Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 194204 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alya Shafira
"Skripsi ini membahas mengenai salah satu bentuk inovasi teknologi finansial, yaitu fitur PayLater. Ketersediaan fitur PayLater sebagai metode pembayaran pada berbagai platform di Indonesia memungkinkan pengguna platform untuk melakukan transaksi pada platform dengan membayarnya di kemudian hari, baik di akhir bulan maupun secara angsuran. Pokok pembahasan dalam skripsi ini terfokus pada analisis perjanjian yang timbul atas penggunaan fitur PayLater yang tersedia pada platform Gojek dan Traveloka atas pembelian suatu produk. Penulis akan membahas perihal bentuk perjanjian yang timbul dari transaksi PayLater ditinjau dari karakteristik macam-macam perjanjian yang ada di dalam KUHPerdata, serta bagaimana hubungan hukum yang terjalin antara para pihak di dalamnya. Selain itu, dibahas pula mengenai terjadi atau tidaknya penggantian hak penyedia produk atau subrogasi oleh pihak pemberi pinjaman dalam transaksi PayLater. Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah penelitian yuridis-normatif dengan menggunakan data sekunder berupa bahan hukum primer dan sekunder.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk Perjanjian Gojek PayLater dan Perjanjian Traveloka PayLater merupakan perjanjian innominaat. Namun, perjanjian tersebut pada dasarnya memiliki kemiripan karakteristik perjanjian pinjam meminjam pada Pasal 1754 KUHPerdata. Hubungan hukum yang terjalin dalam transaksi Gojek PayLater dan Traveloka PayLater melibatkan berbagai pihak, termasuk hubungan jual beli produk antara penyedia produk dengan pengguna platform. Pembayaran atas pembelian produk yang dilakukan dengan pinjaman yang diberikan oleh pemberi pinjaman kepada pengguna platform memenuhi unsur subrogasi yang sebagaimana diatur pada Pasal 1400 KUHPerdata dan menunjukkan terjadinya penggantian hak penyedia produk oleh pihak pemberi pinjaman berupa hak atas pembayaran dan hak untuk menagih sejumlah nilai transaksi. Namun, bentuk penggantian hak dalam transaksi PayLater memiliki karakteristiknya tersendiri sebagaimana merupakan perkembangan baru yang mengakomodir kebutuhan masyarakat dan dipadu dengan kemajuan teknologi.

This thesis discusses one form of financial technology innovation, namely the PayLater feature. The availability of the PayLater feature as a payment method on various platforms in Indonesia enables platform users to make transactions by paying them at a later date, be it at the end of the month or in installments. This is made possible because of the availability of third parties who are willing to provide loans to platform users through payment for transactions made through the platform. The subject matter of this thesis focuses on analyzing agreements arising from the use of the PayLater feature on Gojek and Traveloka platforms for product purchasing. The author will discuss the form of agreement arising from PayLater transactions in terms of the characteristics of the various agreements that exist in the Civil Code and the legal relationship that exists between the parties. Furthermore, this thesis also discusses whether or not a subrogation is present in a PayLater transaction. The research method used in the preparation of this thesis is juridical-normative research using secondary data in the form of primary and secondary legal materials.
