Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 169285 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siahaan, Kristiane
"ABSTRAK
Latar Belakang. Efavirenz adalah salah satu obat antiretroviral lini pertama dalam tatalaksana infeksi HIV. Namun, penelitian dari beberapa negara menunjukkan sekitar 50% pengguna efavirenz mengalami efek samping psikiatrik, seperti gangguan tidur, mimpi buruk, insomnia, cemas, depresi sampai gangguan kognitif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi psikopatologi pada ODHA yang mendapatkan terapi efavirenz, serta faktor yang berhubungan, seperti faktor demografik, mekanisme koping, dan stigma.
Metode. Studi potong lintang ini menggunakan kuesioner yang diberikan pada pasien HIV di UPT HIV RSUPN Cipto Mangunkusumo yang menggunakan efavirenz. Psikopatologi diukur menggunakan SCL-90, mekanisme koping dengan Brief COPE, dan stigma dengan Berger HIV Stigma Scale. Selain itu, faktor demografik seperti usia, jenis
kelamin, riwayat gangguan jiwa, riwayat penggunaan narkotika, dan stadium HIV.
Hasil. Prevalensi psikopatologi pada pasien HIV yang diterapi dengan EFV sebesar 50 dari 112 subjek penelitian (44,6 %). Gejala psikopatologi terbanyak yang didapatkan adalah depresi 25.0% diikuti oleh gejala obsesif kompulsif 17.9%. Faktor yang menunjukkan hubungan signifikan dengan adanya psikopatologi adalah usia (p=0,01), stigma (p=0,01), dan riwayat penggunaan alkohol/zat psikoaktif lainnya (p=0,02).
Kesimpulan. Depresi merupakan psikopatologi yang paling banyak didapatkan pada penelitian ini. Faktor usia, stigma, dan riwayat penggunaan alkohol/zat psikoaktif lainnya mempunyai hubungan yang bermakna terhadap munculnya gejala psikopatologi pada pasien yang mendapatkan terapi EFV.

ABSTRACT
Background. Efavirenz is one of the first-line antiretroviral drugs in the management of HIV infection. However, research from several countries shows that about 50% of efavirenz users experience psychiatric side effects, such as sleep disorders, nightmares, insomnia, anxiety, depression to cognitive disorders. This study aims to determine the
prevalence of psychopathology in HIV patients who received efavirenz therapy, as well as related factors, such as demographic factors, coping mechanisms, and stigma.
Method. This cross-sectional design used a questionnaire given to HIV patients at UPT HIV Cipto Mangunkusumo General Hospital who used efavirenz. Psychopathology was measured using SCL-90, coping mechanism with COPE Brief, and stigma with Berger HIV Stigma Scale. In addition, demographic factors such as age, sex, history of mental
disorders, history of drug use, and stage of HIV.
Results. The prevalence of psychopathology in HIV patients treated with EFV was 50 out of 112 study subjects (44.6%). The most common psychopathological symptom was depression 25.0% followed by obsessive compulsive symptoms 17.9%. Factors that showed a significant correlation with the prevalence of psychopathology were age (p = 0.01), stigma (p = 0.01), and history of alcohol / other psychoactive substance use (p = 0.02).
Conclusion. Depression is the most commonly obtained psychopathology in this study. Age, stigma, and history of using alcohol / other psychoactive substance use have a significant significant correlation with the prevalence of psychopathological symptoms in patients receiving EFV therapy."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bramantya Wicaksana
"Latar belakang: Orang dengan HIV (ODHIV) termasuk dalam populasi risiko tinggi untuk terjadi COVID-19 derajat berat. Vaksinasi merupakan salah satu modalitas penting dalam melawan penyakit ini akibat ketiadaan terapi yang efektif.
Tujuan: Mengetahui intensi penerimaan vaksin COVID-19 pada orang dengan HIV berbasis integrated behavior model.
Metode: Penelitian ini melalui dua fase,kualitatif dan kuantitatif. Pada fase kualitatif, kuesioner berbasis IBM dibuat berdasarkan hasil in-depth interview. Penelitian dilakukan di RS Cipto Mangunkusumo, RS Kramat 128, dan RS Kanker Dharmais dari September sampai Desember 2021. Kriteria inklusi adalah ODHIV ≥ 18 tahun dan eksklusi tidak dapat membaca atau menulis dan tidak mengisi kuesioner secara lengkap pada bagian IBM. Pengambilan data berbasis kertas atau dalam jaringan dengan metode acak sederhana. Analisis korelasi dan regresi linier dengan SPSS 25.
