Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 139988 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aurora Febrianti Naser
"

Pertanian merupakan salah satu sektor terbesar dalam pembangunan ekonomi. Hal ini bisa dilihat pada PDRB Jawa Barat 2016. Namun seiring berjalannya waktu, lahan yang digunakan untuk pertanian semakin berkurang, hal ini disebabkan oleh semakin banyak penduduk yang datang. Penurunan lahan yang terjadi setiap tahunnya mencapai 10%, permasalahan ini diakali oleh para petani untuk membuka lahan pertanian khususnya lahan pangan hortikultura di area lahan sempit, seperti di pekarangan rumah. Hal ini juga menyebabkan Kabupaten Bandung, khususnya Kawasan Agropolitan Ciwidey juga tergolong tingkat kesejahteraan rendah. Pada Kawasan Agropolitan Ciwidey juga terdapat Kecamatan Rancabali. Kecamatan ini merupakan Kecamatan dengan sektor pertanian hortikultura yang sangat berpotensial. Tanaman hortikultura di Kecamatan ini ditanamani dengan pola tanam monokultur dan tumpang sari. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan variasi spasial pola usaha tani hortikultura berdasarkan luas lahan di Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung serta menjelaskan hubungan antara pola usaha tani terhadap tingkat kesejahteraan rumah tangga petani. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif spasial, yaitu mentabulasi silangkan antara pola usaha tani terhadap luas lahan dan aksesibilitas. Serta mentabulasi silangkan antara variasi spasial pola usaha tani terhadap tingkat kesejahteraan. Diketahui hasil dari variasi spasial pola usaha tani ialah mayoritas petani melakukan kegiatan pertanian sendiri tanpa dibantu tenaga kerja lain dengan pola tanam monokultur baik di aksesibilitas tinggi maupun sedang. Kualitas aksesibilitas sebanding akan bergerak lurus dengan tenaga kerja. Semakin buruk aksesibilitas maka akan terjadi penambahan tenaga kerja. Untuk hubungan dengan tingkat kesejahteraannya adalah semakin baik aksesibilitas lahannya, maka semakin tinggi sejahteranya. Petani yang berada pada aksesibilitas sedang ke buruk, tingkat kesejahteraannya akan meningkat jika memiliki lahan yang luas.


Agriculture is one of the biggest sectors in economic development. This can be seen in the West Java PDRB 2016. But over time, the land used for agriculture is decreasing, this is caused by more and more people coming. The decrease in land that occurs every year reaches 10%, this problem is tricked by farmers to open agricultural land, especially horticultural food land in a narrow area of land, such as in the yard. This also caused the Bandung Regency, particularly the Ciwidey Agropolitan Area, to also be classified as a low welfare level. In the Ciwidey Agropolitan Area there are also Rancabali Districts. This sub-district is a sub-district with a very potential horticultural agriculture sector. Horticultural plants in this district are planted with monoculture and intercropping cropping patterns. This study aims to explain the spatial variation in horticultural farming patterns based on land area in Rancabali District, Bandung Regency and explain the relationship between farming patterns and the level of welfare of farm households. The analysis used is a spatial descriptive analysis, which is a cross tabulation between farming patterns and land conditions and accessibility. As well as cross tabulating between spatial variations in farming patterns and welfare levels. It is known that the result of spatial variations in farming patterns is that the majority of farmers do their own farming activities without the help of other workers with monoculture planting patterns in both high and moderate accessibility. The quality of accessibility is proportional to moving straight with the workforce. The worse the accessibility there will be an increase in labor. The relationship with the level of welfare is the better the accessibility of the land, the higher the welfare. Farmers who are in moderate to poor accessibility, their level of welfare will increase if they have large tracts of land.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Tri Rachmawaty
"Kecamatan Pangalengan merupakan salah satu wilayah penghasil kopi arabika terbesar di Kabupaten Bandung yaitu mencapai 34% dari total produksi Kabupaten Bandung. Dengan status Kecamatan Pangalengan sebagai sentra komoditas kopi arabika di Kabupaten Bandung tidak banyak membuat petani kopi di Kecamatan Pangalengan menjadi sejahtera. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bagaimana tingkat kesejahteraan rumah tangga petani kopi berdasarkan pola spasial hasil kebun kopi di Kecamatan Pangalengan. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis crosstab dan metode analisis deskripsi. Metode analisis crosstab digunakan untuk melihat hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya dalam bentuk tabel matriks yang nantinya akan disajikan dalam bentuk peta, sedangkan metode analisis deskripsi digunakan untuk menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya. Hasil dari penelitian ini adalah tingkat kesejahteraan paling tinggi yaitu “Sangat Sejahtera” berada di Desa Margamulya dan Desa Pangalengan. Petani dengan tingkat kesejahteraan “Sangat Sejahtera” berada pada hambatan ruang yang tinggi, namun dengan hambatan ruang tersebut tidak menghambat petani kopi dalam menjalankan usaha taninya. Hal tersebut dikarenakan petani tersebut memiliki luas lahan yang sedang hingga besar dan menghasilkan produksi kopi yang tinggi sehingga pendapatannya pun menjadi besar atau petani tersebut memiliki pendapatan yang besar diluar dari usaha tani kopinya. Sedangkan tingkat kesejahteraan paling rendah yaitu “Tidak Sejahtera” berada di Desa Sukamanah dikarenakan rata-rata petani di Desa Sukamanah memiliki lahan yang cukup kecil, sehingga mempengaruhi produksi yang dihasilkan dan pendapatannya pun tidak sebesar seperti petani lainnya.

