Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 94035 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Khansa Cintya Pradipta Hapsari
"Kabupaten Malang memiliki berbagai potensi wisata seperti wisata alam dan wisata budaya. Potensi wisata tersebut perlu didukung sarana dan prasarana yang optimal untuk perkembangan objek wisata sehingga dapat menarik wisatawan. Beberapa objek wisata di Kabupaten Malang belum memiliki fasilitas yang lengkap untuk menunjang wisatawan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tahap perkembangan objek wisata di Kabupaten Malang serta menganalisis hubungan antara tahap perkembangan objek wisata dengan pengelola wisata. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tahap perkembangan objek wisata dan pengelola wisata. Metode yang digunakan adalah analisis keruangan dan analisis statistik chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Objek wisata di Kabupaten Malang didominasi oleh tahap Involvement dengan karakteristik jumlah wisatawan yang mengalami peningkatan sedikit atau meningkat namun pertumbuhannya menurun, ketersediaan fasilitas primer, sekunder dan kondisional yang kurang beragam serta aksesibilitas yang mudah diakses dengan letak wisata di jalan lokal dan tidak tersedianya angkutan umum. Hasil uji statistik chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tahap perkembangan objek wisata di Kabupaten Malang dengan pengelola wisata.

Malang Regency has many tourism potentials such as natural attraction and cultural attraction. Tourism potentials need to be supported by facilities and infrastructure that are optimal for the development so that they can attract tourists. Some tourism objects in Malang Regency does not have complete facilities to support tourist. This study aims to determine the development stage of tourism objects and analyze the correlation between development stage of tourism objects with tourism organizer. Variables used in this research are the development stage of tourism objects and tourism organizer. The methods used are spatial descriptive analysis and chi-square statistical analysis. The results showed that the stage development of tourism objects in Malang Regency are dominated by the second stage of development (involvement) with the characteristics of the number of tourists experiencing a slight increase or increasing but declining growth, the availability of primary, secondary and conditional facilities that are less diverse and accessibility that is easily accessible by the location of tourism on local roads and the unavailability of public transportation. Chi-square statistical test result showed that there is a significant correlation between development stage of tourism in Malang Regency with tourism organizer."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Osiana Karita Putri
"Perkembangan objek wisata dapat didefinisikan sebagai perubahan jumlah objek wisata dalam jangka waktu tertentu. Perkembangan objek wisata dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor fisik, aksesibilitas dan pengelola objek wisata.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perkembangan objek wisata dan faktor-faktor yang memiliki hubungan signifikan dengan perkembangan objek wisata. Data dikumpulkan dengan cara observasi, wawancara, plotting objek wisata, dan dokumentasi. Objek wisata yang dimaksud dalam penelitian ini adalah objek wisata yang telah terdaftar di Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Pacitan. Lingkup penelitian ini yaitu objek wisata yang dibuka dari tahun 1823 sampai dengan tahun 2017.
Hasil penelitian menunjukkan perkembangan objek wisata tertinggi terjadi pada periode I 1823-1995 dan periode IV 2013-2017, sedangkan berdasarkan uji statistik menunjukkan hubungan yang signifikan antara perkembangan objek wisata dan faktor fisik bentuk medan, aksesibilitas jarak dari pusat kota dan ketersediaan jaringan jalan menuju objek wisata dan pengelola objek wisata.

