Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 144273 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Paradise, Isaura
"Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh usia kawin pertama ibu terhadap pemenuhan hak kesehatan anak usia 6-23 bulan dengan menggunakan data SUSENAS 2017. Berdasarkan studi literatur, variabel usia kawin pertama diduga mengalami endogenitas sehingga variabel ini diprediksi dahulu menggunakan regresi OLS. Metode analisis pemenuhan hak kesehatan anak menggunakan regresi logistik biner dan regresi logistik ordinal. Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh bahwa usia kawin pertama ibu berpengaruh positif terhadap pemenuhan hak ASI ekslusif, pemenuhan hak ragam makanan, dan pemenuhan hak imunisasi dasar lengkap. Secara keseluruhan, usia kawin pertama ibu berpengaruh signifikan positif terhadap tingkat pemenuhan hak kesehatan anak.

This research aims to study the effect of mother's first age marriage on fulfillment of rights health of children aged 6-23 months in Indonesia using National Socio-Economic Survey 2017 data. Based on literature review, variable first age marriage is suspected to suffer from endogeneity, thus this variable is predicted using OLS regression in the first stage. The analysis method using the binary logistic regression and ordinal logistic regression. The result of data processing obtain that mother's first age marriage has a positive effect on fulfillment of exclusive breastfeeding right, fulfillment of the right to variety of food, and fulfillment of basic immunization rights. Overall, the mother's first age marriage has a positive effect on fulfillment of children's health rights."
Depok: Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Feny Nur Anggraeni
"Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh otonomi ibu terhadap praktik pemberian makan bayi dan anak usia 6-23 bulan menggunakan data 4.687 wanita usia subur berusia 15-49 tahun dari data SDKI 2012. Hasil regresi logistik biner menunjukkan bahwa otonomi ibu signifikan mempengaruhi praktik pemberian makan bayi dan anak. Faktor lainnya yang berpengaruh terhadap praktik pemberian makan bayi dan anak adalah umur anak, pendidikan, status kerja, akses ke media, antenatal care, status ekonomi rumah tangga, tempat tinggal, dan paritas. Faktor yang paling kuat berpengaruh terhadap praktik pemberian makan bayi dan anak adalah status ekonomi rumah tangga.

This research aims to study the effect of mother?s autonomy on feeding practice of infant and young child aged 6-23 months using the data of 4.687 married/cohabiting women from Indonesia DHS 2012. The results of binary logistic regression show that mother?s autonomy has a significant effect on infant and young child feeding practice. Other factors affecting child feeding practice are child age, education, working status, access to media, antenatal care, household economic status, residence, and parity. The strongest factor affecting child feeding practice is the household economic status."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitra Sistia
"ABSTRAK
Praktik pemberian makan bayi dan anak (PMBA) yang tidak tepat yang dikombinasikan dengan penyebab lain, seperti infeksi dan kekurangan makanan berdampak pada sepertiga masalah malnutrisi. Indikator PMBA yang berupa minimum diet diversity (MDD), minimum meal frequency (MMF), dan minimum acceptable diet (MAD) lebih terkait dengan pemberian makanan pendamping ASI yang memadai. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain studi cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan capaian minimum acceptable diet (MAD) pada anak usia 6-23 Bulan di Indonesia berdasarkan analisis data SDKI 2017. Hasil penelitian ini didapatkan dari data skunder SDKI 2017 dengan jumlah sampel sebanyak 1592 responden yang diambil menggunakan teknik simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa capaian minimum acceptable diet pada anak usia 6-23 bulan di Indonesia sebesar 32,8%. Pada hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji chi-square ditemukan bahwa terdapat faktor-faktor yang berhubungan dengan capaian MAD yaitu usia anak, pendidikan ibu, pendidikan ayah, kuintil kekayaan, kunjungan ANC, kunjungan PNC, tempat persalinan, dan keterpaparan media massa. Hasil analisis multivariat dengan menggunakan analisis regresi logistik ganda menemukan juga usia anak menjadi faktor dominan dari capaian MAD pada anak usia 6-23 bulan di Indonesia setelah dikontrol oleh variabel status ibu bekerja, pendidikan ibu, pendidikan ayah, kunjungan ANC dan tempat persalinan. Saran bagi Kementerian Kesehatan beserta jajarannya adalah dengan meningkatkan upaya konseling untuk ibu mengenai pentingnya praktik pemberian makan bayi dan anak yang lebih menyasar pada anak yang belum MP-ASI dan baru memulai MP-ASI. Saran untuk peneliti lain adalah penelitian perlu dilanjutkan dengan metode kuantitatif agar dapat menggali informasi yang lebih dalam terkait penyebab tercapaianya MAD maupun tidak tercapainya MAD.

