Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 157298 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ribka
"Perubahan psikososial dan psikologi yang terjadi pada masa remaja membuat remaja rentan mengalami masalah kesehatan. Resiliensi dianggap sangat menentukan bagaimana remaja menghadapi setiap stresor dan kesulitan hidup. Faktor-faktor yang berkontribusi pada tingkat resiliensi merupakan kunci dalam perkembangan dan kesejahteraan remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh dari kelekatan orang tua dan teman sebaya, stres, koping proaktif, regulasi emosi, dukungan sekolah, spiritualitas, dan kondisi ekonomi terhadap resiliensi remaja. Penelitian menggunakan desain cross sectional kepada 269 responden SMP dan SMA di Kota Depok yang diambil berdasarkan cluster random sampling. Penelitian menggunakan kuesioner Connor-Davidson Resilience Scale dalam mengukur resiliensi responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa parent attachment (p=0,001;CI 95%), peer attachment (p=0,001;CI 95%), regulasi emosi (p=0,001; CI95%), spiritualitas (p=0,018;CI 95%), dukungan sekolah (p=0,001;CI 95%), koping proaktif (p=0,001;CI 95%), dan stres (p=0,001;CI 95%) mempengaruhi resiliensi remaja. Penelitian ini merekomendasikan sekolah untuk dapat memaksimalkan upaya membangun resiliensi dengan mengadakan 

Psychosocial and psychological changes during adolescence make adolescents vulnerable to health problems. Resilience is considered to determine how adolescents deal with each stressor and difficulties. Factors that contribute to resilience are considered as the key in the development dan well-being. This study is aimed to identify the effects of parent and peer attachment, stress, proactive coping, emotional regulation, school support, spirituality, and economic status on adolescent resilience. Research was conducted using cross sectional design to 269 junior and senior high school respondents in Depok approached with cluster random sampling. The study used the Connor-Davidson Resilience Scale questionnaire to measure resilience. The results showed parent attachment (p=0,000;CI 95%), peer attachment (p=0,000;CI 95%), emotion regulation (p=0,000;CI 95%), spirituality (p=0.018;CI 95%), school support (p=0,000;CI 95%), proactive coping (p=0,000;CI 95%), and stress (p=0,000;CI 95%) affect adolescent resilience. This study recommends that schools can maximize efforts to build resilience by holding regular counseling related to factors that increase resilience."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldi Vikana
"Skripsi ini membahas faktor ndash; faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan pemilahan sampah di Kota. Penelitian ini dilakukan secara post-positivis dengan desain deskriptif. Teknik pengumpulan data yaitu dengan melakukan wawancara mendalam, studi dokumentasi, dan observasi. Implementasi kebijakan sampah di Kota Depok dipengaruhi oleh faktor-faktor yaitu komunikasi, sumber daya, disposisi, dan birokrasi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada kekurangan dari faktor komunikasi dan sumber daya, yang dapat dilihat dari ketidakjelasan dan inkonsistensi pesan yang disampaikan, perbedaan perubahan yang diinginkan, keterbatasan fasilitas pendukung, dan kurangnya kesadaran masyarakat.

This thesis discusses about the factors affecting the policy implementation of Waste separation in Depok.As a policy carried out by Depok City Government through Depok City Cleanliness. This research was conducted post positivist with descriptive design. Data collection techniques are by conducting in depth interviews, documentation studies, and observations. Implementation of waste separation in Depok city influenced factor factor that is comunicatins, resources, dispottion and bureaucracy. The results showed that the implementation of garbage policy in Depok City is influenced by the following factors include the factors of uncertainty and inconsistencies of messages conveyed, differences in desired changes, limited support facilities, lack of public awareness."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shabrina Nur Kamilah
"Asupan kalsium merupakan hal yang krusial pada remaja seiring terjadinya percepatan pertumbuhan dan pembetukkan tulang yang intensif. Namun asupan kalsium pada remaja masih kurang memenuhi kebutuhan yang dianjurkan. Padahal asupan kalsium yang tidak adekuat dapat berdampak pada peak bone mass yang tidak optimal sehingga dapat berakibat pada penurunan massa tulang (osteopenia) yang berujung pada osteoporosis maupun patah tulang di usia lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran asupan kalsium pada remaja SMA Negeri Kota Depok tahun 2024 serta hubungannya dengan kebiasaan konsumsi susu, kebiasaan sarapan, kebiasaan konsumsi soft drink, aktivitas fisik, jenis kelamin, pengetahuan tentang kalsium, pendidikan ayah, pendidikan ibu, pendapatan orang tua. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan total sampel 209 remaja dan pengumpulan data dilakukan pada bulan Maret-Mei 2024. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner dan asupan kalsium diukur melalui wawancara food recall 2x2 jam. Data dianalisis menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan 72,2% remaja memiliki asupan kalsium yang kurang dari kebutuhan (<80% AKG) dengan rata-rata 654,1±354,4 mg. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan konsumsi susu (p <0,001 OR 19,36), kebiasaan sarapan (p <0,001 OR 4,59), kebiasaan konsumsi soft drink (p = 0,023 OR 2,37), jenis kelamin (p = 0,040 OR 1,89), pengetahuan tentang kalsium (p = 0,003 OR 5,53), dan aktivitas fisik (p = 0,013 OR 2,27) dengan asupan kalsium. Remaja perlu meningkatkan konsumsi susu, membiasakan sarapan pagi, serta mengurangi konsumsi soft drink. Peningkatan aktivitas fisik diiringi dengan asupan kalsium yang adekuat sangat dibutuhkan untuk mencapai peak bone mass yang optimal.

