Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 218789 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizka Amalia Ryoko
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara workplace fun dan inspirational leadership terhadap happiness at work karyawan ketika hubungan ini dimediasi oleh peran participative decision making sebagai mediatornya. Sampel dari penelitian ini adalah programmers atau pekerja lainnya yang berhubungan dengan IT (Informasi Teknologi) dari rentang umur 24 40 tahun yang bekerja di daerah Jabodetabek. Data tersebut diproses menggunakan metode Structural Equation Modeling (SEM).
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa workplace fun dan inspirational leadership dapat secara langsung berpengaruh positif terhadap happiness at work. Sementara peran mediasi oleh participative decision making tidak terbukti di penelitian ini.

This research aims to examined the relationship between workplace fun and inspirational leadership towards employees happiness at work when its mediated by the variable of participative decision making. The sample of this research is programmers as the knowledge intensive workers in 24-40 years old in Jabodetabek area. The method to process the data was with the Structural Equation Modeling (SEM).
The result of this research shows that workplace fun and inspirational leadership directly have positive relationship towards employees happiness at work. As for the mediating effect of participative decision making was not proved to had an effect towards those relationships.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muh. Azis Muslim
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kepemimpinan
transformasional dan transaksional terhadap work engagement Pegawai Negeri
Sipil di Sekretariat Utama Badan Kepegawaian Negara. Penelitian ini
menggunakan Transformational Leadership Behaviour Inventory (TLI) untuk
mengukur kepemimpinan transformasional dan transaksional, dan untuk
mengukur work engagement digunakan Utrecht Work Engagement Scale-9
(UWES-9). Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan
regresi linier berganda. Hasil penelitian terhadap 176 pegawai menunjukkan
bahwa kepemimpinan transformasional dan transaksional berpengaruh secara
positif dan signifikan terhadap work engagement pegawai. Secara parsial
kepemimpinan transformasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap work
engagement pegawai. Sedangkan kepemimpinan transaksional secara parsial tidak
berpengaruh terhadap work engagement pegawai

ABSTRACT
The purpose of this research is to find out the influence of transformational and
transactional leadership on work engagement of civil servant at Executive
Secreatriat of the Head Office of National Civil Services Agency. This research
utilize the Transformational Leadership Behaviour Inventory (TLI) to measure
transformational and transactional leadership, and to measure work engagement
this research utilize Utrecht Work Engagement Scale-9 (Uwes-9). Data was
analyed with descriptive analysis methode and multiple linear regression. Result
of the research (n=176) found that transformational and transactional leadership
significantly and positively impact on work engagement. Partially
transformational leadership significantly and positively impact on work
engagement while transactional leadership partially has no impact on work
engagement"
2016
T45687
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Sajidah