ABSTRACT
Inappropriate infant and young child feeding practices combined with other causes, such as infection and lack of food, make up a third of malnutrition problems. IYCF indicators in the form of minimum diet diversity (MDD), minimum meal frequency (MMF), and minimum acceptable diet (MAD) are more related to the provision of adequate complementary feeding. This study was conducted using a cross sectional study design that aims to find out the description and the factors associated with achieving a minimum acceptable diet (MAD) in children aged 6-23 months in Indonesia based on analysis of the 2017 IDHS data. The results of this study were obtained from the 2017 IDHS secondary data with 1592 respondents were taken using simple random sampling technique. The results showed that the minimum acceptable diet achievement in children aged 6-23 months in Indonesia was 32.8%. In the results of bivariate analysis using the chi-square test it was found that there were factors related to MAD achievements, namely age of the child, mothers education, fathers education, wealth quintile, ANC visit, PNC visit, place of delivery, and mass media exposure. The results of multivariate analysis using multiple logistic regression analysis found that child age was the dominant factor of MAD achievement in children aged 6-23 months in Indonesia after being controlled by variables of working mother status, mothers education, father's education, ANC visit and place of delivery. Suggestions for the Ministry of Health and its staff are to increase counseling efforts for mothers regarding the importance of infant and child feeding practices that are more targeted at children who are not yet complementary feeding and have only started complementary feeding. Suggestions for other researchers is that research needs to proceed with quantitative methods in order to dig deeper information related to the causes of achieving MAD or not achieving MAD."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reihan Zulkarnaen
"Indikator Konsumsi Telur, Ikan, atau Daging (TID) adalah salah satu indikator Pemberian Makanan Bayi dan Anak (Infants and Young Child Feeding) WHO dan UNICEF sebagai salah satu cara untuk mencegah dan menanggulangi permasalahan gizi anak, seperti stunting Indikator tersebut mulai digunakan sejak 2021. Penelitian ini dijalankan untuk mengetahui persentase ketercapaian indikator TID dan faktor-faktor yang memengaruhi konsumsi TID pada anak usia 6-23 bulan. Studi ini menganalisis data sekunder Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017. Studi menggunakan desain potong lintang (cross-sectional) dengan analisis univariat dan bivariat. Pada SDKI, informasi konsumsi diperoleh  melalui frekuensi makan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase anak usia 6-23 bulan yang memenuhi konsumsi TID sebesar 71,7%. Terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara usia anak 6-11 bulan (Prevalence Ratio (PR) = 3,34; 95% CI: 2,96-3,75), akses ibu terhadap internet (PR = 1,19; 95%CI: 1,06-1,34), kepemilikan buku KIA (PR = 0,74; 95% CI: 0,59-0,95), ibu berpendidikan rendah (PR = 1,65; 95% CI: 1,29-2,13) dan menengah (PR =  1,36; 95%CI: 1,09-1,70), ayah berpendidikan rendah (PR = 1,65; 95% CI: 1,27-2,13) dan menengah (PR = 1,28; 95% CI: 1,01-1,619), status bekerja ibu (PR = 1,32; 95%CI: 1,16-1,45), rumah tangga paling miskin (PR=1,86; 95%CI: 1,40-2,47), rumah tangga miskin (PR = 1,74; 95%CI: 1,32-2,31), rumah tangga menengah (PR = 1,67; 95%CI: 1,26-2,22), rumah tangga kaya (PR = 1,39; 95%CI: 1,05-1,83), dan tidak memiliki kulkas (PR = 1,28; 95% CI: 1,14-1,44) terhadap ketidaktercapaian konsumsi TID. Informasi mengenai faktor-faktor yang memengaruhi konsumsi TID ini dapat menjadi dasar informasi terkini mengenai indikator konsumsi TID.

