Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 181382 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Bobby Septian
"Tulisan ini membahas mengenai tata letak dan identitas makam pada masjidmasjid kuno di Jakarta dengan menggunakan dua belas masjid sebagai data yang dikaji. Metode penulisan penelitian ini terdiri dari empat tahap, yaitu formulasi, pengumpulan data, pengolahan data dan interpretasi. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa pada makam di lingkungan masjid-masjid kuno di Jakarta terdapat pola keletakan dan sisi peletakan makam favorit/paling sering dijumpai. Selain itu, diketahui pula identitas orang-orang yang dimakamkan di sana beserta tingkatan identitas sosialnya berdasarkan pembagian ruang dan atribut makam.

This research is discussing about layout and identity of tombs in ancient mosques in Jakarta with utilizing twelve mosques in total as researched data. The method used in this research consist four phases, which are formulation, data collection, data processing and interpretation.  This research results revealed that tombs in ancient mosques in Jakarta have several layout patterns and favorite side of tombs that most often found. Besides of that, also known tombs identity and stratification levels based on space separation and tombs attributes."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Talulla Rachma Augia
"Penelitian ini membahas mengenai tata ruang antara makam, masjid, dan pemukiman di Desa Hitu dan Hila di Ambon, Maluku. Data yang diambil adalah Masjid Hitu, Masjid Hena Lua, Masjid Hassan Sulaiman, Masjid Wapauwe, Rumah Raja Desa Hitu, Rumah Raja Desa Hila, kompleks makam kuno Hitu, dan kompleks makam Hassan Sulaiman. Penelitian terfokus pada kajian spasial atau tata ruang antara makam, masjid, dan pemukiman untuk melihat pemisahan yang sakral dan yang profan. Sakral adalah suatu benda atau objek yang dikeramatkan, dalam penelitian ini makam merupakan tempat yang disakralkan. Profan adalah yang bersangkutan dengan duniawi.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat makna makam bagi para masyarakat desa Hitu dan Hila. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat pemisahan antara yang sakral dan profan. Batas pemisah antara yang sakral dan profan tidak dapat terlihat secara fisik, batasan baru dapat terlihat dari penggambaran yang diambil dari udara. Makam atau yang disakralkan berada di dalam hutan dan jauh dari pemukiman dan masjid.

This thesis discuss about the layout between tombs, mosques, and settlements in Hitu Village dan Hila Village, Maluku. The data which has been taken such as, Hitu Mosque, Hena Lua Mosque, Hassan Sulaiman Mosque, Wapauwe Mosque, The House of The Hitu Villages King, The House of The Hila Villages King, The Ancient Tombs Complex of Hitu, and The Tomb Complex of Hassan Sulaiman. This thesis focuses on the spatial study or the layout between tombs, mosques, and settlements to separate the sacred and the profane. Sacred is the object which sanctified and hieratic, in this thesis for example, the tomb is a sacred place. Whereas, profane is concerned with the worldly.
This thesis aims to see the meaning of the tomb for the villagers of Hitu and Hila. The results of this thesis conclude that there is a separation between the sacred and the profane. The separation is that the dividing boundary between the sacred and the profane can not be seen physically, the new boundary can be seen from the drawing which taken from the air. The tombs or the sacred places are in the forest and away from the settlements and the mosques.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irfan Maulana
"Identitas budaya di setiap daerah memiliki ciri-ciri atau nilai-nilai yang membedakannya dengan daerah lain. Salah satunya adalah kelompok Islam Wetu Telu, yaitu penganut Islam di Lombok yang masih percaya terhadap animistik leluhur dan benda-benda antropomorfis, sehingga membentuk identitas kelompok budaya. Identitas kelompok Islam Wetu Telu direpresentasikan ke dalam budaya material, dalam hal ini adalah masjid. Oleh karena itu, penelitian ini bermaksud untuk menjelaskan bagaimana identitas kelompok Islam Wetu Telu direpresentasikan ke dalam masjid-masjid kuno yang berada di Lombok. Penelitian ini menggunakan empat masjid kuno yang merupakan peninggalan dari Islam Wetu Telu. Penelitian ini menggunakan pendekatan arkeologi melalui tiga tahapan penelitian, yaitu pengumpulan data, pengolahan data, dan penafsiran data. Hasil dari penelitian ini bahwa terdapat ornamen-ornamen dan keletakan dari masjid-masjid kuno di Lombok yang merepresentasikan identitas Islam Wetu Telu. Ornamen-ornamen tersebut antara lain adalah motif hewan dengan bentuk naga, rusa, ayam, ikan, burung dan pohon kelapa yang merepresentasikan makna dari wetu telu. Selain itu keletakan masjid yang berada di tempat yang tinggi merepresentasikan ajaran dari Wetu Telu yang berkaitan dengan kepercayaan bahwa roh-roh leluhur bersemayam di tempat yang tinggi.

