Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 71795 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dyah Sekartaji Putri Hapsari
"Pada dasarnya pengalaman musik merupakan pengalaman yang kompleks. Ada hal-hal yang hadir di dalam pengalaman mendengarkan musik yang dianggap sepele atau luput dari perhatian pendengarnya. Pengalaman mendengarkan musik merupakan pengalaman yang unik. Musik mampu membuat pendengar tidak hanya merasakan berbagai macam hal, tetapi juga menghadirkan hal-hal yang tidak bersifat fisik. Ketika mendengarkan musik, pendengar mampu mendapatkan gambaran-gambaran yang terkadang bersifat acak. Ada sesuatu yang memengaruhi gambaran tersebut hadir kepada pendengar. Untuk dapat memahami bagaimana gambaran-gambaran tersebut hadir dapat digunakan semiotik. Susanne K. Langer (1895-1985) merupakan salah satu tokoh yang membahas mengenai tanda dan simbol dan membawa pembahasan tersebut ke tingkat yang lebih jauh.

Fundamentally, the experience of listening to music is complex. There are things that exist which we often miss or consider as insignificant. The experience of listening to music is unique. Music has the ability to make its listener not only feel, but also see things that aren't physically existing. When listening to music, listeners experience random visual images. There is something which influences those images in appearing into the listeners head. Semiotics is being used to understand the appearance of these images. Susanne K. Langer (1895-1985) is one of the figure who discussed about sign and symbol and took it further to a different level."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trina Acacia
"Penelitian ini membahas tubuh sebagai ruang penciptaan dan prinsip tari sebagai virtualitas yang penuh pemaknaan. Tari tidak sekadar sebagai pertunjukan melainkan juga sebagai bentuk pemahaman tubuh atas ruang simbolik dalam tari dan proses kreasinya. Tari sebagai simbol memiliki virtualitas, artinya ia menghadirkan ilusi, sebagai sesuatu yang diciptakan bagi pemaknaan. Ilusi dalam tari diciptakan agar memperkaya pemahaman dan pemaknaan manusia akan kehidupan, karena ketika menari, seseorang tidak hanya berperan tetapi juga menghidupkan manusia dan kehidupan itu ke dalam tariannya. Beberapa observasi karya-karya tari klasik, modern, hingga kontemporer akan diberikan untuk memperkuat pencarian filosofis dalam penulisan ini.

