Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 121560 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shabrina Tiffany
"Keberadaan COVID-19 di Indonesia saat ini bukanlah satu-satunya wabah penyakit yang harus diwaspadai. Menteri Kesehatan mengatakan ada penyakit yang tidak kalah  berbahaya dan juga tidak kalah mematikan dibandingkan dengan wabah penyakit COVID-19, yaitu Demam Berdarah Dengue. Penyakit ini sudah sepatutnya untuk diwaspadai mengingat jumlah kasusnya yang semakin meningkat dan melebihi jumlah kasus penyakit COVID-19. Faktor cuaca seperti curah hujan, temperatur, dan kelembapan merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam penyebaran parasit dan vektor penular DBD. Untuk mengoptimalkan upaya pencegahan dan penanganan DBD, perlu dilakukannya prediksi terkait jumlah insiden DBD.
Dalam tugas akhir ini dilakukan proses prediksi jumlah insiden DBD di DKI Jakarta dengan memperhitungkan faktor iklim (curah hujan, kelembapan, dan temperatur) menggunakan metode Extreme Learning Machine dan metode Artificial Neural Network-Back Propagation serta membandingkan kinerja dari kedua metode tersebut.  Berbeda dari Artificial Neural Network-Back Propagation, Extreme Learning Machine tidak membutuhkan proses iterasi untuk update parameter.
Dengan menggunakan data variabel cuaca dan data jumlah insiden DBD kumulatif, Extreme Learning Machine dapat memberikan hasil prediksi yang lebih akurat dibandingkan dengan  Artificial Neural Network - Back Propagation. Extreme Learning Machine dengan persentase data training sebesar 90% menunjukkan hasil prediksi yang lebih baik dibandingkan dengan persentase data training lainnya yang digunakan dalam tugas akhir ini yaitu sebesar 80% dan 70%.

The existence of COVID-19 currently in Indonesia is not the only disease which must be watched out. The Health Ministry has said that there was a disease that is as dangerous as COVID-19. That disease is Dengue Fever. Dengue Fever also must be given an extra caution because it is noted that until now the number of dengue cases continues to increase and exceeds COVID-19 cases. The weather factors, such as rainfall, temperature, and humidity, are a very influential factor in the spread of parasites and infectious vectors of dengue fever.  To optimize the dengue handling and prevention effort, it is important to make the dengue cases prediction.
In this final paper, the number of dengue incidences will be predicted by involving weather factors (rainfall, temperature, and humidity) using Extreme Learning Machine and Artificial Neural Network-Back Propagation and also comparing the both of their performance. Unlike the Artificial Neural Network-Back Propagation, Extreme Learning Machine does not need the iteration process to update the parameter.
The result shows that Extreme Learning Machine can give the dengue incidences prediction  which is more accurate than the dengue incidences prediction that is given by using Artificial Neural Network-Back Propagation. Extreme Learning Machine by using 90% training data can show the better prediction result than other training data percentage which is used in this final paper, 80% and 70%.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivan Noverlianto Tanawi
"Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue yang disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Menurut WHO, sebagai negara yang berada di daerah tropis, Indonesia adalah negara yang berisiko DBD tinggi. DBD dapat menyebar dari penderita DBD ke orang yang sehat melalui gigitan nyamuk yang telah terinfeksi virus dengue. Faktor cuaca yang terdiri dari temperatur, kelembaban, dan curah hujan mempunyai pengaruh terhadap jumlah insiden DBD. Dengan memprediksi jumlah insiden DBD, diharapkan pemerintah dan masyarakat lebih siap menangani DBD ketika jumlah insiden DBD diprediksi tinggi jumlahnya.
Pada tugas akhir ini, jumlah insiden DBD diprediksi dengan support vector regression, dengan jumlah insiden dan faktor cuaca sebelumnya yang terdiri dari temperatur, kelembaban, dan curah hujan sebagai variabel prediktor. Fungsi kernel yang digunakan adalah kernel linear dan kernel gaussian radial basis function (radial). Variabel prediktor ditentukan dengan mencari time lag dari masing-masing variabel prediktor terhadap jumlah insiden menggunakan korelasi silang. Model yang dibentuk dievaluasi dengan Root Mean Squared Error dan Mean Absolute Error. Pada tugas akhir ini, support vector regression dengan kernel linear memberikan performa yang lebih baik daripada kernel radial.