Cultural identity in each region has characteristics or values ‹that distinguish it from others regions. One of them is the Wetu Telu Islam group.  It is  Muslim group in Lombok who still believe in animistic ancestors and anthropomorphic objects, thus forming the identity of a cultural group. The identity of the Wetu Telu Islamic group is represented in material culture, in this case the mosque. Therefore, this study intends to explain how the identity of the Wetu Telu Islamic group is represented in ancient mosques in Lombok. This study uses four ancient mosques which are relics of Islam Wetu Telu. This study uses an archaeological approach through three stages of research, data collection, data processing, and data interpretation. The results of this study are that there are ornaments and placements of ancient mosques in Lombok that represent the identity of Wetu Telu Islam. These ornaments include animal motifs in the form of dragons, deer, chickens, fish, birds and coconut trees which represent the meaning of wetu telu. In addition, the location of the mosque in a high place represents the teachings of Wetu Telu related to their belief that ancestral spirits reside in high places. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Suharianto Permana
"Tulisan ini membahas mengenai penamaan dan sejarah penamaan masjid-masjid kuno di Jakarta dan relasi sejarah penamaan masjid pada masjid-masjid kuno di Jakarta dengan bangunan atau bentuk masjid tersebut dengan menggunakan dua puluh tiga masjid sebagai objek kajian. Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian arkeologi menurut Sharer dan Ashmore (2003, hlm. 156) yang terdiri dari beberapa tahapan, yaitu formulasi, pengumpulan data, pengolahan data, analisis, interpretasi, dan publikasi. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa dari dua puluh tiga masjid yang dijadikan objek penelitian diketahui delapan cara atau pengambilan nama pada masjid-masjid kuno di Jakarta, yaitu berdasarkan vegetasi, berdasarkan bersejarah, berdasarkan pemberian, berdasarkan wilayah, berdasarkan nama tempat atau unsur rupa bumi, berdasarkan nama- nama asing, berdasarkan arsitektur bangunan, dan berdasarkan akronim. Selain itu, diketahui pula bahwa dari dua puluh tiga masjid yang dijadikan objek kajian, hanya ada dua masjid yang memiliki relasi antara bentuk bangunan masjid dengan sejarah penamaannya, yaitu Masjid Langgar Tinggi dan Masjid Agung Sunda Kelapa.

This paper discusses the naming and history of the naming of ancient mosques in Jakarta and the historical relation of the naming of mosques to ancient mosques in Jakarta and the buildings or forms of these mosques by using twenty-three mosques as the object of study. The research method used is archaeological research according to Sharer and Ashmore (2003, p. 156) which consists of several stages, namely formulation, data collection, data processing, analysis, interpretation, and publication. This research resulted in the conclusion that of the twenty-three mosques that were used as research objects, there were eight ways or names of ancient mosques in Jakarta, namely based on vegetation, based on history, based on gift, based on area, based on place names or elements of the earth, based on foreign names, based on building architecture, and based on acronyms. In addition, it is also known that of the twenty-three mosques that were used as the object of study, there were only two mosques that had a relationship between the shape of the mosque building and the history of its name, namely the Langgar Tinggi Mosque and the Sunda Kelapa Grand Mosque."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wahdini
"ABSTRAK
Bangunan masjid merupakan salah satu peninggalan masyarakat Minangkabau di Kabupaten Tanah Datar yang memiliki keberagaman dari segi bentuk dan ragam hias. Masjid-masjid kuna ini memperlihatkan adanya keselarasan antara adat dan agama Islam. Adat telah menjadi pegangan hidup bagi masyarakat Minangkabau dan juga menjadi identitas budaya bagi pengikutnya. Penelitian ini membahas mengenai bentuk-bentuk dari keempat masjid serta identitas budaya yang terepresentasikan pada bangunan masjid kuna di Kabupaten Tanah Datar. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh keterangan bahwa pada masjid kuna di Kabupaten Tanah Datar ini tercerminkan dua identitas budaya, yaitu identitas budaya Koto Piliang dan identitas budaya Bodi Caniago. Berdasarkan penelitian juga diketahui bahwa identitas budaya yang terlihat pada masjid kuna tersebut memperlihatkan jenjang status sosial masyarakat, yaitu identitas dari seorang raja dan identitas seorang pemimpin yang berasal dari rakyat biasa.

