Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 142043 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ahsani Taqwiem
"Artikel ini mengangkat topik mengenai representasi dalam musik, terutama dalam contoh fenomena rastafari dan musik reggae. Dalam pandangan Stuart Hall, representasi terbagi menjadi tiga cara, yaitu reflective, intentional, dan constructionist. Pembeda dari ketiga pendekatan ini adalah proses representasinya, yang mana nantinya di akhir akan menghasilkan kesimpulan yang berbeda-beda. Secara khusus, permasalah representasi musik dalam artikel ini berfokus pada pendekatan constructionist. Data dalam artikel ini dikumpulkan melalui metode penelusuran data pustaka dan dianalisis dengan pendekatan teori representasi dari Stuart Hall. Beberapa teori representasi dalam musik pun digunakan untuk memperkuat argumentasi penulisan. Hasil analisis menunjukkan bahwa musik mampu menghadirkan satu representasi seperti yang digambarkan dalam musik reggae, yang menghadirkan representasi rastafari.

This article raises the topic of representation in music, especially in the examples of Rastafari phenomena and reggae music. In Stuart Hall's view, representation is divided into three ways, namely reflective, intentional, and constructionist. The differentiator of the three approaches is the process of representation, which in the end will produce different conclusions. Specifically, the problem of music representation in this article focuses on the constructionist approach. The data in this article was collected through a library data search method and analyzed with the representation theory approach from Stuart Hall. Some representation theories in music are also used to strengthen the argumentation of writing. The analysis shows that music is able to present one representation as depicted in reggae music, which presents Rastafari representation."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Bian Pamungkas
"ABSTRACT
This paper discusses about reggae music as an emerging resistance music in west sumatera like Ranah Raster. Characteristic of music and work of this group is to hybridize with elements of local music, that is existence of elements of malay tradition. With this mixing on the type of reggae music Ranch raster, so consciously or unconsciously a nationalism awakens to them. That has become a reason in the oration of their work Ranah Raster also conveyed their ideology of peace and invited reggae lovers to reject mental repression that led to the stupidity ofsociety. The approach taken is musicology and hybrid."
Pekanbaru: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Lancang Kuning Pekanbaru, 2017
020 JPB 4:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sava Ainaya Madjid
"Tugas akhir ini membahas mengenai representasi subkultur menhera yang terlihat dalam budaya populer berupa karya musik. Dalam penelitian ini, digunakan metode analisis data deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menyarankan bahwa sebagai subkultur, menhera memungkinkan individu untuk mengekspresikan emosi dan rasa yamu (病む; sakit), mengkomunikasikan pengalaman mereka dengan self-injury, ikizurasa (生きづらさ; pain of living) dan gangguan mental, serta membentuk komunitas yang saling mendukung. Karya musik Takayan merepresentasikan menhera secara keseluruhan, mencakup mereka yang mencari kesehatan mental dan mereka yang menunjukkan manifestasi subkultur menhera. Proses representasi dilakukan melalui penggunaan bahasa yang berkaitan dengan menhera, baik berupa kata maupun tanda visual. Dengan karya musiknya, selain mewakili menhera, Takayan memberikan afirmasi, pengakuan, pemberdayaan, dan dukungan bagi pendengarnya.

This final project discusses the representation of the menhera subculture in music as a product of popular culture. The research utilizes qualitative descriptive data analysis method. The findings suggest that as a subculture, menhera enables individuals to express emotions and feelings of yamu (病む; suffering), communicate their experiences with self-injury, ikizurasa (生きづらさ; pain of living), and mental disorders, as well as form supportive communities. Takayan's music represents menhera as a whole, encompassing those seeking mental health and those exhibiting manifestations of the menhera subculture. The process of representation is achieved through the use of language related to menhera, with words and visual symbols. Through their music, Takayan not only represents menhera but also provides affirmation, acknowledgement, empowerment, and support to their listeners."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Abdillah Arman Linuwih
"Skripsi ini membahas tentang musik populer sebagai dampak dari keterbukan Federasi Rusia terhadap budaya Barat yang menggunakan metode deskriptif-analitis yang dianalisis menggunakan tiga teori, globalisasi, conscious ideologies, dan adaptasi.Skripsi ini bertujuan untuk membuktikan argumen utama bahwa musik populer masuk sebagai representasi dari keterbukaan Federasi Rusia terhadap budaya Barat. Hasil penelitian menujukkan bahwa globalisasi mempengaruhi masuknya musik populer dengan penerapan proses adaptasi yang membentuk ideologi masyarakat Rusia yang secara sadar menerima musik populer sebagai gaya hidup baru.