Dengue fever is a disease caused by dengue virus, which is spread by Aedes aegypti and Aedes albopictus mosquitoes. According to WHO, as a tropical country, Indonesia is a country at risk for dengue. Dengue can spread to other people by mosquitoes bite. Weather factors, such as temperature, humidity, and rainfall have effects on the number of dengue incidences. It is important to predict the number of incidences so that the government and people will be ready to prevent a dengue outbreak when the number of incidences is predicted high.
In this final paper, number of dengue incidences in DKI Jakarta is predicted using support vector regression, with weather and the previous number of incidences as predictor variables. Linear and gaussian radial basis function kernel are used. These predictor variables are determined by analyzing the time lag between each predictor variables and the number of incidences by using cross correlation. Models for prediction are evaluated by Root Mean Squared Error and Mean Absolute Error. The result shows that support vector regression with linear kernel have better performance than support vector regression with gaussian radial basis function kernel for predicting dengue incidences number.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simatupang, Tania Naomi Serepina
"Demam berdarah dengue (DBD) merupakan infeksi virus yang menyebar dari nyamuk ke tubuh manusia dan menjadi masalah kesehatan utama di berbagai negara, termasuk Indonesia. Pada tahun 2023, lebih dari 3,7 juta kasus infeksi DBD dilaporkan secara global, dengan lebih dari 2.000 kematian. Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat kasus DBD yang tinggi, khususnya di Provinsi DKI Jakarta. Mengingat tingginya angka kasus DBD di DKI Jakarta, skripsi ini bertujuan untuk memprediksi kasus DBD di lima Kota madya DKI Jakarta. Skripsi ini menggunakan model ARIMA-GRNN, yang merupakan gabungan dari model ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) dan GRNN (General Regression Neural Network). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kasus bulanan demam berdarah di DKI Jakarta, yang dikumpulkan dari tanggal 1 Januari 2009 hingga 30 Agustus 2023. Hasil akurasi model ARIMA dan ARIMA-GRNN dalam memprediksi jumlah insiden demam berdarah di DKI Jakarta menunjukkan hasil prediksi model ARIMA lebih akurat untuk Jakarta Selatan dan Jakarta Timur, sedangkan hasil prediksi model ARIMA-GRNN memberikan hasil yang lebih baik untuk Jakarta Pusat, Jakarta Barat, dan Jakarta Utara. 