The development of tourism objects can be defined as the change of number of tourism objects within certain time. The development of tourism object can be influenced by several factors such as physical factor, accesibillity and tourism object organizer.
The purpose of this study is analyzing the development of tourism objects and the factors that have significant relation with development of tourism objects. The data are collected by observation, interview, plotting, and documentation. The population are tourism object that registered by the department of tourism, youth, and sport of Pacitan Regency. The scope are tourism objects which opened from 1823 until 2017.
The result shows the highest development of tourism objects occurred in the period 1823 1995 and period 2013 2017, while based on statistic shows significant relation between tourism objects development and physical factor terrain, accessibility distance from city center and the availability of road network toward tourism obects, and tourism object organizer.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Shidiq Darajat
"Kabupaten Bantul memiliki berbagai potensi wisata seperti wisata alam dan wisata budaya. Potensi wisata tersebut perlu didukung sarana dan prasarana yang baik untuk mengembangkan objek wisata sehingga menarik wisatawan. Beberapa objek wisata di Kabupaten Bantul masih membutuhkan perbaikan terhadap sarana dan prasarana. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tahap perkembangan objek wisata di Kabupaten Bantul dan menganalisis hubungan antara tahap perkembangan objek wisata dengan jenis objek wisata dan bentuk medan Kabupaten Bantul. Variabel yang digunakan meliputi jumlah wisatawan objek wisata, fasilitas objek wisata primer, sekunder dan kondisional, aksesibilitas, komersialisasi, dan promosi. Metode yang digunakan adalah analisis spasial dan analisis statistik chi-square. Data yang telah diperoleh dari masing-masing objek wisata dikelompokkan berdasarkan tahap perkembangan objek wisata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tahap perkembangan objek wisata di Kabupaten Bantul berada pada tahap perkembangan kedua Involvement, tahap pekembangan ketiga Development dan tahap perkembangan keempat Consolidation. Berdasarkan analisis statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis objek wisata dan bentuk medan terhadap tahap perkembangan objek wisata pada tingkat signifikansi = 0,05.

Bantul Regency has various tourism potentials such as nature tourism and cultural tourism. Tourism potential need to be supported by good facilities and infrastructure to develop tourist object so as to attract tourists. Several tourism object in Bantul Regency still need improvement on facilities and infrastructure. This study aims to analyze the development stage of tourism object, analyzing the development stage of the tourism object based on the type of tourism object and terrain of bantul regency. Variables used include the number of visitor tourism object, tourism object facilities primary, secondary and conditional , accessibility, commercialization, and promotion. The data have been obtained from each tourism object is grouped based on the development stage of tourism object. The method used are spatial analysis and statistical analysis chi square. The results showed that the stage of development of tourism object in bantul regency is in the second stage of development involvement , third development stage development and fourth stage of development consolidation . Based on statistical analysis shows no significant relationship between type of tourism object and terrain towards the development stage of the tourist object at the level of significance 0.05.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Mufidatunnisa
"ABSTRAK
Pada tahun 2013, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang
membuat rencana strategis untuk melakukan upaya pengembangan dan
segmentasi objek yang menawarkan keanekaragaman potensi daya tarik wisata
alam dan buatan sesuai dengan motivasi dan kebutuhan wisatawan. Namun
rencana strategis tersebut belum terlaksana secara efektif sehingga wisatawan
belum mendapatkan informasi ruang objek wisata yang tersegmentasi sesuai
dengan motivasi dan kebutuhannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
tatanan keruangan tipologi objek wisata di Kabupaten Malang tahun 2014 yang
tersegmentasi sesuai dengan motivasi dan kebutuhan wisatawan. Tipologi objek
wisata dapat diketahui dengan menggunakan identifikasi fasilitas wisata dan ratarata
jumlah kunjungan wisatawan. Metode analisis data yang digunakan adalah
deskriptif dan pendekatan keruangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
masing-masing tipologi objek wisata di Kabupaten Malang memiliki pola
keruangan yang berbeda. Tipe objek wisata mid-sentris menyebar secara merata di
berbagai jarak dari pusat Kota Malang dan tipe objek wisata mendekati
psikosentris menyebar secara merata di jarak yang dekat hingga sedang dari pusat
Kota Malang. Tipe objek wisata allosentris dan mendekati allosentris
terkonsentrasi di jarak yang jauh dari pusat Kota Malang, sedangkan tipe objek
wisata psikosentris terkonsentrasi di jarak yang dekat dari pusat Kota Malang.

