Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 119717 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gilbert Lazarus
"Pendahuluan Diabetes mellitus tipe 2 (DMT2) diderita oleh sekitar 1 dari 10 orang dewasa di seluruh dunia. Patomekanisme DMT2 yang diperantarai oleh stres oksidatif dapat menyebabkan kerusakan multisistem, khususnya sistem kardiovaskular. Beberapa efek samping penggunaan metformin telah dilaporkan. Hal ini menyebabkan alfa-mangostin (αMG) muncul sebagai salah satu alternatif pengobatan DMT2 yang memiliki potensi tinggi akibat aktivitas anti-oksidatifnya. Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi efek protektif αMG terhadap kadar malondialdehid (MDA) dan aktivitas superoksida dismutase (SOD) pada organ jantung tikus model DMT2.
Metode Tiga puluh enam tikus Wistar jantan dibagi ke dalam enam kelompok yang masing-masing berisi enam ekor: kelompok normal, kelompok normal + αMG (200 mg/kgBB), kelompok DMT2, kelompok DMT2 + metformin (200 mg), kelompok DMT2 + αMG 100 dan 200 mg/kgBB. Konsentrasi MDA dan aktivitas SOD diukur untuk menilai tingkat stres oksidatif pada setiap kelompok. ANOVA Welch diikuti dengan uji post-hoc Games-Howell digunakan untuk membandingkan data dengan nilai kemaknaan 0,05.
Hasil Studi ini mendemonstrasikan bahwa αMG dapat menurunkan konsentrasi MDA (p=0,003) dan meningkatkan aktivitas SOD (p=0,001) pada model tikus DMT2 secara signifikan, bahkan hingga melebihi kelompok normal untuk parameter SOD (rerata, 8,98 vs. 6,02 U/mL; p<0,001). Terlebih lagi, αMG dapat meningkatkan aktivitas SOD secara dose-dependent (rerata, 8,98 vs. 11,96 U/mL; p=0,019). Dibandingkan dengan metformin, αMG memperbaiki stres oksidatif lebih baik pada kedua parameter (MDA, p=0,029; SOD, p=0,007).
Kesimpulan Temuan pada studi ini menunjukkan bahwa αMG mampu memperbaiki stres oksidatif pada jaringan jantung tikus yang mengidap DMT2, terbukti pada peningkatan aktivitas SOD serta penurunan konsentrasi MDA.

Introduction Type 2 diabetes mellitus (T2DM) afflicts about 1 in 10 adults worldwide. Oxidative stress in T2DM leads to multisystem damages, particularly the cardiovascular system. As deteriorating adverse effects on the use of metformin have been reported, alpha-mangostin (αMG) rise as a potential alternative due to its anti-oxidative properties. This study aims to evaluate the protective effects of αMG against oxidative stress markers (i.e. malondialdehyde [MDA] and superoxide dismutase [SOD]) in heart tissued of T2DM-induced rats. Methods Thirty-six male Wistar rats were divided into 6 groups of 6 each, i.e., normal group, normal + αMG (200 mg/kg), T2DM group, T2DM + metformin group, T2DM + various doses of αMG (100 and 200 mg/kg). T2DM were induced using high-fat/high-glucose diet followed by streptozotocin injection (HF/HGSTZ). MDA level and SOD activity were assayed to assess oxidative stress between groups. Welch's ANOVA followed by Games-Howell post-hoc test was used to compare the data with significance level of 0.05.
Results This study demonstrated that αMG remarkably decreased MDA (p=0.003) and increased SOD (p=0.001) in T2DM-induced rats, even to the extent of exceeding controls for SOD (mean 8.98 vs. 6.02 U/mL, p<0.001). Furthermore, αMG were dose-dependent in SOD (mean, 8.98 vs. 11.96 U/mL; p=0.019). Compared to metformin, αMG improves oxidative stress better either for MDA (p=0.029) or SOD (p=0.007). Conclusion These findings suggest that αMG is capable of ameliorating oxidative stress in heart tissues of T2DM-induced rats, evident in the increase of SOD and the decrease of MDA."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sean Alexander Lee Tzien Yi
"

Latar belakang: Diabetes mellitus tipe 2 (DMT2) adalah suatu penyakit metabolik yang terjadi akibat gangguan fungsi insulin. Hiperglikemia dapat memicu produksi reactive oxygen species yang berlebih sehingga terjadi ketidakseimbangan sistem redoks tubuh. Apabila kondisi ini terjadi secara terus menerus, tubuh dapat mengalami stres oksidatif yang ditandai dengan menurunnya kadar antioksidan enzimatik dan meningkatnya peroksidasi lipid. Salah satu organ yang paling rentan terkena dampak dari stres oksidatif adalah ginjal. Metformin adalah obat lini pertama pada DMT2 yang juga memiliki efek renoprotektif, tetapi metformin dapat menyebabkan sejumlah efek samping yang kurang nyaman bagi pasien. Î±-mangostin merupakan senyawa yang dipercaya memiliki efek antioksidan sehingga diharapkan dapat menjadi kandidat potensial dalam memperbaiki stres oksidatif pada kondisi tersebut.