Dengue fever (DF) is a viral infection transmitted from mosquitoes to humans and has become a major health issue in various countries, including Indonesia. In 2023, more than 3.7 million cases of DF infection were reported globally, with over 2,000 deaths. Indonesia is one of the countries with a high rate of DF cases, particularly in the Province of DKI Jakarta. Given the high number of DF cases in DKI Jakarta, this final project aims to predict DF cases in the five municipalities of DKI Jakarta. This final project uses the ARIMA-GRNN model, which is a combination of the ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) model and the GRNN (General Regression Neural Network). The data used in this research comprises monthly DF case data in DKI Jakarta, collected from January 1, 2009, to August 30, 2023. The accuracy results of ARIMA and ARIMA-GRNN models in predicting the number of dengue fever incidents in DKI Jakarta indicate that the ARIMA model is more accurate for South Jakarta and East Jakarta, while the ARIMA-GRNN model provides better results for Central Jakarta, West Jakarta, and North Jakarta. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Wulandari
"Menurut WHO, Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah salah satu penyakit yang paling umum terjadi di negara tropis seperti Indonesia dan sering berakibat fatal dalam kesehatan. DBD juga termasuk penyakit menular dengan nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor penyebar utama. Faktor cuaca seperti temperatur, curah hujan dan kelembapan secara tidak langsung mempengaruhi penyebaran DBD. Memprediksi angka insiden Demam Berdarah dapat membantu pihak-pihak yang terkait seperti Dinas Kesehatan Daerah dalam membuat kebijakan dan rencana pencegahan sehingga menekan penyebaran DBD di masyarakat. Pada tugas akhir ini, angka insiden Demam Berdarah Dengue diprediksi dengan salah satu metode machine learning yaitu Restricted Boltzmann Machine - Backpropagation Neural Network (RBM-BPNN). RBM digunakan untuk mengatasi masalah dari BPNN, yaitu untuk menginisialisasi nilai awal bobot koneksi dan bias. Fungsi aktivasi yang digunakan adalah fungsi sigmoid. Terdapat 12 kombinasi hyperparameter yaitu kombinasi jumlah neuron hidden 3, 4, dan 5 dengan nilai learning rate 0,1; 0,05; 0,025; dan 0,01. Data yang digunakan adalah data temperatur, curah hujan, kelembapan serta angka insiden DBD sebelumnya untuk 5 kota madya di DKI Jakarta yang telah disesuaikan dengan time lag berdasarkan korelasinya dengan angka insiden. Kinerja model-model tersebut dibandingkan berdasarkan Root Mean Squared Error (RMSE). Pada tugas akhir ini, model terbaik untuk setiap kota madya memiliki hyperparameter yang berbeda. Model terbaik dari Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta Timur, dan Jakarta Pusat berturut-turut adalah 5 hidden neurons (HN) dengan learning rate (LR) 0,05; 4 HN dengan LN 0,025; 3 HN dengan LR 0,1; 5 HN dengan LR 0,1; dan 4 HN dengan LR 0,05. Nilai RMSE testing sebelum dan setelah denormalisasi dari Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta Timur, dan Jakarta Pusat yang dihasilkan dari model terbaik masing-masing adalah 0,16489 dan 8,739212; 0,11142 dan 14,14996; 0,13482 dan 17,25659; 0,1375318 dan 13,75318; serta 0,1278963 dan 8,313258

According to the WHO, Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is one of the most common diseases occurring in tropical countries such as Indonesia and is often fatal in health. DHF is also an infectious disease with Aedes aegypti mosquitoes as the primary vector. Weather factors such as temperature, rainfall, and humidity indirectly affect the spread of DHF. Predicting the incidence of dengue fever can help related parties such as the regional health department in making policies and prevention plans to suppress the spread of DHF in the community. In this final assignment, the DHF incident number is predicted by a machine learning method that is Restricted Boltzmann Machine-Backpropagation Neural Network (RBM-BPNN). RBM is used to overcome BPNNs problem of initializing values of connection weights and biases. The activation function used is the sigmoid function. There are 12 combinations of hyperparameter, namely the combination of the number of hidden neurons 3, 4, and 5 with the values of learning rate 0.1; 0.05; 0.025; and 0.01. The data used are temperature, rainfall, humidity, and previous DHF incident numbers for five regions in DKI Jakarta that have been adjusted with time lag based on their correlation with the incident number. The performances of these models are compared based on their Root Mean Squared Error (RMSE) training and RMSE testing. On this final assignment, the best model for each region has different hyperparameters. The best models of North Jakarta, South Jakarta, West Jakarta, East Jakarta, and Central Jakarta are 5 hidden neurons with learning rate 0.05, 4 hidden neurons with learning rate 0.025, 3 hidden neurons with learning rate 0.1, 5 hidden neurons with learning rate 0.1, and 4 hidden neurons with learning rate 0.05, respectively. The RMSE testing results before and after denormalizing data for North Jakarta, South Jakarta, West Jakarta, East Jakarta, and Central Jakarta given by the best model of each cities are 0.16489 and 8.739212, 0.11142 and 14.14996, 0.13482 and 17.25659, 0.1375318 and 13.75318, and 0.1278963 and 8.313258."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadel Muhammad
"