The results of this study indicate that the form of the Gojek PayLater Agreement and the Traveloka PayLater Agreement are innominate agreements. However, the agreement has similar characteristics to the loan agreement in Article 1754 of the Civil Code. The legal relationship that exists in the Gojek PayLater and Traveloka PayLater transactions involves various parties, including the purchase relationship between product providers and platform users. Payments for product purchases made with loans provided by lenders to platform users meet the elements of subrogation as regulated in Article 1400 of the Civil Code and indicate replacement of the rights of product providers by the lender in the form of payment rights and the right to collect a certain amount of the transaction value. However, the form of right replacement in PayLater transactions has its own characteristics as it is a new development that accommodates people's needs and combined with technological advances.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anatasya Dwijayanti Chang
"Digitalisasi pembayaran yang semakin meningkat menyebabkan sistem pembayaran cashless semakin banyak digunakan, salah satunya adalah PayLater. Peningkatan penggunaan PayLater juga disebabkan karena rendahnya penetrasi penggunaan kartu kredit di Indonesia. Penelitian ini bertujuan mengetahui dan melihat perbedaan faktor-faktor yang mempengaruhi niat keberlanjutan penggunaan pada Shopee PayLater, Gojek PayLater, dan Traveloka PayLater dengan menggunakan IS success model, expectation confirmation model (ECM), dan self-control theory. Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah mixed method dan kualitatif. Pengumpulan data kuantitatif dilakukan melalui survei online oleh 480 responden Shopee PayLater dan 198 responden Gojek PayLater dan diolah menggunakan metode partial least squares SEM (PLS-SEM) dan independent t-test. Pengumpulan data kualitatif dilakukan melalui wawancara pada masing-masing lima narasumber Shopee PayLater, Gojek PayLater, dan Traveloka PayLater. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa niat keberlanjutan penggunaan Shopee PayLater dan Gojek PayLater dipengaruhi oleh satisfaction, individual performance, debt attitude, dan impulsive buying. Selain itu, hasil penelitian Traveloka PayLater menunjukkan bahwa niat keberlanjutan penggunaan Traveloka PayLater tergantung oleh kebutuhan, diskon, dan sistem PayLater.

The increasing digitization of payments has led to more use of cashless payment systems, one of which is PayLater. The increase in the use of PayLater was also due to the low penetration of credit card usage in Indonesia. This study aims to investigate and see the differences in the factors influencing the continuance intention of Shopee PayLater, Gojek PayLater, and Traveloka PayLater using the IS success model, the expectation confirmation model (ECM), and the self-control theory. The approach used in this research is mixed method and qualitative. Quantitative data was collected through an online survey by 480 respondents of Shopee PayLater and 198 respondents of Gojek PayLater and processed using the partial least squares SEM (PLS-SEM) and independent t-test. Qualitative data was collected through interviews with five interviewees of Shopee PayLater, Gojek PayLater, and Traveloka PayLater. The results of this study indicate that the continuance intention on Shopee PayLater and Gojek PayLater is influenced by satisfaction, individual performance, debt attitude, and impulsive buying. The results of this study also show that the continuance intention to use Traveloka PayLater depends on the urgency, discounts, and PayLater system."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Rizkiandini
"Digitalisasi pembayaran yang semakin meningkat menyebabkan sistem pembayaran cashless semakin banyak digunakan, salah satunya adalah PayLater. Peningkatan penggunaan PayLater juga disebabkan karena rendahnya penetrasi penggunaan kartu kredit di Indonesia. Penelitian ini bertujuan mengetahui dan melihat perbedaan faktor-faktor yang mempengaruhi niat keberlanjutan penggunaan pada Shopee PayLater, Gojek PayLater, dan Traveloka PayLater. Penelitian ini menggabungkan IS success model, expectation confirmation model (ECM), dan self-control theory. Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah mixed method dan kualitatif. Pengumpulan data kuantitatif dilakukan melalui survei online oleh 480 responden Shopee PayLater dan 198 responden Gojek PayLater dan diolah menggunakan metode partial least squares SEM (PLS-SEM) dan independent t-test. Sementara itu, pengumpulan data kualitatif melalui wawancara dilakukan pada masing-masing lima narasumber Shopee PayLater, Gojek PayLater, dan Traveloka PayLater. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa niat keberlanjutan penggunaan Shopee PayLater dan Gojek PayLater dipengaruhi oleh satisfaction, individual performance, debt attitude, dan impulsive buying. Selain itu, hasil penelitian Traveloka PayLater menunjukkan bahwa niat keberlanjutan penggunaan Traveloka PayLater tergantung oleh kebutuhan, diskon, dan sistem PayLater. Penelitian ini diharapkan dapat mendukung penelitian sebelumnya dalam konteks yang berbeda dan memberikan kontribusi bagi Shopee PayLater, Gojek PayLater, dan Traveloka PayLater untuk mengembangkan layanan mereka.