Tujuan: Studi ini bertujuan untuk mengetahui efek antioksidan Î±-mangostin pada biomarker stres oksidatif pada DMT2, terutama pada kadar MDA dan SOD ginjal.
Metode: Penelitian berlangsung selama sebelas minggu menggunakan tikus Wistar berusia 10-12 minggu yang terbagi ke dalam enam kelompok: kontrol, kontrol+AM 200 mg/kg, DMT2, DMT2+metformin 200 mg/kg, DMT2+AM 100 mg/kg, DMT2+AM 200 mg/kg. Induksi DMT2 dilakukan dengan diet tinggi lemak-karbohidrat dan injeksi streptozotocin (STZ). Kadar MDA dan SOD diperoleh dengan menggunakan assay kit pada organ ginjal tersimpan.
Hasil: Studi ini menunjukan adanya penurunan kadar MDA yang signifikan pada tiga kelompok perlakuan: DMT2+metformin 200 mg/kg (p=0,001), DMT2+AM 100 mg/kg (p=0,001), dan DMT2+AM 200 mg/kg (p=0,001) dibandingkan dengan kelompok DMT2 tanpa suplementasi. Selain itu, peningkatan kadar SOD yang signifikan secara statistik hanya ditemukan pada kelompok tikus DMT2+AM 200 mg/kg (p=0,030) dibandingkan dengan kelompok DMT2 tanpa suplementasi.
Simpulan: Hasil ini menyimpulkan bahwa Î±-mangostin dapat memberikan efek antioksidatif pada ginjal tikus dengan DMT2, ditandai dengan penurunan kadar MDA dan peningkatan kadar SOD. Maka dari itu, dibutuhkan penelitian lanjutan agar didapatkan hasil yang lebih optimal serta dapat diaplikasikan pada manusia.

 


Background: Type 2 diabetes mellitus (T2DM) is a metabolic disorder caused by impaired insulin function. Hyperglycemia would induce an excessive production of reactive oxygen species which causes imbalance to the body’s redox system. This condition will eventually lead to oxidative stress, showed by decreasing enzymatic antioxidant levels and increasing lipid peroxidation. Kidneys are one of the susceptible organs to be the target of oxidative stress. Metformin has been the first-line therapy for type 2 diabetes mellitus. While it also has a renoprotective effect, there are some reports about its serious adverse effects on the patients. Î±-mangostin, a substance that is believed to have an antioxidant effect, is expected to be a potential candidate on ameliorating oxidative stress in such condition

Objective: This study aims to investigate the antioxidant effect of Î±-mangostin on oxidative stress biomarkers on T2DM, specifically on the kidney’s MDA and SOD levels.
Methods: This study was conducted for eleven weeks using 10-12 weeks old Wistar rats, which were divided into six groups: control, control+AM 200 mg/kg, T2DM, T2DM+metformin 200 mg/kg, T2DM+AM 100 mg/kg, T2DM+AM 200 mg/kg. T2DM groups were induced using a high-fat/high-glucose diet followed by streptozotocin (STZ) injection. MDA and SOD levels were measured by assay kit on refrigerated kidney samples.
Results: This study showed a significant decrease in MDA levels on three groups: DMT2+metformin (p=0,001 vs. DMT2), DMT2+AM 100 mg/kg (p=0,001 vs. DMT2), and DMT2+AM 200 mg/kg (p=0,001 vs. DMT2). On the other hand, a significant increase in SOD levels is found only within the DMT2+AM 200 mg/kg group (p=0,030 vs. DMT2).
Conclusion: These findings demonstrated that Î±-mangostin did establish antioxidative effects on T2DM-induced rat’s kidney, showed by a decrease in the MDA level and an increase in the SOD level. Therefore, further studies are essential to obtain better results.