This thesis discusses popular music as a result of the openness of the Russian Federation to the Western culture that uses descriptive-analytical methods were analyzed using three theories, globalization, conscious ideologies, and adaptations. This thesis aims to prove the main argument that popular music in as a representative of the Russian Federation openness to Western culture. The results showed that the inclusion of popular music globalization affect the application of the adaptation process to form the ideology of Russian society that consciously accept popular music as a new lifestyle."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S44045
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widi Satrio Wibowo
"ABSTRAK
Prancis adalah salah satu negara dengan populasi orang kulit hitam yang cukup besar di Eropa. Orang kulit hitam di Prancis kerap kali dilekatkan dengan prasangka dan stereotipe negatif oleh masyarakat. Melalui karya seni khususnya musik rap, stereoritpe dan prasangka negatif dapat dikukuhkan atau sebaliknya, karena di dalamnya mengandung subjektivitas dan sudut pandang pengarang mengenai suatu hal. Tak terkecuali dengan lagu, yaitu Sur Ma Route dan Force d rsquo; tre karya seorang rapper terkenal Prancis Black M. Menggunakan teori representasi dan identitas Stuart Hall, penulis berusaha menelusuri bagaimana identitas orang kulit hitam direpresentasikan dalam larik lagu rap karya Black M. Artikel ini memperlihatkan identitas orang kulit hitam yang berlawanan dengan stereotipe masyarakat. Orang kulit hitam dalam dua lagu tersebut direpresentasikan sebagai sosok yang tangguh dan membanggakan. Musik rap Black M hadir untuk mengekspresikan opini dan kritiknya dengan memaparkan kisah hidupnya sebagai role model orang kulit hitam yang berhasil melawan stereotipe negatif masyarakat.
ABSTRACT

France is one of the countries with large black people population in Europe. French black people are often attached to negative prejudgement and stereotypes by society. Through art, especially rap music, negative stereotypes and prejudices could be reinforced or vice versa, because they contain the creator rsquo s subjectivity and point of view about something. No exception to these rap songs titled Sur Ma Route and Force d rsquo tre by a famous French rapper Black M. Using the theory of representation and identity by Stuart Hall, the author tries to explore how the identity of black people are represented in the lyrics of rap songs by Black M. This article shows the identity of black people as opposed to community stereotypes. The black people in these two songs are represented as a formidable and proud figure. Black M 39 s rap music came to express his opinions and criticisms by describing his life story as a role model of black people who succeeded against the negative stereotypes of society."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
P. Tommy Pamungkas
"Penelitian ini ingin mengkaji konsep representasi identitas budaya Jawa di dalam media dengan pendekatan kajian budaya kritis untuk membongkar ideologi anggota Jogja Hip-hop Foundation (JHF), sebagai bentuk representasi mental dalam pikiran dan kemudian diproyeksikan dalam representasi bahasa sebagai bentuk artefak budaya. Pertanyaan penelitian berfokus pada bagaimana hegemoni budaya Jawa terepresentasi dalam pesan lirik lagu JHF dan mengapa hegemoni budaya Jawa tersebut yang terbentuk dalam pesan lirik lagu. Data yang didapat dari analisa framing lirik lagu JHF, wawancara mendalam dan studi pustaka, diolah dengan teknik analisa ilustratif dan tipos ideal. Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam menyikapi isu-isu negatif yang yang dekat dengan anak muda dalam masyarakat modern, orang-orang harus kembali ke seperangkat nilai dan perilaku yang sesuai dengan kaidah dasar kehidupan masyarakat Jawa agar tidak terjadi kehancuran. Representasi tersebut muncul karena pemahaman anggota JHF mengenai kaidah dasar tersebut sejalan dengan uraian konsep idealnya, terinspirasi dari isu-isu yang mereka hadapi setiap hari, dan didukung dengan motivasi mereka yang memang ingin menanamkan kembali budaya Jawa dengan cara baru. Dialektika dalam hegemoni muncul dalam representasi budaya Jawa di pesan lirik lagu mereka di mana satu sisi mereka terbawa arus untuk tidak mau memperhatikan praktek kaidah dasar kehidupan masyarakat Jawa sebagai bentuk budaya tinggi yang susah dan rumit akan tetapi masih terinspirasi akan pandangan dan nilai kaidah tersebut. Sedang di sisi lain bentuk keterusterangan, spontanitas, dan ekspresi bebas yang modern dalam lagu mereka sebagai bentuk budaya populer juga melancarkan kritik terhadap kehidupan masyarakat kontemporer yang terlalu terpengaruh dari luar masyarakat Jawa sehingga meninggalkan rasa solidaritas, kerukunan, dan ikatan masyarakat dalam tatanan sosial yang bertujuan damai dan tentram yang menjadi cita-cita kaidah dasar kehidupan masyarakat tersebut.

