Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 107223 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Faiza Yuniati
"Latar Belakang: Perubahan dinamis di berbagai aspek merupakan salah satu pertimbangan perlunya penilaian kualitas hidup penduduk usia produktif yang merupakan sumber daya manusia utama. Tujuan penelitian ini adalah mengkonstruksi instrumen penilaian kualitas hidup berdasarkan 7 domain yaitu kesejahteraan, kesehatan umum, fisik, mental, lingkungan sosial, partisipasi di masyarakat dan keagamaan; serta mengetahui determinan yang berpengaruh terhadap perubahan kualitas hidup.
Metode: Penelitian ini merupakan studi kohort menggunakan data IFLS 2007-2014. Populasi target adalah individu usia 15-57 tahun (baseline) dengan jumlah sampel sebanyak 8920 orang yang memenuhi kriteria aktivitas utama bukan sekolah dan diikuti sampai tahu 2014. Confirmatory Factor Analysis digunakan untuk menguji validitas dan reliabilitas konstruk instrumen kualitas hidup. Determinan perubahan kualitas hidup di analisis dengan regresi linier.
Hasil: Terjadi penurunan kualitas hidup penduduk usia produktif dalam kurun waktu 7 tahun follow up. Penurunan rata-rata skor kualitas hidup tersebut sebesar 2,87 poin. Diketahui terdapat 4 domain kualitas hidup yang mengalami penurunan skor yaitu domain kesehatan umum, fisik, mental dan lingkungan sosial. Morbiditas akut dan indeks massa tubuh yang tinggi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi penurunan kualitas hidup.
Kesimpulan: Perlu dilakukan survei nasional penilaian multidimensional kualitas hidup penduduk usia produktif di Indonesia. Upaya preventif, promotif, menjaga  berat badan dalam ambang normal dengan berperilaku hidup sehat dan gizi seimbang dapat mencegah morbiditas dan berat badan lebih. 

Background: Dynamic changes in quality of life are important aspects to be investigated particularly in the working-age population as the main human resources. This study aimed to construct quality of life instruments to measure the seven domains of health-related quality of life as known as determinants of change in quality of life, comprising welfare, general health, physical and mental well-being, social environment,  participation in society and religion.
Methode: A cohort study was conducted using a set of public data of the Indonesian Family Life Survey (IFLS) between 2007 to 2014. A total of 8920 people aged 15 to 57 years old was traced at the baseline of out-of-school activities and were followed until 2014.  Confirmatory Factor Analysis was employed to test the construct validity and reliability of the quality of life instruments. Changes in quality of life were analyzed as determinants in a linear regression model.
Result: The results proved that there was a decrease in the quality of life among the working-age population during a seven-year follow-up period. This scored 2.87 points on average. There were four domains of quality of life that showed decreased scores, comprising general health, physical, mental, and social environment. The risk of falls on the quality of life was mostly affected by the following factors: acute morbidity and high body mass index.
Conclusion: This indicated that medical check-ups, managing a normal body mass index, and a healthy lifestyle can help reduce the risk of morbidity and weight-gain. A multidimensional quality of life needs to further be researched.  
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiffany Roma Ulliasi
"Salah satu tujuan utama pembangunan adalah untuk meningkatkan kebahagiaan masyarakat. Ketika pemerintah mempertimbangkan kebahagiaan sebagai indikator pembangunan, maka hasil pembangunan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat baik secara material maupun nonmaterial. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis determinan kebahagiaan penduduk di kawasan timur Indonesia (KTI) berdasarkan faktor demografi, sosial, dan ekonomi dari data IFLS EAST 2012. Dengan menggunakan metode ordered logit, penulis menemukan bahwa tingkat ekonomi subjektif, pendidikan perguruan tinggi, dan konsumsi rumah tangga per kapita memberikan peran paling besar dalam meningkatkan kebahagiaan penduduk di KTI.