Hasil: Dari total 470 partisipan, 75,6% pasien ingin melakukan vaksin. Model yang telah dibuat dapat menjelaskan 43,4% varians pada intensi untuk melakukan vaksinasi COVID-19 pada ODHIV (adjusted R2 = 0,434). Sebagai tambahan, determinan yang bermakna adalah sikap instrumental (B = 0,006, p < 0,05), norma yang dirasakan (B = 0,026, p < 0,01), dan kendali yang dirasakan (B = 0,019, p = 0,008).
Kesimpulan: Integrated Behavior Model dapat memprediksi intensi ODHIV untuk melakukan vaksinasi COVID-19.

Background: People Living with HIV (PLHIV) are considered a high-risk population for severe COVID-19. Vaccination is an important modality in combating this disease due to the lack of effective therapies.
Objective: To determine the intention of COVID-19 vaccine acceptance among people with HIV based on the Integrated Behavior Model (IBM).
Method: This study went through two phases, qualitative and quantitative. In the qualitative phase, an IBM-based questionnaire was developed based on the results of in- depth interviews. The research was conducted at Cipto Mangunkusumo Hospital, Kramat 128 Hospital, and Dharmais Cancer Hospital from September to December 2021. Inclusion criteria were PLHIV ≥ 18 years old, and exclusion criteria were individuals who were unable to read or write and did not complete the IBM questionnaire fully. Data collection was done on paper or online using a simple random sampling method. Correlation and linear regression analyses were performed using SPSS 25.
Results: Out of a total of 470 participants, 75.6% of patients expressed the intention to receive the vaccine. The developed model could explain 43.4% of the variance in the intention to receive the COVID-19 vaccination among PLHIV (adjusted R2 = 0.434). Additionally, significant determinants were instrumental attitude (B = 0.006, p < 0.05), perceived norm (B = 0.026, p < 0.01), and perceived control (B = 0.019, p = 0.008).
Conclusion: The Integrated Behavior Model (IBM) can predict the intention of PLHIV to receive the COVID-19 vaccination.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
M. Luthfi Adillah
"Praktek Spesialis Keperawatan merupakan sebuah proses penting dari pendidikan profesi dalam rangka mengaplikasikan peran perawat spesialis yang berdampak pada upaya peningkatan kualitas layanan keperawatan. Praktek ini dilakukan dan dikembangkan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui berbagai penelitian. Model Adaptasi Roy dan Teori Sosial Kognitif Bandura di RSUP Fatmawati Jakarta. Tiga kompetensi yang harus dicapai dalam praktek residensi ini adalah memberikan asuhan keperawatan menggunakan pendekatan teori keperawatan, menerapkan implementasi keperawatan yang berbasis bukti ilmiah (evidence based nursing practice), dan melakukan proyek inovasi keperawatan yang berguna bagi lahan yang menjadi tempat praktek residensi. Sebagai pemberi asuhan keperawatan, mahasiswa residensi telah memberikan asuhan keperawatan menggunakan pendekatan teori adaptasi Roy pada 1 kasus kelolaan utama dan 30 kasus resume pasien HIV/AIDS dengan berbagai infeksi oportunitis. Sebagai peneliti, mahasiswa residensi telah mengaplikasi penerapan permainan Kartu Inovatif Stop Stigma (KISS) dan hasil dari evidence based nursing ini menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang HIV/AIDS dan menurunkan self stigma pada pasien HIV. Sedangkan sebagai innovator, telah dilakukan inovasi edukasi pengetahuan terkait pencegahan infeksi oportunistik yang mana media edukasi juga dibetuk dapat barcode dan hasil penerapan proyek inovasi ini menunjukkan manfaat yang sangat signifikan bagi peningkatan pengetahuan dalam melakukan pencegahan infeksi oportunistik pada ODHA.

