r = 0,651), suhu udara time lag 1 (p = 0,004; r = -0,441), dan time lag 2 (p = 0,001; r = -0,48), serta kelembaban udara non time lag (p = 0,002; r = 0,429), time lag 1 (p = 0,000; r = 0,668), dan time lag 2 (p = 0,000; r = 0,699) dengan kejadian DBD. Secara spasial maupun statistik tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara kepadatan penduduk dan ABJ dengan kejadian DBD. Pemetaan tingkat kerawanan kejadian DBD pada saat sebelum dan selama pandemi COVID-19, menunjukkan bahwa dari 10 kecamatan yang ada di Kota Jakarta Timur, 1 kecamatan mengalami peningkatan tingkat kerawanan menjadi sedang dan 2 kecamatan mengalami penurunan tingkat kerawanan menjadi rendah. Kecamatan Matraman tergolong pada tingkat kerawanan tinggi. Kecamatan Jatinegara, Duren Sawit, Kramatjati, dan Ciracas tergolong pada tingkat kerawanan sedang. 5 Kecamatan lainnya tergolong pada tingkat kerawanan rendah. Adanya perbedaan rata-rata yang signifikan pada ABJ dan IR DBD, hubungan antara faktor iklim dengan kejadian DBD, serta tingkat kerawanan yang tinggi pada beberapa wilayah, sebaiknya dijadikan pertimbangan oleh pemerintah setempat untuk meningkatkan upaya pencegahan DBD dan menyusun rencana strategis dalam pengendalian DBD.

Dengue hemorrhagic fever (DHF) is transmitted by Aedes aegypti and Aedes albopictus mosquitoes infected with the dengue virus (DENV). During the COVID-19 pandemic, the number of dengue cases internationally and nationally decreased, as did the City of East Jakarta. Thus, East Jakarta City is the city with the highest dengue cases in DKI Jakarta Province. This study aims to analyze climate factors at time lag of 0 (non-time lag), 1 (time lag 1), and 2 (time lag 2) months, population density, and larva free index (LFI) with the incidence of DHF in the city of Jakarta. East before and during the 2018-2021 COVID-19 pandemic. The data were analyzed using the average difference test, correlation test, and spatial analysis. Statistically, there is a significant difference in the average incidence rate (IR) of DHF and LFI between 2018-2021 (p = 0.000; p = 0.011). In addition, the correlation test showed a significant relationship between rainfall at time lag 1 (p = 0.002; r = 0.041) and time lag 2 (p = 0.000; r = 0.651), air temperature at time lag 1 (p = 0.004; r = -0.441), and time lag 2 (p = 0.001; r = -0.48), as well as non-time lag air humidity (p = 0.002; r = 0.429), time lag 1 (p = 0.000; r = 0.668), and time lag 2 (p = 0.000; r = 0.699) with the incidence of DHF. Spatial and statistically, there was no significant relationship between population density and LFI with the incidence of DHF. Mapping the level of vulnerability to DHF events before and during the COVID-19 pandemic, shows that of the 10 sub-districts in East Jakarta City, 1 sub-district experienced an increase in the level of vulnerability to moderate and 2 sub-districts experienced a decrease in the level of vulnerability to low. Matraman sub-districts are classified as high vulnerability. Jatinegara, Duren Sawit, Kramatjati, and Ciracas sub-districts are classified as moderate vulnerability. The other 5 sub-districts are classified as low vulnerability. The existence of significant differences in the average ABJ and IR of DHF, the relationship between climatic factors and the incidence of DHF, as well as the high level of vulnerability in some areas, should be considered by the local government to increase efforts to prevent DHF and develop a strategic plan in controlling DHF."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Rizki Amelia
"Latar Belakang: Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit endemik di seluruh wilayah tropis dan sebagian wilayah subtropic yang disebabkan oleh virus dengue. Penyakit DBD juga merupakan salah satu masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia dan Jakarta barat memiliki jumlah kasus tertinggi pertama dan kedua di Provinsi DKI Jakarta pada beberapa tahun terakhir.