 

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gabrielle Ophelia Kusuma
"Latar belakang: Kondisi hiperglikemi pada diabetes mellitus dapat menyebabkan stress oksidatif akibat ketidakseimbangan oksidan dan antioksidan. Pada hati, komplikasi terberat dari stres oksidatif adalah non-alcoholic fatty liver disease (NAFLD). Hingga saat ini, metformin merupakan drug of choice pengobatan diabetes mellitus tipe 2 (DMT2), namun dapat menimbulkan efek samping yang menurunkan kepatuhan berobat pasien seperti mual, muntah, dan diare.
Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk menilai aktivitas antioksidan α-mangostin terhadap kadar malondialdehid (MDA) dan glutation (GSH) hati tikus dengan DMT2 sebagai kandidat obat alternatif metformin untuk menangani stres oksidatif pada DMT2.
Metode: Penelitian dilakukan terhadap tikus Wistar jantan (usia 10-12 minggu) dan dibagi menjadi enam kelompok uji: normal, normal+α-mangostin 200mg/kgBB, DMT2, DMT2+metformin 200mg/kgBB, DMT2+α-mangostin 100mg/kgBB, dan DMT2+α-mangostin 200mg/kgBB. Kelompok DMT2 diinduksi dengan diet tinggi lemak dan glukosa, lalu diinjeksi streptozotocin. Kadar MDA dan GSH kemudian diukur dengan kit pemeriksaan pada jaringan hati yang telah disimpan dalam suhu -80°C setelah tikus-tikus di-sacrifice.
Hasil: α-mangostin 100 mg/kgBB memberikan hasil paling baik, yaitu selisih terbesar kadar biomarker dibandingkan keadaan DMT2, di mana terjadi penurunan kadar MDA yang signifikan (p=0.038 vs DMT2) dan peningkatan kadar GSH signifikan (p=0.029 vs DMT2).
Kesimpulan: α-mangostin mampu mempengaruhi kadar MDA dan GSH pada hati tikus dengan DMT2.

Background: The hyperglycaemic condition in diabetes mellitus causes oxidant and antioxidant imbalance, leading to oxidative stress. In the liver, the worst possible complication of oxidative stress is non-alcoholic fatty liver disease (NAFLD). So far, metformin is the drug of choice for treating type 2 diabetes mellitus (T2DM), but it has possibilities of causing nausea, vomiting, and diarrhoea, thereby disrupting patient compliance.
Objectives: This study aims to investigate α-mangostin’s antioxidant activity towards malondialdehyde (MDA) and glutathione (GSH) levels in T2DM rats’ liver as a candidate alternative of metformin to treat oxidative stress in T2DM.
Methods: Research is conducted towards male Wistar rats (age 10-12 weeks) separated into six groups: normal, normal+α-mangostin 200mg/kgBW, T2DM, T2DM+metformin 200mg/kgBW, T2DM+α-mangostin 100mg/kgBW, and T2DM+α-mangostin 200mg/kgBW. T2DM groups were induced with high fat-high glucose diet and streptozotocin injection. MDA and GSH levels were obtained with the appropriate assay kit of liver tissues (refrigerated at -80°C) after the rats were sacrificed.
Results: 100mg/kgBW dose of α-mangostin yields the best results (highest biomarker levels difference than T2DM group). It significantly decreased MDA levels (p=0.038 vs T2DM) and significantly increased GSH levels (p=0.029 vs T2DM).
Conclusion: α-mangostin is able to affect MDA and GSH levels in T2DM rats’ liver.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Wijaya
"Latar belakang: Diabetes mellitus tipe 2 (DMT2) merupakan suatu kelainan metabolik dengan keadaan hiperglikemia kronik yang disebabkan oleh defek pada kerja insulin dengan komplikasi multisistem. Salah satu organ yang sering mengalami keadaan resistensi insulin adalah organ otot skelet. Resistensi insulin akan menyebabkan gangguan ekspresi dan translokasi GLUT4 pada otot skelet sehingga berdampak pada gangguan proses ambilan dan penggunaan glukosa di jaringan, serta berkontribusi terhadap progresi penyakit DMT2. Metformin merupakan suatu obat lini pertama yang paling sering digunakan oleh pasien dengan DMT2, tetapi penggunaannya dapat menimbulkan beberapa efek samping yang kurang nyaman dan menurunkan tingkat kepatuhan berobat pasien. Alfa-mangostin (AMG), salah satu senyawa dalam perikarp buah manggis dipercaya memiliki efek antidiabetik sehingga dapat dipertimbangkan sebagai kandidat terapi dalam menghadapi keadaan resistensi insulin pada DMT2
Tujuan: Studi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian AMG pada ekspresi protein transporter GLUT4 pada jaringan otot skelet tikus dengan DMT2.
Metode: Studi ini dilakukan pada tikus jantan dari galur Wistaryang dibagi menjadi enam kelompok, yaitu: kontrol, kontrol+AMG 200 mg/kgBB, DMT2, DMT2+metformin 200 mg/kgBB, DMT2+AMG 100 mg/kgBB, dan DMT2+AMG 200 mg/kgBB. Model DMT2 dibuat melalui induksi tikus dengan diet tinggi lemak-karbohidrat dan injeksistreptozotocin (STZ). Ekspresiprotein GLUT4 pada jaringan otot skelet masing-masing kelompok tikus diukur dengan ELISA kit Cusabio CSB-E13908rdan spektrofotometer.
Hasil: Studi ini menunjukkan adanya peningkatan ekspresi protein GLUT4 secara signifikan pada dua kelompok percobaan, yaitu: kelompok tikus DMT2+metformin 200 mg/kgBB (p=0,038) dan kelompok tikus DMT2+AMG 200 mg/kgBB (p=0,045) jika dibandingkan kelompok tikus DMT2.
Simpulan: AMG dapat meningkatkan ekspresi protein GLUT4 pada jaringan otot skelet tikus dengan DMT2. Dengan demikian, AMG memiliki potensi untuk dijadikan sebagai kandidat terapi dalam tata laksana penyakit DMT2 di masa depan. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan dapat diaplikasikan.