ABSTRACT
Old mosques is one of Minangkabau heritages in Tanah Dasar Regency that have various form and decoration. Old mosques shows the harmonious life of tradition and Islamic religion in this regency. Tradition has become guidance of life for Minangkabau society and also has become cultural identity for its disciple. This research focus on the physical forms of the four mosques and also the cultural identity that is represented by those old mosques in Tanah Datar Regency. This research resulting in indication of two distinct cultural identities, that is Koto Piliang culture and Bodi Caniago culture. The study also shows that cultural identity in those mosques indicating social ladder in society, which is identity of the king and identity of a leader from common folks.
"
2017
S68155
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dalimunthe, Rizky
"Masjid-masjid kuno di Provinsi Banten memiliki sejumlah ornamen yang menarik untuk dikaji secara mendalam. Kajian tersebut ditinjau secara arkeologis dan objek kajiannya adalah ornamen yang ada pada masjid-masjid kuno di Provinsi Banten yang berjumlah 13 masjid. Tujuan kajian adalah untuk menguraikan motif ornamen yang muncul, keletakkannya pada bangunan masjid, dan kecenderungan persebaran dan perkembangannya. Metode yang digunakan berupa klasifikasi dan analogi sejarah. Hasil yang didapat adalah bahwa motif-motif hias yang muncul sebagian besar merupakan motif yang telah dikenal pada masa sebelum Islam datang, yaitu masa Hindu-Buda dan prasejarah. Selain itu, terdapat pula motif hias yang berasal dari Timur Tengah berupa kaligrafi Arab. Motif-motif hiasan tersebut, ada yang berfungsi sebagai hiasan, juga ada yang memiliki makna simbolis. Berdasarkan keletakan masjid, terlihat kecenderungan berlanjutnya gaya ornamentasi masjid dari daerah pusat kesultanan ke masjid-masjid yang letaknya menjauhi pusat kesultanan ke arah selatan dan barat yaitu ke arah wilayah Serang, Pandeglang, Lebak, dan Cilegon.

This research is a study about the style of ornamentation on ancient mosques in Banten province, in terms of the shape, figurative meaning and distribution of ornaments. The research data is all kinds of ornament on the ancient mosques in the province of Banten, whether the architectural or the ornamental. The study was conducted with the aim to elaborate on any ornamental motifs that appear and where it?s placed on the building on the ancient mosques in Banten as well as the tendency of its distribution. Methods used are classification and historical analogy. In conclusion, decorative motifs that appear mostly a motif that has been recognized in the period before Islam came, the prehistoric period and the Hindu- Buddhism. Among those ornate motifs, in addition to there being only to beautify, may also have symbolic meaning. In terms of the style of ornamentation based on mosques location, it appears that the continuing style of ornamentation tendency is visible from the mosques located in central area of the Sultanate, to the mosques away from the center of the empire, to the south and west toward the region of Serang, Pandeglang, Lebak, and Cilegon."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S53620
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kleinsteuber, Asti
Jakarta: Gramedia Printing, 2012
R 726.2 KLE m
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Thanti Felisiani
"Skripsi ini membahas mengenai pawestren sebagai tempat shalat perempuan pada masjid-masjid agung kuno di Jawa pada abad ke 15-20 M. Penelitian terfokus pada pawestren di enam masjid agung yang berada di Jawa, yakni pawestren pada Masjid Agung Demak, Masjid Agung Cirebon, Masjid Agung Banten, Masjid Agung Yogyakarta, Masjid Agung Surakarta dan Masjid Agung Kota Gede. Pawestren muncul sebagai wujud sosiofak dari gagasan ideologis pada masyarakat Jawa Islam. Pawestren merupakan salah satu bentuk benda budaya yang dibuat oleh manusia mengandung makna atau maksud dan tujuan tertentu. Pawestren dibangun pada masyarakat Jawa Islam sebagai bentuk apresiasi bagi kaum perempuan bahwa mereka dapat turut serta berperan aktif dalam hal beribadah dan sosial di tempat umum.

