Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 144342 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kyvano Navin
"Suatu percakapan diasumsikan mengikuti prinsip-prinsip umum komunikasi dan kerja sama sebagai suatu aturan. Grice (1975) mengembangkan studi tentang prinsip kooperatif, dan merupakan kunci percakapan yang efektif. Namun, apa yang orang katakan tidak selalu apa yang sebenarnya mereka maksud, dan alasan mereka di balik itu melebihi pentingnya untuk mematuhi prinsip kerja sama Grice. Artikel penelitian ini berfokus pada tindak tutur Donald Trump karena penting untuk memahami implikatur percakapannya. Metode campuran (kualitatif & kuantitatif) dengan studi pustaka digunakan dalam penelitian ini, dan transkrip yang sesuai dengan cuplikan konferensi pers digunakan sebagai data primer. Artikel penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi jenis-jenis ketidaktaatan pada maksim prinsip kerja sama Grice dalam dialog Trump dengan publik dengan frekuensinya masing-masing, dan (2) menjelaskan mengapa jenis tertentu lebih menonjol dari yang lain. Temuan menunjukkan bahwa ada limabelas ketidaktaatan terhadap maksim dengan pelanggaran maksim kuantitas (maxim of quantity) memegang frekuensi tertinggi, dan itu adalah tindakan Trump yang paling serbaguna untuk dieksploitasi. Hal ini menyimpulkan bahwa beliau mengeksploitasi prinsip kerja sama percakapan dengan tidak mengamatinya untuk keuntungan pribadinya.

A conversation is assumed to be following the general principles of communication and cooperation as such kind of a rule. Grice (1975) developed a study on the cooperative principle, and it is the key of an effective conversation. However, what people say is not always what they actually mean and their reasons for that outweighs the importance of observing the Gricean Cooperative Principle. This research article focuses on the speech acts of Donald Trump, and it is imperative to understand his conversational implicature. A mixed method (qualitative & quantitative) with additional library research is used, and the transcript corresponding to the footage of the press conference is used as the primary data. The article aims to (1) identify the types of non-observance of Gricean cooperative principle maxims in Trump`s dialogue with the public with each types` frequency, and (2) explain why a certain type is more prominent than the others. The findings show that there are fifteen non-observance of the maxims with flouting of the maxim of quantity holds the highest frequency, and it is Trump`s most versatile act for exploiting. It concludes that he exploits the maxims by not observing them for his personal benefit."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Dininggara Maladi
"Sukaraja merupakan desa yang penduduknya terdiri dari berbagai suku bangsa antara lain suku bangsa Sunda dan suku bangsa Lampung. Dua suku bangsa tersebut merupakan suku bangsa terbesar di desa Sukaraja. Suku bangsa Lampung dan suku bangsa Sunda hidup berdampingan dan saling mempengaruhi kebudayaan satu sama lain. Hal ini terlihat pada penggunaan bahasa Lampung disana yang tersisipi oleh penegas kata (fatis) atuh, jing, dan geh. Ketiga fatis tersebut berasal dari bahasa Sunda. Bahasa Lampung tersisipi ketiga fatis tersebut karena adanya interaksi yang terjadi antar suku bangsa Lampung dan suku bangsa Sunda setiap harinya.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Teknik penelitian yang digunakan yaitu pengamatan terlibat dan wawancara mendalam. Hal ini digunakan untuk mengetahui mengapa bahasa Lampung di desa Sukaraja tersisipi oleh fatis dari bahasa Sunda. Kajian pustaka dilakukan untuk memudahkan peneliti dalam memahami fatis dan fungsi dari fatis itu sendiri serta membantu peneliti memahami mengapa fatis bahasa Sunda dapat menyisipi bahasa Lampung. Selain itu, peneliti juga mempresentasekan jumlah fatis atuh, jing, dan geh yang muncul dalam bahasa Lampung.