Tujuan: Menganalisis hubungan faktor iklim (curah hujan, suhu udara, dan kelembaban udara), kepadatan penduduk, dan angka bebas jentik dengan incidence rate DBD di Kota Administrasi Jakarta Barat tahun 2013-2022.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi dengan analisis korelasi untuk melihat hubungan antara faktor iklim yang meliputi curah hujan, suhu udara, kelembaban udara pada time lag 1 dan time lag 2 serta kepadatan penduduk dengan Incidence Rate DBD.
Hasil: Hasil analisis bivariat dengan uji korelasi menunjukkan bahwa hubungan yang signifikan lebih berpengaruh pada curah hujan time lag 2, suhu udara time lag 2 dan kelembaban time lag 2. Variabel lainnya yaitu kepadatan penduduk memiliki hubungan signifikan pada tahun 2014, 2015, 2017, 2019, 2020, dan 2021. Hasil uji regresi linear ganda menghasilkan bentuk model prediksi dengan persamaan IR DBD = -160,665 + 3,763 (suhu) + 1, 033 (kelembaman) - 0,102 (curah hujan) - 0,001 (kepadatan penduduk). jika disimulasikan dengan kombinasi suhu sebesar 26,1°C, kelembaman 82,9%, curah hujan 14,9 mm, dan kepadatan penduduk sebesar 20.000 maka kejadian IR DBD akan muncul sebanyak 2,39 kasus per 100.000 penduduk.

Background: Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is an endemic disease throughout the tropics and parts of the subtropics caused by the dengue virus. Dengue fever is also one of the main public health problems in Indonesia and West Jakarta has the first and second highest number of cases in DKI Jakarta Province in recent years.
Objective: Analyzing the relationship between climate factors (rainfall, air temperature, and humidity), population density, and larvae-free rates with DHF incidence rates in West Jakarta Administrative City in 2013-2022.
Methods: This study uses an ecological study design with correlation analysis to see the relationship between climatic factors which include rainfall, air temperature, air humidity in time lag 1 and time lag 2 and population density with DHF Incidence Rate. Results: The results of the bivariate analysis with the correlation test show that a significant relationship has more influence on rainfall time lag 2, air temperature time lag 2 and humidity time lag 2. Another variable, namely population density, has a significant relationship in 2014, 2015, 2017, 2019, 2020, and 2021. The results of the multiple linear regression test produce a predictive model with the DHF IR equation = -160.665 + 3.763 (temperature) + 1.033 (inertia) - 0.102 (rainfall) - 0.001 (population density). if simulated with a combination of temperature of 26.1°C, humidity of 82.9%, rainfall of 14.9 mm, and a population density of 20,000, the incidence of IR DHF will occur as many as 2.39 cases per 100,000 population.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Julita Pangesti
"Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue, ditularkan oleh nyamuk dan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat utama di Indonesia. DBD disebabkan oleh berbagai faktor risiko. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi secara spasial keterkaitan antara faktor-faktor risiko DBD yaitu kepadatan penduduk, ketinggian wilayah, indikator kepadatan vektor (HI, ABJ), cakupan PHBS (rumah tangga, TTU), dan pelayanan kesehatan (puskesmas) dengan kejadian DBD di tiap kelurahan Kota Depok pada tahun 2020-2021. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan spasial yang signifikan dengan pola sebaran kasus mengelompok yaitu pada variabel kasus DBD terhadap wilayah geografis tahun 2020 dan 2021, kepadatan penduduk terhadap kasus DBD tahun 2020 dan 2021, cakupan PHBS RT terhadap kasus DBD tahun 2020 dan 2021, cakupan PHBS TTU terhadap kasus DBD tahun 2021, dan variabel puskesmas terhadap kasus DBD tahun 2021.Sedangkan variabel pada tahun lainnya tidak menunjukkan hubungan yang signifikan. Hasil skoring prioritas wilayah dengan risiko paling tinggi terhadap kejadian DBD di Kota Depok yaitu kelurahan Pancoran Mas, Beji, dan Kemirimuka. Peningkatan pengendalian DBD yang berfokus pada kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan kegiatan Pemantauan Jentik Berkala (PJB), penguatan komitmen stakeholder untuk monitoring dan evaluasi pengendalian DBD, serta penguatan program Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J), pelatihan kader DBD, dan pemantau jentik di lingkungan masyarakat dan tempat-tempat umum diharapkan dapat menjadi kunci keberhasilan pengendalian kejadian DBD di wilayah Kota Depok.