Egg and/or Flesh Food Consumption is one of WHO and UNICEF's Infants and Young Child Feeding indicators as a way to prevent and overcome child nutrition problems, such as stunting. The indicator was recently used, since 2021. This research was carried out to determine the coverage of EFF and factors that influence EFF consumption in children aged 6-23 months. The 2017 IDHS secondary data was utilized in this research. The study used a cross-sectional design with univariate and bivariate analysis. The research results showed that the percentage of children aged 6-23 months who met EFF consumption was 71.7%. There is a statistically significant relationship between child aged 6-11 months (PR = 3.34; 95% CI: 2.96-3.75), mother's access to the internet (PR = 1.19; 95% CI: 1, 06-1.34), ownership of KIA book (PR = 0.74; 95% CI: 0.59-0.95), mother with low (PR = 1.65; 95% CI: 1.29-2, 13) and middle (PR = 1.36; 95%CI: 1.09-1.70) education, low (PR = 1.65; 95%CI: 1.27-2.13) and middle (PR = 1.28; 95% CI: 1.01-1.619) education, mother's working status (PR = 1.32; 95% CI: 1.16-1.45), poorest household (PR = 1.86; 95%CI: 1.40-2.47), poor households (PR = 1.74; 95%CI: 1.32-2.31), middle class households (PR = 1.67; 95%CI: 1.26-2.22), rich households (PR = 1.39; 95%CI: 1.05-1.83), and not having refrigerator (PR = 1.28; 95%CI: 1.14- 1.44) towards non-achievement of EFF consumption. Information regarding factors that influence EFF consumption can be the basis for current information regarding EFF consumption indicators."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indinesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sirait, Aniza Rizky Aprilya
"Praktik MP-ASI yang buruk dapat menyebabkan kekurangan gizi pada anak-anak. Minimum dietary diversity (MDD) merupakan salah satu penentu status gizi anak dan telah ditemukan dapat memprediksi terjadinya stunting. Penelitian ini membahas mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan capaian MDD pada anak yang diberi ASI usia 6-23 bulan berdasarkan data SDKI tahun 2017. Penelitian ini menggunakan uji Chi-square dan uji regresi logistik ganda untuk menganalisis 2.976 sampel WUS. Terdapat 52,8% anak yang diberi ASI usia 6-23 bulan di Indonesia tahun 2017 telah mengonsumsi setidaknya lima dari delapan kelompok makanan. Namun, masih terdapat 47,2% anak yang belum memenuhi capaian MDD tersebut. Usia anak, pendidikan ibu, status bekerja ibu, akses ibu terhadap media, kekayaan rumah tangga, dan pendidikan ayah, peran ayah, kunjungan ANC, penolong persalinan, tempat persalinan, dan wilayah tempat tinggal ditemukan memiliki hubungan yang bermakna dengan capaian MDD anak. Namun, hanya usia anak, tingkat pendidikan ibu, status bekerja ibu, kekayaan rumah tangga, peran ayah, penolong persalinan, dan wilayah tempat tinggal yang lolos ke pemodelan multivariat akhir. Faktor dominan yang mempengaruhi capaian MDD anak adalah usia anak 6-11 bulan. Anak yang berusia 18-23 bulan berpeluang mengonsumsi lima atau lebih kelompok makanan sebesar 5,8 kali lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang berusia di bawah 6-11 bulan. Masih terdapat separuh anak Indonesia belum memenuhi capaian MDD. Perlu adanya intervensi di masa mendatang yang menargetkan ibu yang memiliki bayi dan anak kecil melalui program peningkatan kesadaran untuk mendorong pertumbuhan anak dengan memberikan diet yang lebih beragam sejak awal diperkenalkan makanan