Penelitian ini mengkategorikan informan menjadi dua kriteria yaitu informan kunci (key informan) dan informan pendukung. Informan kunci terdiri dari tiga orang. Ketiganya menggunakan nama asli atau peneliti tidak menggunakan nama samaran. Sedangkan informan pendukung adalah beberapa masyarakat suku bangsa Lampung yang tinggal di desa Sukaraja.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa fatis atuh, jing, dan geh dapat menyisipi bahasa Lampung karena pengucapan ketiga fatis tersebut sesuai dengan sumber bunyi dalam bahasa Lampung. Ketiga fatis tersebut juga memiliki fungsinya sendiri. Tiap-tiap fatis memiliki fungsi yang berbeda dari fatis-fatis yang ada dalam bahasa Lampung. Selain itu, faktor kebiasaan juga membuat fatis atuh, jing, dan geh menjadi lazim digunakan di desa Sukaraja.
Kerukunan antar suku bangsa yang terjadi di desa Sukaraja juga membuat masyarakat suku bangsa Lampung dapat menerima dengan baik keberadaan fatis atuh, jing, dan geh dalam bahasa Lampung. Keberadaan ketiga fatis tersebut dalam bahasa Lampung telah disadari oleh suku bangsa Lampung dan membuat mereka merasa semakin kaya dalam berbahasa.

Talbot is a village made up of various ethnic groups such as ethnic and tribal Sundanese Lampung. The two tribes are the largest ethnic group in the village of Talbot. Lampung tribes and ethnic groups coexist and Sundanese culture mutually influence each other. This is seen in the use of language by the Lampung there are shells confirmation word (phatic) atuh, jing, and geh. Phatic third comes from the language. Phatic three shells Lampung language, because of the interaction between Lampung tribes and tribal Sundanese every day.
The approach used in this study is a qualitative approach and quantitative approach. Research techniques used were participant observation and in-depth interviews. It is used to determine why the language of Lampung in Talbot village by the shells of phatic language. Literature review conducted to facilitate researchers in understanding the function of phatic phatic and themselves and to help researchers understand why phatic Sundanese language can menyisipi Lampung. In addition, the researchers also mempresentasekan number phatic atuh, jing, and geh which appeared in Lampung.
This study categorizes the informant to two criteria: the key informants (key informants) and supporting informants. Key informants consisted of three people. All three use real names or the researchers did not use a pseudonym.While informants are supporting some ethnic communities living in rural Lampung Talbot.
Based on the survey results revealed that phatic atuh, jing, and can geh menyisipi third language pronunciation phatic Lampung because according to the source of sound in the language of Lampung. Phatic Third also has its own function. Phatic each having different functions of phatic-phatic that exist in Lampung. In addition, the habit also makes phatic atuh, jing, and geh became prevalent in rural Talbot.
Harmony among ethnic groups occurred in the village of Talbot also made Lampung ethnic communities may welcome the presence of phatic atuh, jing, and geh in Lampung language. The existence of the third phatic language has been recognized by the Lampung Lampung tribe and make them feel even richer in the language.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S44669
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Restasari Agustina
"Penelitian ini menganalisis konstruksi wacana mengenai Presidensi G20 Indonesia oleh agensi berita internasional asal Amerika Serikat Associated Press. G20 Indonesia merupakan salah satu mega-events yang mendapatkan amplifikasi media secara global. Namun, format media saat ini tidaklah netral dan agensi berita internasional, termasuk Associated Press berperan dalam penetapan agenda internasional yang dilakukan dengan mengkonstruksi suatu wacana. Dengan demikian, penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis berbasis korpus dan pendekatan wacana historis untuk memperjelas presensi Indonesia dalam wacana Presidensi G20 Indonesia dan eksklusi serta inklusi wacana oleh Associated Press sebagai cerminan pemapanan kekuasaan oleh agensi berita internasional selama Presidensi G20 Indonesia. Selanjutnya, ekologi media dimana Associated Press bekerja juga dijelaskan dengan konsep multiaksialitas dan hiperrealitas. Analisis wacana kritis berbasis korpus menemukan bahwa wacana yang dikonstruksi oleh Associated Press mengenai G20 Indonesia adalah wacana konflik Ukraina dan Rusia, presensi China pada G20 Indonesia, dan Indonesia sebagai tuan rumah G20 periode 2021-2022. Peran Indonesia sebagai tuan rumah G20 dieksklusikan dalam wacana terkait konflik Ukraina dan Rusia, dan Indonesia diinklusikan dengan wacana kedekatan China dan Indonesia selama presidensi G20 Indonesia yang dipermasalahkan oleh Associated Press. Selain itu, Associated Press juga menggunakan strategi makro-diskursif konstruktif, transformasi, dan destruksi untuk membentuk wacana identitas nasional. Praktik diskursif yang dilakukan oleh Associated Press tersebut merupakan upaya pemapanan kekuasaan yang dilatarbelakangi oleh transisi rezim media yang menimbulkan proliferasi sumber informasi baru di satu sisi, namun masih didominasi oleh sejumlah agensi berita internasional yang saling bersaing dalam menentukan wacana internasional dan masih membawa warisan Perang Dingin di sisi lain.