Calcium is one of the most essential nutrient especially in adolescents due to growth spurt period and intensive bone development. However most adolescents fail to achieve the recommended calcium intake. Inadequate calcium intake can contribute to low peak bone mass and increasing the risk of osteopenia, which can lead to osteoporosis and fragility fracture later in life. This study aims to describe calcium intake among public high school adolescents in Depok City in 2024 and its relationship with milk consumption, breakfast habits, soft drink consumption, physical activity, gender, knowledge about calcium, father's education, mother's education, and parental income. Study design is cross-sectional with a total of 209 sample during March-May 2024. Data was collected through questionnaire and calcium intake was measured by 2x24-hour food recall. Data were analyzed by chi-square test. The results showed that 72.2% of adolescents had calcium intake less than their requirements (<80% RDA) with an average of 654.1±354.4 mg. Bivariate analysis results showed significant relationships between milk consumption (p <0.001, OR 19.36), breakfast habits (p <0.001, OR 4.59), soft drink consumption (p = 0.023, OR 2.37), gender (p = 0.040, OR 1.89), calcium knowledge (p = 0.003, OR 5.53), and physical activity (p = 0.013, OR 2.27) with calcium intake. Adolescents need to increase milk consumption, adopt breakfast habit, and reduce soft drink consumption. Physical activity and adequate calcium intake are important to reach the optimum peak bone mass (PBM)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Anugraheni
"Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi di Indonesia, yaitu 22 pada perempuan tidak hamil. Anemia merupakan salah satu penyebab tidak langsung kematian ibu yang tersering di Indonesia. Dalam rangka membantu upaya pencegahan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan anemia pada remaja perempuan di Depok. Penelitian ini dilakukan dengan desain penelitian analitik menggunakan studi cross-sectional menggunakan data sekunder pemeriksaan kesehatan pada 2112 mahasiswa baru perempuan Universitas X tahun ajaran 2015/2016 di Depok.
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi anemia pada remaja perempuan di Depok adalah 10,8 9,4 -12,1. Melalui analisis bivariat, didapatkan asal daerah p=0,038 dan dismenorrhea p=0,001 berhubungan dengan anemia. Pada analisis multivariat, didapatkan variabel yang memiliki hubungan yang signifikan dengan anemia adalah dismenorrhea OR, 0,617; IK 95 , 0,467-0,815; p:0,001 , dengan hubungan terbalik bahwa kejadian anemia 1,6 kali lebih banyak pada remaja perempuan yang tidak dismennorhea.

Anemia is one of the health problem with high prevalence in Indonesia. It accounts for 22 proportion in non pregnant women. Anemia is one of the most common indirect cause of maternal death in Indonesia. In order to assist prevention efforts, this study aimed to determine the factors associated with anemia in adolescent girls in Depok. A cross sectional study using secondary data from medical checkup results was performed on 2112 female freshman of University X academic year 2015 2016 in Depok.
The results showed that the prevalence of anemia among adolescent girls in Depok was 10.8 9.4 12.1. Through the bivariate analysis, it was found that the freshman's hometown p 0.038 and dysmenorrhea p 0.001 were associated with anemia. On multivariate analysis, it was found that dysmenorrhea was associated with anemia OR, 0.617 CI 95, from 0.467 to 0.815 p 0.001, with an inverse association that the incidence of anemia 1,6 times greater among gilrs without dysmenorrhea.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Okky Pebea Sella
"