Poor complementary feeding practices can lead to malnutrition in infants and young children. Minimum dietary diversity (MDD) is one of the determinants of childs nutritional status and has been found to predict stunting. This study discusses about factors associated with achieving MDD among breastfed children aged 6-23 months based on Indonesias Demographic and Health Survey in 2017. This study used chi-square and multiple logistic regression to analyze 2.976 women samples. There were 52.8% breastfed children aged 6-23 months in Indonesia who were consuming at least five of the eight food groups. However, there were still 47.2% breastfed children aged 6-23 months who had not met the MDD. Childs age, mother's education, mothers working status, mothers access to media, wealth index, fathers education, fathers role, ANC visit, delivery assistance, place of delivery, and area of residence were found to have significant association with MDD. However, only childs age, mother's education, mothers working status, wealth index, father's role, childbirth assistance, and area of residence qualified for the final multivariate modeling. The dominant factor determine a childs MDD is childs age 6-11 months. Children aged 18-23 months have the opportunity to consume five or more food groups by 5.8 times higher than children aged 6-11 months. There are still half of Indonesian children who have not met MDD. Future interventions are needed to target mothers with infant and young children through awareness raising programs to encourage the growth of children by providing a more diverse diet since food is first introduced at aged 6.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Veronica Zahra Lydia Cross
"ASI eksklusif terbukti menjadi makanan terbaik yang dapat diberikan ibu kepada anaknya selama 6 bulan pertama. Rendahnya cakupan ASI eksklusif di Indonesia perlu menjadi perhatian mengingat tingginya risiko kesehatan yang dapat mengancam pertumbuhan, kesehatan, hingga menyebabkan kematian bayi jika tidak ASI eksklusif. Berbagai faktor ditemukan menjadi penentu dalam praktik pemberian ASI eksklusif. Penelitian ini dilakukan untuk melihat faktor dominan yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif hingga 6 bulan pada anak usia 6-23 bulan di Indonesia. Desain yang digunakan adalah cross-sectional dengan menggunakan data sekunder IFLS-5 tahun 2014-2015 yang memiliki sampel anak usia 6-23 bulan sebanyak 1550 orang. Data dianalisis menggunakan uji chi square dan uji regresi logistik ganda. Hasil analisis menunjukkan prevalensi pemberian ASI eksklusif hingga usia minimal 5 bulan adalah sebesar 24,9%. Analisis bivariat menemukan beberapa faktor yang berhubungan signifikan dengan pemberian ASI eksklusif, yaitu usia ibu, pendidikan ibu, berat badan lahir, tempat persalinan, penolong persalinan, dan kunjungan ANC. Faktor status pekerjaan, status perkawinan, paritas, pengetahuan terkait ASI eksklusif, jenis kelamin, wilayah tempat tinggal, dan kunjungan PNC ditemukan tidak berhubungan signifikan dengan pemberian ASI eksklusif dalam penelitian ini. Hasil analisis multivariat menemukan usia ibu sebagai faktor dominan pemberian ASI eksklusif pada ibu dengan anak usia 6-23 bulan di Indonesia dengan OR 2,13. Penelitian ini menunjukkan bahwa optimalisasi praktik menyusui pada usia reproduktif dapat meningkatkan keberhasilan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan hingga 2,1 kali lebih tinggi.