Background: Type 2 diabetes mellitus (T2DM) is a metabolic disorder characterized by chronic hyperglicemic condition caused by defect in insulin action which leads to multisystem damages. One of the organ that is frequently affected by insulin resistance is skeletal muscle. Insulin resistance impairs skeletal muscle's GLUT4 expression and translocation which results in the disturbance of glucose's reuptake and utilization and contributes to the progression of T2DM. Metformin is one of the first line drugs used in treating T2DM although the usage of metformin can cause many side effects that results in inconvenience and low compliance of the T2DM patients. Alpha-mangostin (AMG), a compound found in mangosteen`s pericarp, is believed in its antidiabetic effect. It is considered as therapeutic candidate in treating insulin resistance in T2DM.
Objectives: This study aims to evaluate the administration of AMG`s effect on GLUT4 transporter`s expression in T2DM-induced rat`s skeletal muscle tissue.
Methods: This study is done on the male Wistar rats divided into 6 groups, which were control group, control+AMG 200 mg/kg group, T2DM group, T2DM+metformin 200 mg/kg group, T2DM+AMG 100 mg/kg group, and T2DM+AMG 200 mg/kg group. T2DM were induced using the high fat/high glucose diet followed by streptozotocin injection. The expression of skeletal muscle`s GLUT4 is measured by ELISA kit Cusabio CSB-E13908r and spectrofotometer.
Results: This study demonstrated that AMG significantly increased the expression of GLUT4 transporterin 2 trial groups,T2DM+metformin 200 mg/kg body weight group (p=0,038) and T2DM+AMG 200 mg/kg body weight group(p=0,045) compared to the T2DM group.
Conclusion: AMG increased GLUT4 transporter`s expression in T2DM rat`s skeletal muscle. Therefore, AMG arises as the potential therapeutic candidate in treating T2DM. Future studies are essential to get better applicable results."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johan Tjahyono
"Diabetes Melitus merupakan penyakit kelainan metabolisme karbohidrat dan lemak yang memiliki populasi besar di dunia, termasuk di Indonesia. Angka mortalitas dari penyakit ini banyak berasal dari komplikasi penyakit akibat kondisi stres oksidatif yang dialami oleh pasien. Kondisi stres oksidatif pada pasien diabetes melitus disebabkan oleh ketidakseimbangan antara radikal bebas dan antioksidan tubuh. Asam α-Lipoat (ALA) merupakan antioksidan potensial yang banyak digunakan sebagai suplemen pada pasien diabetes melitus.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas ALA sebagai scavenger radikal bebas dengan metode pengukuran serapan 1,1-difenil-2-pikril-hidrazil (DPPH) pada panjang gelombang 550nm dan pengaruh ALA terhadap glutation peroksidase secara in vitro menggunakan kit biovision glutation peroksidase dengan melakukan pengukuran serapan NADPH pada panjang gelombang 340nm. ALA sebagai scavenger radikal bebas memiliki konsentrasi optimum 0,25 mM. ALA juga terbukti menaikkan aktivitas glutation peroksidase secara signifikan pada konsentrasi uji 2 mM.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah ALA merupakan suplemen yang baik untuk dikonsumsi pasien diabetes melitus dalam mengurangi stress oksidatif.