The increasing digitization of payments has led to more use of cashless payment systems, one of which is PayLater. The increase in the use of PayLater was also due to the low penetration of credit card usage in Indonesia. This study aims to investigate and see the differences in the factors influencing the continuance intention of Shopee PayLater, Gojek PayLater, and Traveloka PayLater. This study combines the IS success model, the expectation confirmation model (ECM), and the self-control theory. The approach used in this research is mixed method and qualitative. Quantitative data was collected through an online survey by 480 respondents of Shopee PayLater and 198 respondents of Gojek PayLater and processed using the partial least squares SEM (PLS-SEM) and independent t-test. Qualitative data was collected through interviews with five interviewees of Shopee PayLater, Gojek PayLater, and Traveloka PayLater. The results of this study indicate that the continuance intention on Shopee PayLater and Gojek PayLater is influenced by satisfaction, individual performance, debt attitude, and impulsive buying. The results of this study also show that the continuance intention to use Traveloka PayLater depends on the urgency, discounts, and PayLater system. This study is expected to support previous studies and contribute to Shopee PayLater, Gojek PayLater, and Traveloka PayLater to develop their services."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Putra Salman
"Penggunaan teknologi digital akhirnya melahirkan apa yang disebut Peer to Peer Lending sebagai bagian dari teknologi keuangan. Jangkauan luas dari komunitas yang tidak memiliki bank dan tidak terlayani membuat Peer to Peer Lending mendapatkan momentumnya di Indonesia. Dalam kondisi ini, OJK menetapkan peraturan khusus untuk Peer to Peer Lending di bawah Peraturan OJK No. 77 Tahun 2016.
Skripsi ini mencoba membahas tentang apa saja hukum dan peraturan yang terkait dengan Peer to Peer Lending di Indonesia, apa persamaan dan perbedaan sistem kredit antara bank komersial dan teknologi keuangan dan sejauh mana implementasi Peer to Peer lending yang disediakan oleh Findaya sebagai Pembayaran Gojek 'PayLater' sesuai dengan Hukum Indonesia.
Metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitian skripsi ini adalah metode penelitian yuridis normatif. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer dan sekunder.
Sebagai kesimpulan, masih ada banyak ketentuan penting yang belum diatur dalam peraturan Peer to Peer Lending dan dapat menciptakan risiko hukum dan risiko keuangan yang besar, baik untuk perusahaan dan untuk masyarakat secara umum. Meskipun secara hukum Gojek PayLater telah sesuai dengan peraturan, masih ada banyak lagi yang harus ditingkatkan untuk keselamatan industri jasa keuangan.
The use of digital technology eventually gave birth to so-called Peer to Peer Lending as a part of financial technology. Its wide-reaching of the unbankable and underserved community makes Peer to Peer Lending gains its momentum in Indonesia. Under this condition, OJK stipulated a regulation specifically for Peer to Peer Lending under OJK Regulation No. 77 of 2016.
This thesis is trying to discuss on what is the laws and regulation related to Peer to Peer Lending in Indonesia, what are the similarities and differences of credit systems between commercial bank and financial technology and to what extentthe implementation of Peer to Peer lending provided by Findaya as Gojek’s Payment ‘PayLater’ in accordance with Indonesian Law.
The method of research used by the author in this thesis research is normative juridical research method.The type of data used in this study is secondary data that consisting of primary and secondary legal materials.