This research discusses the body as a space of creation and the principle of dance as a symbolic form full of meaning. Dance is not a mere spectacle but also as a form of body knowledge of symbolic space in dance and its creation process. Dance as a symbol has virtuality, it creates illusions, as something created for meaning. Illusions in dance are created to enrich people`s understanding of life, because when dancing, one does not only play a role but also revive the people and life into the dance. Some observations of classical, modern, and contemporary dance works will be given to substantiate the philosophical search in this writing."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Poedjo Soesantyo
"Pertumbuhan dan kehidupan seni dipengaruhi juga oleh herbagai faktor, baik faktor di dalam seni maupun di luar seni. Faktor di luar seni antara lain, adalah faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang obvektif seperti kondisi alam sekitar, iklim dan sebagainya, juga faktor lingkungan yang subyektif seperti tingkat kemampuan suatu bangsa, kondisi kecerdasan umumnya pada bangsa yang mendukung budaya di mana seni itu tumbuh dan hidup. Apa yang dicoba jelaskan dalam skripsi ini adalah faktor yang juga mempengaruhi pertumbuhan kehidupan seni yang berada dalam lingkup seni sendiri. Permasalahan ini dilihat oleh Susanne K. Langer dengan membandingkan antara seni dan ilmu pengetahuan. la melihat ilmu pengetahuan yang didukung oleh bahasa, suatu ungkapan bentuk simbolis, telah mencapai perkembangan yang lebih pesat daripada kehidupan seni. Bagi Susanne K. Langer masalahnya cukup jelas, bahwa kemajuan bahasa sebagai salah satu bentuk Simbol diskursif tak dapat disangkal telah menunjang kemajuan ilmu-ilmu.Perkembangan ilmu-ilmu berhutang pada pengkajian konsep-konsep dan teori-teori yang kesemuanya dapat dirumuskan sebagai bahasa ilmu. Bahasa dengan demikian sung-guh-sungguh membuka wilayah di mana ilmu-ilmu pengetahuan dapat dikembangkan. Jikalau analisa yang menyangkut simbol diskursif dapat berekor pada kritik ilmu-ilmu, maka analisa yang menyangkut simbol presentasional harus mencapai perkembangan kritik seni. Dalam Philosophy in a New Key dikatakan bahwa teori simbolisme yang dikembangkan di sana harus menuju kepada suatu kritik seni, seserius dan sejauh kritik ilmu yang berasal dari analisis simbol diskursif. Feeling and Form berusaha memenuhi janji tersebut menjadi kritik seni. Tetapi ternyata usaha yang kedua ini tidaklah sepesat usaha yang pertama. Kritik ilmu-ilmu sudah berkembang sedemikian pesat, sementara kritik seni belum juga rnencapai kata sepakat mengenai berbagai macam peristilahan teknis. Hal ini menghambat perkembangan teori seni. Kesulitan ini juga disebabkan oleh sifat seni, yaitu seni bukanlah deskripsi dan fakta obyektif atau analisis terhadapnya seperti halnya pada ilmu pengetahuan. Pada seni selalu masih tinggal tersembunyi subyektivitas seniman sebagai faktor penentu. Itu juga sebabnya mengapa Langer menyebut tulisannya sebagai suatu teori seni, dan bukan menyusun hipotesa metafisis tentang seni. Dasarnya adalah mencoba merumuskan satu teori seni yang didekati dari hasil teori simbolnya."
Depok: Universitas Indonesia, 1987
S16157
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Embun Kenyowati Ekosiwi
"Seni, merupakan gejala yang hadir dihadapan kita. Seni akan tetap dibahas selama pemikiran manusia masih berlangsung. Seni merupakan sisi lain kehidupan yang tidak tertangkap melalui kehidupan sehari-hari maupun ilmu pengetahuan. Diantara berbagai teori seni yang ada, teori simbol Susanne Langer hadir dengan latar belakang untuk menengahi teori-teori yang saling bertentangan dan bersifat berat sebelah. Teori Simbol mencoba menghadirkan seni sebagai sebagai simbol. yang merupakan sesuatu yang obyektif ada pada karya seni.
Seni adalah kreasi bentuk-bentuk simbolik dari perasaan manusia. Sebagai bentuk simbolik, ia bersifat presentasional, yaitu hadir langsung secara utuh dan tunggal, dan dipahami secara langsung, tanpa melalui penjelasan secara nalar. Sebagai simbol seni menunjuk pada kemampuan mengabstraksi pada manusia. Seni sebagai simbol presentasional memiliki ciri virtualitas dan ilusi. Baik virtualitas maupun ilusi mengacu pada kegiatan persepsi, tetapi tidak hanya melalui indera melainkan juga melalui imajinasi.
Keberadaan teori simbol Susanne Langer dapat ditopang oleh teori Psikologi Gestalt. Sama dengan prinsip-prinsip Gestalt, simbol presentasional dipahami dengan melihatnya sebagai suatu totalitas, dalam mempersepsi kita langsung mendapat arti, sedang struktur simbol merupakan cerminan struktur perasaan manusia, yang disebut dengan isomorphi. Penulisan skripsi ini berdasarkan penelitian kepustakaan terhadap buku-buku estetika, terutama terhadap buku--buku Susanne Langer, yang berjudul Philosophy in a New Key dan Feeling and Form."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1989
S16111
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sheila Jasmine
"Skripsi ini membahas mengenai bagaimana ilusi dari kegiatan melihat dapat direkonstruksi melalui cara manusia dalam mengalami ruang seperti yang terjadi ketika seseorang sedang menonton sebuah film. Hanya dari kegiatan melihat, manusia dapat menyimpulkan berbagai informasi dan cerita sebagai hasil dari imajinasinya berdasarkan oleh ilusi yang dimainkan oleh apa yang dilihatnya dan dipikirkannya. Ilusi yang dilakukan oleh film dapat diaplikasikan pula terhadap arsitektur sehingga arsitektur dapat memanipulasi ruang melalui proses sinematik seperti apa yang dilakukan oleh sebuah film terhadap bagaimana penonton mengalami ruang di dalam film tersebut.