Diabetes mellitus is carbohydrate and fat metabolism disorder which have big population in the world, including in Indonesia. Mortality rate of this disease come from complications caused by oxidative stress. Oxidative stress in diabetes mellitus patients is caused by imbalance between free radicals and antioxidants. α- Lipoic Acid (ALA) is an antioxidant which widely used as suplement for patients with diabetes mellitus.
The purpose of this study were to determine activity of ALA as free radical scavenger by measuring 1,1-diphenyl-2-picryl-hydrazyl (DPPH) absorbtion at 550 nm and activity of ALA on glutathione peroxidase using glutathione peroxidase biovision kit by measuring NADPH absorbtion at 340nm. ALA as a free radical scavenger displayed the optimum concentration in 0.25 mM.
This research suggested that ALA was proved to raise glutathione peroxidase activity significantly at 2 mM. From the research conducted, it can be concluded that ALA is a good supplement for diabetic patients to reduce oxidative stress.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S47783
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuriani
"Tingginya kadar gula darah yang berkorelasi dengan kondisi stres oksidatif pada penderita diabetes melitus (DM) menjadikan terapi adjuvan berupa pemberian suatu antioksidan berpotensi untuk mengurangi berbagai komplikasi klinik yang disebabkan oleh pembentukan radikal bebas yang berlebih. Studi ini bertujuan untuk melihat manfaat asam α-lipoat (ALA) sebagai antioksidan, dengan pengamatan terhadap aktivitas scavenging radikal DPPH dan pengukuran aktivitas katalase sebagai parameter aktivitas ALA dalam eritrosit pasien DM tipe 2. Sampel darah pasien DM tipe 2 yang diperoleh dari Puskesmas Pasar Minggu kemudian diinkubasi dengan variasi konsentrasi ALA 4 mM; 2 mM; 1 mM; 0,5 mM; dan 0,25 mM, serta 10 μM vitamin C sebagai kontrol positif. Uji aktivitas scavenging radikal bebas menggunakan 2,2-difenil-1-pikrilhidrazill (DPPH) dilakukan dengan menggunakan konsentrasi ALA yang sama untuk memperoleh data aktivitas ALA dalam memperbaiki kondisi stres oksidatif dalam darah. Hasil penelitian menunjukkan aktivitas scavenging radikal DPPH paling optimum dicapai pada pemberian ALA 0,25 mM dan peningkatan aktivitas katalase yang melebihi blanko dicapai pada pemberian ALA 1 mM.