Development works as a measurement to increase the happiness of society which is caught into attention. When the government thinks of happiness as an indicator in development, there is assurance to level up society welfare for both materially and nonmaterally. This study applies ordered logit model to analyse determinants of happiness, specifically in Eastern part of Indonesia (KTI) based on demographic, social, and economic factors from IFLS EAST 2012 data. The research found that subjective level of economy, higher education, and household consumption per capita provide the most impact to improve happiness in KTI."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S64456
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fariha Ramadhaniah
"Indonesia memiliki beban yang serius terhadap penyakit kardiovaskular, terutama PJK. Di Asia Tenggara, Indonesia memiliki angka kematian tertinggi akibat penyakit jantung. Prevalensi PJK berbasis diagnosis dokter tidak mengalami kenaikan, meski begitu, berdasarkan data Riskesdas 2013-2018, terjadi kenaikan terhadap prevalensi faktor risiko PJK. Beberapa faktor risiko PJK yang terjadi bersamaan menyebabkan sindrom metabolik, prevalensinya cukup tinggi di Indonesia dan meningkatkan risiko PJK. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besar risiko sindrom metabolik terhadap terjadinya PJK di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain kohort retrospektif, dengan median masa pengamatan 6,8 tahun, data skunder IFLS4 tahun 2007 dan IFLS5 tahun 2014 pada 6.571 responden usia 40-69 tahun. Hasil penelitian mendapatkan prevalensi sindrom metabolik 20%, berdasarkan kriteria Joint Interim Statement. Kasus baru PJK 2,72%, dengan insiden rate 34 per 100.000 orang tahun. Analisis multivariat dengan uji cox regression mendapatkan HR 2,16 (95%CI 1,564-2,985), bahwa seseorang dengan sindrom metabolik memiliki risiko dua kali lebih tinggi untuk mengalami PJK dibanding tanpa sindrom metabolik setelah mengontrol variabel jenis kelamin, umur, status merokok, dan aktivitas fisik.

Indonesia has a serious burden of cardiovascular disease, especially CHD. In Southeast Asia, Indonesia has the highest death rate from heart disease. The prevalence of CHD based on doctor's diagnosis did not increase, however, based on the Riskesdas 2013-2018, there was an increase in the prevalence of CHD risk factors. Several risk factors for CHD that occur together cause metabolic syndrome, the prevalence is quite high in Indonesia and increases the risk of CHD. The purpose of this study was to determine the risk of metabolic syndrome on the incidence of CHD in Indonesia. This retrospective cohort study, was followed up for a median of 6.8 years, secondary data from IFLS4 in 2007 and IFLS5 in 2014, population study 6,571 respondents, aged 40-69 years. The results of the study found that the prevalence of metabolic syndrome was 20%, based on the Joint Interim Statement criteria. New cases of CHD are 2.72%, with an incidence rate of 34 CHD per 100,000 person years. Multivariate analysis with cox regression test found HR 2.16 (95% CI 1.564-2.985), that someone with metabolic syndrome had a twice higher risk of developing CHD after adjusting gender, age, smoking status, and physical activity."
Depok: Fakultas Kesehatan dan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nia Murniati
"Banyak faktor pemicu terjadinya depresi pada lansia yang sudah terdokumentasi dengan baik melalui berbagai literatur, namun belum ada kajian antar kelompok lansia perkotaan dan perdesaan di Indonesia. Kajian antar kelompok ini diperlukan agar penatalaksanaan masalah depresi pada lansia dapat lebih tepat sasaran. Peran biopsikososial dipertimbangkan sebagai kajian holistik yang saling terkait untuk memeriksa sejauh mana hubungannya dengan depresi pada lansia. Kajian dilakukan menggunakan data Indonesia Family Life Survey gelombang 4 dan 5. Hasil menunjukkan terdapat perubahan faktor biopsikososial dengan depresi lansia di perkotaan dan perdesaan Indonesia. Perubahan kondisi fisik dan kesejahteraan subyektif menjadi risiko depresi lansia di perkotaan. Sedangkan untuk lansia perdesaan, ditemukan perubahan kondisi fisik, perubahan rasa saling percaya, perubahan partisipasi masyarakat dan perubahan status marital sebagai risiko depresi lansia.