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Jumlah kasus DBD semakin bertambah seiring dengan laju pertumbuhan mobilitas dan populasi manusia. Radial basis function neural network (RBFNN) pada tugas akhir ini diimplementasikan untuk prediksi jumlah insiden mingguan DBD di DKI Jakarta. RBFNN adalah salah satu feed forward neural neworks yang hanya memiliki satu lapisan tersembunyi. Lapisan tersembunyi pada RBFNN dikonstruksi oleh sebuah fungsi aktivasi. K-means clustering digunakan untuk menunjang peforma dari RBFNN, yaitu untuk menentukan pusat dan lebar dari fungsi aktivasi yang digunakan. Performa dari RBFNN dilihat dari RMSE yang dihasilkan pada data training dan data testing. Dari implementasi yang dilakukan, dapat diperoleh bahwa pemilihan struktur atau model RBFNN sangat berpengaruh terhadap hasil prediksi yang diperoleh. Pada tugas akhir ini, RBFNN mampu memprediksi insiden mingguan DBD di DKI Jakarta dengan cukup baik tetapi RBFNN belum dapat menjakau data yang melonjak tinggi pada data testing.


Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is one of the main public health problems in Indonesia. The number of DHF cases and the spread of this disease is increasing along with mobility and population density. Radial basis function neural network (RBFNN) in this final project is implemented to predict the number of weekly DHF incidents in DKI Jakarta. RBFNN in this final project was implemented to predict the number of weekly DHF incidents in DKI Jakarta. RBFNN is a feed forward neural network model that has a single hidden layer. The hidden layer of RBFNN is constructed by an activation function. K-means clustering algorithm is used to improve the performance of RBFNN to determine the center and width of the activation function. The performance of RBFNN can be seen from the RMSE generated in the training data and testing data. From the implementation, it can be obtained that the choice of RBFNN structure or model is very influential on the predicted results obtained. In this final project, RBFNN is able to predict the weekly incidence of DHF in DKI Jakarta quite well but RBFNN has not been able to predict well the data that soared in the testing data.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Jusup Roni Pardamean
"Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu virus yang menginfeksi
manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Menurut laporan
CDC, Indonesia yang masuk dalam level 1 dari 3 yaitu level tertinggi, frequent or
continuous kasus DBD. Perkiraan lebih awal dan akurat dari persebaran insiden DBD
dapat meminimalkan ancaman dan membantu pihak yang berwenang untuk menerapkan
langkah-langkah pengendalian yang efektif. Pada penelitian ini, prediksi angka insiden
DBD menggunakan faktor-faktor cuaca yang mempengaruhi perkembangan nyamuk itu
sendiri, yaitu temperatur, kelembapan, dan curah hujan sebagai variabel prediktor.
Variabel prediktor ditentukan berdasarkan nilai korelasi silang dari time lag variabel
prediktor terhadap jumlah insiden DBD. Penelitian dilakukan dengan memanfaatkan
salah satu metode dalam machine learning, yaitu gated recurrent unit dalam
membangun model prediksi insiden DBD tersebut. Performa model yang digunakan
dievaluasi dengan Root Mean Squared Error dan Mean Absolute Error. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa prediksi angka insiden DBD terbaik, diperoleh dengan
menggunakan proporsi data training-test: 90%-10%.