High blood glucose concentration that correlates to oxidative stress status on diabetes melitus (DM) patient brings up the idea of providing an antioxidant as an adjuvant therapy potential for reducing clinical complications caused by excessive free radicals formed. This study aimed to observe the beneficial effect of α-lipoic acid (ALA) as antioxidant, by observing scavenging activity of DPPH radical and measuring catalase activity as ALA’s activity parameter in erythrocytes of type 2 DM patient. Blood sample of type 2 DM patient obtained from Pasar Minggu Local Government Clinic was incubated with ALA varying from 4 mM, 2 mM, 1 mM, 0.5 mM, and 0.25 mM, along with 10 μM vitamin C as positive control. Determination of scavenging property using 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH) was performed with the same concentration of ALA to obtain data on ALA’s activity in ameliorating blood status of oxidative stress. The result showed that the most optimal scavenging activity of DPPH radical was achieved through 0.25 mM of ALA and elevating catalase activity exceeding control was achieved through 1 mM of ALA.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S47017
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Zydan Kurniaatmaja
"Achilles tendinopathy merupakan sebuah penyakit degeneratif yang dapat disebabkan oleh diabetes mellitus tipe 2 (DMT2). Penyakit ini disebabkan oleh akumulasi dari advanced glycation end products (AGEs). Akumulasi AGEs pada tendon dapat menyebabkan mekanisme cross-link dengan kolagen dan aktivasi jalur persinyalan receptor of advanced glycation end products (RAGE) yang menyebabkan struktur kolagen menjadi tidak teratur. Pembuatan model DMT2 dilakukan dengan hewan model tikus dengan metode high fat diet dan induksi streptozotocin (STZ) pada galur tikus Sprague Dawley. Studi pendahuluan yang dilakukan menunjukkan pada dosis STZ 30 mg/Kg tidak menunjukkan hewan model DMT2. Oleh karena itu, tujuan pada penelitian ini adalah untuk melakukan studi histologis achilles tendinopathy yang disebabkan oleh DMT2 pada ketiga dosis (30 mg/Kg, 40 mg/Kg dan 65 mg/Kg) dan dilanjutkan dengan studi ekspresi gen efek gen RAGE. Studi ini menggunakan sampel tendon achilles tikus yang sudah dibuat model DMT2 dengan metode high fat diet dan induksi streptozotocin (STZ) pada galur tikus Sprague Dawley yang telah dibentuk dalam blok parafin. Terdapat tiga kelompok perlakuan diabetes dengan induksi streptozotocin yang berbeda, yakni dosis STZ 30 mg/Kg, 40 mg/Kg, dan 65 mg/Kg. Metode yang digunakan untuk membuat preparat histologis adalah dengan metode parafin dengan dua pewarnaan, yakni hematoksilin dan eosin Harris dan masson trichrome untuk melihat struktur kolagen. Untuk identifikasi ekspresi gen RAGE menggunakan metode quantitative real time polymerase chain reaction. Hasil penelitian menunjukkan bahwa achilles tendinopathy yang disebabkan oleh diabetes memberikan hasil gambaran histologis dengan terjadinya kerusakan jaringan tendon yang ditandai dengan disorganisasi kolagen yang terlihat pada dosis STZ 65 mg/Kg. PaPada dosis STZ 30 mg/Kg dan 40 mg/Kg, kondisi kolagen masih dalam kolagen yang mirip dengan tendon sehat dengan beberapa daerah mulai mengalami disorganisasi kolagen. Ekspresi gen RAGE dengan menggunakan qRT-PCR menghasilkan tingkat ekspresi gen RAGE yang meningkat sebanyak 2,71 kali pada kelompok perlakuan diabetes dibandingkan dengan kelompok normal. Kesimpulan yang didapatkan pada penelitian ini adalah model tikus DMT2 menunjukkan perubahan dan disorganisasi tendon. Pada sampel tikus dosis STZ 65 mg/Kg menghasilkan disorganisasi tendon paling parah dibandingkan dengan dosis injeksi STZ 30 mg/Kg dan 40 mg/Kg. Selain itu, pada tendon perlakuan diabetes didapatkan tingkat ekspresi gen RAGE yang meningkat sebanyak 2,71 kali dibandingkan dengan tendon normal.