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is an infectious disease caused by the dengue virus, transmitted by mosquitoes and is still a major public health problem in Indonesia. DHF is caused by various risk factors. This study aims to spatially identify the relationship between DHF risk factors, that is population density, altitude, vector density indicators (house index, free larva index), clean and healthy live behavior or PHBS (households, public places), and health services (puskesmas) with DHF incidents in each urban village area of Depok City in 2020-2021. The results showed that there was a significant spatial relationship with the pattern of distribution of cases in clusters, that is the variable DHF cases for geographical areas in 2020 and 2021, population density for DHF cases in 2020 and 2021, PHBS households coverage for DHF cases in 2020 and 2021, PHBS public coverage for DHF cases in 2021, and puskesmas for DHF cases in 2021. Meanwhile, the variables in other years do not show a significant relationship. The results of the priority scoring areas with the highest risk of DHF incidents in Depok City are the Pancoran Mas, Beji, and Kemirimuka sub-districts. Increasing DHF control that focuses on community empowerment activities with the Mosquito Nest Eradication (PSN) movement and Periodic Larvae Monitoring (PJB) activities, strengthening stakeholder commitment to monitoring and evaluating DHF control, as well as strengthening the Movement of 1 House 1 Jumantik (G1R1J) program, DHF cadre training, and larva monitoring in the community and public places is expected to be the key to successful control of DHF incidents in the Depok City area.

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afifah Zahra
"Iklim dapat mempengaruhi siklus hidup, siklus perkembangbiakkan nyamuk, dan dapat berpengaruh terhadap jumlah jentik atau angka bebas jentik, jentik kemudian berkembang menjadi nyamuk dan menularkan virus Dengue kepada manusia. Kepadatan penduduk berhubungan dengan jarak terbang nyamuk yang hanya berkisar 50 meter, maka daerah dengan penduduk padat dapat mempercepat penularan virus Dengue. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan faktor iklim (suhu udara, kelembaban, dan curah hujan), faktor ke padatan vektor (angka ABJ), dan kepadatan penduduk dengan angka incidence rate DBD di Kecamatan Cilandak Tahun 2010-2019. Penelitian ini menggunakan studi ekologi. Jenis data yang diambil adalah data sekunder. Data incidence rate DBD, dan angka ABJ didapatkan dari laporan tahunan Puskesmas Kecamatan Cilandak. Data mengenai kepadatan penduduk didapatkan dari Badan Pusat Statistik. Data terkait iklim didapat dari BMKG. Hubungan akan dianalisis menggunakan uji pearson product moment. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa pada tahun 2010 hanya kepadatan penduduk yang memiliki hubungan yang signifikan dengan IR DBD (p=0,003, r=0,783). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa suhu memiliki hubungan signifikan terhadap IR DBD di Kecamatan Cilandak pada tahun 2011 (p=0,048, r=-0,580) dan 2015 (p=0,020, r=-0,66). Kelembaban memiliki hubungan signifikan dengan IR DBD di Kecamatan Cilandak pada tahun 2015 (p=0,013, r=0,426) dan 2019 (p=0,046, r=0,584). Curah hujan memiliki hubungan signifikan dengan IR DBD di Kecamatan Cilandak pada tahun 2019 (p=0,021, r=0,654). Kepadatan penduduk memiliki hubungan signifikan dengan IR DBD pada tahun 2010 (p=0,003, r=-0,783), 2012 (p=0,010, r=-0,706), 2014 (p=0,10, r=-0,706), 2015 (p=0,001, r=-0,844), 2016, 2017, dan 2019. Secara keseluruhan tahun 2010-2019, curah hujan dan kelembaban memiliki hubungan dengan IR DBD di Kecamatan Cilandak (p=0,029, r=0,685). Untuk mengurangi IR DBD disarankan untuk tetap melakukan kegiatan PSN, meningkatkan jumlah jumantik mandiri, dan meningkatkan penggunaan lavitrap.