Exclusive breastfeeding (EBF) is proven to be the best food a mother can give to her child during the first 6 months. The low prevalence of EBF in Indonesia needs to be a concern given the many health risk of not breastfeeding exclusively, such as delayed growth, threatened health, and infant mortality. Various factors were found to be determinants in the practice of exclusive breastfeeding. This study was conducted to identify the dominant factor associated with 6-month EBF among children aged 6-23 months in Indonesia. The design used in this study is cross-sectional using IFLS-5 2014-2015 as a secondary data with a sample of 1550 children aged 6-23 months. Data were analyzed using chi square test dan multiple logistic regression test. The result found the prevalence of 5-month EBF was 24,9%. Bivariate analysis found several factors that were significantly related to EBF, which are maternal age, maternal education, birth weight, place of delivery, birth attendant, and ANC visits. The factors of employment status, marital status, parity, knowledge related to EBF, gender, area of residence, and PNC visits were not found to be significantly related to EBF practice in this study. The result of multivariate analysis showed maternal age as the dominant factor of EBF practice in mothers with children aged 6-23 months in Indonesia with an OR of 2,13. This study shows that optimizing breastfeeding practices at reproductive age can increase the success of 6-month EBF up to 2,1 times."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Ligina Amalia
"Wasting sebagai bentuk dari malnutrisi akut dapat meningkatkan risiko penyakit dan kematian pada anak. Tujuan umum penelitian ini adalah diketahuinya suplementasi vitamin A sebagai faktor dominan kejadian wasting pada anak usia 6-23 bulan di Jakarta Barat tahun 2017. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan metode multistage random sampling, sehingga diperoleh sampel berjumlah 207 anak usia 6-23 bulan pada posyandu terpilih di Jakarta Barat. Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran antropometri, yaitu berat badan dan panjang badan, serta wawancara kuesioner dengan responden ibu/pengasuh dari sampel penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan sebesar 7.2 anak mengalami wasting. Analisis bivariat dengan CI 90 menunjukkan suplementasi vitamin A memiliki hubungan bermakna secara statistik dengan kejadian wasting. Analisis multivariat menunjukkan suplementasi vitamin A sebagai faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian wasting pada anak usia 6-23 bulan di Jakarta Barat tahun 2017 dengan nilai OR CI 90 8.526.
Peneliti menyarankan pemerintah, puskesmas, dan posyandu untuk menyediakan alat pengukuran antropometri secara lengkap di posyandu, dan mengadakan pelatihan pengukuran antropometri secara rutin, mengadakan penyuluhan mengenai praktik pemberian makan pada anak, praktik pemberian ASI pada usia 0-6 bulan, suplementasi vitamin A, dan imunisasi guna meningkatkan status gizi anak.

Wasting or acute malnutrition increase risk of infection and death in children. The first objective of this study was to determine vitamin A supplementation as a dominant factor of wasting among children aged 6 23 months in West Jakarta in 2017. This study was a cross sectional study. Multistage random sampling was used as sampling method. There were 207 samples of children aged 6 23 months from posyandu the integrated service posts in 6 chosen villages in West Jakarta. Data were collected by anthropometric measurement weight and length measurement and questionnaire.
This study found 7.2 of those children are wasting. Analysis with CI 90 in this study showed a significant association between vitamin A supplementation with wasting and vitamin A supplementation as a dominant factor associated with wasting among children aged 6 23 months OR 8.526.
Researcher suggest government, puskesmas public health center, and posyandu to provide a proper and complete equipment of anthropometric measurement in posyandu, periodically conduct anthropometric measurement training, and educate parents of children aged below 5 years old about complementary feeding practices, breastmilk feeding practices of children aged 0 6 months, vitamin A supplementation, and immunization to improve nutritional status of children.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S67043
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rininta Enggartiasti
"Stunting merefleksikan kondisi kekurangan gizi kronis pada awal kehidupan. Kondisi tersebut dapat diikuti dampak negatif jangka panjang berupa penurunan kapasitas kognitif, rendahnya tingkat kehadiran di sekolah, hingga dapat memicu rendahnya produktivitas dan pendapatan seseorang di masa depan. Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara praktik pemberian kolostrum, status imunisasi dan faktor lainnya dengan kejadian stunting pada anak usia 6-23 bulan di Jakarta Utara. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei 2017. Penelitian ini melibatkan sampel sebanyak 210 orang anak usia 6-23 bulan di 11 posyandu terpilih di Jakarta Utara. Data penelitian diperoleh melalui pengukuran panjang badan anak dan wawancara responden. Analisis data yang dilakukan berupa analisis univariat, analisis bivariat dan analisis multivariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 20 anak mengalami stunting, serta terdapat hubungan yang bermakna antara praktik pemberian kolostrum dan status imunisasi dengan kejadian stunting. Praktik pemberian kolostrum ditemukan sebagai faktor dominan kejadian stunting pada penelitian ini. Diperlukan peningkatan frekuensi dan cakupan penyuluhan mengenai praktik gizi dan kesehatan untuk anak usia 6-23 bulan, khususnya kepada masyarakat dengan tingkat pendidikan dan pendapatan yang rendah, dan dengan jumlah anak yang banyak serta diperlukan pemantauan tinggi badan anak secara berkala.