Achilles tendinopathy is a degenerative condition that can be caused by type 2 diabetes mellitus (DMT2). This disease is caused by the accumulation of advanced glycation end products (AGEs). The buildup of AGEs in the tendon can lead to cross-linking mechanisms with collagen and activation of the receptor for advanced glycation end products (RAGE) signaling pathway, resulting in irregular collagen structure. The disease model was created using a rat model with a high-fat diet and streptozotocin (STZ) induction in Sprague Dawley rats. Preliminary studies showed that the STZ dose of 30 mg/kg did not result in a DMT2 model. Therefore, the aim of this research was to conduct a histological study of Achilles tendinopathy caused by DMT2 at three different doses (30 mg/kg, 40 mg/kg, and 65 mg/kg), followed by studying the gene expression of RAGE-related genes.The study used Achilles tendon samples from rats that were induced with DMT2 using a high-fat diet and STZ induction in Sprague Dawley rats, which were then embedded in paraffin blocks. There were three diabetes treatment groups with different STZ induction doses: 30 mg/kg, 40 mg/kg, and 65 mg/kg. Histological preparations were made using the paraffin method with two staining techniques, namely Harris hematoxylin and eosin staining and Masson trichrome staining to visualize collagen structure. The quantitative real-time polymerase chain reaction (qRT-PCR) method was used to identify RAGE gene expression. The results showed that Achilles tendinopathy caused by diabetes resulted in histological changes in the tendon tissue, characterized by collagen disorganization, particularly evident at the STZ dose of 65 mg/kg. At doses of STZ 30 mg/kg and 40 mg/kg, collagen appeared similar to that of a healthy tendon, but some areas showed signs of collagen disorganization. The qRT-PCR analysis revealed that RAGE gene expression was 2.71 times higher in the diabetes treatment group compared to the normal group.In conclusion, the DMT2 rat model exhibited changes and disorganization in the tendon. The 65 mg/kg STZ injection in rat samples resulted in the most severe tendon disorganization compared to the 30 mg/kg and 40 mg/kg STZ injection doses. Additionally, diabetes treatment of the tendon showed a 2.71-fold increase in RAGE gene expression compared to the normal tendon."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nainggolan, Hotlina
"ABSTRAK
Latar Belakang: Komplikasi diabetes pada jantung dapat terjadi oleh karena produksi reactive oxygen spesies (ROS) berlebih. Beberapa studi menunjukkan stres oksidatif berperan dalam patogenesis komplikasi diabetes seperti kardiomiopati. Kurkumin telah terbukti memiliki khasiat sebagai antioksidan dan kardioprotektif. Tetapi kurkumin memiliki bioavailabilitas yang rendah didalam tubuh. Oleh karena itu kurkumin dibuat dalam bentuk nanokurkumin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh nanokurkumin terhadap stres oksidatif pada jantung tikus yang di induksi diabetes.
Metode: Tikus Sprague-Dawley jantan di induksi diabetes dengan nikotinamide (NA) 100 mg/kgBB dan streptozotocin (STZ) 55 mg/kgBB secara intraperitoneal dan dosis tunggal. Terdapat 4 kelompok tikus antara lain, kelompok normal (tikus yang tidak di induksi), kelompok kontrol diabetes (CMC 0,5%), kelompok tikus diabetes yang diberi kurkumin oral 100mg/kg/hari dan kelompok tikus diabetes yang diberi nanokurkumin oral 100mg/kg/hari. Pengamatan dilakukan selama 30 hari. Kadar glukosa darah, aktivitas enzim creatine kinase myocardial band (CKMB), kadar malondialdehid (MDA), aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD), glutation peroksidase (GPx) dan histopatologi otot jantung dianalisis dengan statistik menggunakan uji ANOVA, perbedaan dianggap bermakna secara statistik bila p<0.05.
Hasil: Pemberian nanokurkumin dan kurkumin tidak mempengaruhi kadar glukosa darah dan cenderung menurunkan aktivitas CKMB pada serum. Nanokurkumin menurunkan kadar MDA jantung. Selain itu, nanokurkumin dan kurkumin dapat meningkatkan aktivitas enzim GPx tetapi tidak mempengaruhi aktivitas enzim SOD. Kurkumin memperbaiki kerusakan otot jantung dan lebih baik dibanding nanokurkumin.
Kesimpulan: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa induksi diabetes dan pengamatan selama 30 hari belum memicu kondisi stres oksidatif yang nyata. Nanokurkumin tidak mampu memperbaiki kerusakan otot jantung tetapi mempunyai efek menekan kadar MDA dan meningkatkan aktivitas GPx.

ABSTRACT
Background: Complications of diabetic in the heart may occur due to the excess production of reactive oxygen spesies (ROS). Previous studies showed that oxidative stress played a role in the pathogenesis of diabetic complications such as cardiomyopathy. Curcumin has potential and efficacy as an antioxidant and cardioprotective agent. However, curcumin has low bioavailability in the body. In the present study we investigate the effects of curcumin in the form of nanocurcumin against oxidative stress in the heart from streptozotocinnicotinamide- induced diabetic rats.
Methods: Sprague-Dawley rats were induced diabetes with nicotinamide 100mg/kg and streptozotocin55 mg/kg intraperitoneally. Rats were divided into nondiabetic group, diabetic control group (CMC 0,5 %) and two treated groups which were orally given curcumin at a dose of 100 mg/kg/day and nanocurcumin at a dose of 100 mg/kg/day, respectively. After 30 days of observation, the blood glucose levels, activity of the enzyme creatine kinase myocardial band (CKMB), levels of malondialdehyde (MDA), activity of the enzyme superoxide dismutase (SOD), glutathione peroxidase (GPx) and histopathology of the heart muscle were analyzed and the data were assessed using ANOVA test with the level of significancy of p <0.05.
Results: Nanocurcumin and curcumin did not decrease blood glucose levels and tended to reduce the activity of CKMB in serum. Nanocurcumin reduced cardiac MDA. Nanocurcumin and curcumin enhanced the activity of GPx enzyme, but did not influence the activity of SOD enzyme. Curcumin appeared to be able to repair injured heart muscle and was better than nanocurcumin.
Conclusion: The results of studyindicate that induction of diabetes by streptozotocin-nicotinamide did not result in severe oxidative stress in the rats. Nanocurcumin is not able to repair injured heart muscle but could suppress MDA levels and increase the activity of GPx.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tommy Toar Huberto Purnomo
"Aktivitas fisik dapat mengurangi risiko terjadinya dan mortalitas akibat Diabetes Mellitus DM tipe 2. Namun, hasil yang didapatkan dari aktivitas fisik oleh pasien DM tipe 2 berbeda-beda. Selain aktivitas fisik terdapat juga beberapa faktor lain yang memiliki hubungan signifikan terhadap faktor prognostik pasien DM tipe 2. Penelitian ini dilakukan untuk mencari tahu hubungan antara aktivitas fisik dan faktor-faktor lain pada pasien DM tipe 2. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional pada 57 subjek pasien di Rumah Sakit Husada Jakarta yang dianalisis menggunakan uji chi-square.
Hasil menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan secara statistik p > 0,05 antara aktivitas fisik terhadap faktor-faktor seperti jenis kelamin, usia, status gizi, asupan energi, asupan karbohidrat, asupan lemak, asupan protein dan pemberian tata laksana pada pasien DM tipe 2. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas fisik dapat dilakukan pada pasien DM tipe 2 tanpa harus memperhatikan faktor-faktor tersebut.