ABSTRACT
In 2013, Malang Regency’s Department of Culture and Tourism created
strategic plan for development and segmentation efforts for potential tourism
objects that offer diversed nature and artificial attraction according to tourists’
motivation and their needs. However, those strategic plan has not been effectively
implemented; tourists do not get the spatial information of tourism objects that
was segmented according to the tourists’ motivation and their needs. The purpose
of this research is to find out the spatial typology pattern of tourism object in
Malang Regency in 2014, segmented according to the tourists’ motivation and
their needs. Typology of tourism object is determined by identifying tourists’
facilities and means of tourists’ arrivals. Data analysis methodology that is used in
this research are descriptive and spatial approach. The result of this research
shows that each typology of tourism object in Malang Regency has a different
spatial pattern. The mid-centric type of tourism object spreads equally wide in
various distances from central of Malang City and near psychocentric type of
tourism object spreads equally wide over close to moderate distances from central
of Malang City. The allocentric type and near allocentric type of tourism object
are concentrated in a long-distance from central of Malang City, while
psychocentric type of tourism object is concentrated in a close-distance from
central of Malang City."
Universitas Indonesia, 2014
S55647
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmawati Kusumastuti Roosadiono
"Kota Bukittinggi merupakan salah satu daerah tujuan wisata utama Indonesia yang terletak di Provinsi Sumatera Barat. Kota Bukittinggi memiliki beberapa objek wisata yang banyak menarik kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola perkembangan fasilitas wisata di Kota Bukittinggi tahun 1994-2007, yaitu dengan cara mengkorelasikan lokasi dan jumlah fasilitas wisata dengan lokasi objek wisata, jumlah wisatawan, dan jaringan jalan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan spasial dan metode deskriptif dengan membagi tahun penelitian menjadi tiga periode,yaitu periode I (1994-1997), periode II (1998-2002), periode III (2003-2007). Pola perkembangan fasilitas wisata Kota Bukittinggi Tahun 1994-2007 mengelompok di pusat kota dan linear mengikuti jaringan jalan utama kota menuju ke arah Padang.

City of Bukittinggi is one of the main tourist destination of Indonesia is located in the Province of West Sumatra. Bukittinggi city has a few objects that attract many tourists visit the archipelago and abroad. This study aims to determine the pattern of tourism facilities in the city of Bukittinggi in 1994-2007, that is the way to correlate the location and number of facilities with tourism object location, the number of tourists, and the road network. Method used in this research approach, namely spatial and descriptive method by dividing a three-year research period, the period I (1994-1997), period II (1998-2002), period III (2003-2007). The development pattern of tourism facilities at Bukittinggi city in 1994-2007 is clustering in city center and linearing at city street network heading to Padang."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S34110
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kelvin Geovani Pratama
"Kota Tangerang merupakan salah satu kota pusaka di Indonesia, dan satu-satunya di Provinsi Banten. “Tangerang Live” merupakan sebuah visi dan misi dalam membangun Kota Tangerang, menjadi kota layak kunjung, layak huni, serta layak invesitasi. Kota Tangerang memiliki potensi besar dalam mengembangkan pariwisata perkotaan, karena terdapat beberapa peninggalan sejarah yang dapat menjadi sebuah daya tarik wisata. Tourism Business District merupakan sebuah istilah dalam pariwisata perkotaan yang berguna dalam memahami komponen pariwisata perkotaan, yang terdiri dari kesatuan fasilitas wisata. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan deliniasi Tourism Business District, serta menentukan karakteristik Tourism Business District yang terdapat di kota Tangerang. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel fasilitas wisata, CBD, jaringan jalan, serta penggunaan tanah yang terdapat di Kota Tangerang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode keruangan melalui pendekatan fasilitas wisata, dan analisis dilakukan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa deliniasi Tourism Busines District di kota Tangerang terdapat didalam wilayah pusat pelayanan kota, tepatnya di Kecamatan Tangerang, serta memiliki karakteristik Tourism Busines District yang di tentukan berdasarkan fasilitas primer yang tersedia, yaitu berupa atraksi yang didominasi oleh leisure setting dan terdapat core attraction berupa atraksi bangunan sejarah dan bangunan hasil pencapaian Kota Tangerang