This research analyzed representation concept of Javanese cultural identity found in media by critical cultural studies approach to dismantle the ideology of members of Jogja Hip-Hop Foundation (JHF), inside their mental representation and then was manifested through language representation as cultural artefact. The research question focused on how the Javanese cultural hegemony represented in the lyrics messagesof JHF songs and why Javanese cultural hegemony was formed in the lyrics messages of the songs. Collected data from frame analysis on the lyrics, in-depth interview and literature studies were put into specific analytical process to answer the questions. Research found when facing negatives issues which close related with youth in modern society, people should comprehend the set of values and attitudes which suitting basic standard of Javanese living society in order to avoid disintegration and abruption.That representation was formed because of several reasons; there was similar understanding between JHF and ideal concepts of basic standard of Javanese living society, the songs were inspired by reality engagements which JHF had been through, and it also supported by the JHF’s motivation to redistribute Javanese culture among the youths with different approaches.Dialectics of hegemony emerged in the representation of Javanese culture in their lyrics message which in one side they drifted to not want to pay attention to the practice of the basic rules of Javanese living society as a form of high culture that is difficult and complicated but still inspired by such view, norms and values. While in the another side, JHFembracedpopular culture by having candor, spontaneity and free expression as a form of modernityto criticizecontemporary society which were affected from outside the Java community, leaving a sense of solidarity, harmony and community ties in the social order that aimed."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galuh Anindita
"ABSTRAK
Lagu merupakan cerminan suatu kehidupan sosial atau media untuk mengekspresikan pandangan pengarang mengenai suatu hal. Oleh karena itu, dalam sebuah karya terdapat subjektivitas pengarang, tak terkecuali dengan lagu karya Serge Gainsbourg yang menjadikan perempuan sebagai subjeknya, yaitu Poup e de Cire Poup e de Son dan Les Sucettes. Keterlibatan perempuan dalam sebuah karya sastra dapat mengukuhkan dominasi laki-laki di lingkungan masyarakat atau bahkan sebaliknya. Menggunakan pendekatan struktural dan semiotik, penulis berusaha menelusuri bagaimana perempuan direpresentasikan melalui larik lagu. Artikel ini memperlihatkan bahwa perempuan dalam dua lagu tersebut direpresentasikan secara berbeda. Dalam lagu Poup e de Cire Poup e de Son, perempuan direpresentasikan sebagai kaum yang pasif karena masih didominasi oleh laki-laki, sedangkan dalam lagu Les Sucettes perempuan direpresentasikan sebagai kaum yang bebas karena sudah lepas dari dominasi laki-laki.