Dengue Fever (DF) is a virus that infects humans through the bite of Aedes aegypti and
Aedes albopictus mosquitoes. According to the CDC report, Indonesia is included in
level 1 of 3, namely the highest level, frequent or continuous cases of DF. Early and
accurate estimates of the spread of dengue incidents can minimize threats and help the
authorities to implement effective control measures. In this study, the prediction of DF
incidence uses weather factors that influence the development of mosquitoes
themselves, namely temperature, humidity, and rainfall as predictor variables. Predictor
variables are determined based on the value of the cross correlation of the time lag
predictor variable to the number of DF incidents. The study was conducted by utilizing
one method in machine learning, namely the gated recurrent unit in building the DF
incident prediction model. The performance of the model are evaluated by Root Mean
Squared Error and Mean Absolute Error. The results of this study shows that the best
prediction model of DF incidence rate, obtained using the proportion of training-test
data: 90% -10%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuda Sukama
"Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan tersebar melalui gigitan vektor nyamuk betina Aedes Aegepty dan Aedes Albopictus yang terinfeksi. Menurut penelitian Luz et al. (2008), machine learning dapat melakukan prediksi insiden DBD secara akurat menggunakan data historis insiden DBD. Pada skripsi ini, salah satu metode machine learning yaitu Recurrent Neural Network (RNN) digunakan untuk memprediksi insiden DBD di DKI Jakarta dengan menggunakan data historis kasus DBD dari tahun 2009 hingga 2017. RNN adalah salah satu neural network yang memiliki recurrent hidden state yang diaktivasi menggunakan data masa kini dengan data masa lampau. RNN cukup sesuai untuk prediksi data yang bersifat timeseries. Sebelum diimplementasikan pada model RNN, data insiden DBD di lima Kotamadya di DKI Jakarta akan dinormalisasi terlebih dahulu. Dalam implementasi model RNN tersebut digunakan beberapa fungsi aktivasi seperti fungsi sigmoid, tanh, dan ReLU. Selanjutnya dibandingkan hasil prediksi dari fungsi-fungsi aktivasi tersebut untuk menentukan fungsi aktivasi apa yang dapat menghasilkan tingkat akurasi terbaik. Berdasarkan data dan model yang digunakan, diperoleh hasil bahwa fungsi aktivasi sigmoid dapat memberikan hasil yang lebih baik pada model RNN dibandingkan dengan fungsi aktivasi tanh dan ReLU. Diharapkan, hasil penelitian ini dapat memberikan prediksi insiden DBD di DKI Jakarta yang dapat digunakan sebagai masukkan yang bermanfaat bagi pihak yang berwenang dalam penanganan penyebaran DBD di DKI Jakarta.

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a disease caused by the dengue virus and is spread through the bites of infected female mosquito vectors Aedes Aegepty and Aedes Albopictus. According to research by Luz et al in 2008, machine learning can accurately predict dengue incidence using historical data on dengue incidents. In this thesis, one of the machine learning methods, namely the Recurrent Neural Network (RNN) is used to predict the incidence of dengue fever in DKI Jakarta by using historical data on dengue cases from 2009 to 2017. RNN is a neural network that has a recurrent hidden state that is activated using present data with past data. RNN is quite suitable for prediction of timeseries data. Before being implemented in the RNN model, dengue incidence data in five municipalities in DKI Jakarta will be normalized first. In implementing the RNN model, several activation functions are used, such as the sigmoid function, tanh, and ReLU. Furthermore, the predicted results of the activation functions are compared to determine what activation function can produce the best level of accuracy. Based on the data and models used, the results show that the sigmoid activation function can give better results in the RNN model compared to the tanh and ReLU activation functions. Hopefully, the results of this study can provide predictions of dengue incidence in DKI Jakarta which can be used as useful input for the authorities in handling the spread of DHF in DKI Jakarta."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imannuel Marchel Sandy Niman
"

Insiden Demam Berdarah Dengue (DBD) terjadi pertama kali di Indonesia pada tahun 1968. DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue dan disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa Indonesia adalah negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara. Pada awal tahun 2019 tercatat jumlah penderita DBD sebesar 13.683 penderita, dilaporkan dari 34 Provinsi, termasuk Provinsi DKI Jakarta. Pada Skripsi ini, jumlah insiden DBD di DKI Jakarta diprediksi menggunakan Elman Neural Network (ENN) dan modifikasi dari ENN, yaitu Piecewise Weighted-Gradient Regularized Elman Neural Network (PWRENN). ENN dan PWRENN dipilih karena memiliki koneksi bolak-balik dan memori untuk menyimpan hasil perhitungan sebelumnya. Memori ini meningkatkan hasil prediksi menjadi lebih akurat dibandingkan model Neural Network yang tidak memiliki koneksi bolak-balik. Prediksi dihasilkan berdasarkan jumlah insiden dan faktor cuaca sebelumnya yang terdiri atas rata-rata temperatur udara, rata-rata kelembapan relatif, dan curah hujan. Model yang dibentuk dievaluasi dengan Root Mean Squared Error (RMSE). Pada Skripsi ini, prediksi insiden DBD terbaik di wilayah Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, dan Jakarta Utara dihasilkan oleh model PWRENN dengan RMSE pada data testing berturut-turut sebesar 1,02370, 0,94291, 2,15366, 2,79465, dan 2,25341.