In conclusion, there are still many important provisions that have not been regulated in Peer to Peer Lending regulation and can create large legal risks and financial risks, both for the loan Company company and for the community in general. Even though by law Gojek PayLater has in accordance with the regulation, there are still a lot more to improve for the safety of financial services industry."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Felula Salma Desfealucy
"Berkembangnya peer to peer lending di Indonesia menimbulkan isu perlindungan konsumen. Skripsi ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana regulator dapat mengacu pada peraturan pinjam meminjam bank umum untuk mengeluarkan hukum dan peraturan perundang-undangan untuk melindungi peminjam dan pemberi pinjaman dalam industri peer to peer lending di Indonesia. Tulisan ini mengidentifikasi perbedaan hukum dan peraturan dalam kredit perbankan dengan peer to peer lending serta bagaimana peer to peer lending seharusnya dapat diatur jika mengacu pada hukum dan peraturan kredit perbankan. Pendekatan penelitian ini merupakan yuridisial-normatif dengan pendekatan kualitatif, dan menggunakan bahan sekunder serta wawancara dengan Ivan Tambunan, CEO Akseleran. Penelitian ini menunjukkan bahwa pengaturan perlindungan konsumen peer to peer lending di Indonesia fokus pada mitigasi risiko informasi teknologi dan belum mengeluarkan peraturan yang menetapkan perlindungan konsumen terhadap kredit termasuk aktivitas debt collector, kredit macet, dan mitigasi risiko kredit. Setelah mengidentifikasi perbedaan antara bank umum dan peer to peer lending, hukum dan peraturan bank umum dapat dijadikan acuan untuk industri peer to peer lending dengan batasan-batasan. Setelah melakukan perbandingan, hukum dan peraturan kredit bank yang dapat menjadi referensi untuk perlindungan hukum peer to peer lending adalah terkait dengan (i) prinsip kehati-hatian; (ii) mitigasi kredit; (iii) kebijakan kredit; dan (iv) kualitas aset yang diatur dalam pinjaman pada bank umum untuk diterapkan dalam industri peer to peer lending. Menyadari masalah ini, OJK dapat mempertimbangkan untuk merevisi atau menyusun undang-undang hukum dan peraturan untuk melindungi konsumen dalam peer to peer lending khususnya dalam aspek kredit.

Amid the rise of peer to peer lending in Indonesia, consumer protection issues in the industry has been prevalent. This undergraduate thesis aims to analyze how regulators may refer to conventional credit regulations in issuing regulations to protect borrowers and lenders in Indonesia peer to peer lending industry. It discuss on how consumer protection regulation in peer to peer lending differ with lending in conventional bank in Indonesia and how peer to peer lending should be regulated in protecting consumers by referring to conventional bank credit regulations. This is a juridicial-normative research approach by using secondary sources including an interview with the CEO of Akseleran, Ivan Tambunan. The research shows that Indonesian peer to peer lending regulation on consumer protection focuses on information system risk mitigation and have not issued regulations specifying consumer protection on credit including debt-collecting activities, credit default, and credit risk mitigation. In conclusion, after identifying the differences of peer to peer lending and conventional credit laws and regulations regarding to consumer protection, the laws and regulations that can be applicable for peer to peer lending industry are (i) prudential principle (ii) risk mitigation (iii) credit policy; and (iv) assets quality regulated under conventional loan to be applied in the peer to peer lending industry. Recognizing this issue, OJK shall work hand in hand with AFPBI as Indonesia Peer to Peer Lending Self- Regulatory Body to revise or promulgate laws and regulations to protect peer to peer lending consumer’s interest specialized in the credit aspects."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Katon Prawoto
"ABSTRAK
Penelitian ini berfokus untuk meneliti pengaruh fitur website hedonik dan
utilitarian terhadap kepercayaan dan loyalitas dengan komitmen afektif dan
kalkulatif sebagai mediasi. Penelitian ini menggunakan pengunjung situs online
Traveloka sebagai objek penelitian. Data penelitian ini diolah dengan software
Lisrel 8.51, menggunakan teknik Structural Equation Modeling (SEM). Tujuan
penelitian ini untuk menemukan bahwa fitur hedonik dan utilitarian merupakan
faktor penting yang harus difokuskan dalam menciptakan E-Loyalty terhadap
website. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa fitur hedonik dan utilitarian
berpengaruh signifikan terhadap komitmen afektif. Kemudian, komitmen afektif
mempengaruhi kepercayaan, sehingga dapat tercipta E-Loyalty. Dalam penelitian
ini komitmen kalkulatif tidak mempengaruhi kepercayaan dan E-Loyalty.