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status anemia remaja putri di SMA Negri 11 Depok. Rancangan penelitian cross sectional. Jumlah sampel 184 siswi, dipilih secara random sampling dari seluruh siswi kelas X dan XI. Data pengetahuan, pendapatan orang tua, kebiasaan konsumsi enhancer dan inhibitor Fe, aktivitas fisik, pola menstruasi diperoleh dari pengisian kuisioner, zat gizi diperoleh dengan kuisioner food recall, kadar hemoglobin dengan metode Hb hemoque, dan pengukuran BB-TB dengan timbangan injak dan microtoise. Data dianalisis secara univariat dan biavriat dengan chi square. Hasil penelitian menunjukan ada hubungan pengetahuan (p= 0,012) dengan kejadian anemia. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa ada kecendrungan pendapatan keluarga rendah berisiko 1,6 kali (95%CI=0,75-3,55), aktivitas fisik berat berisiko 1 kali, asupan energi kurang berisiko 1,05 kali (95%CI=0,58-1,91), status gizi tidak normal berisiko 1,05 kali (95%CI=0,24-4,53), dan pola menstruasi tidak normal berisiko 1,732 kali OR 1,732 (95% CI 0,684-4,385) untuk mengalami kejadian anemia remaja.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status anemia remaja putri di SMA Negri 11  Depok. Rancangan penelitian cross sectional. Jumlah sampel 184 siswi, dipilih secara random sampling dari seluruh siswi kelas X dan XI. Data pengetahuan, pendapatan orang tua, kebiasaan konsumsi enhancer dan inhibitor Fe, aktivitas fisik, pola menstruasi diperoleh dari pengisian kuisioner, zat gizi diperoleh dengan kuisioner food recall, kadar hemoglobin dengan metode Hb hemoque, dan pengukuran BB-TB dengan timbangan injak dan microtoise. Data dianalisis secara univariat dan biavriat dengan chi square. Hasil penelitian menunjukan ada hubungan pengetahuan (p= 0,012) dengan kejadian anemia. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa ada kecendrungan pendapatan keluarga rendah berisiko 1,6 kali (95%CI=0,75-3,55), aktivitas fisik berat berisiko 1 kali, asupan energi kurang berisiko 1,05 kali (95%CI=0,58-1,91), status gizi tidak normal berisiko 1,05 kali (95%CI=0,24-4,53), dan pola menstruasi tidak normal berisiko 1,732 kali OR 1,732 (95% CI 0,684-4,385) untuk mengalami kejadian anemia remaja.


The purpose of this research is conducted to determine the factors associated with anemia status of young women in high school Negri 11 Depok. Cross sectional study design. Total sample 184 students, selected by random sampling of all students of class X and XI. Data knowledge, parental income, consumption habits enhancers and inhibitors Fe, physical activity, menstrual pattern obtained from filling the questionnaire, nutrients obtained by questionnaire food recall, hemoglobin levels with methods Hb hemoque, and measurement BB-TB with weigher scales and microtoise. Data was analyzed by univariate and biavriat with chi square. The results showed there is correlation between knowledge (p = 0.012) and the incidence of anemia. Results also showed that low family income at risk 1.6 times (95% CI = 0.75 to 3.55), heavy physical activity at risk 1 time, less energy intake risk of 1.05 (95% CI = 0.58 to 1.91), not normal nutritional status risk of 1.05 (95% CI = 0.24 to 4.53), and abnormal menstrual patterns risk 1.732 times OR 1.732 (95% CI 0.684 to 4.385 for experiencing anemia among adolescents.