Pangalengan District is one of the largest Arabica coffee-producing areas in Bandung Regency, reaching 34% of the total production of Bandung Regency. With the status of Pangalengan District as a center for Arabica coffee commodities in Bandung Regency, it does not make coffee farmers in Pangalengan District prosperous. The purpose of this study was to determine how the level of household welfare of coffee farmers based on the spatial pattern of coffee plantations in Pangalengan District. The analytical method used is the crosstab analysis method and the descriptive analysis method. The crosstab analysis method is used to see the relationship between one variable and another in the form of a matrix table which will later be presented in the form of a map, while the descriptive analysis method is used to describe the data that has been collected as it is. The results of this study are the highest level of welfare, namely "Very Prosperous" in Margamulya Village and Pangalengan Village. Farmers with a "Very Prosperous" welfare level are in high spatial constraints, but these spatial constraints do not prevent coffee farmers from running their farming business. This is because the farmer has a medium to a large area of land and produces high coffee production so that his income becomes large or the farmer has a large income outside of his coffee farming business. While the lowest level of welfare, namely "Not Prosperous" is in Sukamanah Village because the average farmer in Sukamanah Village has a fairly small land, thus affecting the resulting production and income is not as big as other farmers."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Tanaman stroberi merupakan salah satu tanaman buah-buahan yang mempunyai
nilai ekonomi yang tinggi. Kecamatan Rancabali, yang dulunya merupakan satu
kesatuan dengan kecamatan Ciwidey, merupakan asal mulanya stroberi
dikembangkan di Indonesia. Dalam perkembangannya, usaha tani stroberi di
Kecamatan Rancabali meningkat seiring dengan konversi tanaman pangan
menjadi tanaman perdagangan yang dilakukan oleh sebagian besar petani di
Indonesi. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui pola sebaran usaha
tani stroberi serta faktor- faktor yang mempengaruhi usaha tani stroberi yang ada
di Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Usaha tani
stroberi di Kecamatan Rancabali memiliki pola clustered atau mengelompok.
Sebaran usaha tani stroberi ini berada pada penggunaan tanah pemukiman yang
tesebar di Kecamatan Rancabali dengan faktor fisik dan faktor sosial yang
mempengaruhi pola sebaran usaha tani stroberi di Kecamatan Rancabali."
Universitas Indonesia, 2010
S34216
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atika Rachmawati
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai hubungan penguasaan atas modal sosial dengan tingkat kesejahteraan petani di Desa Trisnomaju, Lampung. Konteks petani yang diteliti adalah petani usaha rumah tangga, dengan produksi utama padi dan jagung. Dimana petani di Desa Trisnomaju memiliki sistem kedokan sebagai salah satu potensi penguatan bidang pertanian, serta budaya muakhi yang membentuk nilai masyarakat dan aktivitas sosial maupun ekonomi mereka. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa dimensi modal sosial seperti jaringan, norma, dan sanksi terbilang tinggi dalam penguasaannnya, namun memiliki pengaruh rendah terhadap kesejahteraan petani yang diukur menggunakan indikator Struktur Pendapatan Rumah Tangga, Struktur Pengeluaran untuk Pangan, dan Nilai Tukar Petani. Hasil penelitian pada petani usaha rumah tangga di Desa Trisnomaju tidak adanya hubungan antara Modal Sosial dengan Tingkat Kesejahteraan. Kondisi yang terjadi, bahwa yang menjadi beban pengeluaran petani berasal dari biaya sosial, melalui aktifitas masyarakat seperti pesta pernikahan, khitanan, upcara keagamaan, peringatan hari raya, atau pun kegiatan menghadiri undangan. Tuntutan untuk biaya sosial ini cenderung sama, bagi petani dengan penghasilan tinggi maupun redah.