ABSTRACT
This study focuses on examining the influence of hedonic and utilitarian features
of the website toward trust and loyalty with affective and calculative commitment
as mediation. This study uses Traveloka online visitors as research objects. This
research data is processed by using Structural Equation Modeling (SEM)
technique with software Lisrel 8.51. The purpose of this study is to find the
hedonic and utilitarian features which are important factors for creating ELoyalty
to the website. The results of this data processing showed that the hedonic
and utilitarian features have significant effect on affective commitment.
Afterwards, affective commitment does affects trust to create E-Loyalty. Whereas,
calculative commitment does not affect the trust and E-Loyalty."
2017
S65962
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizkyandri Navielia
"Penelitian ini membahas tentang faktor yang memengaruhi niat pembelian kembali pada Online Travel Agent OTA . Responden penelitian ini berjumlah 225 orang dan merupakan orang yang sudah pernah memesan hotel secara online melalui situs Traveloka dalam kurun waktu tiga bulan terakhir dengan wilayah cakupan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Pengolahan data menggunakan program LISREL 8,51.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa product related factors berpengaruh positif pada niat pembelian kembali, begitu juga dengan channel related factors yang terbukti berpengaruh positif pada niat pembelian kembali, serta channel related factors berpengaruh positif pada niat pencarian informasi, penelitian ini juga menemukan bahwa product related factors tidak berpengaruh pada niat pencarian informasi, dan niat pencarian informasi tidak berpengaruh pada niat pembelian kembali.

This research studies the factors that affect repurchase intention on OTAs Online Travel Agent. This research sampled 225 respondents, which are people who have booked hotel stays through the website app Traveloka in the past three months, living in areas of Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, and Bekasi. The data was processed using the software LISREL 8.51.
This research shows that Product Related Factors have positive effect on Repurchase Intention, and Channel Related Factors have positive effect on Repurchase Intention, also Channel Related Factors have positive effect on Information Search Intention. This research also shows that Product Related Factors has no positive effect on Information Search Intention and Information Search Intention has no positive effect on Repurchase Intention.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
S68026
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Disti Caya Fadiyah
"Gojek merupakan perusahaan berbasis teknologi yang memiliki beberapa kategori layanan, mencakup transportasi dan logistik, pembayaran, pesan makan dan belanja, hiburan, serta bisnis. Kesuksesan Gojek sebagai salah satu solusi yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia pun menghadirkan beberapa pesaing dengan layanan serupa. Untuk mempertahankan posisinya di tengah pasar yang kompetitif, taktik pemasaran digital biasa (seperti pemasangan banner iklan statis) sudah tidak relevan lagi karena kini konsumen bersifat aktif dalam mencari dan memilah informasi. Maka dari itu, Gojek pun berusaha menerapkan taktik content marketing sebagai cara baru untuk membangun customer online engagement yang diraih dengan cara mempublikasikan konten yang beragam melalui berbagai format media. Pada akhirnya, konsumen yang memiliki keterlibatan dengan merek tertentu cenderung lebih loyal dalam menggunakan produk atau layanan yang berkaitan. Makalah non-seminar ini akan menganalisis penerapan content marketing yang dilakukan oleh Gojek dalam membangun customer online engagement. Analisis dilakukan pada akun media sosial milik Gojek, mencakup Instagram (@gojekindonesia) dan Twitter (@gojekindonesia) serta website resmi (gojek.com) dalam rentang waktu Januari—Desember 2020. Hasil analisis menunjukkan bahwa empat kategori konten, yakni konten yang menghibur, menginspirasi, mengedukasi, dan meyakinkan dapat ditemukan pada konten Gojek.