Nursing Specialist Practice is an important process of professional education in order to apply the role of specialist nurses which has an impact on efforts to improve the quality of nursing services. This practice is carried out and developed based on science and technology through various research. Roy's Adaptation Model and Bandura's Social Cognitive Theory at Fatmawati General Hospital, Jakarta. The three competencies that must be achieved in this residency practice are providing nursing care using a nursing theory approach, implementing nursing implementation based on scientific evidence (evidence based nursing practice), and carrying out nursing innovation projects that are useful for the land where the residency practice takes place. As providers of nursing care, residency students have provided nursing care using Roy's adaptation theory approach to 1 primary management case and 30 resume cases of HIV/AIDS patients with various opportunistic infections. As researchers, residency students have applied the Innovative Stop Stigma (KISS) Card game and the results of this evidence-based nursing show increased knowledge about HIV/AIDS and reduced self-stigma in HIV patients. Meanwhile, as an innovator, we have carried out knowledge education innovations related to the prevention of opportunistic infections in which the educational media is also made of barcodes and the results of implementing this innovation project show very significant benefits for increasing knowledge in preventing opportunistic infections in PLWHA."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Fauzi Rahman
"Berdasarkan data terakhir dari Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan per Desember 2014, secara kumulatif jumlah kasus HIV dan AIDS berdasarkan provinsi telah mencapai angka 32.711 kasus HIV dan 5.494 kasus AIDS, pada periode tersebut DKI Jakarta menempati posisi pertama, disusul Jawa Timur, dan Jawa Barat. Pengobatan bagi pasien HIV/AIDS untuk meningkatkan mutu dan harapan hidupnya adalah dengan menjalani Terapi ARV. Skripsi ini membahas hubungan antara Faktor Predisposisi (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan dan status marital), Faktor Pemungkin (jarak ke layanan kesehatan), Faktor Penguat (faktor risiko, lama terapi dan dukungan keluarga) dengan Ketidakpatuhan Pasien HIV/AIDS dalam meminum obat ARV. Penelitian ini menggunakan data rekam medis pasien yang aktif terapi ARV sampai dengan Januari 2015 sebagai data sekunder dengan desain studi cross sectional. Subjek penelitian dalam penelitian ini berjumlah 105 pasien HIV/AIDS di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Jatinegara dan Kramatjati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 34,3% pasien tidak patuh dalam berobat. Variabel yang memiliki hubungan yang signifikan dengan ketidakpatuhan pasien adalah status bekerja (Bekerja, PR= 2,6, 95%CI=1,0-6,7) dan status marital (Belum Menikah, PR=0,3, 95%CI=0,1-0,7). Banyaknya pasien HIV/AIDS dengan status bekerja tidak patuh dalam minum obat ARV diperlukannya peningkatan akses pengambilan obat di layanan kesehatan, dengan waktu pengambilan obat diluar jam pelayanan diharapkan mampu meningkatkan kepatuhan minum obat ARV pada pasien HIV/AIDS dengan status bekerja.

Based on the latest data from the Directorate General of disease control and environmental health Ministry of health per December 2014, cumulatively the number of cases of HIV and AIDS on the basis of the province has reached 32711 cases of HIV and AIDS cases, 5494 from the Jakarta ranked first, followed by East Java and West Java. Treatment for HIV/AIDS patients to improve the quality of its life expectancy and is to undergo Therapy ARV. In all regions of Indonesia in HIV treatment HIV amounted to 166,919 people, and are eligible to receive ARV therapy as much as 119,017 people or about 71,30%, receive ARV therapy as much as 93964 or 78.95% of all HIV sufferers who are eligible to receive ARV therapy, and amounted 21.05% 25053 or haven't received ARV therapy. This research discuss the relation about lot of factor, predispositions factors (age, sex, education, job status and marital status), enabling factors (distance to health services), Amplifier Factors (Risk Factor, length of therapy and family support) with the Non-Adherent HIV/AIDS patients following ARV Therapy. This research conducted using secondary data just as medical record with the design of study Cross Sectional. This research recorded 105 HIV/AIDS patients as sample at Puskesmas Jatinegara and Puskesmas Kramatjati. Result of this research is 34,3% patients is disobey the ARV Therapy. Result show 2 variable had association with non-adherent is working status (p=0,045, OR= 3,6) and marital status (p=0,001,OR=6,7)."
Universitas Indonesia, 2016
S62010
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Purnomo
"Kecemasan adalah suatu keadaan dimana individu/kelompok mengalami perasaan yang sulit (ketakutan) dan aktivasi sistem saraf otonom dalam berespon terhadap ketidakjelasan, ancaman tidak spesifik karena suatu pengalaman baru yang dijumpai oleh individu dalam kehidupan ini tidak selalu menyenangkan, tetapi ada kalanya muncul suatu situasi yang membawa respon kecemasan ringan, sedang, berat, dan panik. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentihkasi Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan Perawat dalam merawat pasien dengan HIV/AIDS di RS.Pelni Jakarta.