This study analyzes the discourse construction on Indonesia's G20 Presidency by an international news agency from the United States Associated Press. G20 Indonesia is one of the mega-events that has received media amplification globally. However, the current media format is not neutral and international news agencies, including the Associated Press play a role in setting the international agenda which is done by constructing a discourse. Thus, this study uses corpus-based critical discourse analysis and historical discourse approaches to clarify Indonesia's presence in the discourse of the Indonesian G20 Presidency and the exclusion and inclusion of discourse by the Associated Press as a reflection of the power establishment by international news agencies during Indonesia's G20 Presidency. Furthermore, the media ecology in which the Associated Press works is also explained by the concepts of multiaxiality and hyperreality. Corpus-based critical discourse analysis found that the discourse constructed by the Associated Press regarding Indonesia's G20 was the discourse on the Ukraine and Russia conflict, China's presence at the Indonesian G20, and Indonesia as the host of the 2021-2022 G20. Indonesia's role as host of the G20 was excluded in the discourse regarding the Ukraine and Russia conflict, and Indonesia was included in the discourse on the closeness of China and Indonesia during Indonesia's G20 presidency which was disputed by the Associated Press. In addition, the Associated Press also uses constructive, transformational, and destructive macro-discursive strategies to shape national identity discourses. The discursive practice carried out by the Associated Press is an effort to establish power against the backdrop of the transition of media regimes which has led to the proliferation of new sources of information on the one hand, but is still dominated by some international news agencies which compete each other in determining international discourse and still carry the legacy of the Cold War in the other side."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurun Nabillah
"Percakapan antara seseorang atau lebih merupakan hal yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Implikatur atau pengimplikasian sebuah kalimat berkaitan dalam penyampaian pesan yang dilakukan oleh seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implikatur percakapan dan prinsip kerja sama dalam film Solino dengan menggunakan teori implikatur percakapan dari Paul Grice. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan studi pustaka. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan atau pelanggaran dalam prinsip kerja sama. Berdasarkan delapan percakapan antara orang tua dan anak dalam film Solino, terdapat pelanggaran prinsip kerja sama, sehingga komunikasi tidak berjalan dengan baik.

Conversation between people is something that frequently happens in everyday life. Implicature or the implication of a sentence relates on how a message is being delivered by someone. This research aims to analyze conversational implicature and the cooperative principle in Solino, a film by Fatih Akin using Paul Grice s theory. The method used in this research is qualitative approach with literature review. In addition, this research also aims to see the differences or violations in the cooperative principle. According to eight conversations between parents and their children in Solino, there are eight violations of Cooperative Principle, therefore the communication between the two of them didnt go well."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dedi Sofyan
"Tesis yang berjudul ?Pemicu Alih Kode Bahasa Inggris-Bahasa Indonesia: Kasus Percakapan Diskusi Kelas Siswa dan Guru Sekolah Nasional Plus Delima, Jakarta" ini adalah kajian sosiolinguistik. Penelitian ini ditujukan untuk menemukan pemicu alih kode dalam percakapan siswa dan guru di sekolah ini.