This paper discusses how the illusion from the act of seeing can be reconstructed from one’s way of experiencing space as it happens when one is watching a movie. Just from the act of seeing, one can deduce various information and stories as a result of one’s imagination based on the illusion played by what one sees and thinks about. In this paper, it is discussed how the illusion carried out by movies can also be applied to architecture so that architecture can manipulate space through a cinematic process like what a movie does to manipulate how the audience experience the space within it.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chandra Bientang Anggarie
"Skripsi ini merupakan pembedahan secara filosofis dengan Tarot sebagai objeknya. Dalam analisis ini, Tarot dikeluarkan dari fungsi-fungsi praktikal yang selama ini dikenal oleh masyarakat pada umumnya, sehingga Tarot dapat dilihat sebagai simbol konkrit, sebagai produk pikiran manusia dalam usahanya memahami realitas. Ada aktivitas simbolik di dalam Tarot di mana elemen-elemennya-naming, dan imagery-berelasi, dengan melibatkan manusia sebagai subjek simbol, baik itu sebagai kreator maupun interpreter. Melalui analisis hubungan elemen-elemen dalam Tarot, muncul permasalahan keterikatan manusia pada sistem simbol (language), menyebabkan terjadinya paradoks dalam aktivitas simbolik Penelitian ini bertujuan membongkar sisi epistemologis Tarot dengan memperlihatkan adanya aktivitas intelektual, di mana kognisi manusia berperan sepenuhnya.

This undergraduate thesis is a philosophical dissection with Tarot as its object. In this analysis, Tarot is taken out from its usual practical functions as known to society, so Tarot can be seen as a concrete symbol, as a product of human mind as they learn to understand their reality. There is a symbolic activity inside the Tarot where its elements-naming and imagery-related to each other, involve human as the subject of symbol, either creator or interpreter. Through analyse how the elements related to each other in Tarot, raise a problem that human are bounded to system of symbol (language), cause a paradox in symbolic activity. This research has a purpose to expose the epistemology of Tarot by showing that there is an intelectual activity in Tarot, in which human cognition take the whole role."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S45355
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ramadhan Putra Kurnida
"Kepopuleran musik K-Pop di dunia kini semakin terlihat. Idol-idol K-Pop berlomba untuk memberikan karya terbaik mereka melalui lagu dan juga video musiknya. Video musik dianggap efektif dalam memberikan pengalaman secara audio-visual kepada penontonnya. Oleh karena itu, skripsi ini bertujuan untuk mengkaji faktor apa yang membuat video musik K-Pop dapat bersaing dan diterima oleh masyarakat global yang sebagian besar tidak mengerti bahasa Korea. Untuk itu, studi kasus dilakukan dengan menggunakan salah satu video musik K-Pop berjudul “Shangri-La” dari boy group bernama VIXX. Hasil dari analisis menunjukkan bahwa aspek visual menjadi salah satu faktor yang diutamakan dalam video musik K-Pop. Selain untuk memberikan pengalaman (experience) yang berkesan, aspek visual juga membantu penonton dalam memahami cerita atau narasi yang terkandung dalam lagu. Penemuan hasil kajian ini memperlihatkan bahwa keterkaitan aspek audio dan visual pada video musik “Shangri-La” sudah cukup berhasil dalam menyampaikan narasi lagunya, namun masih terdapat beberapa kelemahan yang menjadikan video musik ini tidak sepopuler video musik lain.

The popularity of K-Pop music in the world is now increasingly visible. K-Pop idols compete to give their best work through songs and music videos. Music videos are considered effective in providing an audio-visual experience to the audience. Therefore, this thesis aims to examine what factors make K-Pop music videos competitive and accepted by the global community, most of whom do not understand Korean. For this reason, a case study was carried out using one of the K-Pop music videos entitled "Shangri-La" from a boy group called VIXX. The results of the analysis show that the visual aspect is one of the priority factors in K-Pop music videos. Apart from providing a memorable experience, the visual aspect also helps the audience understand the story or narrative contained in the song. The findings of this study reveal that the linkage of audio and visual aspects to the music video for "Shangri-La" has been quite successful in conveying the narrative of the song, but there are still several weaknesses that make this music video not as popular as other music videos."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yogyakarta : Taman Budaya Yogyakarta , Yogyakarta : Taman Budaya Yogyakarta
050 VIA
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Zikken, Aya
Amsterdam: ABC-boeken, 1967
BLD 839.36 ZIK w
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Corbeil, Jean Claude
Montreal: QA Internasional, 2004
R 031 Cor k
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>