There are several well-documented factors that contribute to elderly depression, however there haven't been any research in Indonesia comparing elderly populations in urban and rural areas. In order to better effectively manage depression issues in the elderly, a research across groups is required. The role of biopsychosocial is viewed as an interrelated holistic study to determine the extent of its impact on depression in the elderly using data from the Indonesian Family Life Survey waves 4 and 5. The results show that there are differences in the risk of depression in the elderly in urban and rural Indonesia. Changes in physical condition and subjective well-being are risks of depression in urban elderly people. Meanwhile, for rural elderly, changes in physical condition, changes in mutual trust, changes in community participation and changes in marital status were found as risks for elderly depression."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Rosiyati
"Obesitas telah ditetapkan sebagai epidemi global dan menyebabkan risiko kematian menjadi tiga kali lipat. Dampak yang ditimbulkan tidak hanya secara medis, tetapi juga psikologis serta menghilangnya produktivitas dan biaya ekonomi tambahan. Prevalensi obesitas di seluruh dunia terus bertambah hampir tiga kali lipat. Hal serupa terjadi di Indonesia, berdasarkan data Riskesdas prevalensi obesitas telah mencapai 21,8% pada tahun 2018. Prevalensi ini cenderung mulai meningkat setelah usia 36 tahun ke atas dan kemudian menurun setelah usia 60 tahun ke atas. Tingginya obesitas mengindikasikan terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan obesitas tersebut.
Tujuan utama dari penellitian ini adalah untuk mengetahui faktor dominan kejadian obesitas pada penduduk Indonesia usia 36-65 tahun. Penelitian ini adalah studi kuantitatif dengan desain bersifat cross sectional menggunakan data sekunder IFLS 2014. Faktor-faktor yang dianalisis hubungannya terhadap kejadian obesitas adalah usia, jenis kelamin, suku, status kawin, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, kebiasaan makan sumber karbohidrat, kebiasaan makan sumber protein, kebiasaan makan sumber lemak, kebiasaan makan sayuran, kebiasaan makan buah, aktifitas fisik berat, aktifitas fisik sedang, aktifitas fisik jalan kaki, kebiasaan merokok, wilayah tempat tinggal, tinggi badan (stunting).
Berdasarkan hasil analisis multivariat dengan regresi logistik ganda menunjukkan determinan kejadian obesitas adalah usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, kebiasaan makan sumber protein, kebiasaan makan buah, kebiasaan merokok dan wilayah tempat tinggal. Faktor dominan kejadian obesitas adalah jenis kelamin, yaitu perempuan memiliki risiko menjadi obese 2,1 kali lebih tinggi dibandingkan laki-laki.

Obesity has been defined as a global epidemic and triples the risk of death. The impact is not only medically, but also psychologically as well as the disappearance of productivity and economic costs. The prevalence of obesity throughout the world continues to increase almost threefold. Something similar happened in Indonesia, based on Riskesdas data, the prevalence of obesity had reached 21.8% (2018). This prevalence tends to increase after the age of 36 years and above and then decreases after the age of 60 years and over. The high obesity indicates there are factors that affect the increase of obesity.
The main objective of this research is to find out the dominant factors in the incidence of obesity in the Indonesian population aged 36-65 years. This research is a quantitative study with a cross-sectional design using secondary data of 2014 IFLS. Factors analyzed in relation to the incidence of obesity are age, gender, ethnicity, marital status, education, employment, income, eating habits of carbohydrates, eating habits protein, eating habits, sources of fat, eating habits, eating habits, heavy physical activity, moderate physical activity, walking physical activity, smoking habits, area of ​​residence, height (stunting).
Based on the results of multivariate analysis with multiple logistic regression showed determinant factors of obesity are age, sex, education, occupation, income, eating habits of protein, eating habits of fruit, smoking habits and area of ​​residence. The dominant factor in the incidence of obesity is gender, women have a risk of becoming obese 2,1 times higher than men.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53250
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulidiah Ihsan
"Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit tidak menular yang menyebabkan kematian dini di dunia. Salah satu faktor risikonya adalah hipertensi, keduanya merupakan komponen dari sindrom metabolik yang saling mempengaruhi. Studi ini bertujuan untuk mengetahui besarnya risiko kejadian DM tipe 2 pada penduduk usia >15 tahun dikaitkan dengan hipertensi. Studi memanfaatkan data IFLS ke-4 dan ke-5 yang dianalisis dengan desain kohort retrospektif. Pengukuran variabel independen dan kovariat yang berubah didasarkan IFLS ke-4 dan ke-5, sedangkan variabel yang tidak berubah didasarkan IFLS ke-4. Pemilihan sampel dipastikan terbebas dari DM dan tidak memiliki status hipertensi terkontrol. Hasil studi menunjukkan tetap hipertensi dan menjadi hipertensi terbukti dapat meningkatkan risiko kejadian DM. Pada kelompok tetap hipertensi risiko DM 2,30 kali lipat, sedangkan pada kelompok menjadi hipertensi risiko DM 2,14 kali lipat dibandingkan kelompok tetap tidak hipertensi setelah dikontrol usia, perubahan aktivitas fisik, dan perubahan indeks masa tubuh, sedangkan pada kelompok hipertensi terkendali tidak didapatkan hubungan yang signifikan. Studi ini juga menyimpulkan 41,5% kasus DM dapat dicegah pada populasi umum dan 68% kasus DM dapat dicegah pada penderita hipertensi dengan mengendalikan hipertensi menjadi terkontrol atau mengeliminasinya. Pengendalian hipertensi dan DM memerlukan komitmen bersama dari pemerintah dan masyarakat untuk menjalankan gaya hidup sehat sesuai pesan CERDIK dan PATUH.