ABSTRACT
Song is a reflection of a social life or a media to express song writer rsquo s point of view. Therefore, in a song there is the subjectivity of the song writer, including songs by Serge Gainsbourg. In which he oftenly bring up women as the subject, such as Poup e de Cire Poup e de Son and Les Sucettes. The involvement of women in various arts may reinforce male dominance in the community or vice versa. Using a structural and semiotic theory, the author tries to analyze how women are represented through the lyrics. This article shows that women in these two songs are represented differently. In Poup e de Cire Poup e de Son, women are represented as a passive subject because they are still dominated by men. On the other hand, Les Sucettes represented women as an active subject because they are separated from male domination."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Aisha Andari Rahmiputri
"Tesis ini membahas mengenai representasi fantasi boyfriend dalam fandom yang muncul karena hubungan parasosial. Dengan menggunakan paradigma konstruktivisme, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif di mana peneliti melakukan analisis multimodalitas untuk melihat representasi fantasi boyfriend di Twitter yang disebabkan karena adanya hubungan parasosial. Selain analisis multimodalitas dilakukan pula wawancara untuk mengetahui bagaimana hubungan parasosial yang dirasakan penggemar dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi representasi yang mereka gambarkan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat representasi fantasi boyfriend yang hadir karena hubungan parasosial Teori yang digunakan adalah teori parasosial oleh Horton dan Wohl serta teori representasi oleh Stuart Hall. Konten Twitter akan dianalisis menggunakan analisis visual oleh Kress dan Van Leuween dan analisis Systemic Functional Linguistics (SFL).
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa representasi fantasi boyfriend ditampilkan berdasarkan karakteristik idola yang penggemar dapatkan dari hubungan parasosial setelah mengkonsumsi media. Hubungan parasosial tidak hanya terjadi antara idola dan penggemarnya namun juga antar penggemar. Sedangkan, karakteristik idola yang didapatkan, merupakan dasar utama dalam merepresentasikan fantasi boyfriend itu sendiri.

This thesis talks about how fans represent the fantasy of boyfriend with the help of parasocial relationship in their Tweets. Using constructivism as the paradigm, this research is a qualitative research where the researcher analyses some tweets using multimodality to help to see how the fantasy of boyfriend as the result of parasocial relationship. Besides multimodality, the researcher also did some interviews to find out how fans experience parasocial relationship and how they see their idol and imagining them as boyfriends.
The purpose of this research is to see how fans represent the fantasy of boyfriend that they have on the idols that is caused by parasocial relationship. Parasocial theory by Horton and Wohl dan representation by Stuart Hall are used in this research. Then, the tweets that are used in this research are analysed using visual analysis by Kress and Van Leeuwen and Systemic Functional Linguistic (SFL) by Halliday.
The results show that the fantasy representation of boyfriend following the parasocial relationship after using media. It also shows that parasocial relationship leads the fans to know about their idols characteristic that helps them to represent them as a boyfriend. It also shows that paracosial relationship not only happens between fans and their idol but also amongst the fans themselves. Results also show that the characteristic of the idol helps a lot to build the representation of boyfriends fantasy.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
T55099
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhitya Derisa Rasi Makara
"Tesis ini membahas tentang peranan agregator musik dalam struktur industri musik di indonesia dalam konteks agregator musik ini sebagai agen perubahan strukturasi industri musik dalam hal pendistribusian dan promosi konten musik di era perkembangan teknologi informasi dan komunikasi bagi para musisi indie. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain studi kasus. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa ada 2 faktor utama yang mempengaruhi perubahan industri musik Indonesia. Yang pertama adalah perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin maju. Dan yang kedua adalah berkembangnya musik Indie (Sidestream). Agregator musik muncul sebagai platfrom bisnis yang fokus mendistribusikan lagu ke toko musik digital di seluruh dunia. Agregator musik berperan sebagai pengganti label rekaman yang kerap kali menjadi sandungan bagi para musisi untuk memasarkan karyanya. Agregator musik melalui toko digital maupun streaming musik dianggap mampu menjawab tantangan era digital dalam hal distribusi dan promosi karya musik. Terlebih, agregator musik dianggap mampu mewadahi karya-karya musisi baru atau musisi indie yang seringkali mengalami kesulitan luar biasa untuk memperkenalkan karya musiknya.