ABSTRACT
This research discusses about relationship of social capital with welfare of farmers in Trisnomaju Village, Lampung. The context of the farmers studied is the farmers of the household business, with the main production of rice and maize. Farmers in Trisnomaju Village have a kedokan system as one of the potential strengthening of agriculture, as well as muakhi culture that shape the value of society and their social and economic activities. The research method used is quantitative approach with descriptive research type. The results of this study show that the dimensions of social capital such as network, norm, and sanction are high in their mastery, but have low effect on farmer 39 s welfare measured using Household Structure Structure indicator, Structure of Food Expenditure, and Farmer 39 s Exchange Rate. There is no correlation between social capital with the welfare of farmers of household business in Trisnomaju village. Conditions that occur, expenditure burden of farmers comes from social costs, through community activities such as wedding celebrations, circumcisions, religious ceremonies, holiday anniversaries, or attendance. The demand for this social cost tends to be the same, for farmers with high or low income."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afifah Adila
"Pola konsumsi pangan pokok merupakan susunan pemenuhan kebutuhan konsumsi pangan pokok sehari-hari dari individu atau kelompok manusia. Perbedaan pola konsumsi pangan pokok dipengaruhi faktor-faktor pendukung diantaranya aksesibilitas wilayah rumah tangga dan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Kondisi wilayah akan mempengaruhi tingkat aksesibilitas dan ciri khas mata pencaharian, pendidikan dan tingkat sosial ekonomi masyarakat lainnya. Rumah tangga petani memiliki ciri khas lokalitas wilayah pedesaan yang juga dapat mempengaruhi kegiatan konsumsi pangan pokok. Penelitian ini bertujuan untuk, menganalisis pola konsumsi pangan pokok rumah tangga petani berdasarkan karakteristik rumah tangga dan wilayah rumah tangga petani di Desa Sukawening, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif dan analisis keruangan. Temuan penelitian menunjukkan bahwa pola konsumsi pangan pokok rumah tangga petani di wilayah aksesibilitas tinggi dan sedang memiliki dominasi konsumsi yang berasal dari sumber hasil panen sendiri dengan jeni pangan pokok yang bervariasi. Sedangkan pola konsumsi rumah tangga petani di wilayah aksesibilitas mudah didominasi konsumsi pangan pokok yang bersumber dari hasil panen sendiri dengan jenis pangan pokok yang tidak bervariasi.

The pattern of staple food consumption is a collection of fulfilling the daily staple food consumption needs of individuals or groups of people. Differences in staple food consumption patterns are influenced by supporting factors including the accessibility of the household area and the socio-economic conditions of the community. Regional conditions will affect the level of accessibility and characteristics of livelihoods, education and other socio-economic levels of the community. Farmer households have a characteristic of rural rural locality which can also affect staple food consumption activities. This study aims to analyze the staple food consumption pattern of farmer households based on household characteristics and farmer household areas in Sukawening Village, Ciwidey District, Bandung Regency, West Java. The method used in this research is descriptive statistical analysis and spatial analysis. The findings of the study indicate that the consumption pattern of staple food at farmer's houses in high accessibility areas and has a dominance of consumption originating from their own harvest sources with varied types of staple food. Meanwhile, the consumption pattern of farmer households in the easy accessibility area is dominated by consumption of staple food sourced from their own harvest with the type of staple food that does not vary."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
An Nisaa Citra Hasanah
"Kabupaten Bandung Barat merupakan kabupaten yang memiliki potensi serta daya tarik yang tinggi terhadap pariwisata. Salah satu cara mengetahui potensi serta daya tarik tersebut yaitu berupa pengembangan pariwisata dengan cara mengklasifikasi tipologi objek wisata, variasi spasial wisatawan, dan mengetahui korelasi antara kedua variabel tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh gambaran mengenai fungsi objek wisata sebagai destinasi serta memperoleh tingkat daya tarik objek wisata. Analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan dari penelitian ini adalah analisis spasial dan analisis statistik dengan uji chi-square.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tipologi objek wisata berdasarkan jenis fasilitas wisata sebagian besar adalah tipologi objek wisata ideal yang memusat di Kecamatan Lembang. Variasi spasial wisatawan didominasi oleh nilai masing-masing unsur variasi yang dominan, yaitu jumlah wisatawan yang sedang, physical or physiological motivation, dan individual mass touris yang memusat di Kecamatan Lembang. Terdapat hubungan antara kedua variabel, yaitu nilai masing-masing unsur variasi yang dominan melekat pada tipologi objek wisata cukup ideal.