Desain penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan metode cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah perawat diruang kenanga dan merak, dan dipilih secara systematic random sampling. Sample berjumlah 33 orang perawat di ruang kenanga dan merak RS.Pelni Jakarta. Analisis data menggunakan uji Chi Square.
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan perawat dalam merawat pasien dengan HIV/AIDS (0,031 < p value < α 0,05), dan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara usia, fasilitas pelayanan, dan pengalaman pelatihan dengan tingkat kecemasan perawat dalam merawat pasien dengan HIV/AIDS (p value; 0,782; 0,004; 0,782).

Anxietas is an circumstance of where individual/group experience of difficult feeling (fear) and activation system of otonomous nerve in to not explain, threat is not specific because an new experience met by individual in this life do not always please, but sometimes emerge an situation that bring respon of light dread, heavy, and panic. This research aim to to identify Factors of which deal with storey;level of dread of Nurse in taking care of the patient by HIV/AIDS in RS.PELNI Jakarta.
Desain of this Research is descriptive of correlation with approach of method of cross sectional. Sampel in this research is nurse of space of kenanga and peacock, and selected by systematic is random sampling. Sample amount to 33 people of nurse of space of kenanga and peacock of RS.PELNI Jakarta. Analyse data use test of Chi Square.
Result of research to indicate that there are relation which signifikan of among/between storey; level of knowledge with storey; level of dread of nurse in taking care of the patient by HIV/AIDS (0,031 < p value< 0,05), and do not there are relation which signilikan of among/between age, service facility, and experience of training with storey;leveI of dread of nurse in taking care of the patient by HIV/AIDS ( p value; 0,782; 0,004; 0,782).
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
TA5838
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Priyanti Kisworini
"Latar Belakang : Infeksi Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immunodeficiency Syndrome (HIV/AIDS) merupakan penyakit imunodefisiensi sekunder terbanyak dan masih merupakan masalah kesehatan penting di dunia. Terapi antiretroviral (ART) diharapkan dapat mengurangi angka kejadian baru dan angka kematian karena HIV/AIDS. Data untuk mengevaluasi keberhasilan ART, gambaran pola viral load (VL) sebagai respos ART serta faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan terapi belum ada di Indonesia.
Metode : Penelitian kohort retrospektif, memakai data rekam medis di Poliklinik Alergi-Imunologi Anak RSCM Jakarta sejak Juli 2003 sampai September 2022 pada anak sampai usia 18 tahun yang terdiagnosis HIV dan minimal mempunyai 3 hasil pemeriksaan VL.
Hasil : Terdapat 137 anak yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Keberhasilan ART setelah 12 bulan terapi sebesar 50,36% dan setelah 24 bulan terapi sebesar 64,23%. Pola VL terbanyak sebagai respons ART adalah Pola VL tersupresi 48,2%, kemudian early viral failure sebesar 34,3%, persistent low level viremia sebesar 15,3%, 1,5% sebagai viral failure dan 0,7% sebagai viral blips. Faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan terapi setelah 12 bulan terapi secara bermakna adalah status nutrisi baseline gizi baik dengan RR : 2,15 (IK 95% : 1,07-2,59) nilai p : 0,026. Setelah 24 bulan terapi adalah status nutrisi baseline gizi baik dengan RR 1,66 (IK 95% 1,09-1,86) dengan nilai p : 0,024.
Kesimpulan : Keberhasilan terapi ARV setelah 12 bulan 50,36% dan 64,23% dicapai setelah 24 bulan. Faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan terapi secara bermakna pada 12 bulan dan pada 24 bulan adalah status nutrisi baseline gizi baik. Pelaksanaan pemeriksaan VL untuk diagnostik dan pemantauan terapi ARV memerlukan dukungan ketersediaan fasilitas diagnostik yang konsisten. Didapatkan 3 pola VL terbanyak adalah virus tersupresi, early viral failure dan persistent low level viremia.

Background : Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immunodeficiency Syndrome (HIV/AIDS is still main health problem in the world. The use of antiretroviral therapy (ART) is expected to reduce new cases, and mortality of HIV/AIDS. Data to evaluate the success of ART, description of Viral Load (VL) patterns in response to ART and factors that affected VL suppression doesn’t yet exist in Indonesia.