"Hal yang paling mendasar yang menjadikan sebuah bangsa maju atau tertinggal adalah besar atau tidaknya etos kerja yang dimiliki masyarakatnya. Di beberapa negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, etos kerja yang lemah seringkali menjadi permasalahan yang cukup serius dan memerlukan penyelesaian yang komprehensif dan gradual. Tentang peranan agama sehubungan dengan perkembangan kehidupan manusia, Soejatmoko (1985) tidak ragu-ragu menyatakan bahwa agama merupakan faktor utama yang berperan dalam mewujudkan pola-pola persepsi dunia bagi manusia. Dan persepsi ada relevansinya dengan aktivitas keduniaan yang dimotivasi oleh sistem keyakinan agama. Dalam agama Islam begitu banyak nilai-nilai yang menganjurkan umatnya untuk beretos kerja tinggi. Karakteristik etos kerja Islami digali dan dirumuskan berdasarkan konsep iman sebagai fondasi dan amal shaleh. Karena etos kerja tidak menjadi Islami bila tidak dilandasi konsep iman dan amal shaleh, sebab sekalipun kerja itu bermanfaat dan bersifat keduniaan bagi banyak orang, tanpa dasar iman tidak akan membuahkan pahala di akherat kelak. Di antara nilai-nilai yang diyakini dan mempengaruhi etos kerja yang tinggi atau Islami adalah sikap tawakal pada seseorang dan yakin atau percaya akan kemampuan diri sendiri. Oleh karena itu, variabel-variabel dalam penelitian ini adalah tawakal, percaya diri dan etos kerja. Adapun rumusan masalahnya adalah apakah ada hubungan antara tawakal dan percaya diri dengan etos kerja? Etos kerja perspektif Islam adalah etos kerja yang merupakan pancaran keyakinan seorang muslim bahwa kerja berkaitan dengan tujuan mencari ridha Allah. Dalam hal ini indikatornya adalah niat ikhlas karena Allah untuk mencari rida-Nya, bekerja keras dan memiliki cita-cita yang tinggi. Tawakal memiliki pengertian sebagaimana yang peneliti lansir dari Al-Tabari adalah sikap seorang muslim yang menggantungkan kendali urusan mereka hanya Allah, menerima ketentuannya dan yakin akan pertolongannya. Dengan demikian indikator dari variabel ini adalah menyerahkan segala urusan kepada Allah setelah berusaha semaksimal mungkin, menerima akan takdir-Nya dan yakin akan pertolongan-Nya. Adapun percaya diri memiliki pengertian sbb, yaitu kemampuan seseorang dalam menyatukan dan menggerakkan motivasi sehingga menghasilkan tindakan yang sesuai harapan. Dalam hal ini percaya diri memiliki 5 indikator, yaitu: optimis, memiliki motivasi berprestasi lebih tinggi, mandiri, berani mencoba dan selalu introspeksi. Penelitian ini dilakukan di PT. Pandu Siwi Sentosa dengan populasi 506 orang. Adapun sampel yang diambil oleh peneliti adalah 100 orang. Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan analisa korelasi ganda dan partial, untuk mengetahui hubungan antara tawakal, percaya diri dan etos kerja, Selain itu Juga menggunakan analisa regresi linier berganda untuk menggambarkan sumbangsih kedua variabel, yakni tawakal dan percaya diri secara bersamaan dalam menjelaskan varian variabel etos kerja. Dari uji anova variabel tawakal bersama percaya diri, memiliki nilai probabilitas ρ < 0,05 dan pada model ini menunjukkan .000 􀀀 , maka ini berarti hipotesa alternatif yaitu variabel tawakal dan percaya diri mempunyai hubungan terhadap etos kerja dapat dipertahankan. Dalam hal ini variabel tawakal bersama percaya diri memberikan kontribusi terhadap etos kerja sebesar 22,3%. Adapun kontribusi tawakal saja terhadap etos kerja bernilai 19,5%. Sedangkan percaya diri sangat kecil, yaitu 1,21%.
Berdasarkan hasil kesimpulan dan hasil analisa yang ada, peneliti memberi saran kepada berbagai pihak terkait akan pentingnya digalakkan program yang bertujuan untuk meningkatkan ketawakalan bagi para karyawan. Dengan pemahaman tawakal yang baik, maka diharapkan karyawan pun dengan sendirinya memiliki etos kerja yang lebih baik. Selain itu perlu ditingkatkan sikap percaya diri agar para karyawan memiliki semangat yang tinggi untuk menuju kepada etos kerja yang lebih baik pula. Hendaknya ada simulasi dalam pelaksanaannya hingga sikap itu mampu dilaksanakan dengan penuh kesadaran dan bukan karena paksaan.