The effect of physical activity is known to be useful in Type 2 Diabetes Mellitus T2DM . However, the outcome of physical activity in T2DM patient is varied. Physical activity is not the only factor for the outcome for T2DM. This study objectives is to find the relation between those factors to physical activity in T2DM patient. A cross sectional study was designed in this study and 57 subject in Husada Hospital Jakarta is analyzed by using chi square analysis.
The result of this study shows that there are no significant relation p 0.05 between physical activity and related factors such as gender, age, nutritional status, energy intake, protein intake, carhbohydrate intake, fat intake and pharmacology therapy in T2DM patients. This result means that physical activity could be done in T2DM patients with or without the other related factors.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pradita Rani Nurharianti
"ABSTRAK
Prediabetes merupakan golden period dalam menunda terjadinya diabetes melitus tipe 2
karena pada periode ini perjalanan penyakit masih bisa dihentikan.Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui dampak stres pada konversi prediabetes menjadi diabetes
melitus tipe 2 pada orang dewasa. Penelitian ini menggunakan desain kohort
retrospektif. Data yang digunakan adalah data sekunder dari Studi Kohort Faktor Risiko
untuk Penyakit Tidak Menular di Bogor, Indonesia. Pengumpulan data pada penelitian
ini dilakukan sejak 2011 hingga 2015 dengan total populasi 5.890. Berdasarkan kriteria
eksklusi dan inklusi, total subjek penelitian adalah 1059. Selama 5 tahun pengamatan, di
antara subjek usia dewasa prediabetik ada 169 subjek yang dikategorikan sebagai
T2DM dan 219 subjek dikategorikan sebagai stres. Analisis bivariat menunjukkan
bahwa stres dan usia pada awal merupakan faktor risiko pada konversi pradiabetes
menjadi T2DM (p <0,05). Model akhir pada analisis multivariat, menunjukkan hazard
rasio stres sebesar 1,815 (95% CI: 1,307 - 2,520) dengan p <0,05. Temuan ini,
diharapkan dapat digunakan sebagai informasi dan motivasi dalam upaya melakukan
pencegahan dan pengendalian T2DM. Terutama pada individu dengan prediabetes yang
menderita stres karena memiliki pengaruh terhadap konversi prediabetes menjadi
T2DM.

ABSTRACT
Prediabetes is a golden period in delaying the occurrence of type 2 diabetes mellitus
because in this period the course of the disease can still be stopped. The study aim was
to knowing the impact of stress on the conversion of prediabetes to type 2 diabetes
mellitus in adults. This study used retrospective cohort design. The data used are
secondary data from the Cohort Study of Risk Factors for Non-Communicable Diseases
in Bogor, Indonesia. Data collection in this study was carried out since 2011 until 2015
with a total population of 5890. Based on the exclusion and inclusion criteria, the total
of study participants were 1059. During 5 years of follow-up, among prediabetic adults
there were 169 subjects categorized as T2DM and 219 subjects categorized as stressed.
Bivariate analysis shows that stress and age at baseline is a risk factor on the conversion
of prediabetes to T2DM (p < 0,05). Final model on multivariate analysis, shows the
hazard ratio of stress was 1.815 (95% CI: 1.307 - 2.520) with p < 0.05. This findings,
expected to be used as information and motivation in an effort to make prevention and
control of T2DM. Especially in individuals with prediabetes who suffer from stress
because it has an impact with conversion of prediabetes to T2DM."
2019
T51926
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>