This tesis discusses about the role of Music Aggregator in structur change of music industry in Indonesia in the context that music aggregator is as an agent to change music industry in term of music distribution and promotion content in the growing information and communication technology era for indie musicians. The thesis applies qualitative design with case study design. The study concluded that two main factor which affect of Indonesia music industry change. The first factor is the rapid growth of information and communication technology. The second factor is the rise of Indie Music (Sidestream). Music Aggregator becames a business platform that focuses on distributing songs to digital music stores all around the world. Music Aggregator contributes as subtitutive record label that alwasy hampers all musician to market their creation. Music Aggregator through digital music store or streaming music platform is able to answer the challenges of digital era in the term of music content distribution and promotion. Music aggregator can collect creations of new musicians or indie musicians who often experience extraordinary diffuculty to introduce their creations."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
T46318
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Venty Rosalin Handayani
"Makalah ini menganalisis representasi warna merah red di dalam lagu Taylor Swift yang berjudul Red. Tujuan dari analisis ini adalah mencari tahu ragam emosi yang ditunjukkan oleh warna merah di dalam lagu melalui penggunaan metafor dan simbolisasi tertentu di dalam lirik lagu dalam mengekspresikan emosi penyanyi dan bagaimana hal ini mendukung makna dari lagu Red sendiri secara keseluruhan. Di dalam Red Swift secara konsisten menggunakan beberapa perbandingan untuk merepresentasikan dan mengekspresikan perasaannya sebagai tokoh wanita di dalam lagu.
Analisis ini berdasarkan pada teori semiotik guna menganalisis penggunaan simbol atau tanda tertentu yang ditemukan di dalam lagu dan semantik dalam menganalisis makna di balik lirik-lirik lagu dengan mengacu kepada hubungan antar kata untuk melihat representasi warna merah di dalam lagu secara utuh
Hasil dari analisis ini menunjukkan bahwa warna merah merepresentasikan emosi seperti penyesalan hasrat dan cinta yang dirasakan penyanyi terhadap tokoh pria di dalam lagu Warna merah sendiri merepresentasikan tidak hanya perasaan cinta seperti ditunjukkan dalam 'loving him was red' tetapi juga emosi yang membara atau penuh dengan hasrat serta cinta yang kuat seperti dalam liriknya 'burning red'. Warna merah sendiri juga digambarkan sevagai hasrat seksual seperti diimplikasikan dalam 'touching him'. Faktanya warna merah sendiri seringkali dipandang sebagai warna yang merepresentasikan seksualitas dan sensitivitas.

This essay analyses the representation of the colour red in Taylor Swift's song, Red. The aim of this essay is to find out what kinds of emotion red, as colour, represents in the song through the use of metaphor and certain symbolization in the song in expressing the emotion of the singer and in supporting what Red, the title of the song, means. In Red, Swift continuously uses some comparisons to represent and to express her feelings as the woman character in the song.
This analysis is based on the theory of semiotics in analysing the use of certain symbols or signs found in the song and semantics in analysing the meaning behind the lyrics by referring to the connection between words to see the representation of red in the song as a whole.
The result of this analysis shows that red represents such emotions like regret, desire, and love that the singer feels towards the man. Red represents not only love as described in 'loving him was red', but also the burning or passionate and intense love emotion as in 'burning red'. Red is also interpreted as a sexual desire as implied in 'touching him'. In fact, red is often viewed as a colour that represents sexuality and sensitivity.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>