Stunting reflects chronic malnutrition in early childhood. This condition can be followed by long term negative impacts such as decreased cognitive capacity, low attendance rates in schools, and lead to low productivity and income in the future. The aim of this study is to determine the association between colostrum feeding, immunization status and other factors with stunting among children aged 6 23 months in North Jakarta. Cross sectional was used as the research design. Data was conducted in May 2017. This study enrolled 210 children aged 6 23 months in 11 Posyandu in North Jakarta. Research data obtained through measurement of child length and respondents interview. Data analysis included univariate analysis, bivariate analysis and multivariate analysis.
The results showed that 20 of children had stunting, and there was a significant association between colostrum feeding and immunization status with stunting. Colostrum feeding was found as the dominant factor of stunting in this study. Researcher suggests to increase the frequency and coverage area of nutrition and health practices education, especially for people with low levels of education and income, and large number of children, also to monitor of children aged 6 23 months 39 s length periodically.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S68501
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Triyani
"Wasting merupakan suatu kondisi malnutrisi akut yang dapat meningkatkan risiko penyakit infeksi dan kematian pada anak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian wasting pada anak usia 6 ndash; 23 bulan di Jakarta Utara tahun 2017. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dan data primer dengan jumlah sampel sebanyak 207 anak dari 11 posyandu terpilih yang diperoleh melalui metode multistage random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran antropometri BB dan PB dan wawancara kuesioner dengan responden ibu/pengasuh dari sampel penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 9,2 anak usia 6 ndash; 23 bulan di Jakarta Utara mengalami wasting. Hasil analisis bivariat dengan uji chi-square menunjukkan bahwa praktik pemberian kolostrum p-value.

Wasting is a condition of acute malnutrition that can increase the risk of infectious disease and death in children. The objective of this research is to determine the dominant factor related with wasting among children aged 6 ndash 23 months in North Jakarta in 2017. This research used a cross sectional study design and primary data with total sample of 207 children from 11 selected posyandu obtained through multistage random sampling method. Data were collected by anthropometric measurements weight and body length and questionnaire interviews with respondents mother caregiver of research sample. The result showed that 9,2 of children aged 6 ndash 23 months in North Jakarta are wasting. The result of bivariate analysis with chi square test showed that the practice of giving colostrum p value."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69088
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriela Sanjaya
"Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak yang terjadi sebagai akibat dari buruknya asupan makan anak, kejadian infeksi yang berulang, dan tidak adekuatnya stimulasi psikosoial. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian stunting pada anak usia 6-23 bulan di Jakarta Barat tahun 2017. Penelitian dilakukan dengan desain cross sectional, menggunakan data primer dengan jumlah sampel sebanyak 210 anak yang diambil dengan teknik multistage random sampling dari 12 Posyandu pada 6 kelurahan dari 3 kecamatan di Jakarta Barat. Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan pengukuran panjang badan anak dan melakukan wawancara dengan responden.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa sebanyak 16,2 anak usia 6-23 bulan di Jakarta Barat mengalami stunting. Hasil analisis bivariat dengan uji chi-square menemukan bahwa faktor-faktor yang berhubungan secara bermakna dengan kejadian stunting pada anak usia 6-23 bulan di Jakarta Barat adalah suplementasi vitamin A OR=3,62; 90 CI 1,144-8,939 dan tingkat pendidikan ibu OR=2,40; 90 CI 1,167-4,885. Hasil analisis multivariat dengan analisis regresi logistik ganda menemukan bahwa suplementasi vitamin A merupakan faktor dominan dari kejadian stunting pada anak usia 6-23 bulan di Jakarta Barat tahun 2017 setelah dikontrol oleh variabel capaian MAD, praktik pemberian kolostrum, dan tingkat pendidikan ibu OR=4,00; 90 CI 1,402-11,436.