Bandung Barat Regency is a district that has a high tourism potential and attractiveness. One way to explore the potential and attractiveness is development of tourism by classifying the typology of tourist attractions, spatial variations of tourists, and the correlation between the two variables. This study aims to determine the function of a tourist object as a destination and to obtain the level of a tourist attraction. The analysis used to answer the purposes of this study is descriptive spatial analysis and statistical analysis with chi square test.
The results of this study indicate that the typology of tourist attractions based on the type of tourism facilities is dominated by typology ideal centered in the District of Lembang. The spatial variation of tourists is dominated by the characteristic value of each element of the dominant, which are medium number of tourists, physical or physiological motivation, and individual mass touris centered in Lembang District. There is relationship between the two variables in which the value of each element of the dominant variation attached to the typology of the tourist attraction is quite ideal.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S69208
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fiska Noviliyanti
"Perubahan lingkungan yang semakin nyata saat ini memiliki dampak yang cukup serius terhadap pertanian di Indonesia, tak terkecuali pertanian jahe di Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur. Hal ini merangsang para petani untuk melakukan adaptasi dalam teknik budidayanya sebagai bentuk penyesuaian dan penyelesaian terhadap permasalahan yang terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak dinamika lingkungan terhadap pertanian jahe di Kecamatan Mande dan menganalisis upaya adaptasi dalam menghadapi dinamika lingkungan menggunakan metode kualitatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan Social-Ecological System (SES) yang memiliki sudut pandang bahwa perilaku adaptif yang dilakukan dapat dipengaruhi oleh ikatan sosial dan sosial-ekologis yang mengikat hubungan antar-manusia dan lingkungan. Analisis yang dilakukan adalah analisis perbandingan dan deskriptif spasial yang didapatkan dari hasil pengolahan data jenis tanah, topografi, curah hujan, suhu, dan kodifikasi dari hasil wawancara mendalam. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa perubahan curah hujan menyebabkan tanaman jahe menguning dan rimpang jahe menjadi busuk, sedangkan perubahan suhu yang terjadi menyebabkan pertumbuhan jahe terhambat dan kualitas jahe menurun. Jenis tanah gleisol yang tersebar di wilayah timur Kecamatan Mande merupakan tanah yang paling tidak sesuai untuk ditanami jahe karena sifatnya yang selalu jenuh air sehingga jahe mudah busuk. Sedangkan faktor topografi yaitu wilayah dengan ketinggian kurang dari 200 Mdpl dan lereng yang sangat curam atau lebih dari 30% juga dapat menghambat pertumbuhan jahe karena ketinggian yang sangat rendah memiliki suhu yang terlalu tinggi, sedangkan lereng yang sangat curam tidak dapat menahan air yang cukup untuk tanaman jahe. Selain itu, Terjadinya dinamika lingkungan fisik yang termanifestasikan pada perubahan curah hujan dan suhu menyebabkan terjadinya dinamika pada lingkungan sosial melalui kegiatan adaptasi yang dilakukan oleh petani. Dari enam jenis adaptasi, terdapat dua jenis adaptasi yang paling banyak dilakukan oleh para petani jahe di Kecamatan Mande, yaitu adaptasi berbasis pasar dan adaptasi reaktif, sedangkan jenis adaptasi yang paling sedikit dilakukan yaitu adaptasi institusional.