Objek penelitian tesis ini adalah kejadian alih kode pada percakapan siswa dan guru sekolah ini. Penelitian ini dilakukan karena sekolah ini memiliki keanekaragaman etnik dan bahasa individunya. Cakupan penelitian ini dibatasi pada penggunaan bahasa lisan bahasa Inggris dan alih kode bahasa Inggris-bahasa Indonesia. Penelitian ini tidak memasukkan akurasi tata bahasa, prosodi, ubah kode dan campur kode dalam analisisnya. Data penelitian ini adalah delapan buah rekaman percakapan yang dilakukan siswa dan guru dengan mayoritas durasi tiga puluh menit Data itu kemudian ditranskripsi dan dianalisis menjadi empat bagian, yakni: analisis tindak ilokusi berdasarkan teori tindak ilokusi Searle (1976), analisis jenis alih kode berdasarkan teori Gumperz (1982), dan analisis makna sosial alih kode berdasarkan teori makna sosiai alih kode Saville-Troike (2003).
Dari ketiga analisis diatas disimpulkan beberapa pemicu alih kode, yaitu: kesadaran bahwa lawan bicara berbahasa pertama bahasa Indonesia, lawan bicara tidak mampu berbahasa Indonesia, keinginan penutur berganti topik, keinginan tidak mengikutsertakan pihak lain dalam pembicaraan, perasaan panik karena membutuhkan jawaban segera, pertimbangan bahwa dengan bahasa Indonesia penutur dapat menyampaikan suatu pesan dengan lebih baik, perasaan kesal karena instraksi yang diberikan tidak dilakukan dengan baik, karena idenya ditolak seseorang, atau karena dihardik seseorang, keinginan memberikan suatu selingan segar pada situasi yang serius, keinginan mendapatkan respon atau reward atas suatu prestasi tertentu, keinginan untuk menyanggah, keinginan menyudutkan seseorang, keinginan mendapat respon alas lelucon yang dibuat, keinginan memperolok seseorang, keinginan menyangkal tuduhan, keinginan mengetahui sesuatu dengan segera, keinginan menghentikan suatu perselisihan, keinginan menunjukkan identitas (senioritas atau keanggotaan suatu kelompok), keinginan mengungkapkan perasaan bangga, keinginan mengungkapkan suatu keyakinan, keinginan menyelamatkan muka, keinginan menantang seseorang atau sekelompok orang, keinginan mengekspresikan rasa kagum, dan keinginan menyombongkan diri.
Menurut Gumperz (1982:62), faktor pencetus suatu alih kode adalah adanya suatu norma interaksional dalam suatu komunitas. Norma interaksional didapatkan dari interaksi di antara anggota komunitas tersebut. Norma interaksional di kalangan siswa dan guru Sekolah Nasional Plus Delima dapat dijadikan sebagai landasan untuk meminimalisir kejadian alih kode di antara siswa dan guru sekolah.

This thesis entitled "The Causes of English-Bahasa Indonesia Code Switching: Case Study of Class Discussion Conversations among Students and Teachers of Delima National Plus School, Jakarta" is a socio linguistics. This research is aimed to find the causes of code switching in the conversations among students and teachers of this school.
Object of this research is the code switching found in the conversations of students and teachers of this school. This research is done for the heterogeneity of ethnics and language of the school's member. This research is limited to spoken English and the code switching of English-bahasa Indonesia. This research in its analysis excludes the analysis of grammar, prosody, code shifting and code mixing. Data of this research is eight recorded conversations among the students and teachers with thirty minutes majority duration. This data then transcribed and analyzed into four sections, namely: analysis of illocutionary act based on Searle's illocutionary act theory (1976), analysis of code switching types based on Gumperz theory (1982), and analysis of social meaning of code switching based Saville-Troike theory (2003).