Gojek is a multi-service tech platform providing access to a wide range of services including transport and logistics, payments, food delivery and shopping, entertainment, and business. Gojek's success as a solution that is able to meet the needs of the Indonesian people has also triggered the emergence of several competitors with similar services. To maintain its position in such a competitive market, traditional digital marketing tactics (such as static advertising banners) are no longer relevant because consumers are now active in finding and sorting information. Therefore, Gojek is trying to implement content marketing tactics as a new way to build online customer engagement, which is achieved by publishing various content through various media formats. In the end, consumers who have involvement with certain brands tend to be more loyal in using related products or services. This paper aims to analyze the application of content marketing carried out by Gojek in building online customer engagement. The analysis was done on Gojek's social media accounts, including Instagram (@gojekindonesia) and Twitter (@gojekindonesia) as well as the official website (gojek.com) in January—December 2020. The analysis results show that four content categories, namely content that entertains, inspires, educates, and convinces can be found in Gojek's social media content."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Disti Caya Fadiyah
"Gojek merupakan perusahaan berbasis teknologi yang memiliki beberapa kategori layanan, mencakup transportasi dan logistik, pembayaran, pesan makan dan belanja, hiburan, serta bisnis. Kesuksesan Gojek sebagai salah satu solusi yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia pun menghadirkan beberapa pesaing dengan layanan serupa. Untuk mempertahankan posisinya di tengah pasar yang kompetitif, taktik pemasaran digital biasa (seperti pemasangan banner iklan statis) sudah tidak relevan lagi karena kini konsumen bersifat aktif dalam mencari dan memilah informasi. Maka dari itu, Gojek pun berusaha menerapkan taktik content marketing sebagai cara baru untuk membangun customer online engagement yang diraih dengan cara mempublikasikan konten yang beragam melalui berbagai format media. Pada akhirnya, konsumen yang memiliki keterlibatan dengan merek tertentu cenderung lebih loyal dalam menggunakan produk atau layanan yang berkaitan. Makalah non-seminar ini akan menganalisis penerapan content marketing yang dilakukan oleh Gojek dalam membangun customer online engagement. Analisis dilakukan pada akun media sosial milik Gojek, mencakup Instagram (@gojekindonesia) dan Twitter (@gojekindonesia) serta website resmi (gojek.com) dalam rentang waktu Januari—Desember 2020. Hasil analisis menunjukkan bahwa empat kategori konten, yakni konten yang menghibur, menginspirasi, mengedukasi, dan meyakinkan dapat ditemukan pada konten Gojek.
Gojek is a multi-service tech platform providing access to a wide range of services including transport and logistics, payments, food delivery and shopping, entertainment, and business. Gojek's success as a solution that is able to meet the needs of the Indonesian people has also triggered the emergence of several competitors with similar services. To maintain its position in such a competitive market, traditional digital marketing tactics (such as static advertising banners) are no longer relevant because consumers are now active in finding and sorting information. Therefore, Gojek is trying to implement content marketing tactics as a new way to build online customer engagement, which is achieved by publishing various content through various media formats. In the end, consumers who have involvement with certain brands tend to be more loyal in using related products or services. This paper aims to analyze the application of content marketing carried out by Gojek in building online customer engagement. The analysis was done on Gojek's social media accounts, including Instagram (@gojekindonesia) and Twitter (@gojekindonesia) as well as the official website (gojek.com) in January—December 2020. The analysis results show that four content categories, namely content that entertains, inspires, educates, and convinces can be found in Gojek's social media content.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alviona Retno Amalia