Climate can affect the life cycle, the breeding cycle of mosquitoes, and can affect the number of larvae or larvae-free numbers, larvae then develop into mosquitoes and transmit the dengue virus to humans. Population density is related to mosquito flying distances that are only around 50 meters, so areas with dense population can accelerate the transmission of the dengue virus. This study aims to analyze the relationship between climate factors (air temperature, humidity, and rainfall), vector density factors (ABJ figures), and population density with DHF incidence rate in Cilandak District in 2010-2019. This research uses ecological studies. The type of data taken is secondary data. DHF incidence rate data, and ABJ figures were obtained from the annual report of the Cilandak District Health Center. Data on population density was obtained from the Central Statistics Agency. Climate related data obtained from BMKG. Relationships will be analyzed using the Pearson product moment test. The results of the bivariate analysis showed that in 2010 only population density had a significant relationship with IR DHF (p = 0.003, r = 0.783). The results of the bivariate analysis showed that temperature had a significant relationship with DHF IR in Cilandak District in 2011 (p = 0.048, r = -0.580) and 2015 (p = 0.020, r = -0.66). Humidity has a significant relationship with IR DHF in Cilandak District in 2015 (p = 0.013, r = 0.426) and 2019 (p = 0.046, r = 0.584). Rainfall has a significant relationship with IR DHF in Cilandak District in 2019 (p = 0.021, r = 0.654). Population density has a significant relationship with IR DHF in 2010 (p = 0.003, r = -0.783), 2012 (p = 0.010, r = -0.706), 2014 (p = 0.10, r = -0.706), 2015 ( p = 0.001, r = -0.844), 2016, 2017 and 2019. Overall in 2010-2019, rainfall and humidity have a relationship with IR DHF in Cilandak District (p = 0.029, r = 0.685). To reduce the DHF IR it is advisable to keep doing PSN activities, increase the number of independent jumantik, and increase the use of lavitrap."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Gusni Febriasari
"Perubahan iklim global sebagai implikasi dari pemanasan global telah mengakibatkan ketidakstabilan atmosfer di lapisan bawah terutama yang dekat dengan permukaan bumi. Pemanasan global disebabakan oleh meningkatnya gas rumah kaca yang dominan ditimbulkan oleh industri-industri. Salah satu dampak perubahan iklim adalah peningkatan insiden penyakit yang ditularkan melalui nyamuk seperti demam berdarah dengue (DBD). Indonesia merupakan negara dengan kategori A untuk kasus DBD. Sejak pertama kali ditemukan di Indonesia, sejumlah kasus telah menunjukkan peningkatan, baik dari segi jumlah dan total area yang terjadi setiap tahunnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perubahan iklim dengan kejadian DBD di Jakarta Timur tahun 2000-2009. Penelitian ini menggunakan disain studi ekologi dengan analisis korelasi dan regresi linier sederhana. Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Juni 2011 dengan menggunakan data sekunder.
Hasil yang didapatkan adalah terdapat hubungan yang signifikan antara kelembaban dan curah hujan dengan kejadian DBD di Jakarta Timur selama kurun waktu 10 tahun (2000-2009). Sementara itu, didapatkan hubungan yang tidak signifikan antara suhu udara, hari hujan, dan kecepatan angin dengan kejadian DBD di Jakarta Timur tahun 2000-2009. Untuk analisis pertahun, didapatkan hubungan yang signifikan antara suhu udara pada tahun 2006 dengan kejadian DBD. Selain itu, pada tahun 2004 dan 2006 didapatkan hubungan yang signifikan antara kelembaban dan kejadian DBD. Pada tahun 2004 dan 2007 didapatkan hubungan yang signifikan antara curah hujan dan hari hujan dengan kejadian DBD.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah kelembaban dan curah hujan sebagai faktor perubahan iklim memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian DBD di Jakarta Timur tahun 2000-2009. Selain itu, untuk analisis pertahun didapatkan hubungan yang signifikan antara suhu udara tahun 2006, kelembaban udara tahun 2004 dan 2006, serta curah hujan dan hari hujan tahun 2004 dengan kejadian DBD di Jakarta Timur.

Climate change as result of global warming has caused instability in atmosphere lower layers, especially near the earth surface. Global warming itself was caused by increasing greenhouse gas dominated mostly by industries. Hence, one of that climate change effect is an increasing number of mosquito born diseases, such as Dengue Haemorrhagic Fever (DHF). Indonesia is then known as one of the "A category" countries in matter of DHF occurrence. Since it was first discovered in Indonesia, DHF cases show an increasing trend number, both in number and total area affected, also then sporadic outbreaks always happen every year.