Based on the analysis above several causes of the code switching are identified as follows: awareness that the listener's first language is bahasa Indonesia, the listener can not speak bahasa Indonesia, speaker's intention to change the topic, intention to exclude other people from the conversation, panic or depressed for desperately need a quick answer, consideration that by bahasa Indonesia he/she can deliver the message better, feeling upset because his/her instruction was not well done, because his/her idea was objected, because he/she was scolded by someone, intention to give an intermezzo on a serious situation, desire to get a respond or reward for his/her achievement, intention to object an idea, intention to mock someone, desire to get a respond of his joke, intention to make fun of someone, intention to deny a prosecution, desire to know something as soon as possible, intention to stop a conflict, intention to show an identity (seniority or membership of a group), intention to express proud, intention to express a belief , intention to safe "face", intention to challenge someone or a group of people, intention to express an admiration, and intention to bluff.
According to Gumperz (1982:62), code switching is caused by the existence of interactional norms in a community. These norms are acquired from the interaction among the member of the community. Interactional norms among students and teachers in Delima National Plus School can be used as a ground for minimizing code switching among students and teachers in this school.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
T17896
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Hasianna Omega Tessalonika
"Sebagai bahasa yang bergantung pada penggunaan konteks, bahasa Jepang memiliki banyak tuturan dengan informasi yang disampaikan secara implisit. Informasi tersebut dapat berupa presuposisi dan implikatur percakapan. Penelitian ini membahas mengenai persamaan dan perbedaan presuposisi dan implikatur percakapan yang terkandung dalam satu tuturan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan hubungan presuposisi dengan implikatur percakapan dalam tuturan bahasa Jepang. Penelitian dilakukan mengacu pada teori prinsip kerja sama oleh Herbert Paul Grice dan teori presuposisi oleh George Yule dan Robert Stalnaker. Data penelitian diambil dari serial drama Keibuho Daimajin yang dikumpulkan dengan metode simak catat. Penyajian data dilakukan dengan menuliskan aksara Jepang, romaji, glossing, dan terjemahan bahasa Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan 28 data dengan implikatur, 14 data dengan presuposisi, dan enam data dengan presuposisi dan implikatur percakapan dalam satu tuturan. Presuposisi dan implikatur percakapan sama-sama tidak diutarakan secara eksplisit, tetapi terdapat perbedaan antara keduanya. Implikatur percakapan adalah maksud sebenarnya penutur, tetapi presuposisi adalah informasi tambahan yang diselipkan dalam tuturan secara implisit.

Japanese has many utterances with implicitly conveyed information as a language that depends on context. Such information can be in the form of presuppositions and conversational implicatures. This study discusses the similarities and differences between presuppositions and conversational implicatures in an utterance. This study aims to explain the relations between presupposition and conversational implicature in Japanese utterances. The research referred to the theory of cooperation principle by Herbert Paul Grice and the theory of presupposition by George Yule and Robert Stalnaker. The research data were taken from the drama series Keibuho Daimajin and collected by observation and note. Data was presented by writing Japanese characters, romaji, glossing, and translating into Indonesian. The results showed 28 data with implicature, 14 with presupposition, and six with presupposition and conversational implicature in the same utterance. Presupposition and conversational implicature are not explicitly stated, but there are differences between the two. Conversational implicature is the speaker's intention, but presupposition is additional information tucked into the utterance implicitly."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Indraswari Pangestu
"Penelitian ini membahas pandangan dan keberpihakan mahasiswa di Indonesia yang diutarakan dalam teks opini, terhadap pelegalan pernikahan sesama jenis di Amerika Serikat. Teori analisis wacana kritis dari Norman Fairclough diterapkan sebagai alat analisis utama. Adapun teori argumentasi dari Toulmin dan teori metafungsional dari Halliday digunakan untuk menunjang analisis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penulis opini menggunakan elemen argumen yang dinyatakan oleh Toulmin, yakni klaim, data, landasan, dukungan, modalitas, dan sanggahan. Selain itu, penulis teks juga memilih diksi dan menyusun gramatika untuk menekankan kebenaran. Terdapat tiga data yang digunakan untuk analisis. Berdasarkan ketiga analisis tersebut, dua mahasiswa dianggap cenderung berpihak kepada pelegalan pernikahan sesama jenis dan satu mahasiswa dianggap cenderung mendebat isu yang sama.