Methods: A retrospective cohort study, using medical record at the Pediatric Allergy-Immunology outpatient clinic RSCM Jakarta from July 2003 to September 2022 in children up to 18 years of age who were diagnosed with HIV and had at least 3 VL test results
Results: There were 137 children who met the criteria. The success of ART after 12 months was 50.36% and after 24 months was 64.23%. The highest VL pattern in response to ART was a suppressed VL pattern of 48.2%, then early viral failure of 34.3% and persistent low-level viremia of 15.3%, viral failure of 1.5% and 0.7% as viral blips. Factors that significantly affected the success of therapy after 12 months of therapy was good nutritional status RR 2.15 (95% CI : 1.1-4.2) p : 0.026. After 24 months of therapy was good nutritional status with RR 1.66 (95% CI : 1.07-2.59) p : 0.024.
Conclusion: The success of therapy after 12 months was 50.36% and 64.23% after 24 months. Factors that affected the success of therapy at 12 months and 24 months of therapy was good nutritional status. The VL examination as confirmation of the diagnostic and success of therapy required consistent diagnostic tools availability. It was found 3 most patterns of VL was virus suppression, early viral failure and persistent low level viremia.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Pratama Wicaksana
"LATAR BELAKANG: Terapi ARV telah mengubah infeksi HIV dari penyakit yang mematikan menjadi penyakit kronik yang dapat dikendalikan. Salah satu efek samping terapi ARV adalah dislipidemia yang dapat meningkatkan risiko kardiovaskular. Studi tentang dislipidemia pada anak terinfeksi HIV di negara berkembang belum banyak dilakukan. TUJUAN: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalens dislipidemia pada anak terinfeksi HIV dalam terapi ARV serta faktor risiko terkait. METODE: Studi potong lintang dilakukan di poliklinik anak RSCM dari bulan Januari hingga Juli 2019. Pemeriksaan profil lipid dikerjakan pada subyek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data yang dikumpulkan adalah status gizi, stadium klinis saat awal diagnosis, status imunosupresi terakhir, nilai VL terakhir, paduan ARV terakhir, dan kombinasi ARV terakhir dari rekam medis. HASIL: Dari 96 subyek yang ikut alam penelitian ini, 52 (54,2%) mengalami dislipidemia. Prevalens dislipidemia pada kelompok terapi ARV lini 2 adalah 80%, sementara pada kelompok lini 1 adalah 39%. Terdapat hubungan yang bermakna antara penggunaan paduan ARV lini 2 dengan peningkatan risiko, yaitu sebesar 6,3 kali (p<0,01 IK95% [2,4-17,1]) untuk terjadi dislipidemia dibandingkan dengan paduan lini 1.KESIMPULAN: Prevalens dislipidemia pada anak terinfeksi HIV yang mendapatkan terapi ARV cukup tinggi dengan faktor risiko yaitu penggunaan paduan ARV lini 2.

INTRODUCTION: Antiretroviral therapy has changed the status of HIV infection from a high-mortality disease into a chronic disease. One of the consequences of long-term use of ARV is dyslipidemia that may progress into cardiovascular disease in the future. OBJECTIVE: The aim of the study was to seek the prevalence of dyslipidemia among HIV-infected children receiving ARV and related risk factors. METHODS: A cross-sectional study was conducted at pediatric outpatient clinic, RSCM, from January to July 2019. Lipid profile was examined on eligible subjects and data regarding nutritional status, clinical stadium at diagnosis, latest immuno supression status, latest VL value and latest ARV combination used were obtained from medical record. RESULTS: Of 96 subjects included, 52 (54,2%) subjects experienced dyslipidemia. Prevalence of dyslipidemia among second line and first line users were 80% and 39%,respectively. The use of second-line ARV medications was associated with 6,3 times (p=0,0 CI95%[2,4-17,1]) increase of risk for dyslipidemia compared to the use of first-line therapy. CONCLUSION: Prevalence of dyslipidemia among HIV-positive children on ARV is high with second-line ARV therapy being a risk facto."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58940
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risyda Zakiyah Hanim
