Ditemukan 198010 dokumen yang sesuai dengan query
Hana Mutia
"
ABSTRAKPandemi Covid-19 memberikan dampak yang signifikan dalam bidang ketenagakerjaan. Pengangguran sarjana yang telah meningkat di tahun 2019, diprediksi semakin meningkat akibat adanya pandemi Covid-19 di tahun 2020. Kondisi tersebut memicu kekhawatiran mahasiswa terhadap masa depan yang disebut sebagai kecemasan menghadapi masa depan. Dalam hal ini, resiliensi berperan sebagai salah satu faktor protektif yang berperan dalam menginterpretasikan kecemasan pada seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara resiliensi dengan kecemasan menghadapi masa depan. Penelitian dilakukan dengan desain cross sectional kepada mahasiswa Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (n=238) Universitas Ibn Khaldun Bogor. Penelitian menggunakan kuesioner Connor-Davidson Resilience Scale 10 untuk mengukur resiliensi dan Future Anxiety Scale untuk mengukur kecemasan menghadapi masa depan. Analisis data bivariat antara resiliensi dengan kecemasan menghadapi masa depan menggunakan Pearson product-moment correlation. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara resiliensi dengan kecemasan menghadapi masa depan (-0,379). Penelitian ini merekomendasikan asuhan keperawatan jiwa yang mengacu pada peningkatan resiliensi mahasiswa sehingga diharapkan dapat mengurangi kecemasan mahasiswa dalam menghadapi masa depan."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Florentynia Pradnya Paramita
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara resiliensi dan coping pada remaja akhir yang memiliki orangtua penderita penyakit kronis. Responden penelitian ini sebanyak 42 orang remaja akhir berusia 18-22 tahun. Resiliensi responden diukur dengan alat ukur bernama Resilience Scale-14 yang disusun oleh Wagnild dan Young (1993) dan telah diadaptasi ke dalam konteks Indonesia. Coping diukur dengan alat ukur Brief COPE yang disusun oleh Carver (1997) dan telah diadaptasi ke dalam konteks Indonesia. Hasil penelitian menujukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara resiliensi dan coping pada remaja yang memiliki orangtua penderita penyakit kronis.
This research was conducted to find the correlation between resilience and coping stress in late adolescence with parental chronic illness. The participants of this research were 42 late adolescence in age 18 to 22 years old. Resilience was measured by using Resilience Scale-14 which was constructed by Wagnild and Young (1993) and had been adapted to Indonesian context. Coping was measured by using Brief COPE which was constructed by Carver (1997) and had been adapted to Indonesian context. The results of this research show that there were not significant correlation between resilience and coping stress in adolescence with parental chronic illness."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Abdiel Ergusto Nisah Pih
"Guru merupakan profesi yang penting, namun mereka memiliki tanggung jawab yang banyak serta keterikatan emosional dengan siswa yang diajar. Faktor tersebut membuat guru rentan akan stres dan burnout. Kerentanan tersebut meningkat oleh adanya masa perubahan COVID-19, yang mewajibkan guru untuk selalu siap mengadaptasikan metode pembelajarannya. Adaptasi tersebut memerlukan proses trial and error, sehingga tinggi kemungkinan guru mengalami kegagalan sebelum ia berhasil. Untuk membantu guru mengatasi stres dan kegagalan tersebut, diperlukan resiliensi. Untuk memastikan resiliensi dapat berfungsi dengan baik di tengah stres yang berlebih, dibutuhkan dukungan sosial. Dukungan sosial dapat berasal dari significant other, keluarga, serta teman. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan dari dukungan sosial dengan resiliensi pada guru DKI Jakarta. Dukungan sosial dan resiliensi pada guru DKI Jakarta (N=101) diukur menggunakan Multidimensional Scale of Perceived Social Support dan Brief Resilience Scale. Hasil analisis menemukan bahwa dukungan sosial memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan resiliensi. Dari ketiga sumber dukungan sosial, hanya dukungan sosial dari keluarga yang berhubungan positif dan signifikan dengan resiliensi, sedangkan sisanya tidak berhubungan signifikan.