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Azhar Basyir
"Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa, masa terjadinya "strom and stress/badai dan tekanan”. Kelompok usia remaja pengguna media sosial terbesar di Indonesia ada direntang usia 13 s.d. 17 tahun. Tingkat resiliensi Resilensi diperlukan remaja pengguna media sosial aktif agar memiliki koping yang positif, meminimalkan dampak negatif dari penggunaan media sosial tersebut. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi gambaran resiliensi remaja pengguna aktif media sosial di kota Depok. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain cross-sectional. Sampel penelitian berjumlah 445 responden, teknik sampling yang digunakan adalah teknik probability sampling dengan cara cluster sampling terhadap 8 sekolah (4 SMP dan 4 SMA) di Kota Depok. Penelitian ini menggunakan kuesioner Child Youth Resilience Measure-Revised (CYRM-R) untuk mengukur tingkat resiliensi remaja pengguna aktif media. Hasil penelitian ini memberikan gambaran bahwa tingkat resiliensi remaja pengguna aktif media sosial di Kota Depok berada dalam kategori rendah yaitu sebesar 50,1%. Tingkat resiliensi yang tinggi cenderung pada remaja pengguna aktif media sosial di Kota Depok pada jenis kelamin perempuan (32,4%), berdomisili di kecamatan bagian utara (15,3%), Instagram (26,3%), durasi penggunaan media sosial ≤ 4 jam (31,4%), dan tujuan untuk mendapatkan informasi (20,7%), sedangkan tingkat resiliensi rendah cenderung pada usia remaja lanjut (15-19 tahun) (34,4%), remaja di tingkat SMA (26,5%), remaja yang bersekolah di sekolah negeri (38,7%), berdomisili di kecamatan bagian utara (15,3%), pengguna jenis smartphone kelas mid level (20,2%), serta pengguna Tiktok (21,8%). Rekomendasi terkait penelitian ini diantaranya, orang tua dapat menjalin hubungan positif dan komunikasi yang baik dengan remaja; pihak sekolah meningkatkan model kurikulum dan kegiatan yang meningkatkan resiliensi remaja; Pemerintah Kota Depok dapat terus meningkatkan pemerataan pembangunan di Kota Depok; Bagi penelitan selanjutnya untuk mengembangkan penelitian terkait hubungan antara tingkat resiliensi remaja dengan penggunaan media sosial secara aktif.

Adolescence is a transition period from childhood to adulthood, a time of "strom and stress". The largest age group of teenagers who use social media in Indonesia is between the ages of 13 and 17 years. Resilience level is needed by teenagers who use social media active in order to have positive coping, minimizing the negative impacts of using social media. This research aims to identify a picture of the resilience of teenagers who are active users of social media in the city of Depok. This research uses quantitative methods with a cross-sectional design. The research sample consists of 445 respondents, sampling technique used was a probability sampling technique using cluster sampling of 8 schools (4 middle schools and 4 high schools) in Depok City. This research used the Child Youth Resilience Measure-Revised (CYRM-R) questionnaire to measure the level of resilience of teenagers who are active media users. Research results This illustrates that the level of resilience among teenagers who are active social media users in Depok City is in the low category, namely 50.1%. A high level of resilience tends to be among teenagers who are active social media users in Depok City, female (32.4%), domiciled in the northern sub-district (15.3%), Instagram (26.3%), duration of social media use ≤ 4 hours (31.4%), and the goal is to obtain information (20.7%), while the low level of resilience tends to be in older teenagers (15-19 years) (34.4%), teenagers at high school level (26, 5%), teenagers who attend state schools (38.7%), live in northern sub-districts (15.3%), mid-level smartphone users (20.2%), and Tiktok users (21.8% ). Recommendations related to this research include, parents can establish positive relationships and good communication with teenagers; the school improves curriculum models and activities that increase youth resilience; The Depok City Government can continue to improve equitable development in Depok City; For further research to develop research related to the relationship between the level of adolescent resilience and active use of social media."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marchi Rizqa Millenia
"Data mengenai mobilitas antargenerasi di Indonesia menunjukkan bahwa peluang individu untuk melakukan perubahan status dan sosial di Indonesia masih beragam. Studi mengenai mobilitas sosial banyak membahas mengenai faktor pendidikan dan kondisi kesehatan individu. Peneliti mencoba memperkaya studi sebelumnya dengan berfokus pada faktor lain dalam melakukan mobilitas sosial antargenerasi seperti kelas orang tua, tingkat literasi digital dan tingkat modal karier. Peelitian ini menggunakan jenis kelamin sebagai variabel kontrol. Penelitian dilakukan menggunakan teknik survei pada 161 individu berusia 35-44 tahun di Kelurahan Cinere, Kota Depok. Wawancara mendalam dan observasi dilakukan untuk mendapatkan data tambahan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan peluang mobilitas sosial pada responden laki-laki dan perempuan. Selain itu, semakin rendah kelas yang dimiliki orang tua maka semakin rendah peluang mobilitas yang dimiliki. Sedangkan semakin tinggi tingkat literasi digital yang dimiliki, semakin tinggi pula peluang mobilitas sosial antargenerasinya. Dalam penelitian ini, tingkat modal karier tidak berpengaruh secara signifikan pada peluang mobilitas sosial antargenerasi. Variabel yang digunakan menjelaskan peluang mobilitas sosial antargenerasi pada responden laki-laki namun tidak signifikan pada responden perempuan.