The most fundamental thing that makes a nation is behind or ahead of, or not job ethos of the community. In some countries the majority of the populations are Muslim, work ethos that are often weak enough to be a serious problem and requires a comprehensive and gradual. About role of religion referring to the development of human life, Soejatmoko ( 1985) doesn't hesitate expressing that religion is primary factor standing in realizing perception patterns of world for man. And perceptions there are the relevancy with mundane activity motivated by religion confidence system. In Islam so much values suggesting the believer for having ethos high job. Job ethos characteristic Islam dug and formulated based on believe concept as foundation and pious charitable. Because job ethos doesn't become Islam when is not based on believe concept and pious charitable, because even if the useful job and haves the character of mundane for many people, groundless of believe will not produce fruit reward in eternity/the beyond later. Among values believed and influences high job ethos or Islam is position tawakal at someone and is sure or believes in oneself ability. Therefore, a variable in this research is tawakal, self confidence and job ethos. As for the problem formula are there relation between tawakal and self confidence with job ethos? The Job Ethos in perspective of Islam is job ethos which is radiation of confidence a moslem that job relates to purpose of looking for ridha God. In this case the indicator is candid intention because God to look for His rida, strives and has high aspiration. Tawakal has understanding as which researcher publishes from Al-Tabari was position a moslem draping business control they God only, receives the rule and is sure the help would. Thereby indicator from this variable is deliver all business to God after trying maximum, receives His destiny to and is sure His help would. As for self confidence has understanding as follows, that is ability of someone in uniting and moves motivation causing yields action appropriate hope. In this case self confidence has 5 indicator, that is: optimism, has motivation of higher achievement, self-supporting, dare to try and introspecting. This research done in PT. Pandu Siwi Sentosa with population 506. As for sample taken by researcher is 100. Examination of this research hypothesis applies double correlation analysis and partial, to know relation between tawakal, self confidence and job ethos, Besides Also applies doubled linear regression analysis to depict second contribution of variable, namely tawakal and self confidence concurrently in explaining job ethos variable variant. From test anova variable tawakal with self confidence, has probability value? < 0,05 and at this model shows . 000 ? , hence this means hypothesizing alternative of that is variable tawakal and self confidence has relationship to defensible job ethos. In this case variable tawakal with self confidence gives contribution to job ethos equal to 22,3%. As for contribution of just tawakal to valuable job ethos of 19,5%. While very small self confidence, that is 1,21%.
Based on result of the conclusion and analysis result, researcher gives suggestion to various related partieses for the importance of emboldened program with aim to increase ketawakalan to all employees. With understanding of tawakal which is good, hence expected employee also by itself has better job ethos. Besides need to be improved position of self confidence that the employees have spirit of high for towards to better job ethos also. Shall there are simulation in the execution is finite is the position can be executed with eyes open and not because of constraint."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
T32874
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
AM Unggul Putranto
"Sejak semula BUMN X telah menggunakan golongan jabatan dan golongan gaji sebagai dasar pembinaan pekerja. Golongan individu adalah golongan yang didapat seorang pekerja ketika ia masuk ke perusahaan, yang didasarkan pada tingkat pendidikan dan pengalaman yang bersangkutan. Sedangkan golongan jabatan adalah golongan yang diperoleh dari hasil evaluasi jabatan terhadap bobot suatu jabatan (halaman 1).
Dengan sistem tersebut seorang pekerja dapat naik golongan jika golongan jabatannya masih lebih tinggi dari golongan individunya. Dengan kata lain kenaikan golongan individu dibatasi oleh besarnya bobot dari jabatan yang dipegangnya. Hal ini berarti golongan jabatan digunakan sebagai unsur motivasional bagi pekerja. Sernentara itu di pihak lain, selama golongan individunya Lebih rendah dari golongan jabatan bisa dikatakan pekerja digaji dibawah beban jabatannya. Ironisnya pekerja justru termotivasi jika golongan gajinya
masih di bawah golongan jabatannya, karena masih bisa berharap mendapatkan kenaikan gaji (halaman 2-3).
Masalah yang muncul tidak sekedar masalah motivasi, tapi bagi perusahaan berarti timbulnya kesulitan dalam pembinaan (mutasi dan promosi) pekerja, budget yang dikeluarkan lebih besar dan produktivitas kerja yang rendah (hal 3-4). Saat ini untuk melaksanakan pembinaan pekerja fungsi HRD mengacu pada struktur organisasi dan golongan jabatan yang dikeluarkan oleh fungsi Pengembangan Sistem (PS). Jika belum mencapai plafon, maka seorang pekerja dapat naik golongan, sedang jika sudah plafon yang dilakukan adalah (1) mencarikan jabatan lain yang golongannya (tentu saja tanggung jawabnya) lebih tinggi, (2) fungsi PS untuk melakukan reevaluasi jabatan (halaman 5).