Teacher is an important profession, yet they have a large amount of responsibility and emotional attachments with their students. These factors make teachers vulnerable to stress and burnout. This vulnerability is increased by the COVID-19 changing period, which requires teacher to constantly be ready in adapting their study methods. The adaptation requires a trial and error process, so it is highly likely for teachers to fail before they succeed. In order to help teachers cope with stress and failure, resilience is needed. To ensure resilience can function well in the midst of high stress, social support is needed. Social support may come from significant others, families, and friends. This study aimed to see the relationship of social support and resilience of DKI Jakarta teachers. Social support and resilience in DKI Jakarta teachers (N=101) were measured using the Multidimensional Scale of Perceived Social Support and the Brief Resilience Scale. Analysis showed that social support had a positive and significant correlation with resilience. From the three sources of social support, only social support from family showed a positive and significant correlation with resilience, while the others do not."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Priska Novia Shabhati
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran hubungan antara resiliensi keluarga dan harapan pada mahasiswa yang berasal dari keluarga miskin. Pengukuran resiliensi keluarga menggunakan alat ukur Walsh Family Resilience Questionnaire (WFRQ) yang disusun oleh Walsh (personal communication, 1 April, 2012) dan pengukuran harapan menggunakan alat ukur State Hope Scale (SHS) yang disusun oleh Snyder (1994). Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 247 mahasiswa S1 Reguler yang berasal dari keluarga miskin.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara resiliensi keluarga dan harapan pada mahasiswa yang berasal dari keluarga miskin (r = 0.388; p = 0.000, signifikan pada L.o.S 0.01). Artinya, semakin tinggi resiliensi keluarga yang dimiliki suatu keluarga, semakin tinggi harapan yang dimiliki. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa 15.1% skor resiliensi keluarga dapat dijelaskan oleh skor harapan. Berdasarkan hasil tersebut, penting dilakukan intervensi pengembangan harapan, sebagai faktor pendorong terbentuknya resiliensi keluarga.
This research was conducted to find the correlation between family resilience and hope among college students from poor families. Family resilience was measured using Walsh Family Resilience Questionnaire (WFRQ) that originally constructed by Walsh (personal communication, April 1, 2012) and hope was measured using the original version of State Hope Scale (SHS) by Snyder (1994). The participants of this research are 247 college students who come from poor families.The main results of this research show that family resilience positive significantly correlated with hope (r = 0.388; p = 0.000, significant at L.o.S 0.01). That is, the higher family resilience, the higher showing hopes. In addition, the result shows that 15.1% of family resilience score can be explained by the score of hope. Based on these results, it is important to develop hope intervention, as one of protective factor of family resilience."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Fitri Awaliyah Mardiani
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara keberfungsian keluarga dan resiliensi pada ibu yang memiliki anak Autistic Spectrum Disorder. Pengukuran keberfungsian keluarga menggunakan alat ukur family assessment device (Epstein, Bishop, & Levin, 1978) dan pengukuran resiliensi menggunakan alat ukur resiliet quotient (Reivich & Shatte, 2002). Partisipan berjumlah 40 ibu yang memiliki karakteristik sebagai ibu yang memiliki anak ASD.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara keberfungsian keluarga dan resiliensi pada ibu yang memiliki anak ASD (r = 0.507; p = 0.000, signifikan pada L.o.S 0.01). Artinya, semakin tinggi keberfungsian keluarga, maka semakin tinggi resiliensi pada ibu yang memiliki anak ASD. Berdasarkan hasil tersebut, maka dukungan dari keluarga untuk ibu yang memiliki anak ASD sangat penting agar dapat meningkatkan kapasitas resiliensinya sehingga mampu bangkit dari trauma yang dialaminya dan mampu menghadapi kesulitan dalam kehidupan sehari-hari.