This research is aimed to know the relation about climate change and DHF in East Jakarta Administrative City during 2000-2009. It then uses an ecological study by correlate and regression method. The research was conducted on April-June 2011 and located in East Jakarta District, also focused in finding secondary data.
The result said provably that there is significant correlation between humidity also rainfall and DHF cases in East Jakarta during 2000-2009. Meanwhile, there is no significant correlation between temperature, rainy days, and wind speed with DHF cases in the same period. For annual analysis, significant correlation between temperatures and DHF cases is obtained in 2006. In addition, there is significant correlation between humidity and DHF cases in 2004 and 2006. Then in 2004 and 2007, it is found that significant correlation between rainfalls also rainy days and DHF cases happened.
Ultimately, conclusion of this research is that humidity and rainfall, as factors of climate change, have a significant correlation to the DHF cases in East Jakarta during 2000-2009. Therefore, annual analysis in East Jakarta proved that significant correlation between DHF cases and temperature happened in 2006, cases and humidity in 2004 and 2006, then cases and rainfall also rainy days in 2004.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
M. Ezza Azmi Fuadiyah
"Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular akibat virus dengue yang ditularkan oleh vektor Aedes spp. Salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian DBD adalah faktor iklim. Kota Cimahi merupakan salah satu daerah di Jawa Barat yang setiap tahun mempunyai angka kejadian DBD yang lebih tinggi dari target nasional. Penelitian ini merupakan studi ekologi yang dilakukan untuk mendapatkan model prediksi kasus DBD berdasarkan faktor iklim di Kota Cimahi Tahun 2004 - 2013.
Hasil analisis bivariat menyatakan bahwa suhu, kelembaban, curah hujan dan lama penyinaran matahari mempunyai hubungan yang signifikan dengan kasus DBD. Hasil uji regresi linier ganda membentuk model prediksi dengan persamaan Kasus DBD = 238,769 - 22,320(Suhu) + 5,117(Kelembaban) + e dengan nilai R2 = 0,198. Dinas Kesehatan Kota Cimahi dapat menggunakan model prediksi tersebut dalam perencanaan upaya pengendalian DBD.

Dengue hemorrhagic fever (DHF) is a communicable disease caused by dengue virus and spread by Aedes spp as vector. Climate factors are included in factors that influencing DHF cases. Kota Cimahi is a city in West Java that always has higher incidence rate of DHF than national target. This is an ecological study conducted to get a DHF case prediction model based on climate factors in Kota Cimahi 2004 - 2013.
The result shows that temperature, humidity, rainfall and duration of solar radiation are significantly related to DHF cases. Multiple linier regression test resulting a prediction model equation DHF cases = 238,769 - 22,320(temperature) + 5,117(humidity) + e with R2 = 0,198. The model can be used by the health authority of Kota Cimahi in the DHF control program planning.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T43313
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzan Rachmatullah
"Demam Berdarah Dengue (DBD) dianggap sebagai penyakit tropis terabaikan yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan nyamuk Aedes Albopictus. DBD telah mempengaruhi sekitar 128 negara termasuk Indonesia. DKI Jakarta, Kota Bogor, dan Depok memiliki tingkat kejadian tinggi (IR)> 20 kasus baru per 100.000 orang yang lebih tinggi dari kebanyakan kabupaten di Indonesia. DBD diketahui menyebabkan kerugian ekonomi dan bahkan kematian jika tidak ditangani dengan benar. Menganalisis faktor iklim dan kepadatan populasi dapat membantu memberikan gambaran yang lebih baik tentang dinamika penularan DBD yang dapat membantu pihak berwenang merencanakan dan mengurangi kasus DBD. Studi ini menggunakan studi ekologi dan dikombinasikan dengan analisis spasial untuk membuat peta kerentanan lokasi yang digunakan dalam penelitian ini. Uji korelasi digunakan untuk melihat tingkat hubungan antara faktor iklim dengan dan tanpa jeda waktu 1 bulan dengan DBD IR. Tes Mann-Whitney juga digunakan untuk melihat apakah ada perbedaan rata-rata antara tingkat kepadatan penduduk dengan DBD IR. Hasil menunjukkan bahwa dari 59 kecamatan, ada 39 kecamatan yang dikategorikan kerentanan tinggi. Sementara itu, uji korelasi menemukan hubungan yang konsisten antara kelembaban relatif dengan atau tanpa lag dengan DBD IR. Suhu hanya menunjukkan hubungan terhadap DBD IR di Kota Bogor. Curah hujan menunjukkan hubungan di Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Jakarta Timur, dan Jakarta Barat, sementara curah hujan 1 bulan menunjukkan hubungan di tempat yang sama tetapi dengan korelasi yang lebih kuat. Uji Mann-Whitney menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan dalam DBD IR antara kepadatan populasi tinggi dan kepadatan populasi menengah, tetapi dapat terlihat perbedaan dalam penyebaran DBD antara kepadatan populasi di daerah tersebut. Informasi yang disediakan dalam penelitian ini dapat membantu pihak berwenang untuk merencanakan dan menangani masalah melalui pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan pemberdayaan masyarakat.