Sebagai suatu sistem, penggunaan golongan gaji dan golongan jabatan cukup efektif dalam memotivasi pekerja, tetapi dapat dipastikan suatu saat golongan gaji pekerja sama dengan golongan jabatannya (biasa disebut plafon). Dalam posisi seperti ini dapat diprediksi mempengaruhi motivasi kerja pekerja, karena ia tidak dapat naik golongn lagi atau tidak dapat memperoleh kenaikan gaji (halaman 9).
Tinjauan teoritik dalam memahami masalah tersebut adalah didasarkan pada munculnya masalah motivasi ketika pekerja dihadapkan pada masalah jabatan plafon. Mengacu pada teori motivasi dari Hemberg, penyebab dari permasalahan ini adalah adanya faktor hygiene yaitu golongan plafon yang tidak merundingkan pekerja naik gaji, dan ini mempengaruhi motivasi kerja mereka (motivation jizctors). Oleh karena itu solusi terhadap permasalahan ini bukan dengan menghilangkan penyebab timbulnya faktor hygiene seperti menaikkan gaji atau tunjangan, tetapi melalui pendekatan lain yang bisa rnembangkitkan motivasi
pekerja seperti pencapaian prestasi kerja (halaman 9-10).
Dari hasil penelitian administratif di Kantor Pusat (termasuk anak perusahaan) pada tahun 2000, terdapat 167 permintaan reevaluasi jabatan, namun lebih dari 60 persen tidak didasari alasan yang cukup untuk melakukan reevaluasi. Sedangkan sisanya, alasannya antara Iain penggabungan jabatan, penambahan beban kerja Uob enrichment dan perubahan struktur organisasi (halaman 27).
Untuk mendapat gambaran yang nyata akibat plafon golongan jabatan ini terhadap motivasi pekerja, dilakukan pendekatan kualitatif yaitu dengan melakukan wawancara di salah satu Unit Usaha (Unit Pemasaran dan Niaga IV Semarang) kepada pemegang jabatan yang plafon, atasan yang bersangkutan dan kepada Kepala fungsi HRD dan PS (Pengembangan Sistem) setempat. Wawancara difokuskan pada apa yang dilakukan oleh pemegang jabatan ketika tahu bahwa jabatannya plafon, kebijakan yang diambil fungsi HRD dan pertimbangan fungsi PS dalam melakukan evaluasi jabatan (halaman 29-33).
Rekomendasi yang diberikan dalam tulisan ini adalah memisahkan keterkaitan antara golongan jabatan dan golongan gaji dalam pembinaan pekerja, dengan harapan motivasi pekerja tidak lagi pada ‘mengejar golongan jabatan, tetapi bagaimana meningkatkan kompetensinya dan ‘mengejar’ kinerja agar gajinya meningkat (halaman 38).
Untuk itu yang akan dijadikan pedornan adalah golongan jabatan saja, yang dihitung berdasarkan sistem evaluasi yang ‘menghitung’ know-how, problem solving dan accountability dari suatu jabatan. Rumusan besarnya gaji tidak dibahas dalam tulisan ini, tetapi hanya sejauh mengetengahkan faktor-faktor apa saja yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan struktur gaji. Faktor-faktor tersebut adalah digunakannya market survey dari beberapa perusahaan sejenis untuk menentukan besarnya gaji beberapa jabatan ditambah dengan tunjangan-tunjangan. Berdasarkan regresi dari beberapa jabatan kunci tersebut, dibuat secara menyeluruh gaji jabatan-jabatan lain berdasarkan score evaluasi jabatan."
Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rozala Ria
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kesiapan untuk berubah dan motivasi kerja pada karyawan level manajerial di PT X. PT X akan melaksanakan perubahan sistem HR yang memiliki dampak besar pada seluruh karyawan khususnya pada level manajer. Proses identifikasi dilakukan untuk melihat apakah perubahan sistem HR ini akan berdampak kepada karyawan terutama di sisi manejerial. Berdasarkan hasil identifikasi ditemukan bahwa salah satu kendala yang dapat berimbas pada perubahan sistem di PT X adalah rendahnya motivasi kerja. Hal ini menjadi acuan dalam penelitian untuk melihat hubungan antara kesiapan karyawan untuk berubah dan motivasi kerja. Penelitian dilakukan kepada 36 orang karyawan level manajerial di PT X dengan melihat tingkat motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik dari masing-masing responden. Hasil penelitian menunjukkan jenis motivasi yang memiliki hubungan positif terhadap kesiapan untuk berubah adalah motivasi intrinsik (α= 0.251*, p < 0.05). Selanjutnya, peneliti menetapkan intervensi yang tepat untuk menangani masalah organisasi dengan memberikan workshop motivasi intrinsik pada karyawan level manajer yang memiliki motivasi intrinsik yang rendah sejumlah 9 orang. Berdasarkan hasil uji perbedaan pada skor kesiapan untuk berubah dan skor motivasi kerja sebelum dan setelah dilakukan intervensi terdapat peningkatan pada kesiapan untuk berubah (Z= -1.342, p > 0.05) dan motivasi intrinsik (Z= - 1.000, p > 0.05) namun tidak signifikan.

Aim of the study is to evaluate the correlation between readiness for change and work motivations for managerial level at PT X. PT X planned to make improvement in term of HR system thus will have big impact for all employees from top to bottom levels. Identification process is being performed to assess the impact. Results shows, lack of motivation will be one of the bottlenecking issues to encounter prior to change of systems. That is why correlation between readiness for change and work motivation being chose as parameter of study. Assessment performed at 36 employees (managerial level) by evaluated each personnel intrinsic and extrinsic motivation levels. Result shows that readiness for change have positive correlation with intrinsic motivation (α= 0.251*, p < 0.05). To encounter the issue, intervention action is been taken by empowering intrinsic motivation through workshop, these action performed specific for 9 (nine) employees which show lack of intrinsic motivation level. Effectiveness evaluation is being perform by comparing before intervention score versus after intervention scores, and it shows that readiness for change could be improved to proper workshop/training (Z= -1.342, p > 0.05) so did for intrinsic motivation (Z= - 1.000, p > 0.05) but not significant."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T46489
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Restukanti Utami
"ABSTRAK
Transportasi Udara saat ini merupakan kebutuhan transportasi yang banyak diminati, karena harganya yang relatif bersaing dengan transportasi darat dan laut. Transportasi ini juga lebih banyak diminati karena efektif dan efisien dalam masalah waktu. Menghadapi setiap persaingan yang terjadi, Merpati perlu merumuskan strategi yang tepat. Salah satu strateginya adalah melakukan restrukturisasi sumber daya manusia dan kinerjanya secara terus menerus sehingga mampu beradaptasi dan proaktif terhadap perubahan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kompetensi, kepemimpinan dan kompensasi terhadap motivasi dan kinerja pegawai PT. Merpati Nusantara Airlines dan apakah terdapat hubungan langsung dan tidak langsung (variabel antara) antara variabel kompetensi, kepemimpinan, kompensasi dan motivasi terhadap kinerja pegawai PT. Merpati Nusantara Airlines.