This study discusses the views and alignments of the students in Indonesia. Their opinion is expressed inside their text about the legalized same-sex marriage in the United States. The theory of critical discourse analysis of Norman Fairclough is applied as the main analysis tool. Toulmin's theory of argumentation and Halliday?s metafunctional theory are also being used to support the analysis.
The results showed that authors used the elements of argumentation expressed by Toulmin, such as claim, ground, warrant, backing, qualifier, and rebuttal. In addition, the author of the text also chose a unique diction and compiled-grammar to emphasize the truth. There are three data used for the analysis. Based on the analysis, two students considered likely to side with the legalization of same-sex marriage and one student is considered likely to debate the same issue.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S61766
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Hayatunnur Taqwa
"Penelitian ini bertitik tolak dari tiga konsep yaitu konflik, berita, dan aspek ekonomi politik. Berita konflik Sambas yang terjadi pada saat itu di persepsi menjadi sebuah komoditas yang dapat di jual kepada konsumen. Dikaitkan dengan gejala Komodifikasi, penelitian ini mencurigai adanya proses komodifikasi dalam pemberitaan yang di sajikan oleh surat kabar Equator tersebut. Penelitian ini berupaya untuk mengungkap terjadinya perubahan orientasi masalah komunikasi antar budaya yang ideal menjadi produk komoditas yang di lakukan oleh surat kabar Equator.
Momen yang di ambil adalah pada saat konflik berlangsung sekitar bulan Januari hingga April 1999. Pemilihan subjek penelitian di jatuhkan kepada pemberitaan konflik yang di sajikan pada surat kabar Equator. Penelitian ini berusaha menganalisa pemberitaan konflik antar etnis melayu dan madura Kab. Sambas di Kalimantan Barat dan ingin mengetahui bagaimana dinamika yang terjadi di dalam ruang redaksi pada saat memproduksi pemberitaan tersebut, maka penelitian ini di dasarkan asumsi bahwa surat kabar Equator telah melakukan keberpihakan dalam pemberitaannya.
Metode yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini adalah Metode Analisis Kritis (CDA). Unit Analisis adalah pemberitaan Konflik Sambas di Kalimantan Barat Pada Surat Kabar Equator sekitar Bulan Januari hingga April 1999.
Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi komodifikasi dalam berita konflik yang dilakukan oleh Surat Kabar Equator, serta terjadinya keberpihakan yang jelas kepada komunitas yang dominan yakni etnis melayu dari merugikan pihak etnis madura yang tidak dominan.
Kebijakan yang di ambil oleh Equator di anggap menguntungkan posisi media ini, eksistensi maupun aspek ekonomis dari peningkatan oplah penjualan yang pada akhirnya menyelamatkan keuangan perusahaan. Terlebih ketika itu, proses reformasi yang baru bergulir melahirkan euphoria di masyarakat, dengan demikian surat kabar Equator juga terimbas oleh suasana euphoria tersebut. Akibatnya selain di dorong untuk menyelamatkan keuangan perusahaan, Equator lebih berani untuk tampil vulgar dan ekspresif, yang pada masa orde baru sangat di tabukan. Meskipun harus mengenyampingkan etika jurnalistik serta tanggung jawab untuk mendidik masyarakat."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T13971
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfajri Almard
"Penelitian mengenai praktek wacana (discourse practice) berita-berita tuntutan reformasi dengan fokus, kasus di RCTI dan SCTV periode 12 s/d 21 Mei 1998 dilakukan dengan penelitian kualitatif atau disebut juga dengan naturalistik atau alamiah (Bogdan & Biklen 1982:3).Disebut penelitian alamiah karena lebih menekankan pada kealamiahan sumber data (Moleong 1996:2).