Data on intergenerational mobility in Indonesia shows that the opportunities for individuals to make changes to their status and social status in Indonesia are still diverse. The study of social mobility about discussing factors such as education and health conditions of individuals. Researchers try to enrich previous studies by questioning other factors in intergenerational social mobility such as parent class, digital literacy level and career capital level. There are differences in opportunities for social mobility in women and men so that gender is a control variable in this study. The study was conducted using survey techniques in 161 people who participated 35-44 years in the Cinere, Depok City. In-depth interviews and observations were carried out to obtain additional data.
The results showed that there were no differences in the estimated social mobility of male and female respondents. In addition, the lower the class needed by parents, the lower the mobility opportunities they have. While the higher the level of digital literacy is needed, the higher the opportunity for intergenerational social mobility. In this study, the level of training capital is not significant on intergenerational social mobility opportunities. The variable used explains intergenerational social mobility opportunities in male respondents but is not significant in female respondents.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Kusumawardhani
"Kebijakan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di Kota Depok telah dilaksanakan sejak tahun 2001. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan implementasi, salah satunya kepatuhan warga atau masyarakat setempat. Kota Depok memiliki tingkat kepatuhan cukup rendah dalam mengimplementasikan kebijakan IMB. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan masyarakat dalam implementasi kebijakan IMB. Pendekatan penelitian yang dilakukan adalah kualitatif dengan metode wawancara mendalam, dan studi kepustakaan.
Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa di Kecamatan Sawangan memiliki faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan masyarakat seperti kesadaran hukum yang rendah, motif ekonomi, kurangnya rasa takut akan peraturan, kejelasan informasi, kejelasan sanksi, dan pengetahuan. Sedangkan di Kecamatan Limo memiliki beberapa faktor, tingginya kesadaran hukum, ketidakjelasan informasi, ketidakjelasan sanksi, dan pengetahuan.

Building Development Permit (IMB) policy in Depok has been implemented since 2001. There are several factors that can influance on the successful of implementation, that include citizen?s compliance. Depok has lower compliance level for implementing building development permit policy. The purpose of the researchis to describe the factor that can influencing society compliance of citizen regarding building development permit policy. Researcher used qualitative method with in-depth interview and literature study for this research.
The result of this study stated that in Sawangan sub-district has factors that can affect on the level of compliance in the implementation of the policy in Depok, such as lower awareness of legal, economic motives, lower of fears the rules, clarity information, clarity sanction, and knowledge. In Limo sub-district has several factors, such as higher awareness of legal, obscurity information, obscurity sanction, and knowledge."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dilla Laswantina
"Latar belakang penelitian: Polisi lalu lintas merupakan profesi yang mempunyai risiko sangat besar untuk terpajan zat-zat polutan yang berasal dari asap kendaraan bermotor. Jenis polutan utama pada polusi udara di luar ruangan yaitu karbon monoksida, karbon dioksida, sulfur oksida, nitrogen oksida, volatile organic compounds (VOC) seperti hidrokarbon, particulate matter dan ozon yang akan memberikan efek berupa penurunan fungsi paru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi faal paru polisi lalu lintas yang bekerja di wilayah Depok.
Metode penelitian : Desain penelitian ini uji potong lintang dengan populasi polisi lalu lintas yang bekerja di Depok. Pengambilan sampel menggunakan total sampling melalui kuesioner Pneumobile Project Indonesia, pemeriksaan spirometri, uji provokasi bronkus dengan NaCl 4,5 %, foto toraks PA dan pengukuran kadar CO ekspirasi.
Hasil : Sembilan puluh satu subjek ikut dalam penelitian ini, terbanyak umur 41 – 50 tahun yaitu 43 orang (47,3 %), berat badan lebih 55 orang (59,8 %) , perokok aktif 54 orang (59,3 %) dengan IB ringan 27 orang (29,7 %), bekerja selama >10 tahun sebanyak 51 orang (56 %). Pevalens gangguan faal paru sebanyak 16 orang (17,6 %) yaitu obstruksi ringan didapatkan pada 6 orang (6,6 %) dan restriksi ringan 10 orang (11 %). Terdapat korelasi sedang antara penurunan VEP1 pengukuran dengan prediksi (p = 0,000 r= 0,415) dan penurunan KVP pengukuran dengan prediksi (r = 0,322), namun secara statistik tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara umur, status gizi, masa tugas, lama tugas, kebiasaan merokok dan pemakaian APD masker terhadap faal paru polisi lalu lintas.
Kesimpulan : Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara faal paru dengan seluruh faktor yang diteliti.