Environmental changes that are increasingly evident today have a serious impact on agriculture in Indonesia, including ginger farming in Mande District, Cianjur Regency. This stimulates farmers to make adaptations in their cultivation techniques as a form of adjustment and resolution to the problems that occur. This study aims to analyze the impact of environmental dynamics on ginger farming in Mande District and analyze adaptation efforts in the face of environmental dynamics using qualitative methods. This research uses the Social-Ecological System (SES) approach, which has a point of view that adaptive behavior can be influenced by social and social-ecological ties that bind human and environmental relationships. The analysis conducted was a comparative and descriptive spatial analysis obtained from the results of processing data on soil type, topography, rainfall, temperature, and codification of the results of in-depth interviews. The results of this study reveal that changes in rainfall cause ginger plants to turn yellow and ginger rhizomes to rot, while changes in temperature cause ginger growth to be inhibited and ginger quality to decline. The gleisol soil type in the eastern part of Mande sub-district is the least suitable for ginger cultivation because it is always water-saturated, making ginger easily rotten. Topographical factors such as areas with altitudes of less than 200 meters above sea level and very steep slopes of more than 30% can also inhibit the growth of ginger because very low altitudes have too high temperatures, while very steep slopes cannot retain enough water for ginger plants. In addition, the dynamics of the physical environment manifested in changes in rainfall and temperature cause dynamics in the social environment through adaptation activities carried out by farmers. Of the six types of adaptation, there are two types of adaptation that are most widely practiced by ginger farmers in Mande District, namely market-based adaptation and reactive adaptation, while the least type of adaptation is institutional adaptation."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifqoh Mardliyan
"

DAS Cirasea memiliki aktivitas pertanian yang intensif dan kondisi fisik berupa topografi dan penggunaan lahan yang bervariasi. Namun, aktivitas pertanian intensif dapat menurunkan kemampuan daya dukung lahan akibat ketidaksesuaian pengolahan lahan pertanian, sehingga menyebabkan kekritisan lahan dan erosi di DAS Cirasea. Analisis spasial variasi permeabilitas tanah merupakan salah satu upaya untuk mengetahui kemampuan tanah. Studi ini bertujuan untuk mendeskripsikan variasi spasial permeabilitas tanah dan hubungannya dengan sifat fisik tanah, serta menganalisis hubungan permeabilitas dengan topografi dan penggunaan lahan di DAS Cirasea Kabupaten Bandung. Survei lapangan dilakukan dengan pengambilan sampel tidak terganggu. Penetapan sifat permeabilitas tanah berdasarkan metode constan head. Hasil menunjukkan permeabilitas tanah di DAS Cirasea bervariasi mulai dari kelas permeabilitas 0,5 – 2,0 cm/jam (agak lambat) sampai >25,5 cm/jam (sangat cepat). Variasi permeabilitas tanah ini terutama disebabkan oleh adanya hubungan faktor sifat fisik tanah berupa pori drainase cepat. Secara spasial terdapat hubungan antara penggunaan lahan dan topografi dengan permeabilitas di wilayah dengan karakteristik tertentu. Topografi yang landai dan penggunaan lahan yang mengalami pengolahan tanah yang intensif dapat menurunkan laju permeabilitas.


Cirasea watershed has intensive agricultural activities and physical conditions in the form of varied topography and land use. However, intensive agricultural activities can reduce the carrying capacity of the land due to the mismatch of agricultural land processing, resulting criticality land and erosion in the Cirasea Watershed. The spatial analysis of soil permeability variation is an effort to determine soil capability. This study aims to describe the spatial variation of soil permeability and its relationship with soil physical properties, as well as to analyze the relationship between permeability and topography and land use in the Cirasea Watershed, Bandung Regency. The field survey was conducted with undisturbed sampling. Determination of soil permeability based on the constan head method. The results showed that soil permeability in the Cirasea Watershed varied from permeability class 0,5 - 2,0 cm/hour (slightly slow) to >25,5 cm/hour (very fast). This variation in soil permeability is mainly due to the relationship between the physical properties of the soil in the form of rapid drainage pores. Spatially there is a relationship between land use and topography with permeability in areas with certain characteristics. Sloping topography and land use with intensive tillage can reduce permeability.