"Praktek Spesialis Keperawatan merupakan sebuah proses penting dari pendidikan profesi dalam rangka mengaplikasikan peran perawat spesialis yang berdampak pada upaya peningkatan kualitas layanan keperawatan. Praktek ini dilakukan dan dikembangkan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui berbagai penelitian. Model Adaptasi Roy dan Teori Sosial Kognitif Bandura di RSUP Fatmawati Jakarta. Tiga kompetensi yang harus dicapai dalam praktek residensi ini adalah memberikan asuhan keperawatan menggunakan pendekatan teori keperawatan, menerapkan implementasi keperawatan yang berbasis bukti ilmiah (evidence based nursing practice), dan melakukan proyek inovasi keperawatan yang berguna bagi lahan yang menjadi tempat praktek residensi. Sebagai pemberi asuhan keperawatan, mahasiswa residensi telah memberikan asuhan keperawatan menggunakan pendekatan teori adaptasi Roy pada 1 kasus kelolaan utama dan 30 kasus resume pasien HIV/AIDS dengan berbagai infeksi oportunitis. Sebagai peneliti, mahasiswa residensi telah mengaplikasi penerapan skrining malnutrisi pada pasien HIV/AIDS menggunakan Modiffied Subjective Global Asessessment dan hasil dari evidence based nursing ini menunjukkan bahwa kuisioner MSGA-HIV akurat dan reliable untuk menilai status resiko malnutrisi khusus pada pasien HIV. Sedangkan sebagai innovator, telah dilakukan inovasi edukasi pengetahuan terkait pencegahan infeksi oportunistik yang mana media edukasi juga dibetuk dapat barcode dan hasil penerapan proyek inovasi ini menunjukkan manfaat yang sangat signifikan bagi peningkatan pengetahuan dalam melakukan pencegahan infeksi oportunistik pada ODHA.

Nursing Specialist Practice is an important process of professional education in order to apply the role of specialist nurses which has an impact on efforts to improve the quality of nursing services. This practice is carried out and developed based on science and technology through various studies. Roy's Adaptation Model and Bandura's Cognitive Social Theory at Fatmawati General Hospital, Jakarta. The three competencies that must be achieved in this residency practice are providing nursing care using a nursing theory approach, implementing nursing practice based on scientific evidence (evidence-based nursing practice), and carrying out nursing innovation projects that are useful for the land where the residency is practiced. As nursing care providers, residency students have provided nursing care using Roy's adaptation theory approach in 1 main managed case and 30 resume cases of HIV/AIDS patients with various opportunistic infections. As researchers, residency students have applied the application of malnutrition screening to HIV/AIDS patients using the modified Subjective Global Assessment and the results of this evidence- based nursing show that the Modified SGA HIV questionnaire is accurate and reliable for assessing the risk status of specific malnutrition in HIV patients. Meanwhile, as an innovator, innovative knowledge education has been carried out related to the prevention of opportunistic infections in which educational media has also been formed to be barcoded and the results of implementing this innovation project show very significant benefits for increasing knowledge in preventing opportunistic infections in PLHIV."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Perwita Sari
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk membuat model analisis data HIV AIDS dan
IMS untuk secara optimal dimanfaatkan pada program HIV AIDS dan IMS di
Puskesmas Karawaci Baru, Kota Tangerang. Metodologi penelitian menggunakan
desain kualitatif operasional research, dengan informan 4 orang. Instrumen yang
digunakan adalah data HIV AIDS dan IMS dari aplikasi SIHA offline tingkat
puskesmas, dengan cara wawancara mendalam. Hasil analisis adalah belum
optimalnya luaran aplikasi SIHA dalam mendukung proses analisis data sesuai
kebutuhan. Perlu dilakukan evaluasi ulang pada data input, proses dan output dari
sistem aplikasi SIHA.
ABSTRACT
The study aims to create a model of data analysis HIV AIDS, and STDs in
Puskesmas Karawaci Baru, Kota Tangerang. Research methodology using design the
qualitative of operational research, with informant 4 people. Instruments used is data
HIV AIDS, and STDs of offline SIHA applications from puskesmas, by means of indepth
interviews. The results of the analysis is not optimal the SIHA application
outcome in support of the process of data analysis as needed. Re-evaluation needs to
be done on the data input, process and output of the application system SIHA."
2014
S61232
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adelia Nova Prahasary
"Latar Belakang.