Diabetes mellitus is a non-communicable disease which was the main cause of early death at the global level. One of the known risk factors for diabetes mellitus is hypertension, both are known as the components of the metabolic syndrome in interplay system. This study aims to determine the risk of Diabetes Mellitus in people aged >15 years that associate with hypertension in Indonesia. The study was using data from the 4th IFLS and 5th IFLS which analyzed using a retrospective cohort design. The measurements of the independent and covariate variables that potentially changes are based on the 4th IFLS and 5th IFLS data, whereas the variables that constant are based on the4th IFLS data. The sampling method was excluding the diabetes mellitus and hypertension controlled criteria. The multivariable adjusted RR for incident diabetes melitus for baseline hypertension 2,30, and progression hypertension 2,14 after controlling for age, changes in physical activity, and body mass index changes. This study also concluded that PAR % 41.5%  and AR% 68%. The hypertension control is an integrated strategy of diabetes mellitus control which requires a joint commitment from the government and society to live a healthy lifestyle according to the CERDIK and PATUH health messages."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lumbantobing, Fredrik Bastem Hasudungan
"Sistem kesehatan bertujuan memberikan pelayanan kesehatan, pencegahan dan pengobatan yang dapat membuat perbedaan besar pada kesehatan masyarakat. Dalam memperoleh layanan kesehatan tersebut, rumah tangga berisiko sering kali harus mengeluarkan pengeluaran tunai untuk mengakses layanan kesehatan. Jumlah pengeluaran kesehatan yang kecil dapat berakibat besar bagi rumah tangga yang miskin. Sebaliknya jumlah pengeluran kesehatan yang besar, mungkin mempunyai dampak yang kecil bagi rumah tangga yang kaya. Terlepas dari jumlah yang dikeluarkan pada kesehatan, setiap rumah tangga berisiko menderita biaya kesehatan katastropik dan dimiskinkan olehnya.
Tujuan penelitian adalah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi biaya kesehatan katastropik dan faktor yang paling mempengaruhi biaya kesehatan katastropik.
Metode yang digunakan adalah analisis univariat dan multivariate. Analisis multivariat menggunakan regresi IV Probit Endogen untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dan paling mempengaruhi biaya kesehatan katastropik. Pengetahuan atas fasilitas puskesmas digunakan sebagai instrumen variable karena berkorelasi dengan variabel endogen namun tidak berkorelasi dengan variable dependen.
Dari penelitian disimpulkan bahwa adanya kepemilikan asuransi (ASKES, ASKESKIN, JAMSOSTEK) merupakan faktor yang paling mempengaruhi biaya kesehatan katastropik. Rumah tangga yang tidak memiliki asuransi tersebut terbukti berisiko lebih besar menderita biaya kesehatan katastropik. Rumah tangga yang memiliki anggota rumah tangga dirawat inap, anggota rumah tangga cacat, dan anggota rumah tangga menderita penyakit kronis juga memberikan kontribusi risiko rumah tangga menderita biaya kesehatan katastropik.
Keputusan pemerintah untuk memberlakukan jaminan kesehatan merupakan keputusan yang paling. Terbukti bahwa rumah tangga yang dilindungi asuransi memiliki risiko terkecil menderita biaya kesehatan katastropik. Pemerintah didorong untuk melanjutkan kebijakannya memberlakukan jaminan kesehatan dan tetap mempertahankan rawat inap, kecacatan, dan penyakit kronis dalam paket manfaat untuk memperkecil kemungkinan rumah tangga menderita biaya kesehatan katastropik dan dimiskinkan olehnya.