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is considered an neglected tropical disease that is transmitted through the bite of the Aedes aegypti mosquito and the Aedes Albopictus mosquito. DHF has affected around 128 countries including Indonesia. DKI Jakarta, Bogor City, and Depok have a high incidence rate (IR)> 20 new cases per 100,000 people which is higher than most districts in Indonesia. DHF is known to cause economic losses and even death if not handled properly. Analyzing climate factors and population density can help provide a better picture of the dynamics of dengue transmission which can help the authorities plan and reduce dengue cases. This study uses ecological studies and combined with spatial analysis to create a vulnerability map of the locations used in this study. Correlation test is used to see the level of relationship between climatic factors with and without a 1 month interval with DHF IR. The Mann-Whitney test is also used to see whether there is an average difference between the population density level and the DHF IR. The results show that out of 59 sub-districts, 39 sub-districts are categorized as high vulnerability. Meanwhile, the correlation test found a consistent relationship between relative humidity with or without lag with DHF IR. Temperature only shows the relationship to DHF IR in Bogor City. Rainfall shows relationships in South Jakarta, Central Jakarta, East Jakarta and West Jakarta, while 1 month rainfall shows relationships in the same place but with stronger correlations. The Mann-Whitney test shows that there is no significant difference in DHF IR between high population density and medium population density, but it can be seen differences in the spread of DHF between population density in the area. The information provided in this study can help the authorities to plan and deal with problems through eradicating mosquito nests (PSN) and community empowerment."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sejati
"Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Persebaran penyakit DBD tergantung pada nyamuk Aedes aegypti yang penyebarannya terutama dipengaruhi faktor lingkungan fisik, yaitu variasi iklim yang terdiri dari curah hujan, suhu udara, dan kelembaban udara.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan variasi iklim dengan kejadian penyakit DBD di Kota Padang selama periode tahun 1995-1999, dengan desain Cross Sectional Study.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Padang dari tahun 1995 -1999, sedangkan data variasi iklim diperoleh dari laporan hasil pengukuran Badan Meteorologi dan Geofisika Tabing Padang selama periode 1995-1999. Data diolah untuk mendapatkan informasi frekuensi kasus DBD, Angka Bebas Jentik, hubungan antara variasi iklim dengan Angka Bebas Jentik, dan hubungan antara variasi iklim dengan kejadian penyakit DBD.
Hasil penelitian yang diperoleh di Kota Padang selama periode tahun 1995-1999 adalah jumlah kasus DBD yang tertinggi terjadi tahun 1995, tahun 1996, dan 1998, terdapat 9 kecamatan endemis dan 2 kecamatan sporadis. Rata-rata ABJ di Kota Padang selama periode 1995-1999 masih dibawa angka harapan nasional (berkisar 91-93%).
Hasil Uji Statistik menunjukan tidak adanya hubungan antara curah hujan, suhu udara, dan kelembaban udara dengan kejadian penyakit DBD. Tidak ada hubungan antara variasi iklim (curah hujan, suhu udara, dan kelembaban) dengan ABJ, kecuali antara suhu dengan ABJ (p < 0,05; r = -0.310).
Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan desain cross sectional study (potong lintang), untuk itu disarankan pada penelitian selanjutnya agar dapat menggunakan data primer dan dengan desain yang lebih baik.

Correlation between Variaed Climate with Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) Incident in Padang 1995-1999Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) disease is one of communicable disease that is caused by dengue virus and transmitted by Aedes aegypti mosquito. The spreading of DHF depends on Aedes aegypti mosquito dealing with environment factors physically, such as variaed climate, categorized as like rainfall amount, temperature, and humidity.