Tujuan penelitian; berupaya mengungkap pola kerja redaksi SCTV dan RCTI dalam melakukan praktek wacana. Kemudian, bagaimana mereka melakukan transformasi aksi tuntutan reformasi ke dalam bentuk berita. Apakah dalam melakukan praktek wacana terjadi pertarungan ideologi dan apakah ada intervensi dalam proses produksi dan konsumsi teks.
Dengan menggunakan teori Kritik, tujuannya ialah mengungkap kebenaran kebenaran yang dianggap palsu (false consciousness) dari proses produksi dan konsumsi teks-teks RCTI & SCTV serta kaitannya dengan konteks sosial, ekonomi, politik dan budaya. lni disebabkan, kajian praktek wacana ialah telaah tentang proses produksi dan konsumsi yang dilakukan sebuah institusi media (Fairclough 1995:30).
Analisis mencakup tingkat teks, praktek wacana dan sociocultural practices. Untuk konteks teks di Iuar teks tertulis-dalam kaitan dengan televisi-juga meliputi aspek audio-visual dan teks yang diucapkan (spoken & written ). Konteks ketiga level ini dihubungkan oleh intertextuality (Fairclough 1995).
Penelitian memakai paradigma Kritik (Critical Theory) karena itu metodologinya ialah dialektis dan dialogis yaitu pengembangan diskusi antara peneliti dengan realitas obyek penelitian (Guba & Lincoln 1994:109). Data berasal atas data sekunder, wawancara dan observasi. Data sekunder diperoleh dengan meng-copy ulang berita-berita yang telah disiarkan RCTI & SCTV periode 12 s/d 21 Mei 1998. Lalu dilengkapi dengan wawancara mendalam dengan Ketua DPR/MPR Harmoko (tingkat institutional), societal--aktor reformasi Prof. Dr. Nurcholish Madjid dan tingkat mahasiswa; Rama Pratama. Observasi merupakan pengalaman subyektif penulis sebagai hasil pengamatan langsung di lapangan dan juga pengamatan langsung atas berita-berita yang disiarkan RCTI & SCTV.
Hasil penelitian menyimpulkan; praktek wacana di RCTI & SCTV dalam kondisi tidak siap menghadapi realitas yang berkembang cepat. Konflik terbuka dari pihak-pihak yang berkepentingan seperti; reporter, redaktur, manajemen dan owner tak terhindarkan terutama pada awal peristiwa 12 Mei 1998. Sikap profesionalisme wartawan dan profesionalisme pemilik sebagai pengusaha, telah mengubah kinerja praktek wacana terutama setelah terjadi penjarahan 14 Mei 1998 sampai peristiwa pengunduran diri Presiden Soeharto pada 21 Mei 1998.
Hasil penelitian lain menyimpulkan; RCTI & SCTV belum mampu mengungkap realitas aksi reformasi pada Mei 1998 tetapi masih terbatas pada tahap menggambarkan realitas yang sedang berkembang. Karena itu, kebenarannya perlu dipertanyakan. Selain itu, juga disimpulkan; perlu suatu kajian intensif oleh ilmuwan ilmu komunikasi untuk mendiskusikan alat ukur yang dapat dipergunakan menganalisis kaitan teks-teks berita dan penggunaan instrumen audio-visual dalam siaran berita di media televisi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ummy Hanifah
"Tidak ada media massa yang netral dalam memberikan suatu pengetahuan kepada pembacanya. Sebagai sebuah organisasi industri media, mereka selalu memiliki misi dan kepentingan tertentu di balik berita yang mereka sampaikan. Banyak faktor yang mempengaruhi dalam memposisikan suatu berita, seperti sidang pembaca, iklan, ideologi kepentingan suatu media. Penelitian ini berusaha untuk melihat bagaimana media mengkonstruksikan suatu realitas peran gender wanita yang berperan di dalam ranah publik.