Background research : Traffic policy is a profession that has a very big risk to expose nutrient pollutants originating from motor vehicle fumes. Type of main pollutants in the outdoor air pollution is carbon monoxide, carbon dioxide, sulfur oxides, nitrogen oxides, volatile organic compounds (VOCs) such as hydrocarbons, particulate matter and ozone that will give effect purports lung function decline. This study aims to determine the factors that affect pulmonary function of Depok traffic police.
Methods: This research design is cross-sectional with the subjects are traffic police in Depok. Sample collection using a total sampling through questioner of Pneumobile Project Indonesia, spirometry examination, bronchial provocation test, thoracic PA photo and expiratory CO measurement.
Results: Ninety-one subjects participated in the study, most aged 41 to 50 years that is 43 people (47.3%), weight loss over 55 people (59.8%), 54 were active smokers (59.3%) with light Brinkman Index 27 people (29.7%), worked for > 10 years of 51 people (56%). Prevalence of lung function disorders by 16 people (17.6%) mild obstruction that is available in 6 (6.6%) and mild restriction of 10 people (11%). There is a correlation between the predicted drop VEP1 measurement (p = 0.000 r = 0.415) and a decrease KVP measurements with predictions (r = 0.322), but there was no significant association between age, nutritional status, length of employment, smoking status and the use of personal protective equipment mask with pulmonary function of traffic policy.
Conclusion: This study showed that there was no significant association between lung function with the rest of the factors examined.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qoriatusholihah
"KEK merupakan tidak tercukupinya zat gizi yang dibutuhkan tubuh akibat kekurangan makanan dalam jangka waktu lama yang ditandai dengan ukuran LiLA <23,5 cm. Remaja perempuan merupakan salah satu kelompok yang rentan mengalami KEK. Menurut Riskesdas (2018), remaja perempuan menjadi kelompok dengan prevalensi KEK tertinggi di Indonesia (36,3%) yang jika dikategorikan berdasarkan klasifikasi masalah kesmas menurut WHO termasuk prevalensi tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan risiko KEK pada remaja perempuan SMA Negeri di Kota Depok serta faktor dominannya. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan total sampel 240 responden. Data dianalisis menggunakan uji bivariat chi-square dan uji multivariat regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 44,6% remaja perempuan SMA Negeri di Kota Depok berisiko KEK. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara asupan energi, asupan zat gizi makro, pendapatan orang tua, pengetahuan terkait gizi, body image, dan pengaruh media sosial dengan risiko KEK pada remaja perempuan SMA Negeri di Kota Depok. Namun tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dan pekerjaan orang tua dengan risiko KEK pada remaja perempuan SMA Negeri di Kota Depok. Pengetahuan terkait gizi merupakan faktor dominan risiko KEK pada remaja perempuan SMA Negeri di Kota Depok (OR=10,294).

CED) is a condition of insufficient nutrients needed by the body due to long-term food shortage, characterized by a MUAC <23.5 cm. Adolescent girls are one of the groups vulnerable to CED. According to the 2018 Riskesdas, adolescent girls have the highest prevalence of CED in Indonesia (36.3%), which, when categorized based on WHO's classification of public health problems, is considered a high prevalence. This study aims to determine the factors associated with the risk of CED in female high school students in Depok City and its dominant factor. This study used a cross-sectional design with a total sample of 240 respondents. Data were analyzed using chi-square and multiple logistic regression. The results showed that 44.6% of female high school students in Depok City were at risk of CED. There were significant relationships between energy intake, macronutrient intake, parental income, nutrition-related knowledge, body image, and social media influence with the risk of CED in female high school students in Depok City. However, there was no significant relationship between parental education and occupation with the risk of CED in female high school students in Depok City. Nutrition-related knowledge was the dominant factor for CED risk in female high school students in Depok City (OR=10.294)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>