 

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elvanya Rosaline Dewi Andini
"

Sustainability Livelihood Approach merupakan sebuah pendekatan yang digunakan untuk mengukur upaya sebuah keluarga untuk melanjutkan sumber mata pencahariannya. Salah satu sumber penghidupan yang saat ini menghadapi masalah adalah menjadi petani pemilik kebun teh. Kebun teh yang dikelola oleh petani secara individu merupakan sebuah fenomena yang dapat ditemukan di beberapa kabupaten di Jawa Barat, salah satunya di Kabupaten Sukabumi.  Sebagai pemilik kebun teh, petani juga memiliki berbagai sumber penghidupan yang lain. Berdasarkan aset kepemilikan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pengembangan sumber penghidupan rumah tangga petani pemilik kebun teh.  Pemberian bobot pada setiap aset dari pendekatan SLA dilakukan berdasarkan kondisi geografis lokasi penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dengan informan yang telah ditetapkan persyaratannya (purposive sampling). Petani yang bertempat tinggal dekat dengan jalan utama memiliki sumber penghidupan dari kegiatan non-pertanian, yang dapat menopang pengelolaan kebun teh. Sedang petani yang memiliki jarak sosial yang dekat dengan pengambil keputusan, mampu mengembangkan kegiatan pertanian lain selain kebun teh, dan juga kebun tehnya.  Petani dengan kepemilikan aset alam yang rendah menghadapi kesulitan untuk melakukan diversifikasi kegiatan ekonomi di dalam desa. Pilihan untuk mempertahankan kebun tehnya adalah dengan melakukan migrasi, bekerja di luar desa. Berdasarkan fakta tersebut maka kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa jarak yang dekat, baik jarak fisik maupun sosial, memberi kesempatan petani untuk dapat terus mengelola kebun tehnya, serta membentuk strategi penghidupan sehari-hari.

 

 

 

 


The Sustainability Livelihood Approach is a method in measuring the efforts of a household to continue its livelihood. One livelihood that is currently facing problems is being a farmer who owns a tea garden. Tea gardens managed by farmers households are a phenomenon that distributes in several districts in West Java, one of which is Sukabumi. As a tea garden owners, farmers also have various other livelihood sources. Based on ownership assets this study aims to determine the livelihood strategy pattern of tea garden owners. The weighting of each asset from the SLA approach is based on the geographical conditions of the research location. Data collection was carried out by in-depth interviews with informants whose requirements had been determined (purposive sampling). Farmers who liveclose to the main road, support their tea garden by their livelihoods from non-agricultural activities. Meanwhile, farmers who have a close social distance to decision-makers can develop other agricultural activities apart from their tea gardens and also their tea gardens. Farmers with low ownership of natural assets face difficulties to diversify economic activities within the village. The choice to maintain the tea garden is to migrate, by working outside the village. Based on these facts, the conclusions of this study indicate that close distances, both physical and social distance, provide oppurtunities for farmers to be able to continue managing their tea gardens, as well as form a daily livelihood strategy.

 

 

 

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Permata Sari
"ABSTRAK
Produktivitas pemetik teh di Perkebunan teh Cibuni mengalami penurunan disebabkan oleh berkurangnyajumlah tenaga kerja pemetik teh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produktivitas pemetik dan faktorfaktoryang mempengaruhi produktivitas pemetik di Perkebunan teh Cibuni. Penelitian ini dilakukan diPerkebunan Teh Cibuni, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung. Desain penelitian yang digunakan yaitudesain kuantitatif dengan teknik penelitian survei. Pengambilan sampel menggunakan metode acak sederhanadengan sampel 40 orang pemetik. Analisis data menggunakan regresi linier berganda dengan alat bantu SPSS IBMStatistics, pengujian asumsi klasik dan pegujian hipotesis menggunakan uji , uji F dan uji t. Variabel yangdigunakan yaitu motivasi, kedisiplinan, jenis kelamin, usia, pengalaman kerja, keterampilan, dan kapasitas petik.Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai determinasi sebesar 0.845 = 84.5% yang artinya pengaruh semuavariabel bebas terhadap variabel terikat adalah 84.5%, sedangkan 15.5% lainnya dipengaruhi oleh variabel lainyang tidak diteliti. Nilai R atau nilai korelasi sebesar 0.934 menunjukan kekuatan hubungan yang sangat kuatantara motivasi, kedisiplinan, jenis kelamin, usia, pengalaman kerja, keterampilan dan kapasitas petik denganproduktivitas kerja pemetik. Hasil uji t menunjukan variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadapproduktivitas pemetik teh yaitu motivasi, usia, pengalaman kerja, keterampilan dan kapasitas petik, sedangkanvariabel yang tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas pemetik teh yaitu kedisiplinan dan jeniskelamin."
Universitas Jenderal Soedirman. Fakultas Pertanian, 2018
630 AGRIN 22:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>