This research was conducted to find the correlation between family functioning and reseiliece on mother who have children with Autistic Spectrum Disorder (ASD). Family functioning was measured using a modification instrument named family assessment device (Epstein, Bishop, & Levin, 1978) and resilience was measured using a modification instrument named reseilient quotient (Reivich & Shatte, 2002). The participants of this research are 40 mother who have children with ASD. The main results of this research show that family functioning positively correlated significantly with resilience (r = 0.507; p = 0.000, significant at L.o.S 0.01). That is, the higher family functioning, the higher showing resilience. Based on these results, the support of the family for mothers of children with autistic spectrum disorder is important in order to increase her resiliece capacity so as able to rise from the trauma and able to face difficulties in everyday life."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Muhammad Rafi Abimanyu
"Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa kedekatan dengan alam berperan memiliki hubungan yang signifikan dalam peningkatan kesehatan mental dan pengurangan efek kecemasan maupun stres pada individu. Namun, masih terdapat inkonsistensi terkait hubungan tersebut dalam konteks pandemi. Di sisi lain, terdapat penelitian yang membuktikan bahwa resiliensi juga memiliki peran yang penting dalam menurunkan kecemasan individu. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran moderasi resiliensi pada hubungan antara kedekatan dengan alam dan kecemasan pada mahasiswa yang sedang menjalani pembelajaran jarak jauh selama pandemi. Sejumlah 218 partisipan yang terdiri dari 173 orang perempuan dan 45 orang laki-laki Indonesia telah mengikuti penelitian ini dengan rentang usia 18 hingga 24 tahun (M = 20,72; SD = 1,22). Alat ukur dalam kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini antara lain Skala Kedekatan Alam untuk mengukur kedekatan dengan alam, STAI untuk mengukur kecemasan, dan Resilience Scale untuk mengukur resiliensi. Hasil analisis dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara kedekatan dengan alam dan kecemasan (r = -0,205; p < 0,01, two-tailed), dan tidak terdapat peran moderasi resiliensi pada hubungan antara kedekatan dengan alam dan kecemasan mahasiswa.
Many previous studies have proven that nature relatedness plays a significant role in improving mental health and reducing the effects of anxiety and stress on individuals. However, there are still inconsistencies between one study and another regarding this relationship. There are also studies that prove that resilience also has an important role in reducing individual anxiety. This study aims to examine the moderating role of resilience in the relationship between nature relatedness and anxiety among students undergoing distance learning during the pandemic. A total of 218 participants consisting of 173 women and 45 men participated in this study with an age range of 18 to 24 years (M = 20,72; SD = 1,22). The measuring instruments in the questionnaire used in this study include the Nature Relatedness Scale to measure nature relatedness, the State Anxiety Inventory to measure anxiety, and the Resilience Scale to measure resilience. The results of the analysis of this study indicate that there is a significant negative relationship between nature relatedness and anxiety (r = -0.205; p<0.01, two-tailed), but there is no moderating role of resilience in the relationship between nature relatedness and student anxiety."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Zefanya Meiroosa
"Dalam perkuliahan seringkali mahasiswa merasa tertuntut dengan beban yang dialami, salah satunya saat masa ujian. Jika mahasiswa melihat tuntutan tersebut lebih besar dari kemampuannya, ia akan mengalami stres akademik. Kecemasan diduga menjadi sumber dari stres akademik yang dialami oleh mahasiswa. Resiliensi diduga menjadi variabel yang berperan sebagai faktor protektif terhadap tingkat stres akademik pada mahasiswa. Penelitian ini melihat peran kecemasan dan resiliensi terhadap stres akademik. Partisipan dalam penelitian ini adalah mahasiswa berusia 17 hingga 25 tahun yang telah mengikuti kuliah tatap muka sepenuhnya (N=107, M=19,79, SD=1,24). Terdapat 3 alat ukur yang digunakan dalam penelitian The Student- Life Stress Inventory (SSI), General Anxiety Disorder 7 (GAD-7), dan Connor Davidson Resilience Scale 10 (CD-RISC 10). Hasil analisis regresi linear menunjukkan kecemasan memprediksi stres akademik, sedangkan resiliensi tidak memprediksi stres akademik. Dapat disimpulkan semakin tinggi tingkat kecemasan pada mahasiswa, maka semakin tinggi juga stres akademik pada mahasiswa. Pengambilan data dilakukan saat partisipan sedang ujian akhir. Hal ini mengakibatkan hasil penelitian mencerminkan kondisi mahasiswa saat berada pada masa yang menekan.