Abstract
This undergraduate thesis is studying about pawestren, as a praying room specifically for women in the ancient great mosques in Java about 15-20 Century. The focus of this research is about pawestren, which are in six great mosques at Java at Demak Great Mosque, Cirebon Great Mosque, Banten Great Moque, Yogyakarta Great Mosque, Kota Gede Great Mosque and Surakarta Great Mosque. Pawestren was an emerge sociofak from ideology concept or idea to Islamic (Muslim) Java. Pawestren is one of material culture which made by human that has meaning and purpose. Pawestren built in the communities as appreciation for women that they can participate and praying and social actively at public space."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S12027
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rangga Diyarto
"Keberagaman adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam terciptanya sebuah arsitektur yang unik. Ditambah dengan sebuah lokasi yang berkarakteristik khusus, menyebabkan timbulnya suatu variasi karya arsitektur yang berbeda-berbeda. Salah satu kota yang memiliki karakter tersebut adalah Jakarta, terutama saat masih bernama Batavia. Dalam sebuah kota ini terdapat berbagai keberagaman suku, budaya dan Negara. Orang-orang pribumi dari berbagai suku dari seluruh Indonesia (terutama pekerja-pekerja dan budak), Pedagang-pedagang dari Tionghoa, India dan Arab berkumpul menjadi satu dan tinggal di kota ini. Belum lagi orang-orang Eropa, yaitu bangsa Portugis yang pernah berdagang disini, serta bangsa Belanda yang pernah menjajah Indonesia. Mereka semua masing-masing membawa budaya dan arsitektur ke dalam porsi pembangunan di kota Batavia. Walaupun bangunan-bangunan yang dominan berdiri semasa Batavia adalah bangunan bergaya Eropa (barat), mengingat saat itulah VOC lah yang menguasai kota, akan tetapi tidak dapat di pungkiri bahwa penduduk mayoritas kota Jakarta saat itu beragama Islam. Mereka, dalam keberagaman dan keterbatasannya (mengingat VOC mengisukan pelarangan pembangunan mesjid di kota Jakarta)1 mencoba menunjukkan eksistensi keberagamaannya. Mesjid tetap dibangun untuk umat beribadah. Keberagaman dan keterbatasan yang dialami umat Islam menyebabkan ada kemungkinan terjadinya keunikan dalam variasi dan bentuk mesjid yang mereka dirikan. Variasi dan bentuk ini dapat saja menciptakan suatu arsitektur yang timbul akibat percampuran budaya dan situasi sosial politik sehingga mempengaruhi bentuk mesjid."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S48359
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yadi Mulyadi
"Disertasi ini merupakan penelitian arkeologi sejarah yang menerapkan kajian arkeologi kematian pada makam-makam Islam di Kerajaan Gowa dan Tallo dari abad XVII-XX, dengan pendekatan pasca prosesual. Adapun pertanyaan penelitian yang diajukan yaitu bagaimana ragam bentuk makam yang mengindikasikan pertarungan identitas serta keterkaitan identitas budaya dan politik pada makam-makam tersebut dengan relasi kuasa antara Kerajaan Gowa dan Tallo. Objek kajian berupa tinggalan budaya material yang terdiri dari makam-makam Islam yang tersebar di 35 situs kompleks yaitu 19 di wilayah Kerajaan Gowa dan 16 di wilayah Kerajaan Tallo. Pemilihan objek makam berdasarkan kajian desk study yang dipadukan dengan data lapangan. Metode pengumpulan data lapangan berupa survei dan observasi serta perekaman data termasuk pendokumentasian dan pendeskripsian terkait dengan atribut pada masing-masing makam. Wawancara dengan informan kunci dan narasumber ahli filologi dilakukan secara terbatas, terkait pembacaan inskripsi pada makam tertentu. Kerangka teoritis Dark (1995) menjadi acuan dalam pengolahan data yang diperkuat dengan paradigma pasca prosesual Hodder (1991) dan Pearson (1982, 1999). Teori identitas Hall (1992) dan Barker (2005) digunakan sebagai pisau analisis dalam interpretasi data, dipadukan dengan teori kuasa Foucault (1980, 1991) dan Li (2012) serta teori resistensi Scott (1990). Hasil penelitian memperlihatkan identitas budaya terkait dengan etnisitas yang terdapat di Kerajaan Gowa Tallo pada masa itu, yaitu etnis Bugis, Makassar, Melayu, Arab, Tionghoa, Mandar dan Jawa. Atribut ragam hias pada makam termasuk