"Industri pariwisata dinilai mengalami peningkatan yang signifikan di era pasca pandemi dengan Online Travel Agent (OTA) seperti tiket.com dan Traveloka yang memainkan peran penting dalam menyediakan produk pariwisata secara daring. Dalam konteks ini, strategi cross-selling, yang menawarkan produk tambahan kepada konsumen, menjadi kunci dalam memaksimalkan nilai bagi konsumen dan meningkatkan pendapatan bagi OTA. Cross-selling merupakan strategi yang cocok diimplementasikan pada OTA untuk memaksimalkan revenue dibanding strategi lainnya, seperti upselling. Perilaku konsumen OTA yang cenderung mencari produk dengan harga termurah membuat penawaran produk dengan harga lebih mahal tidak diminati oleh konsumen. Sementara, pada cross-selling, konsumen dapat dipertahankan dan peluang untuk menambah pembelian akan lebih besar. Namun, masih ada tantangan dalam memahami faktor-faktor yang secara efektif mempengaruhi persepsi nilai dan niat pembelian konsumen terhadap produk tambahan tersebut. Berangkat dari isu tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi persepsi nilai dan niat pembelian produk tambahan (cross-selling) di OTA. Untuk meneliti hal tersebut, peneliti menggunakan teori Elaboration Likelihood Model (teori ELM—teori yang menjelaskan pembentukan sikap sebagai hasil dari proses pemrosesan informasi rute central dan rute peripheral) dan perceived value. Data pada penelitian ini dikumpulkan secara kuantitatif melalui kuesioner daring yang memperoleh 573 responden valid dan kualitatif melalui wawancara sebanyak 21 narasumber. Data kuantitatif diolah menggunakan metode PLS-SEM sedangkan data kualitatif diolah menggunakan metode content analysis. Hasil penelitian ini menunjukkan faktor-faktor pada ELM yang memengaruhi utilitarian value secara signifikan adalah monetary saving, navigation design, serta time pressure. Sementara itu, product information, personalization, image appeal, time pressure terbukti memengaruhi hedonic value secara signifikan. Perceived value yang terdiri dari utilitarian value dan hedonic value terbukti memengaruhi attitude toward purchasing secara signifikan. Attitude toward purchasing terbukti memengaruhi intention to purchase secara signifikan. Penelitian ini berimplikasi teoritis dengan menjadi penelitian pertama pada konteks OTA yang membahas terkait cross-selling. Penelitian ini berimplikasi praktis bagi para OTA untuk dapat mengoptimalkan strategi cross-selling yang mereka miliki.

The tourism industry is considered to have experienced a significant increase in the post-pandemic era with Online Travel Agents (OTAs) such as tiket.com and Traveloka playing an important role in providing tourism products online. In this context, cross-selling strategies, which offer additional products to consumers, are key in maximizing value for consumers and increasing revenue for OTAs. Cross-selling is a suitable strategy for OTAs to maximize revenue compared to other strategies, such as upselling. The behavior of OTA consumers who tend to look for products at the lowest price makes offering products at higher prices not attractive to consumers. Meanwhile, with cross-selling, consumers can be retained and the opportunity to increase purchases will be greater. However, there are still challenges in understanding the factors that effectively influence consumers' value perceptions and purchase intentions towards these additional products. Based on this issue, this study aims to analyze the factors that influence the perceived value and purchase intention of cross-selling in OTAs. To examine this, researchers used the Elaboration Likelihood Model theory (ELM-the theory that explains attitude formation as a result of the central route and peripheral route information processing process) and perceived value. The data in this study were collected quantitatively through an online questionnaire that obtained 573 valid respondents and qualitatively through interviews with 21 informants. Quantitative data is processed using the PLS-SEM method while qualitative data is processed using the content analysis method. The results of this study show that the factors in ELM that significantly affect utilitarian value are monetary savings, navigation design, and time pressure. Meanwhile, product information, personalization, image appeal, time pressure are proven to significantly influence hedonic value. Perceived value consisting of utilitarian value and hedonic value is proven to significantly influence attitude toward purchasing. Attitude toward purchasing is proven to significantly influence intention to purchase. This research has theoretical implications by being the first research in the OTA context that discusses cross-selling. This research has practical implications for OTAs to be able to optimize their cross-selling strategies."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>