Tangerang City is one of the heritage cities in Indonesia, and the only one in Banten Province. "Tangerang Live" is a vision and mission in developing Tangerang City, a city worthy of visit, livable, and worthy of investment. Tangerang City has great potential in developing urban tourism, because there are several historical relics that can become a tourist attraction. Tourism Business District is a term in urban tourism that is useful in understanding the components of urban tourism, which consists of a unity of tourist facilities. This study aims to determine the delineation of the Tourism Business District and determine the characteristics of the Tourism Business District in the city of Tangerang. The variables used in this research are tourist facilities, CBD, road network, and land use in Tangerang City. The method used in this research is the spatial method through the tourist facilities approach, and the analysis is carried out descriptively. The results show that the Tourism Busines District delineation in the city of Tangerang is located in the city service center area, precisely in the Tangerang District, and has the characteristics of the Tourism Busines District which are determined based on the available primary facilities, namely in the form of attractions dominated by leisure settings and core attractions in the form of historical building attractions and buildings achieved by the City of Tangerang."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruth Nina Masasulina
"Kabupaten Bintan merupakan destinasi wisata yang potensial dan tengah mengalami perkembangan yang cukup pesat saat ini. Penelitian ini mengkaji tahapan perkembangan pariwisata Kabupaten Bintan berdasarkan Model Siklus Hidup kawasan Wisata. Identifikasi tahapan perkembangan dilakukan dengan melihat perubahan yang terjadi pada berbagai kriteria, yaitu karakteristik destinasi, pemasaran, dampak ekonomi, sosial dan lingkungan. Dari hasil identifikasi didapati bahwa kawasan pariwisata Kabupaten Bintan berada pada tahapan development. Permasalahan pada setiap kriteria tahapan siklus hidup kemudian dijadikan dasar dalam penyusunan prioritas strategi pengembangan kawasan wisata Kabupaten Bintan. Model AHP dikembangkan sebagai sistem pendukung penyusunan strategi pengembangan pariwisata Kab. Bintan, dimana prioritas strategi ditentukan dari penilaian berbagai ahli yang terkait dalam pengembangan pariwisata Kab. Bintan. Dari hasil analisis menggunakan AHP didapati bahwa kriteria ekonomi dan sosial merupakan aspek yang lebih diprioritaskan dalam upaya pengembangan kawasan wisata Kabupaten Bintan. Sementara, strategi pengembangan kawasan wisata, yaitu peningkatan keamanan, peningkatan kualitas pelayanan, dan penyusunan tata ruang yang baik, mempunyai prioritas lebih tinggi untuk meningkatkanpengembangan kawasan wisata Kabupaten Bintan ke tahapan selanjutnya, yaitu tahapan consolidation.

Bintan regency is regarded as a potential tourist destination, where the tourism sector has developed quite rapidly in recent years. This study examines the stages of development of tourism in Bintan regency based upon Butler rsquo s tourism area life cycle model. Identification of stage was performed by identifying the characteristics of various criteria that is destination characteristics, marketing response, economic impacts, social impact and environmental impact. The stage identification result has shown that Bintan district is in the development phase. By using this result, we then develop a strategy for developing Bintan regency to the next stage in TALC model. AHP model was developed as decision support system to determine the priority of strategy based upon the assessment of experts involved in the tourism development of Bintan district.. From the analysis we have found that the economic and social criteria have a higher priority in the development of the tourist area of Bintan regency. Meanwhile, security and safety improvement, as well as quality of service improvement has a higher priority, and also regarded as most important strategied to develop the tourist area of Bintan regency to the next stage, that is consolidation stage."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T47177
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Astariningsih Setyoputri
"

Pariwisata merupakan salah satu sektor industri yang memiliki perkembangan pesat. Daya tarik wisata memiliki kekuatan tersendiri untuk menarik wisatawan melakukan perjalanan wisata. Daya tarik wisata pada umumnya berdasarkan adanya aksesibilitas yang tinggi dan fasilitas penunjang untuk melayani para wisatawan. Faktor penentu wisatawan memilih destinasi wisata adalah preferensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui preferensi wisatawan terhadap wisata pantai yang terletak di Kabupaten Kebumen. Dalam penelitian ini digunakan metode analisis spasial dan analisis statistik crosstab untuk menjawab pertanyaan preferensi wisatawan terhadap daya tarik wisata pantai. Obyek wisata pantai di Kabupetan Kebumen memiliki daya tarik yang beragam, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Atraksi berupa site attraction dan event attraction, fasilitas, dan aksesibilitas menjadi karakteristik pada obyek wisata dengan daya tarik rendah. Obyek wisata dengan daya tarik sedang memiliki atraksi berupa site attraction dan event attraction, serta fasilitas sebagai karakteristik obyek wisata. Obyek wisata daya tarik tinggi memiliki atraksi dan fasilitas sebagai karakteristiknya. Mayoritas obyek wisata di Kabupaten Kebumen memiliki daya tarik rendah. Berdasarkan hasil crosstab, obyek wisata dengan daya tarik tinggi memiliki jenis preferensi wisatawan yang berbeda. Hal ini disebabkan karena preferensi wisatawan tidak hanya pada atraksi.