The purpose of health system is to provide health services, disease prevention, and medication that can make great different to public health. In order to obtain such services, household frequently had to pay substantial amount of money in order to access health services. Such amount of money called out of pocket expenditure (OOP). Small amount of OOP could mean a great deal to poorer household, on the contrary, large amount of OOP could mean nothing to richer household. Set the the amount of OOP aside, each household is risky of suffering catastrophic health expenditure and therefore impoverished by it.
The purpose of this research is to know factors affecting catastrophic health expenditure and which factor affecting catastrophic health expenditure the most.
Method used is univariate and multivariate analysis. Multivariate analysis used is using Instrumental Variable Probit With Endogenous Treatment in order to know factors affecting and factor affecting the most catastrophic health expenditure. Knowledge for puskemas facility is used as instrumental variable due to its nature significantly correlated to endogenous variable but insignificantly correlated to outcome variable.
From this research, it is come to conclusion that Insurance Ownership (ASKES, ASKESKIN, JAMSOSTEK) is factor affecting catastrophic health expenditure the most. Household not holding such insurance is proven to be risky from suffering catastrophic health expenditure. Household having member using in patient services, having member with disabilities, and having member suffering chronic disease also contributing risk household suffering catastrophic health expenditure.
Government decision to enroll national health coverage is proofed to be wise decision. It is proven that household having insurance is protecting household from suffering catastrophic health expenditure. Government is encouraged to continue it?s policy in enrolling national health coverage and keeping in patient, disabilities, and chronic disease in the benefit package in order to prevent household suffering catastrophic health expenditure and impoverishment by it.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Kusmiyati
"ABSTRAK
Disertasi ini membahas pengaruh asfiksia pada bayi prematur terhadap kualitas hidup anak usia 2-4 tahun, dengan desain kohort retrospektif. Data asfiksia diperoleh dari catatan medik RSUP Dr. Sardjito, sedangkan kualitas hidup anak dinilai menggunakan PedsQL. Analisis data menggunakan regresi cox.
Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh asfiksia terhadap kualitas hidup anak dengan RR: 2,2 (CI: 1.19-4.08). Asfiksia berpengaruh pada fungsi fisik dengan RR: 2,4 (CI: 1.33-4.36) dan fungsi sosial RR: 2,4 (CI: 1.36-4.15) tetapi tidak bermakna pada fungsi emosi RR: 1.4 (CI: 0.86-2.29) dan fungsi sekolah RR: 1.2 (CI: 0.63-2.31).

ABSTRACT
This dissertation discusses the association of asphyxia in premature infants to the quality of life of children aged 2-4 years with retrospective cohort design. Asphyxia data were obtained from the medical records of Dr. Sardjito hospital, while the quality of life of children data were assessed using PedsQL. Data were analyzed using Cox regression.
The results of study showed strong association of asphyxia to the quality of life of children with RR: 2.2 (CI: 1:19 to 4:08). Risk of asphyxia effects on physical function was RR: 2.4 (CI: 1:33 to 4:36) and on social functioning was RR: 2.4 (CI: 1:36 to 4:15). However, the risk was not significant to the emotional function with RR: 1.4 (CI: 0.86-2.29 ) and school functions RR: 1.2 (CI: 0.63-2.31).
"
2016
D2167
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Insaf Santoso
"Penelitian ini bertujuan mempeiajari faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan bermigrasi penduduk Indonesia antara tahun 2000 - 2007 dengan menggunakan data sekunder Indonesian Family Life Sur}-ey (lFLS) atau Survei Aspek Kehidupan Rumah Tangga (Sakerti) tahun 2000 dan 2007. Penelitian ini juga mempelajari perbedaan kecenderungan bermigrasi antara migran dan non migran dengan memperhitungkan pengaruh variabel pendapatan. pendidikan, umur, jenis kelamin, kepemtHkan rumah, kepemilikan laban pertanian, daerah ternpat tinggal dan persepsi standar hidup. Metode analisis yang djgunakan terdiri dari analisis deskriptif dan regresi iogistik non-hierarki multi faktorial. Obyek penelitian adalah penduduk usia 15 tahun keatas, baik laki-laki maupun perempuan.