Majalah UMMI merupakan majalah Islam yang dikhususkan bagi kaum perempuan dan memposisikan dirinya sebagai media dakwah. UMMI sarat sekali dengan nilai-nilai keislaman dan membawa visi serta misi yang sesuai dengan ajaran Islam. Adapun misi dari majalah ini ialah untuk mencerdaskan dan mendidik kaum perempuan agar menjadi perempuan yang sholihat.
Penelitian ini ingin menjawab pertanyaan yaitu bagaimanakah UMMI mengkonstruksikan peran gender kepada para pembacanya dan bagaimanakah peran tersebut ditampilkan. Tujuan utama penelitian ini ialah berupaya melihat media dalam mengkonstruksikan peran gender dihubungkan dengan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi suatu produksi pemberitaan. Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini ialah paradigma konstruktivisme dimana dalam paradigma ini memahami suatu realitas sebagai hasil konstruksi mental para pembuatnya dan bersifat relatif.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah teori isi media yang berasal dari Shoemaker dan Reese. Dalam teori isi media, terdapat beberapa macam faktor yang mempengaruhi isi suatu media yaitu Faktor Individu, Faktor Rutinitas Media, Faktor Organisasi Media, Faktor Extra Media dan Faktor Ideologi.
Penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis (critical discourse analysis) yang berasal dari Norman Fairclough. Untuk obyek penelitiannya ialah artikel-artikel yang berupa feature yang menggambarkan peran perempuan di sektor publik pada majalah UMMI selama tahun 1990 sampai dengan tahun 2004.
Pemilihan periodisasi ini disebabkan telah dilaksanakannya tahun 1990 sebagai Dekade Perempuan. Pemilihan rentang waktu ini dijuga disebabkan adanya kesulitan dalam memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian. Analisis wacana yang berasal dari Fairclough menekankan akan adanya perubahan. Dalam analisis wacana kritis ini dilakukan dengan melalui tiga tahapan yaitu dengan melihat pada teks, praktek wacana dan praktek sosial budaya. Dalam analisis teks, digunakan teknik analisis framing yang berasal dari Gamson dan Modigliani secara kualitatif. Sedangkan untuk level praktek wacana (discourse analysis) digunakan wawancara mendalam dengan pihak redaksi UMMI dan level praktek sosial budaya (sociocultural practice) melihat adanya pengaruh dari luar, baik itu ekonomi, politik, dan lain-lain yang mempengaruhi suatu teks melalui praktek wacana.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa UMMI mengkonstruksikan peran ganda kepada pembacanya. Ini dapat dilihat dari analisis teks yang peneliti lakukan. Dari analisis teks tersebut, diperoleh lima frame atau bingkai yang diusung oleh UMMI yaitu peran ganda, dikotomi peran dalam keluarga, mandiri, kesetaraan wanita dengan pria. Sedangkan dari level praktek wacana (discourse analysis) ditemukan bahwa UMMI merupakan suatu media wanita yang memposisikan dirinya sebagai suatu media yang memiliki ideologi Islam. Sehingga tidaklah mengherankan bila dalam setiap pemberitaannya, UMMI selalu mengedepankan nilai-nilai Islam kepada pembacanya. Selain itu, bila dilihat dari individu pekerja media UMMI sendiri, mereka juga menjalankan peran ganda dalam aktivitas keseharian mereka. Dan dari level praktek sosial budaya terlihat pengaruh pelaksanaan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang memperbolehkan kaum perempuan untuk berkiprah dalam sektor publik tetapi diharuskan untuk tetap konsisten terhadap peran mereka di sektor domestik. Timbulnya tuntutan kesetaraan antara pria dan wanita dan adanya ajaran yang terdapat dalam Islam sendiri yang memandang kesetaraan antara pria dan wanita turut mempengaruhi timbulnya suatu teks."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14259
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>