Tourism is one of the industrial sector growing rapidly. The tourist attraction has its strength to attract tourists traveling. Tourist attractions mostly based on high accessibility and facilities to serve the tourist. Preference is a determinant tourist to determine tourism destinations. The purpose of this research is to find out preference tourists for tourist attraction of beaches in Kebumen Regency. The method used to achieve the purpose of the research is spatial analysis and crosstab. Beach tourist objects have low, medium, and high-level attractions. Beach tourist objects that have low level have characteristics like site attractions, event attractions, facilities, and accessibility. The medium level one has characteristics like site attractions, event attractions, and facilities. The high-level one has characteristics like site attractions, event attractions, and facilities. The tourist objects in Kebumen majority have low level attractions. Based on crosstab, the tourist objects that first liked by respondents and have high-level attractions have different preferences type. Because preferences are not only by their attractions.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Sakti Pratama, Author
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas kapabilitas pengembangan kepariwisataan di Pulau Tidung
dari sisi kelembagaan. Kegiatan kepariwisataan yang ada di Pulau tidung
merupakan wisata nelayan yang dilakukan dalam rangka meningkatkan
perekonomian dengan mengandalkan potensi bahari. Dalam kurun waktu yang
tidak lama, wisata nelayan Pulau Tidung menjadi destinasi yang digemari
wisatawan. Masyarakat lokal meresponnya dengan gencar membuka beragam jasa
wisata namun justru bersifat ekploitasi atas potensi yang ada.Penelitian ini
menggunakan pendekatan post-positivistikyang dilandasi teori kapabilitas
kelembagaan yang dikemukakan oleh Shabbir Cheema (1981). Hasil penelitian
menunjukan bahwa ambisi besar masyarakat sangat didasari motif ekonomi dan
kurang memperhatikan kualitas jasa wisata itu sendiri. Pada sisi lain pemerintah
yang seharusnya melaksanakan strategi pembangunan ekonomi pariwisata
masyarakat dengan memperhatikan aspek keberlanjutan dan profesionalisme,
belum memiliki masterplan yang jelas sehingga setiap program Pemerintah yang
bersentuhan dengan pembangunan pariwisata Pulau Tidung belum terintegrasi
antara satu dengan yang lainnya.

ABSTRACT
This thesis discussed about tourism development capability of Tidung Island from
institutional aspect. Tourism activities in Tidung Island called “fisherman
tourism” which held to improve the economy by relying on maritime potential. In
a short times, Tidung Island became a popular tourist destination and local
responded with opening various of tourist servisces highly but it was exploitation
of local potentials. The study uses post-positivist approach which based on
institutional capability theory by Shabbir Cheema (1981). The result showed that
local ambitions based on economic motives and given less attention to tourist
services quality. On the other hand, government whom should to implement
development strategy of local tourism by focusing on sustainability and
professionalism, it doesn’tgiven a clear master plan, so regional tourism program
in Tidung Island are not integrated with each other."
2014
S56050
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Made Handijaya Dewantara
"ABSTRAK
Seminyak tourism area is now one of the favorite tourist destinations for foreign tourists as an alternative to Kuta tourism area. However; the existence of Seminyak area to accommodate the tourists who are not acommodated in Kuta which in fact is stagnant, raises several new problems. In other words, sustainable tourism is difficult to realize in this district. There are many positive consequences of tourism that can be increased if tourism is implemented and practiced in a more sustainable and appropriate way. Involving social aspects and customs is essential. Indigenous people of Seminyak must always be involved in planning and implementing tourism so that it leads to a more positive attitude. One of the key elements of sustainable tourism is community development, which is the process and capacity to make decisions considering a long-term, ecological, and equilibrium economy among all communities."
Jakarta: The Ary Suta Center, 2019
330 ASCSM 46 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>