Berdasarkan hasil penelitian, saran untuk pihak Suku Dinas Kota Administrasi Jakarta Barat adalah perlu dilakukan assessment untuk mengetahui mengapa anak yang masih berusia kurang dari 6 bulan sudah diberikan susu formula, cakupan mendapatkan suplementasi vitamin A harus ditingkatkan hingga mencapai 100, perlu dilakukan penyediaan alat antropometri panjang badan yang baku untuk setiap Puskesmas dan Posyandu, dan perlu dilakukan pelatihan mengenai prosedur yang baik dan benar dalam mengukur panjang badan anak; saran untuk pihak Puskesmas dan Posyandu adalah perlu dilakukan pemantauan status gizi berdasarkan indeks PB/U setiap 3 bulan sekali, perlu dilakukan pelatihan prosedur panjang badan kepada kader, perlu dilakukan edukasi kepada masyarakat mengenai praktik pemberian makan yang tepat dan pemanfaatan pelayanan kesehatan bagi anak; saran untuk peneliti lain adalah penelitian perlu dilakukan pada skala yang lebih besar baik dari sisi jumlah sampel maupun wilayah, penggunaan variabel capaian minimum dietary diversity, minimum meal frequency, dan minimum acceptable diet sebaiknya digunakan secara berhati-hati dan pengukurannya dilakukan 2-3 kali pada hari yang berbeda, serta perlu dilakukan 24-hour dietary recall untuk mengetahui keadekuatan asupan makan anak.

Stunting is the impaired growth and development that children experience as the result of poor nutrition, repeated infection, and inadequate psychosocial stimulation. The objective of this research is to determine the dominant factor related with stunting occurrence among children aged 6 23 months in West Jakarta Region in 2017. This research was descriptive study with cross sectional design that using primary data and included 210 children taken with a multistage random sampling technique from 12 Posyandu on 6 administrative villages of 3 sub districts of West Jakarta region. Data collection was done by measuring children's length and conduct interviews with respondents.
The result showed prevalence of stunting was 16,2. The Chi Square analysis showes that vitamin A supplementation OR 3,62 90 CI 1,144 8,939 and mother's education level have a significant association with stunting OR 2,40 90 CI 1,167 4,885. Furthermore, binomial logistic regression shows that vitamin A supplementation as a dominant factor of stunting occurrence among children aged 6 23 months in West Jakarta Region in 2017 after controlled by other variables minimum acceptable diet, colostrum feeding, and mother's education OR 4,00 90 CI 1,402 11,436.
Based on this research, the recommendations for Suku Dinas Kesehatan in West Jakarta region are to conduct an assessment on why children aged less than 6 months already given the formula milk, to increase the scope of vitamin A supplementation up to 100, to provide a golden standard anthropometric measurements for each Puskesmas and Posyandu, and to train Puskesmas workers on how to measure children's length with proper dan right procedure second, the suggestions for Puskesmas and Posyandu in West Jakarta are to monitor children's nutrition status based on indices height for age every 3 months, to train Posyandu workers about how to measure children's length with proper dan right procedure, and to educate the community about appropriate feeding practice and child health care finally, the advice for researchers are research needs to be done on a larger scale both in the number of samples and research location, the use of minimum dietary diversity, minimum meal frequency, and minimum acceptable diet as independent variables should be used in a careful way and the measurement of these variables need to be done 2 3 times on the different days in addition, 24 hour dietary recall method need to be done to assess children's dietary intake adequacy.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S68266
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>