Data penelitian diperoleh dari kuesioner yang disebarkan ke pegawai-pegawai PT. Merpati Nusantara Airlines di Kantor Pusat, meliputi lima fungsi bisnis yaitu fungsi pemasaran, fungsi SDM, fungsi operasi, fungsi keuangan dan fungsi pelayanan sebanyak 135 kuesioner. Metode analisis yang digunakan adalah kuantitatif deskriptif dengan path analysis menggunakan SPSS versi 13. Dari hasil analisis yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa kompensasi tidak memiliki pengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap kinerja. Pengaruh positif terbesar secara langsung terhadap kinerja adalah kompetensi yaitu sebesar 63,8%. Namun secara total, koefisien kepemimpinan mempunyai pengaruh paling besar diantara variabel lain melalui variabel motivasi yaitu sebesar 42,5%

ABSTRACT
Air transport is now a transportation need much in demand, because the price is competitive with land and sea transportation. Transportation is also more attractive because it is effective and efficient in a matter of time. Facing any competition, Merpati need to formulate appropriate strategies. One of the strategy is restructuring human resources and increasing performance on a continuous basis so that they can adapt and proactively change.
This study aimed to determine the relationship of competence, leadership and compensation on motivation and performance of PT. Merpati Nusantara Airline?s employees, and whether there is a direct and indirect (intermediate variabel) relationship between variabel of competence, leadership, compensation and motivation on the performance of employees of PT. Merpati Nusantara Airlines.
Data were obtained from questionnaires distributed to employees of PT. Merpati Nusantara Airlines Head Office, covering five business functions which are marketing, human resource, operations, financial and service functions, as many as 135 questionnaires. The analysis method used in this paper is descriptive quantitative path analysis using SPSS version 13. The results shows that compensation has no influence either directly or indirectly to the performance. The biggest positive influences directly the performance is competence that is equal to 63.8%. But as total, leadership coefficient has the greatest effect among other variabels through motivation variabel that is equal to 42,5%"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mery Brillianty
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat employee engagement, gaya kepemimpinan, praktik sumber daya manusia, pengaruh gaya kepemimpinan terhadap employee engagement, pengaruh praktik sumber daya manusia terhadap employee engagement, dan pengaruh gaya kepemimpinan terhadap praktik sumber daya manusia di Direktorat Jenderal Kebudayaan (Ditjenbud), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Penelitian ini menggunakan Utrecht Work Engagement Scale (UWES) untuk mengukur tingkat employee engagement, Multifactor Leadership Questionnaire (MLQ-Form 5X) untuk mengukur gaya kepemimpinan, dan Uji Praktik SDM yang dikembangkan oleh Delery & Doty untuk mengukur pengembangan karir, kompensasi, keamanan kerja, kerjasama, dan penilaian kinerja. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan general linear model.
Hasil penelitian terhadap 151 pegawai menunjukkan bahwa baik tingkat employee engagement, gaya kepemimpinan yang meliputi kepemimpinan transformasional, transaksional, dan Laissez Faire, maupun praktik sumber daya manusia yang diterapkan di Ditjenbud dikategorikan sedang. Hal ini berarti pegawai Ditjenbud cukup memiliki karakter vigor, dedication, dan absorption; kepemimpinan atasan cukup kharismatik, cukup berkuasa, walau kadang menghindari tanggung jawab; serta praktik sumber daya manusia yang belum diterapkan secara maksimal.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa ketiga gaya kepemimpinan tersebut tidak berpengaruh terhadap employee engagement maupun terhadap praktik sumber daya manusia. Namun, praktik sumber daya manusia berpengaruh nyata terhadap employee engagement di Ditjenbud.

The purpose of this research is to find out the employee engagement level, leadership styles, the human resource practices level, the influence of leadership styles on employee engagement, the influence of human resource practices on employee engagament, and the influence of leadership styles on human resource practices in Directorate General of Culture of the Ministry of Education and Culture.
This research utilize the Utrecht Work Engagement Scale (UWES) to measure the employee engagement level, the Multifactor Leadership Questionnaire (MLQ-Form 5X) to measure leadership styles, and Human Resource Practices Test which was developed by Delery & Doty to measure career development, compensation, work security, teamwork, and performance appraisal. Data was analyzed with descriptive analysis method and general linear model.
Result of the research (n=151) showed that the employee engagement level, leadership styles include transformational, transactional, and Laissez Faire leaderships, also human resource practices in Directorate General of Culture are moderate category. They mean that employees of Directorate General of Culture have moderate vigor, dedication, and absorption; their leadership show moderate charismatic, coercive power, however sometimes avoidant; also human resource practices are moderate applied.