College students often experience burden in facing lectures, one of the examples is during exam. If the demand of the lectures is seen bigger than the college student’s capability, they may experience academic stress. Anxiety was predicted as the stressors of academic stress that experienced by college student. Resilience is predicted as a protective factor towards academic stress. This study aims to find out the role of anxiety and resilience on academic stress. The participants of this study is college student aged 17 until 25 years old (N=107, M=19,79, SD=1,24). There are three scales that is used in the study Student-Life Stress Inventory (SSI), General Anxiety Disorder 7 (GAD-7), and Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC-10). The result shows that anxiety predicts academic stress, and resilience does not predict academic stress. Based on these findings, it can be concluded that the higher the anxiety, the higher the academic stress on college student. The data was collected during the final exam. Therefore, the result indicates college student’s condition when they are in stressful times."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Gema Fitri Khinanthi
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui deskripsi mahasiswa Universitas Indonesia berdasarkan resiliensi, motivasi belajar, dan dukungan sosial teman yang dimiliki. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisis hubungan resiliensi terhadap motivasi belajar pada mahasiswa Universitas Indonesia dengan memperhatikan adanya dukungan sosial teman sebagai variabel moderator, yang dilakukan dengan menggunakan metode Partial Least Square (PLS). Data yang digunakan adalah data primer sejumlah 607 mahasiswa jenjang S1 Universitas Indonesia angkatan 2018, 2019, 2020 dan 2021 yang aktif pada tahun akademik 2020/2021, yang diambil menggunakan purposive sampling. Berdasarkan 607 responden, diperoleh bahwa 51% mahasiswa memiliki resiliensi tinggi, 57% mahasiswa memiliki motivasi belajar tinggi, dan 53% mahasiswa memiliki dukungan sosial teman tinggi. Hasil penelitian menunjukkan resiliensi berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi belajar. Selain itu, diperoleh pula bahwa variabel dukungan sosial teman tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap hubungan resiliensi dengan motivasi belajar.
This study aims to determine the description of Universitas Indonesia students based on their resilience, learning motivation, and social support from their friends. In addition, this study also aims to analyze the relationship between resilience and learning motivation in Universitas Indonesia students with social support of friends as moderating variable, using the Partial Least Square (PLS) method. The data used is primary data of 607 S1 Universitas Indonesia active students from 2018, 2019, 2020, and 2021 in the academic year 2020/2021 taken by purposive sampling. Based on 607 respondents, it was found that 51% of students had high resilience , 57% of students had high learning motivation, and 53% of students had high social support from friends.The results showed that resilience had a significant effect on learning motivation. In addition, it was also obtained that the variable of friends' social support had no significant effect on the relationship between resilience and learning motivation."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Haris Indra Susilo
"Penelitian ini berfokus pada pemahaman mengenai resiliensi orangtua yang memiliki anak ADHD dan Autisme. Reivich & Satte (2002), resiliensi adalah sebagai kemampuan untuk tetap gigih dan menyesuaikan diri ketika keadaan tidak berjalan dengan baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara orangtua dengan anak ADHD dengan orangtua dengan anak autis. Metode yang digunakan yaitu kuantatif deskriptif. Penelitian ini menggunakan alat ukur kuesioner resiliensi Reivich & Shatte (2002). Diperoleh hasil tidak ada perbedaan signifikan antara orang tua ADHD dan Autisme pada 60 partisipan.
This research focuses on understanding the resilience of parents of children with ADHD and Autism. Reivich & Shatte (2002), resilience is the ability to persevere and adapt when things are not going well. The purpose of this study was to determine whether there are differences between parents with ADHD children with a parent with an autistic child. The method used is quantitative descriptive. This study used a questionnaire measure of resilience Reivich & Shatte (2002). The results obtained indicate no significant differences between parents of ADHD and Autism at 60 participants."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46983
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Rizka Anindita
"Turnover merupakan hal yang dapat merugikan suatu organisasi, sehingga intensi meninggalkan organisasi itu sendiri merupakan hal yang perlu diperhatikan pada karyawan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh resiliensi sebagai mediator pada hubungan future time perspective dan intensi meninggalkan organisasi. Penelitian ini menggunakan teori Conservation of Resources COR dalam menjelaskan ketiga hubungan antar variabel penelitian. Responden dalam penelitian ini merupakan 310 karyawan dari berbagai Badan Usaha Milik Negara BUMN pada wilayah Depok dan Jakarta. Penelitian menggunakan metode self-rating melalui kuesioner yang dibagikan. Hasil penelitian menunjukan bahwa resiliensi berperan sebagai mediator penuh antara hubungan future time perspective dengan intensi meninggalkan organisasi.
Turnover is one of many things that could give disadvantages for an organization, therefore the intention for leaving the organization itself is a crucial thing that has to be noticed in every employee. The objective of this research is to know the impact of resilience as the mediator in the relationship between future time perspective and turnover intention. The research also applied Conservation of Resources Theory COR . The respondents are 310 employees that work in various state owned enterprises in Depok and Jakarta area. Self rating method was used using questionnaire for data gathering. The result of this study indicate that the resilience was significantly fully mediated between future time perspective and turnover intention. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library