Pengobatan antiretroviral (ARV) di Indonesia, meliputi dua lini. Lini kedua terdiri dari kombinasi dua NRTI (Nucleoside Reverse Trancriptase Inhibitor) dan satu PI (protease inhibitor). Protease inhibitor adalah salah satu ARV yang diketahui dapat menyebabkan lipodistrofi, yang seringkali berkembang mengalami resistensi insulin, dan berhubungan dengan peningkatan risiko kardiovaskular. Peningkatan FFA (free fatty acids) dan TNF-α akibat lipolisis sel lemak pada lipodistrofi, beberapa sitokin yang dilepaskan oleh jaringan lemak (adipokin), seperti leptin dan adiponektin dipikirkan memiliki peran terhadap resistensi insulin. Leptin dan adiponektin memiliki kaitan erat dengan metabolisme glukosa dan sensitivitas insulin.
Tujuan.
Mengetahui korelasi leptin, adiponektin dan rasio leptin-adiponektin dengan HOMA-IR pada pasien HIV/AIDS dalam terapi anti retroviral berbasis inhibitor protease.
Metode.
Studi potong lintang dengan populasi terjangkau adalah pasien HIV/AIDS dewasa yang mendapatkan terapi ARV lini ke dua di RSUPN Cipto Mangunkusumo pada September– Desember 2018. Analisis data digunakan untuk mendapat koefisien korelasi leptin, adiponektin dan rasio leptin-adiponektin dengan HOMA-IR
Hasil.
Sebanyak 111 subjek penelitian dengan subjek laki – laki sebanyak 91 orang (81%). Median usia subjek penelitian 39 tahun. Median lingkar perut 83,1 cm dan IMT 22,91 ± 3,91 kg/m2. Sebanyak 60,4% dari subjek penelitian mengalami hipertrigliseridemia, dan 85% memiliki kadar HDL yang rendah. Pada penelitian didapatkan median HOMA IR 2,91, median adiponektin 11,4 μg/mL, median leptin 9,9 ng/mL, dan median rasio leptin adiponektin 0,74. Pada penelitian ini didapatkan koefisien korelasi antara leptin dengan HOMA-IR 0.434 dengan p <0,001, adiponektin dengan HOMA IR -0,214 dengan p <0,05 dan rasio leptin-adiponektin dengan HOMA-IR, didapatkan nilai r 0,417 dengan p <0,001.
Kesimpulan.
Terdapat korelasi positif bermakna antara leptin dan rasio leptin-adiponektin dengan HOMA- IR, sedangkan untuk adiponektin dengan HOMA-IR didapatkan korelasi negatif bermakna.

Background.
Antiretroviral (ARV) treatment in Indonesia includes two lines. The second line consists of a combination of two NRTIs (Nucleoside Reverse Trancriptase Inhibitors) and one PI (protease inhibitor). Protease inhibitors are ARV drugs known to cause lipodystrophy. Patients who are on HAART (highly active antiretroviral therapy), and have lipodystrophy, often develop insulin resistance which is associated with increased risk for cardiovascular disease. Increasing of FFA (free fatty acids) and TNF-α (tumor necrosis factor-alpha) in result of lipodystrophy, also several cytokines (adipokines) released by adipose tissue, such as leptin and adiponectin, also known as adipocytokines or adipokines, may play a role to insulin reistance. Leptin and adiponectin are linked to glucose metabolism and insulin sensitivity.
Objective.
Knowing the correlation of leptin, adiponectin and leptin-adiponectin ratio with HOMA-IR in HIV/AIDS patient on protease inhibitor based anti retroviral therapy.
Methods.
Cross sectional study with an affordable population of HIV/ AIDS patient on protease inhibitor- based ARV therapy in Cipto Mangunkusumo Hospital from September – December 2018. Data Analysis was used to obtain the coefficient of correlation of leptin, adiponectin and leptin- adiponectin ratio with HOMA-IR.
Results.
There were 111 subjects with 91% males. Median’s age of study subject 39 years. Median of abdominal circumference 83,1 cm and median of body mass index 22,91 ± 3,91 kg/m2. Hypertriglyceridemia was found in 60,4% from subjects and 85% had low HDL level. Median of HOMA IR 2,91, Median of adiponectin 11,4 μg/mL, median of leptin 9,9 ng/mL, median of leptin adiponectin ratio 0,74. Coefficient of correlation between leptin and HOMA-IR was 0,434 with p value <0,001, adiponectin and HOMA-IR -0,214 with p value <0.05 and leptin- adiponectin ratio 0,417 with p value <0,001
Conclusion.
A significant positive correlation between leptin and leptin-adiponectin ratio with HOMA-IR was obtain, also a significant negative correlation was obtained between adiponectin and HOMA-IR.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>