This research also found that those three leadership styles have no impact on employee engagement, as well as on human resource practices. However, human resource practices have significantly impact on employee engagement in Directorate General of Culture of the Ministry of Education and Culture.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulana Septanto
"ABSTRAK
Penelitian ini memiliki tujuan untuk menjelaskan hubungan antara budaya organisasi dengan semangat kerja spirit at work pada perusahaan startup teknologi PT. XYZ. Dalam penelitian ini, variabel budaya organisasi menggunakan enam dimensi utama, yaitu teamwork and conflicts, climate and morale, information flow, involvement, supervision, dan meetings. Kemudian dimensi yang terdapat pada variabel semangat kerja spirit at work adalah engaging work, spiritual connection, sense of community, dan mystical experience. Pada penelitian ini diambil berdasarkan 30 responden yang merupakan karyawan tetap perusahaan startup teknologi PT. XYZ baik dari level manajerial maupun non-manajerial. Penelitian ini menggunakan uji korelasi spearman untuk mengukur tingkat suatu hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang sangat kuat antara budaya organisasi dengan semangat kerja spirit at work pada perusahaan startup teknologi PT. XYZ.

ABSTRACT
The purpose of this research is to explain the relationship between organizational culture with spirit at work on a technology startup company PT. XYZ. In this research, organizational culture variables using six main dimensions, namely teamwork and conflicts, climate and morale, information flow, involvement, supervision, and meetings. Then the dimensions contained in the variable spirit at work are engaging work, spiritual connection, sense of community, and mystical experience. In this research were taken by 30 respondents who are permanent employees of technology startup company PT. XYZ from managerial level, and non managerial. This research used Spearman correlation test to measure the level of a relationship between the dependent and independent variables. The result from this research obtained that there is a very strong relationship between the organization culture with spirit at work on a technology startup company PT. XYZ."
2016
S65938
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arsyiana Komala Dewi Nasrun
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dukungan atasan dan trait competitiveness terhadap self-efficacy dan work engagement karyawan di rumah sakit kusta Dr. Sitanala Tangerang. Dari hasil data dan pengujian hipotesis yang menggunakan uji analisis SEM, diperoleh hasil bahwa dukungan atasan dan trait competitiveness secara signifikan berpengaruh positif terhadap self-efficacy dan work engagement yang terdiri dari vigor, dedication dan absorption. Self-efficacy secara signifikan berpengaruh negatif terhadap dimensi work engagement yang terdiri dari vigor, dedication, dan absorption. Metode penelitian ini menggunakan kuantitatif eksplorasi. Teknik pengambilan sampel menggunakan stratified sampling proporsional. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menyebarkan kuesioner ke setiap divisi yang telah ditetapkan jumlah sampelnya. Peneliti menyarankan agar RSK. Dr. Sitanala Tangerang menciptakan budaya pembelajaran dalam organisasi yang bersifat terbuka, memberikan penghargaan kepada karyawan yang memiliki prestasi, semangat dan dedikasi dalam pekerjaan dan meningkatkan dukungan atasan melalui pelatihan mentoring dan coaching.

The purpose of this research is to examine the effect supervisor support and trait competitiveness on self-efficacy and work engagement employee at leprosy hospital Dr. Sitanala Tangerang. From the results of the data and hypothesis testing using SEM analysis, obtained the result that supervisor support and trait competitiveness significant positive impact on self-efficacy and work engagement consists of vigor, dedication and absorption. At self-efficacy variable significant negative on work engagement consists of vigor, dedication and absorption. This research is quantitative eksplanative. Sampling technique using proporsional stratified sampling. Data collection methods used in this study go round each division through the questionnaire. The researcher suggests that creating a learning culture in the organization is open, give awards to employees who have the achievements, spirit and dedication in their work and enhance employer support through mentoring and coaching training."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S44611
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hariyadi Puntohandoyo
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T22372
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>