Ditemukan bahwa kecenderungan bermigrasi lebih tinggi pada migran maupun non migran yang tidak mempunyai pendapatan, pendidikan tinggi, umur muda, tidak kawin, tinggal dirumah yang bukan milik sendiri dan tinggal di perkotaan. Sementarn itu penduduk yang berstatus migran pada tahun 2000 mempunyai kecenderungan yang lebih besar untuk bermigrasi antara tahun 2000-2007 dibanding non migran.

The objective of this research is to study the determinants of migration decision among Indonesian popuiation in 2000-2007 by using secondary data of 2000 and 2007 Indonesian Family Life Survey (IFLSs}. This study also examines the differences in propensity to migrate between migrants and non migrants according to several factors such as incomeeducation, age, sexhome ownership, agricultural hmd ownership, residential areas and the perception of standard of living. The method used consists of descriptive analysis and non-hierarchical mu!ti-fuctorial logistic regression. The study object are people aged 15 years or older, male and female.
The regression results show that the tendency to migrate was higher in migrants and non migrants who have no incomewith higher education, younger age, not married, living in a house that is not self-owned and live in urban areas.It is. also found that the migrant population in 2000 had a greater tendency to migrate between the years 2000 to 2007 than non mlgrants.
"
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2010
T33557
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Syifatul Muizzati
"Pandemi COVID-19 memberikan dampak pada peningkatan kejadian Long COVID, terutama pada rentang usia produktif. Penelitian ini dilakukan sebagai respon tingginya riwayat peningkatan jumlah kasus COVID-19 di wilayah Jabodetabek dan sebagai upaya untuk menggambarkan risiko gejala Long COVID. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai kualitas hidup penyintas COVID-19 terutama pada penyintas yang memiliki risiko gejala Long COVID pada usia produktif di wilayah Jabodetabek. Metode penelitian yang digunakan adalah cross-sectional. Sampel terdiri dari individu yang pernah terinfeksi COVID-19 pada tahun 2021-2022, usia 15-64 tahun, dan berdomisili di wilayah Jabodetabek. Jumlah sampel terkumpul sebanyak 430 berdasarkan teknik cluster sampling. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner yang terdiri dari karakteristik demografi dan klinis responden, serta instrument kualitas hidup Short Form Health Survey (SF-36) yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Analisis data dilakukan dengan pendekatan statistik deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian didapatkan bahwa Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki kualitas hidup baik (76,3%). Diikuti kualitas hidup sedang (17%), dan lemah (6,7%). Responden dengan risiko gejala Long COVID memiliki proposi kualitas hidup yang lebih rendah dibandingkan dengan responden tanpa risiko gejala Long COVID. Domain fungsi sosial adalah domain kualitas hidup baik terbanyak, sedangkan domain energi adalah domain dengan kategori baik terendah. Penemuan ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pemahaman untuk pengembangan intervensi dalam meningkatkan kualitas hidup penyintas COVID-19 dan mengurangi dampak jangka panjang yang dialami.

The COVID-19 pandemic has had an impact on the increased occurrence of Long COVID, especially among the productive age group. This research was conducted in response to the high history of increasing COVID-19 cases in the Jabodetabek area and as an effort to describe the risk of Long COVID. This research was also conducted an overview of the quality of life of COVID-19 survivors, especially those at risk of Long COVID symptoms in the productive age group in the Jabodetabek area. The method that is used is cross-sectional. The sample consists of individuals who had been infected by COVID-19 in 2021-2022, aged 15-64 years, and living in Jabodetabek area. The total collected samples was 430 based on cluster sampling technique. Data was collected through a questionnaire which included respondents' demographic and clinical characteristics, as well as the Short Form Health Survey (SF-36) quality of life instrument which has been tested for validity and reliability. A quantitative descriptive statistical approach is used to analyze the data. The research findings showed that the majority of respondents had good quality of life (76.3%), followed by moderate quality of life (17%), and weak quality of life (6.7%). Respondents at risk of Long COVID symptoms had a lower proportion of quality of life compared to those without the risk of Long COVID symptoms. The social function domain had the highest proportion of good quality of life, while the energy domain had the lowest proportion of good quality of life. These findings are expected to provide insight and understanding for the development of interventions to improve the quality of life of COVID-19 survivors and reduce the long-term impacts they experience."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>