This study proposed to find out the correlation between the variaed climate and DHF incidence in Padang City 1996-1999, with cross sectional study design. This study employed secondary data from Dinas Kesehatan Padang City since 1995 - 1999, and variaed climate data is taken from the result of, National Meteorology and Geophysic measurement at Tabing, Padang, 1995-1999.
The data had been analyzed to get the information of DHF case frequency, larva free rate (ABT), correlation between the varied climate, and larva free rate, and correlation between variaed climate factors and DHF case.
The result approachment in Padang City 1995-1999 are the total of the DHF case the highest happened in 1995, 1996, and 1998; 9 endemic subdistrict, and 2 sporadic subdistrict, the average of ABJ in Padang City in 1995-1999 periode remain under National expectation rate (91%, 93%).
The result of Statistical test showed that there is no correlation between rainfall amount, air temperature and humidity, and DHF case. There is no correlation between varied climate (rainfall amount, temperature, and humidity) and larva free rate, except temperature and larva free rate (p< 0,05; r -0,310).
This study employed secondary data with cross sectional design. There for, it is suggested for the further study to employ primary data with a better design.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T8380
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kavana Iman Ramadhan
"Demam berdarah dengue merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan yang masih menjadi permasalahan serius di seluruh daerah di dunia. DBD disebabkan oleh virus dengue yang di bawa oleh nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor utama dan aedes albopictus sebagai vektor sekunder dan ditularkan melalui gigitan nyamuk tersebut. Berdasarkan data BPS Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2019 Provinsi Kalimantan Timur mencatat terdapat 6723 kasus DBD dan Kota Balikpapan menjadi penyumbang terbesar dengan 1838 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor iklim (suhu udara, kelembaban, dan jumlah hari hujan), sosio-demografi (kepadatan penduduk), dan upaya pengendalian vektor (Angka Bebas Jentik) dengan insidens DBD di Kota Balikpapan Tahun 2017-2021. Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi dengan data sekunder yang bersumber dari Laporan DBD Dinas Kesehatan Kota Balikpapan dan Balikpapan dalam Angka oleh BPS Kota Balikpapan. Rata-rata IR DBD selama 5 tahun di Kota Balikpapan adalah 122 per 100.000 penduduk, paling tinggi di Kecamatan Balikpapan Tengah dan paling banyak dialami oleh kelompok umur <15 tahun. Variabel ABJ berhubungan signifikan secara statistik dengan insidens DBD (nilai p = 0,031) dan setiap kenaikan 1% ABJ akan menurunkan angka insidens DBD sebesar 7,795 per 100.000 penduduk (nilai b = -7,795). Penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan evaluasi untuk mengendalikan penyebaran DBD di Kota Balikpapan dengan aktif melaksanakan Pemberantasan Sarang Nyamuk terutama di lingkungan sekolah.

Dengue hemorrhagic fever is an environmental-based disease which is still a serious problem in all regions of the world. DHF is caused by the dengue virus which is carried by Aedes aegypti as the main vector and Aedes albopictus as the secondary vector and is spread through the bite of these mosquitoes. Based on BPS, in 2019 the Province of East Kalimantan recorded 6723 cases of DHF and Balikpapan City was the largest contributor with 1838 cases. This study aims to determine the relationship between climatic factors (air temperature, humidity, and number of rainy days), socio-demographics (population density), and vector control efforts (larva free index) with DHF incidence in Balikpapan City in 2017-2021. This study uses an ecological study design with secondary data sourced from the DHF report of Balikpapan City Health Offices and “Balikpapan dalam Angka” by Central Bureau of Statistics of Balikpapan City. The average DHF IR for 5 years in Balikpapan City is 122 per 100,000 population, the highest in Balikpapan Tengah District and most commonly experienced by the age group <15 years. The larva free index (LFI) variable has a statistically significant relationship with the incidence of DHF (p value = 0.031) and every 1% increase in ABJ will reduce the incidence of DHF by 7,795 per 100,000 population (b value = -7,795). This research is expected to be the basis for evaluation to control the spread of DHF in the City of Balikpapan by actively carrying out the Eradication of Mosquito Nests, especially in the school environment."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>