The incidence of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) first occurred in Indonesia in 1968. DHF is a disease caused by dengue virus infection and spread by the Aedes aegypti mosquito. World Health Organization (WHO) states that Indonesia is a country with the highest DHF cases in Southeast Asia. In early 2019 the number of DHF patients was recorded at 13,683, reported from 34 provinces, including DKI Jakarta. In this research, the number of DHF incidents in DKI Jakarta is predicted using Elman Neural Network (ENN) and modification of ENN, namely Piecewise Weighted-Gradient Regularized Elman Neural Network (PWRENN). ENN and PWRENN were chosen because they have recurrent connections and memory to store the results of previous calculations. This memory improves the prediction results to be more accurate than Neural Network models without recurrent connections. Prediction is generated based on the number of previous incidents and previous weather factors consisting of average air temperature, average relative humidity, and rainfall. The model formed was evaluated by Root Mean Squared Error (RMSE). In this research, the best prediction of the DHF incidents in the West Jakarta, Central Jakarta, South Jakarta, East Jakarta, and North Jakarta regions is generated by the PWRENN model with RMSE on testing data respectively 1,02370, 0,94291, 2,15366, 2,79465, dan 2,25341.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naufal Alfarisi
"Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan yang utama di Indonesia.  Berdasarkan data dari Kemenkes RI, pada tahun 2022 jumlah insiden DBD dicatat sebanyak 131.265 yang mana sekitar 40% adalah anak-anak usia 0 sampai 14 tahun dengan jumlah kasus kematian mencapai 1.135 jiwa dengan 73% terjadi pada anak-anak usia 0 sampai 14 tahun. DBD disebabkan oleh virus dengue yang disebarkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti  dan Aedes albopictus.. Selain faktor kebersihan lingkungan dan kebiasaan masyarakat, tingginya insiden DBD di Indonesia juga dipengaruhi oleh beberapa faktor iklim seperti curah hujan, temperatur, dan kelembapan. Memaksimalkan proses pencegahan DBD oleh pemerintah dan masyarakat dapat menekan tingginya kasus DBD di Indonesia. Salah satu cara untuk memaksimalkan proses pencegahan DBD adalah dengan melakukan prediksi jumlah insiden DBD yang akan terjadi kedepannya. Dengan mengetahui hasil prediksi jumlah insiden DBD, diharapkan masyarakat dan pemerintah dapat memaksimalkan proses pencegahan DBD. Pada tugas akhir ini, dilakukan prediksi jumlah insiden DBD menggunakan convolutional neural network dan extreme gradient boosting, dengan jumlah insiden sebelumnya dan faktor cuaca sebelumnya yang terdiri dari temperatur, curah hujan, dan kelembapan relatif sebagai variabel prediktor. Variabel prediktor yang digunakan ditentukan berdasarkan time lag dari masing-masing variabel prediktor terhadap jumlah insiden DBD menggunakan korelasi silang. Model convolutinal neural network dan extreme gradient boosting yang dibentuk dievaluasi dan dibandingkan berdasarkan nilai Root Mean Square Error (RMSE), Mean Absolute Error (MAE), dan waktu simulasi. Pada tugas akhir ini, convolutional neural network memberikan performa yang lebih baik dibandingkan dengan extreme gradient boosting berdasarkan nilai RMSE dan MAE dengan rata-rata 13,3586 untuk RMSE dan 9,2249 untuk MAE. Berdasarkan waktu simulasi, extreme gradient boosting memberikan performa yang lebih cepat dibandingkan convolutional neural network.