dalam hal ini inskripsi merupakan representasi identitas budaya yang menjadi representasi etnisitas tokoh yang dimakamkan. Secara lebih spesifik representasi identitas budaya Bugis lebih dominan ditemukan pada makam-makam di wilayah Kerajaan Tallo, yaitu bentuk gunungan yang menyerupai transformasi dari konsep motif hias kepala kerbau di rumah adat Bugis. Penanda lainnya yaitu motif hias geometris sulapa’ eppa’ atau belah ketupat dan motif hias floraistik belo-belo massulapa. Keragaman representasikan pada makam-makamnya yang lebih kaya motif. Hal ini berbeda dengan makam-makam di wilayah Kerajaan Gowa yang lebih sederhana dari sisi bentuk maupun motif hiasnya. Pada akhirnya identitas budaya Gowa Tallo terbentuk dari beragam proses interaksi budaya yang juga dipengaruhi adanya hegemoni dan resistensi antara kedua kerajaan tersebut. Identitas Gowa Tallo adalah sebuah identitas budaya sekaligus politik yang mengindikasikan pertarungan identitas dan relasi kuasa antara Kerajaan Gowa dan Tallo, dimana makam khususnya makam raja dan bangsawan menjadi representasi adanya resistensi dan pertarungan identitas antara ahli waris sebagai bagian dari upaya legitimasi kuasa dan hegemoni.

This dissertation is a historical archeology research that applies the archaeological study of death on Islamic tombs in the Kingdom of Gowa and Tallo from the XVII-XX centuries, with a post-processual approach. The research question posed is how thevarious forms of tombs indicate the struggle of identity and the relationship between cultural and political identities in these tombs and the power relations between the Kingdom of Gowa and Tallo. The object of study is material cultural remains consisting of Islamic tombs spread over 35 complex sites, namely 19 in the Kingdom of Gowa and 16 in the territory of the Kingdom of Tallo. The selection of the object of the tomb is based on a desk study that is combined with field data. Field data collection methods in the form of surveys and observations as well as data recording including documentation and descriptions related to the attributes of each tomb. Interviews with key informants and philologists were conducted on a limited basis, regarding the reading of inscriptions on certain graves. Dark’s (1995)'s theoretical  framework becomes a reference in data processing which is strengthened by the post-processual paradigm of Hodder (1991) and Pearson (1982, 1999). The identity theory of Hall (1992) and Barker (2005) is used as an analytical tool in data interpretation, combined with the power theory of Foucault (1980, 1991) and Li (2012) and Scott's (1990) resistance theory. The results showed that cultural identity was related to ethnicity in the Gowa Tallo Kingdom at that time, namely Bugis, Makassar, Malay, Arabic, Chinese, Mandar, and Javanese ethnicities. The decorative attributes on the tomb, including in this case the inscription, are a representation of cultural identity which is a representation of the ethnicity of the buried figure. More specifically, the representation of Bugis cultural identity is more dominantly found in tombs in the Tallo Kingdom area, namely the form of a gunungan that resembles the transformation of the concept of a buffalo head decoration in a Bugis traditional house. Other markers are the geometric decorative motif of sulapa' eppa' or rhombus and the floral ornamental motif of belo-belo massulapa. The ethnic diversity in the territory of the Tallo Kingdom is directly represented in the tombs which are richer in motifs. This is different from the tombs in the Gowa Kingdom which is simpler in terms of shape and decorative motifs. In the end, the cultural identity of Gowa Tallo was formed from various processes of cultural interaction which were also influenced by the hegemony and resistance between the two kingdoms. The identity ofGowa Tallo is a cultural and political identity that indicates the struggle for identity and power relations between the Kingdom of Gowa and Tallo, where the tombs, especially the tombs of kings and nobles, represent resistance and identity struggles between heirs as part of efforts to legitimize power and hegemony."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>