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) remains a major health problem in Indonesia. Based on data from the Ministry of Health of Indonesia, in 2022, the number of DHF incidents recorded was 131,265, of which approximately 40% were children aged 0 to 14 years, with a total of 1,135 deaths, 73% of which occurred in children aged 0 to 14 years. DHF is caused by the dengue virus, which is transmitted through the bites of Aedes aegypti and Aedes albopictus mosquitoes. In addition to environmental cleanliness and societal habits, the high incidence of DHF in Indonesia is also influenced by several climate factors such as rainfall, temperature, and humidity. Maximizing the DHF prevention process by the government and the community can help reduce the number of DHF cases in Indonesia. One way to maximize the DHF prevention process is by predicting the future number of DHF incidents. By knowing the predicted number of DHF incidents, it is hoped that the community and the government can maximize the DHF prevention process. In this final project, the prediction of the number of DHF incidents is carried out using convolutional neural network and extreme gradient boosting, with the previous incident counts and previous weather factors consisting of temperature, rainfall, and relative humidity as predictor variables. The predictor variables used are determined based on the time lag of each predictor variable on the number of DHF incidents using cross-correlation. In this final project, the convolutional neural network outperforms extreme gradient boosting based on the RMSE and MAE values, with an average of 13.3586 for RMSE and 9.2249 for MAE. However, in terms of simulation time, extreme gradient boosting demonstrates faster performance compared to the convolutional neural network."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hajratul Hasanah
"

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang banyak ditemukan di sebagian besar wilayah tropis dan subtropis. DBD merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue yang termasuk ke dalam family flaviviridae dan genus flavivirus yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopicus dengan masa inkubasi intrinsik 3 sampai 14 hari, dan inkubasi ekstrinsik 8 sampai 10 hari. Dalam 3 tahun terakhir, jumlah penderita DBD di DKI Jakarta menduduki jumlah tertinggi yang mencapai 813 jiwa pada tahun 2019. Pada tugas akhir ini, dibahas pembuatan model Adaptive Neuro-Fuzzy Inference System (ANFIS) untuk memprediksi jumlah insiden DBD di DKI Jakarta menggunakan data jumlah insiden DBD pada setiap wilayah di DKI Jakarta tahun 2009 sampai 2017. Hasil simulasi dari model Adaptive Neuro-Fuzzy Inference System dibandingkan dengan hasil model Artificial Neural Network (ANN) dan Ensemble ANN-ANFIS yang dievaluasi berdasarkan Root Mean Squared Error dan Mean Absolute Error. Pada tugas akhir ini, Adaptive Neuro-Fuzzy Inference System memiliki performa lebih baik dibandingkan Artificial Neural Network dan Ensemble ANN-ANFIS hampir seluruh daerah di DKI Jakarta.


Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a disease that is found in most tropical and subtropical regions. DHF is a disease caused by dengue virus which belongs to the flaviviridae family and genus flavivirus which is transmitted to humans through the bite of Aedes aegypti and Aedes albopicus mosquitoes with an intrinsic incubation period of 3 to14 days, and extrinsic incubation period of 8 to 10 days. In the last 3 years, the number of DHF sufferers in DKI occupied the highest number, which reached 813 people in 2019. In this final project, we will discuss making an Adaptive Neuro-Fuzzy Inference System (ANFIS) model to predict the number of DHF reporting in DKI Jakarta using data on the number of DHF reporting in each region in DKI Jakarta from 2009 to 2017. Simulation result from the Adaptive Neuro-Fuzzy Inference System model are compared with the results of the Artificial Neural Network (ANN) model and the Ensemble ANN-ANFIS model, evaluated based on Root Mean Squared Error and Mean Absolute Error. In this final project, the Adaptive Neuro-Fuzzy Inference System has better performance than the Artificial Neural Network and Ensemble ANN-ANFIS in all regions in DKI Jakarta.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>